Follow Us

Tuesday, December 25, 2018

Tanganmu Harimaumu, Awas!

12/25/2018 11:21:00 PM 10 Comments


Kalau jaman dulu mendengar kata pepatah atau kata bijak itu hal yang biasa dan sering. Tapi sekarang? Masihkah? Di era modern yang serba teknologi ini loh. 

Kata bijak mulutmu harimaumu tentu sudah tidak asing ya kan? Tapi kalau tanganmu harimaumu? Hehe ini cuma plesetan saya saja. Jaman sekarang kan orang banyak berkutat di depan gadget. Lebih banyak menggunakan tangan untuk berkomunikasi ketimbang mulut dan bertatap muka. 

Jika kamu penggemar youtube, apakah kamu termasuk yang suka menulis komentar? Apakah kamu yang suka menonton sambil membaca komentar?

Kalau saya pribadi termasuk yang silent reader. Dan saya mengamati banyak sekali komen-komen yang positif maupun negatif. 

Belakangan juga saya sering membaca berita netizen dilaporkan pemilik konten media sosial seperti youtube/instagram karena komen negatif entah itu karena mengancam, mem-bully, dan semacamnya. Dan setelah ketemu tersangkanya, rata-rata anak abege. OMG!

Miris rasanya. Kebebasan berpendapat di dunia maya dengan nama samaran (nickname) seperti tidak ada batas lagi. Orang bebas berkomentar apa saja semaunya tanpa memikirkan pemilik konten yang ternyata adalah manusia juga sama seperti yang memberi komentar. Mereka punya hati dan perasaan juga. Ya iyalah sesama manusia. :)

Semestinya hal seperti ini diantisipasi. Jangan sampai teknologi malah memberi efek negatif. Orang seperti tidak sadar bahwa apa yang dilakukan adalah sesuatu yang tidak baik. Baru tahu setelah kena batunya (terciduk). Hmm...

Maka itu, hati-hatilah menggunakan tanganmu untuk mengetikkan kata-kata di gadgetmu. Karena apa pun yang kamu ketik akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Gunakanlah media sosial untuk hal-hal yang baik/positif. 

Jangan malah muncul:
1. Budaya nyinyir
2. Budaya bully
3. Kriminal

:)

Begini yang Terjadi Kalau Tidak Rejeki

12/25/2018 10:33:00 PM 0 Comments

1. Tumpah

Sore tadi saya baru saja duduk di depan atm Gramedia Matraman bersama seorang teman. Kami menikmati segelas Dum-Dum rasa Thai Tea. Baru berapa seruput, gelas teman saya terlempar jatuh ke lantai. Otomatis isinya tumpah karena tutupnya terlepas. Lantai pun kotor. Masih ada tersisa beberapa seruput di bagian dalam gelas.

Teman saya bilang, "Apa kurang sedekah ya." Dia merasa mungkin kurang sedekah karena minuman seharga 22 ribu itu tak bisa dinikmati lagi. Bahkan menurutnya baru dua ribu yang dia minum. :)

Hmm, kalau tidak rejeki memang ada-ada saja alias banyak cara Allah untuk mengambilnya secara tak terduga. Salah satunya adalah contoh di atas. 

Perihal apakah memang benar kurang sedekah, wallahu alam. Allah yang lebih tahu. :)

2. Tertinggal

Saya pun pernah mengalami kejadian yang namanya tidak rejeki ini. Hal-hal simpel sih ya. Pernah suatu ketika saya beli segelas Hop-Hop. Lalu saya mampir makan di sebuah tempat makan (Platinum) bersama teman saya di Atrium Senen. Lalu kami pulang terpisah. Sampai di kos saya baru sadar kalau minuman saya tidak saya bawa. Entah tertinggal di Platinum atau di lantai satu sewaktu saya sempat mampir sebentar melihat fashion show. :)

3. Tertukar

Kejadian 1
Pernah juga saya membeli bungkusan sebanyak 2 plastik dengan isi berbeda. Sengaja saya pisah plastik karena satu plastik untuk orang lain. Yang untuk saya, langsung saya masukkan tas. Begitu sampai di kos, rupanya plastik tertukar. :)

