Follow Us

Thursday, November 21, 2019

Jalan-Jalan ke Palembang, Kunjungi 5 Tempat Wajib ini, Yuk!

11/21/2019 05:35:00 PM 0 Comments
Saya ke Palembang gegara ikutan konferensi. Menyelam sekalian minum airlah ya. Selain ikut konferensi sekalian jalan-jalan. Yuhuuu! Sebenarnya saya sudah pernah ke Palembang, tapi cuma transit di bandaranya. Kira-kira, apa saja sih tempat wisata di Palembang? Kalau kamu googling bakal ketemu banyak rekomendasi tempat wisata untuk dikunjungi. Tapi berhubung waktu saya di sana terbatas, jadi saya hanya mengunjungi beberapa tempat yang lokasinya masih terjangkau alias tidak jauh dan tidak sulit dijangkau.

Jembatan Ampera

Ke mana saja? Simak ulasan berikut ini!

1. Masjid Agung Sultan Mahmud Badarrudin II
Masjid Agung ini sepertinya adalah masjid kebanggaan wong Palembang. Saya ke sana saat itu menjelang magrib. Sengaja sekali mengambil momen itu untuk berjamaah sholat magrib. Saat itu saya masuk dari pintu yang di depannya ada air mancur. Ketika saya menuju ke dalam masjid, sudah ada penjaga di depan yang menawari menyimpan sepatu di tempat khusus penitipan. Saya pun ditunjukkan tempat wudhu ada di sebelah kanan dari pintu.


Jamaah tidak terlalu ramai ya untuk perempuan. Cuaca di Palembang kan setipe ya dengan sumatera lainnya seperti Lampung dan Bengkulu (masih sumbagsel) yang relatif panas. Jadi, saya merasakan gerah sekali di dalam masjid ketika sholat. Pendingin yang tersedia adalah kipas angin. Dan kipas tersebut tidak menjangkau tempat saya bersujud jadi terasa panas.




2. Museum Sultan Mahmud Badarrudin II
Ketika saya datang, museum ini sepi alias tidak banyak pengunjung. Di dalam ada beberapa anak sekolah yang sedang ada tugas sekolah sepertinya. Begitu saya naik ke atas, ada seorang petugas pria. Beliau bilang, masuk dulu, bayar belakangan ketika pulang. Berapa yang harus dibayar? Lima ribu rupiah saja. Murah kan? Dan itu tidak pakai tiket bukti masuk loh. :D



Seorang tourist guide sekitar umur 70-an tahun sedang menjelaskan sesuatu kepada seorang anak sekolah. Saya yang baru masuk, ikut nimbrung hihi. Bahkan beliau memberi saya wejangan agar cepat dapat jodoh (oops nasib single :))

Beliau juga menasehati saya agar meninggalkan pengetahuan jangan meninggalkan harta. 

contoh prasasti

Di dalam ada berbagai prasasti dan juga peninggalan kerajaan Sriwijaya. Museum ini tidak besar dan tampak tua alias tidak terurus. Di dalam juga tidak ber-AC. Tapi lumayanlah buat kamu yang ingin melihat-lihat tentang sejarah sriwijaya.

Usai dari museum, saya jalan ke sebelah museum ada foodcourt. Saya makan siang di sana. Awalnya mau makan pindang baung tapi kata penjualnya lebih mahal karena besar. Ya sudah akhirnya saya makan pindang patin. Sebenarnya pindang bukan makanan baru buat saya yang memang lahir dan besar di lampung dan bekerja di Bengkulu, tapi tak apa, coba yang dari Palembang bagaimana rasanya.

3. Taman Purbakala Sriwijaya
Waktu itu saya putuskan cepat untuk ke Taman Purbakala Sriwijaya saat saya makan di sebelah museum. Saya pilih ke sini karena di situ ada museum sejarah Sriwijaya dan ada spot foto yang lumayan juga. Begitu tiba di sana, saya harus membayar tiket masuk 5 ribu rupiah. Ya Allah... murahnya. Museumnya lebih luas dari museum Sultan Mahmud Badarrudin II. Ruangannya juga ber-AC. Koleksinya lebih banyak tentunya. Hanya saja lokasinya agak jauh dari pusat kota sekitar 10 km dari museum Sultan Mahmud.





