Follow Us

Saturday, March 22, 2025

Kenapa Kita Selalu Ketemu Orang yang Salah?




Sobat, pernahkah kamu merasa seperti selalu terjebak dalam pola yang sama, bertemu orang yang salah, atau terlibat dalam hubungan yang tidak sehat? Rasanya seperti berputar dalam lingkaran, bertemu orang baru tapi ujung-ujungnya luka yang sama kembali terulang. Banyak orang mengalami hal ini, dan mungkin kamu bertanya-tanya, “Kenapa ini selalu terjadi padaku?”

Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa perasaan ‘selalu ketemu orang yang salah’ sering kali berakar dari pola bawah sadar kita. Banyak dari kita membawa ‘pola lama’ dari masa lalu, baik dari pengalaman masa kecil, hubungan keluarga, maupun hubungan romantis sebelumnya. Pola ini membentuk persepsi kita tentang cinta, kepercayaan, dan rasa aman. Jika kamu tumbuh di lingkungan yang tidak sehat secara emosional, ada kemungkinan tanpa sadar kamu tertarik pada orang yang memunculkan rasa yang familiar, meski itu toxic.

Kedua, terkadang kita memiliki ‘blind spot’ atau titik buta dalam mengenali red flags. Ketika jatuh cinta atau merasa nyaman dengan seseorang, kita sering kali mengabaikan tanda-tanda bahaya. Kita membenarkan perilaku buruk dengan alasan ‘semua orang punya kekurangan’ atau ‘aku bisa mengubahnya’. Padahal, mengabaikan red flags hanya akan memperpanjang rasa sakit di kemudian hari.

Selain itu, faktor rendahnya self-esteem juga sangat berpengaruh. Ketika kita tidak merasa cukup berharga, kita cenderung menetapkan standar yang rendah dalam memilih pasangan atau teman dekat. Kita takut kesepian, takut ditinggalkan, sehingga lebih memilih bertahan dengan orang yang salah daripada menghadapi ketidakpastian atau kesendirian.

Banyak dari kita juga sering kali terburu-buru dalam membangun koneksi, tanpa mengenal seseorang secara mendalam. Kebutuhan akan validasi eksternal membuat kita lebih cepat merasa ‘klik’ hanya karena merasa diperhatikan atau dicintai, padahal kita belum benar-benar mengenal karakter aslinya. Inilah yang membuat kita rentan terjebak dalam hubungan yang salah.

Ada juga peran dari ‘repetisi trauma’ atau repetition compulsion. Ini adalah kecenderungan bawah sadar untuk terus mengulangi pola relasi yang serupa dengan luka masa lalu, dengan harapan bisa memperbaiki atau mendapatkan hasil yang berbeda. Namun, tanpa kesadaran dan perubahan pola pikir, kita hanya akan terus jatuh ke lubang yang sama.

Selain faktor internal, lingkungan sosial dan budaya juga berkontribusi. Tekanan sosial untuk tidak ‘sendiri’ atau keinginan untuk segera memenuhi ekspektasi orang lain membuat kita menurunkan kriteria dan mudah kompromi terhadap perilaku yang tidak sehat. Kita lebih takut dinilai gagal dalam relasi daripada kehilangan diri sendiri.

Namun, perlu diingat bahwa bertemu orang yang salah juga adalah bagian dari proses belajar. Setiap kegagalan membawa pelajaran penting tentang siapa diri kita, apa yang kita butuhkan, dan bagaimana kita layak diperlakukan. Orang yang salah bukan berarti sepenuhnya buruk, tapi bisa jadi adalah cermin yang menunjukkan luka dan batasan yang belum kita tetapkan.