Kejadian 2
Suatu ketika saya pernah naik travel dan membawa sebuah kardus ditaruh di bagasi belakang mobil. Saya turun dini hari gelap itu. Dan buruknya saya tidak ingat kardus saya (tidak diberi nama atau tanda). Dan rupanya ada kardus-kardus lain juga yang mirip. Jadilah saya salah memilih kardus. Padahal saya penumpang pertama yang turun. Ketika pagi hari akan berangkat ke kantor, saya bongkar isi kardus ternyata salah kardus. Isinya jauh berbeda dari punya saya. Isinya makanan semua sih sama seperti yang saya dapat juga makanan. Tapi sangatlah berbeda. Dan ya mau bagaimana lagi. Sudah tertukar dengan penumpang lain yang rumahnya jauh. Penumpang itu pun tak menelpon ke sopir travel. Padahal saya menelepon ke sopir travel. Ya sudahlah bukan rejeki. :)

Kejadian 3
Kalau cerita yang ini kisahnya ibu saya. Jadi beliau itu memisahkan bungkusan dalam plastik untuk saya dan kakak saya. Tak tahunya bungkusan itu tertukar. Padahal ibu saya loh yang memberikan sendiri ke kakak saya. :)

Masih banyak tentunya kisah-kisah tak rejeki. Justru hal-hal kecil yang terjadi. Tapi cukup mengena. Tidak menyangka. Tapi semua kejadian itu mengajarkan saya untuk ikhlas. :)





Friday, December 14, 2018

Jenis Soal UTS, UAS dan Kuis Kuliah S2

12/14/2018 01:10:00 AM 0 Comments
Hai Sobat yang budiman, saya sedang ingin posting bebas (ah biasanya juga posting bebas random kok). Kali ini ingin cuap-cuap sedikit saja (banyak juga bebas kali kan blog sendiri) tentang jenis soal uts, uas, dan kuis berdasarkan pengalaman saya selama 3 semester ini.


UTS (Ujian Tengah Semester)

Mayoritas mata kuliah ada UTS. Hanya beberapa mata kuliah yang tidak ada UTS, bisa dihitung jari per semester sekitar 1 mata kuliah.

UAS (Ujian Akhir Semester)
Sebagian mata kuliah ada UAS tapi sebagian tidak (horeee!). Kalau tidak ada UAS biasanya diganti dengan presentasi akhir kelompok.

Berikut adalah jenis soal UTS dan UAS. Yuk simak!

Essay vs Pilihan ganda
Jenis soal favorit alias paling banyak adalah essay (uraian). Ada juga yang kombinasi essay dan pilihan ganda. Mata kuliah yang UTS-nya pilihan ganda saja ada tapi saya tidak mengambil mata kuliah pilihan tersebut. Selama 3 semester hanya ada 2 mata kuliah yang soalnya kombinasi essay dan pilihan ganda. Sisanya essay semua.

Kalau soal pilihan ganda, jawabannya sudah pasti ada 1 yang benar di antara pilihan jawaban ya. Nah, kalau essay, jawabannya tidak ada benar atau salah. Mungkin lebih ke ketepatan. 

Closed book vs Open book vs Open Notes
Mending mana, closed book, open book atau open notes? Semuanya ada kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tipe soal closed book biasanya ada jawabannya di buku tapi sulitnya adalah harus kuat menghapal. Sedangkan tipe soal open book memudahkan orang supaya tidak menghapal namun kabar buruknya biasanya soal tidak ada jawabannya di buku. Oh tidak!

Nah, yang terakhir open notes ini menuntut kita untuk membuat catatan untuk menjadi pegangan kita sewaktu ujian. Bisa hanya berupa catatan di kertas A4/folio selembar. Ada juga yang bebas sebanyak-banyaknya asal tulisan tangan. Open notes ini bikin mabuk karena harus menulis kecil-kecil sekali supaya muat mencatat sekian bab hanya di selembar kertas A4. Kebayang? Kertas dibagi dulu digaris-garis sesuai bab supaya semua bab masuk (kalau saya loh ya). Keriting rasanya ini tangan (hehe lebay). Rugi kan kalau sampai ada yang tidak tercatat padahal kita sudah diberi peluang untuk mencatat dan ternyata keluar di ujian.

Uraian vs Hitungan
Kalau ini sih tergantung materi mata kuliahnya ya. 

Case study vs text book
Beberapa mata kuliah ada yang soalnya case study. Namun kebanyakan sesuai text book, hanya saja tidak sama persis di text book. Jenis soal case study lebih sulit menurut saya karena menuntut pemahaman kita akan materi (otak berpikir lebih keras - saya doank kali ya).

Kuis
Tidak semua mata kuliah ada kuis. Kuis ada yang terjadwal ada pula yang tidak alias dadakan (siap-siap saja). Ada yang setiap minggu kuis, ada pula yang setiap sekian pertemuan baru kuis. Ada kuis online (pilihan ganda) ada pula yang manual (diberi kertas soal, pilihan ganda). Ada yang soalnya essay hanya satu soal dan hanya ditampilkan di slide (jadi harus dicatat ulang atau difoto soalnya biar jelas). Kuis waktunya paling hanya 30 menit. Ada pula yang hanya 10 menit (tergantung dosen).

