Follow Us

Sunday, March 23, 2025

Wanita Mandiri, Salahkah? (Bagian 3)


Halo Sobat!

Kali ini saya akan membahas tentang wanita mandiri. Sebelumnya saya sudah pernah posting dengan tema yang sama di tahun 2009. Anggap saja itu versi nol ya. 

Jika ingin membaca bisa ke sini ya: 
https://strawberryandthestarrynite.blogspot.com/2009/03/cewek-mandiri-salahkah.html 


Bagian 1 baca di sini:

Bagian 2 baca di sini:

Yuk simak!

Antara Mandiri dan Rasa Sepi

Saya mau jujur, meskipun menjadi wanita mandiri adalah pilihan yang saya yakini, kadang rasa sepi tetap menyelinap diam-diam. Saat semua orang melihat dari luar dan memuji kekuatan saya, mereka tidak selalu tahu bahwa di balik kemandirian ini, ada malam-malam panjang yang saya habiskan dengan bertanya: “Sampai kapan harus kuat sendiri?”


Menggenggam Semua Sendiri

Ada beban yang kadang tidak saya bagikan pada siapa pun. Kemandirian membuat saya terbiasa mengurus semuanya sendiri, dari hal kecil sampai keputusan besar. Tapi, saya mulai sadar bahwa terlalu sering “menggenggam semua sendiri” bisa membuat saya lelah secara emosional. Bukan berarti saya lemah, tapi saya manusia biasa yang sesekali ingin berbagi.

Kemandirian Tak Selalu Dimengerti

Ada orang-orang yang mungkin menilai saya terlalu mandiri dan menyimpulkan bahwa saya tidak membutuhkan siapa pun. Padahal, keinginan untuk mandiri bukan berarti saya menutup pintu untuk kehadiran orang lain. Saya hanya ingin hubungan yang hadir dalam hidup saya dilandasi keikhlasan, bukan karena saya butuh semata.


Mandiri dan Kompromi

Saya juga belajar bahwa menjadi wanita mandiri bukan berarti harus selalu berdiri sendirian. Ada seni dalam berkompromi tanpa kehilangan prinsip. Saat saya membuka ruang untuk kehadiran orang lain, bukan berarti saya menyerah pada kemandirian saya, tapi saya memilih untuk memberi kesempatan kepada diri sendiri agar bisa merasa lebih ringan.


Mengizinkan Diri untuk Rentan

Selama ini saya terlalu terbiasa memikul semuanya. Tapi sekarang, saya mulai belajar mengizinkan diri sendiri untuk rentan, untuk mengatakan ‘saya butuh ditemani’ tanpa merasa bersalah atau lemah. Karena ternyata, menjadi mandiri dan menjadi rapuh adalah dua hal yang bisa berdampingan dalam diri seorang perempuan.


Mencari Keseimbangan

Yang saya pelajari sejauh ini adalah tentang menemukan keseimbangan antara menjadi kuat dan membiarkan orang lain hadir dalam hidup saya. Saya ingin tetap menjadi wanita yang bisa berdiri di atas kakinya sendiri, tapi juga wanita yang tidak takut untuk berkata, “Boleh aku bersandar sebentar?”


Refleksi untuk Kamu

Bagaimana dengan kamu?
Apakah kamu pernah merasa terlalu kuat hingga lupa bahwa kamu boleh lelah?
Apakah kamu juga belajar membuka ruang untuk kehadiran orang lain tanpa merasa kehilangan kendali atas hidupmu?


"You can be strong and still need a shoulder to lean on." — Unknown.



No comments:

Post a Comment

leave your comment here!