Agar tidak terus terjebak dalam pola ini, penting untuk memulai dari dalam diri. Tingkatkan self-awareness, perbaiki harga diri, dan tetapkan boundaries yang jelas. Jangan takut untuk mengambil waktu sendiri, sembuhkan luka lama sebelum membuka pintu bagi orang baru. Proses ini mungkin tidak mudah, tapi akan membantumu menarik orang yang lebih selaras dengan dirimu yang sudah berkembang.
Pada akhirnya, bertemu orang yang tepat bukan hanya tentang keberuntungan, tapi tentang seberapa dalam kita mengenali dan mencintai diri sendiri. Saat kamu sudah nyaman dengan dirimu sendiri, kamu akan lebih mudah menarik relasi yang sehat, saling menghargai, dan tumbuh bersama. Jadi, sebelum bertanya “kenapa aku selalu bertemu orang yang salah?” cobalah bertanya “apa yang dalam diriku yang perlu aku perbaiki dulu?”


Oke, ini ada beberapa tips praktis supaya kamu bisa lebih bijak dan selektif dalam memilih relasi:

1. Kenali dan Sembuhkan Luka Lama

Sebelum masuk ke hubungan baru, coba refleksi: apakah ada luka dari masa lalu yang belum selesai? Misalnya, rasa takut ditinggalkan, trauma pengkhianatan, atau rasa tidak cukup berharga. Sembuhkan ini dulu agar kamu tidak mencari "penyembuhan" di orang yang salah.

2. Tetapkan Standar dan Batasan

Buat daftar nilai dan prinsip yang kamu pegang dalam hidup. Apa yang penting untukmu dalam hubungan? Apa saja perilaku yang tidak bisa kamu toleransi? Batasan ini akan menjadi "filter" saat kamu bertemu orang baru, sehingga kamu tidak mudah goyah.

3. Jangan Abaikan Red Flags

Perhatikan perilaku yang membuatmu merasa tidak nyaman sejak awal. Jangan abaikan intuisi kamu. Kalau ada tanda-tanda manipulasi, ketidakjujuran, atau sikap yang merendahkan, segera evaluasi hubungan tersebut.

4. Bangun Koneksi Perlahan

Hindari terburu-buru jatuh ke dalam hubungan yang intens sebelum kamu benar-benar mengenal orang itu. Beri waktu untuk melihat konsistensi sikap dan tindakan mereka dalam berbagai situasi, bukan hanya saat PDKT.

5. Tingkatkan Self-esteem

Semakin kamu mencintai dan menghargai diri sendiri, semakin kecil kemungkinan kamu akan ‘settle’ dengan orang yang salah. Investasikan waktu untuk melakukan hal-hal yang membuatmu merasa berharga dan bahagia secara mandiri.

6. Latih Keterampilan Komunikasi

Belajar menyampaikan kebutuhan dan ekspektasi dengan jelas sejak awal. Orang yang tepat tidak akan merasa keberatan dengan kejujuran dan keterbukaanmu. Sebaliknya, orang yang salah akan merasa terancam atau mencoba menghindar.

7. Perhatikan Pola Hubungan Sebelumnya

Coba catat pola dari hubungan-hubungan yang pernah kamu jalani. Apakah kamu cenderung tertarik pada orang dengan tipe yang sama? Misalnya, orang yang kurang peduli, terlalu dominan, atau sulit berkomitmen. Pola ini bisa memberi insight tentang apa yang perlu kamu ubah.

8. Prioritaskan Kesehatan Emosional

Ingat, hubungan yang sehat tidak hanya soal chemistry, tapi juga tentang rasa aman, nyaman, dan pertumbuhan bersama. Jangan biarkan emosi sesaat membuatmu mengorbankan ketenangan dan kesehatan mentalmu.

9. Konsultasi ke Profesional

Jika merasa terus terjebak dalam hubungan yang salah atau sulit keluar dari siklus toxic, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor. Perspektif dari luar bisa membantumu mengenali blind spot yang selama ini terlewat.

10. Jangan Takut Sendiri

Kesendirian bukan kegagalan. Justru dengan merasa utuh saat sendiri, kamu bisa lebih selektif dan sadar saat memilih siapa yang pantas masuk dalam hidupmu. Kadang, ketakutan akan kesepian adalah alasan utama kita bertahan di tempat yang salah.


Kita tidak selalu bertemu orang yang kita butuhkan, tapi selalu bertemu orang yang mengajarkan.


Cheers,

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!