Sepengalaman saya kuis manual yang essay 1 soal, jawabannya itu tidak ada di buku alias jawaban bebas sesuai persepsi kita (tapi bukan berarti kita tidak perlu belajar untuk persiapan kuis karena fondasi bisa mengerjakan kuis demikian ya karena kita sudah membaca materinya).

Sekian sharing saya hari ini ya sobat, selamat akhir pekan! Hehe kan sudah jumat. :)

Tuesday, December 11, 2018

Tahu Casual Relationship?

12/11/2018 07:41:00 PM 10 Comments
Beberapa hari lalu saya mendapat istilah casual relationship dari seseorang. Sumpah saya tidak tahu-menahu istilah ini. Maklumlah saya awam di dunia per-dating-an. Jadi kala itu saya mengobrol di whatsapp. Seseorang di seberang sana menanyai saya begini, "Tertarik casual relationship?"


Jegerr! Apaan itu ya.
"Yang gimana ya?" tanya saya balik.
"Cari aja di Google," balasnya. Yaelah pelit amatlah kamu Kakak.
Baiklah saya cari di Google. Hiks. 

Kalau yang saya tangkap dari wikipedia atau pun lovepanky, casual relationship atau casual dating adalah hubungan romansa antara pria dan wanita yang melibatkan emosi maupun fisik tanpa adanya komitmen untuk menikah. Dengan kata lain pacaran tanpa komitmen. 

Casual relationship ini bentuk longgar dari relationship biasa. Jadi, di saat bersamaan kamu bisa punya pasangan casual relationship lebih dari satu. Dan hal itu adalah hal yang biasa saja karena memang konsepnya begitu. Umumnya hubungan begini adalah kebutuhan hubungan seksual tanpa adanya komitmen menikah. Dan tentu kamu bisa berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan casual relationship kamu itu tanpa merasa bersalah karena memang kamu dan pasangan kamu sudah saling setuju dan memahami peraturannya.

Sebenarnya casual relationship ini bukan istilah baru kalau di negara-negara barat sana. Definisi yang saya ambil juga dari situs barat. Di sana kan seks pra nikah adalah hal biasa. Jadi, casual relationship adalah hal yang lumrah di sana. Sama-sama butuh.

Oke, setelah tahu definisinya (semampu saya mencerna kalimat berbahasa Inggris yang saya baca), saya bilang, "Hmm ga deh."

Lalu saya terima emoticon sedih darinya. Lah, kenapa sedih? Kalau dia maunya casual sementara saya maunya committed kan tidak nyambung, tidak menyatu begitu ya. 

Nah, yang jadi pertanyaan saya, sama tidak sih konsep casual relationship di Indonesia dengan negara barat? Hmm... Berhubung si kakak tidak menjelaskan dan saya sudah terlanjur bilang "tidak", jadilah menjadi misteri. Saya jadi tidak tahu konsep yang dia maksud apakah sama dengan yang saya baca. :(

Kalau memang benar seperti definisi yang saya tangkap, tentu saya tidak mau. Sudah tidak muda lagi. Wasting time. Sudah banyak dosa, jangan tambah dosa lagi.  :)

Saya masih berpikir positif, semoga di Indonesia ini casual relationship adalah hubungan dating biasa yang tanpa komitmen. Tidak pakai skinship atau hubungan seksual. :D

Semoga saja di Indonesia tidak selonggar negara barat. Kalau Indonesia sudah mengadopsi dari dunia barat plek jiplek, haduh mau bilang apa saya. Kok ya sudah bebas sekali pergaulan di Indonesia. Maaf, sepertinya saya saja yang tidak gaul. :)

Karena penasaran, saya sempat bertanya ke adiknya teman saya dari UK. Dia bilang casual relationship itu ya hubungan seks tanpa ada komitmen menikah. Nah loh?

Dan hubungan tanpa komitmen ini akan sulit menjadi hubungan yang komit jika di tengah jalan salah satunya ada yang kemudian ingin berkomitmen. Tidak menutup kemungkinan jadi komit sih tapi biasanya sulit. 

Duhai Kakak, padahal awalnya percakapan kita asyik. Tapi kemudian buyar gegara munculnya kata casual relationship. Senang ketemu kamu, tidak menyangka ternyata kamu kakak kelas yang tak pernah bertemu sebelumnya. (note: kalau kamu baca ini, text me..)