Taman Purbakala ini luas sebenarnya hanya saja saya tidak sempat berkeliling untuk berfoto. Saya berjalan ke depan mengambil foto kapal Cheng Ho. Di sekitaran situ banyak orang jualan.



4. Benteng Kuto Besak (BKB)
Sepertinya Benteng Kuto Besak ini tempat wajib kamu yang berkunjung ke Palembang ya. BKB sudah seperti tempat berkumpulnya orang Palembang. Kalau mau ke sini baiknya saat sore hari menuju malam karena kamu bakal bisa melihat pemandangan jembatan ampera di malam hari berhias lampu.



Di sini juga banyak orang jualan ketika sore hari. Ada juga orang jualan di perahu-perahu terapung. Bisa dibilang mirip Floating Market Lembang. Ramai orang berkumpul di sini. Cocok untuk menikmati sore hari.




5. Masjid Cheng Ho
Saya bela-bela ke Masjid Cheng Ho menuju waktu magrib jadi saya sholat magrib di sana. Lokasinya agak jauh dari pusat kota sekitar 10 km. Masih bisa dijangkau gojek kok tenang saja, hanya saja agak lebih mahal ya apalagi pas sore menjelang magrib.



Masjid Cheng Ho ini tidak besar tapi desainnya cantik. Dalamnya juga ber-AC. Toilet wanita tersedia dan bersih. Tempat wudhu mirip di Saudi ya ada tempat duduknya. Ada penjaga sandalnya juga. Waktu itu jamaah sholat magrib lumayan banyak.


Pelajaran Kehidupan

Biarpun perjalanan saya bisa dibilang cukup singkat, namun tetap saja ada pelajaran kehidupan yang Allah kasih ke saya. Pasti Allah ingin saya belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan bijak dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Apa sajakah itu?

1. Saya belum pernah ke Palembang dari kabupaten tempat saya tinggal saat ini. Jadi, saya tanya sana-sini kepada orang yang sudah pernah ke sana soal transport. Dan pada gilirannya saya berangkat, saya sudah dipesankan travel dari kos saya oleh seorang rekan kantor saya. Bahkan beliau datang ke kos saya sore hari sebelum keberangkatan saya esok harinya untuk memberikan nomor hp sopir travelnya bahkan beliau meminta si sopir sekalian memesankan busnya. Baik sekali ya beliau. Bahkan keesokan paginya saat saya sedang menunggu travel yang tidak kunjung datang (saya jadi cemas karena mengejar bus), rekan kantor tadi menelpon saya mengatakan bahwa sopir travel sudah dekat kos saya dan mengucapkan selamat jalan semoga selamat sampai tujuan. Sekali lagi, baik kan ya? Kalian setuju? Bagi saya, rekan kantor ini memang orang yang baik, tak peduli apa pandangan orang lain terhadapnya, bagi saya beliau baik. Terima kasihku teruntuknya. Semoga Allah membalas kebaikannya.

2. Ternyata di travel, saya sendirian. Tak ada penumpang lain. Perjalanan ditempuh sekitar 1,5 jam. Travel ini jangan dikira travel layaknya avanza innova begitu ya. Travel ini armadanya mobil carry jaman dulu yang sudah tidak bagus kondisinya. Sampai pool bus, benar saja saya diantar sampai sana dan dipesankan langsung. Hehe padahal saya juga bisa ya pesan sendiri.

3. Begitu naik bus, loh ternyata bukan bus AC ya. Saya tanya rekan saya via whatsapp ternyata memang tidak ada AC. Hmm, pantaslah murah. Hehe. Kebayang tidak nyamannya perjalanan berjam-jam naik bus non-AC. Padahal saya memilih bus ketimbang travel supaya saya lebih nyaman perjalanan jauh tidak mabuk. Tapi ternyata di luar ekspektasi. 11 jam saya tempuh di bus tersebut sampai Palembang. Kebayang kan gerah panas dsb? Kursi sempit, tidak nyaman busa kursinya. Hehe. Biarpun tahu menderita begitu, pulangnya saya tetap memilih bus yang sama. Berpanas-panasan di bus pun saya jalani saja sama seperti penumpang yang lain. Dari sini saya sadar betapa saya adalah rakyat jelata. :)

Biasanya saya selalu memilih transport yang nyaman apalagi perjalanan jauh. Tapi kali ini keadaan yang awalnya mengharuskan saya menaiki bus ekonomi non AC yang memang sebenarnya menurut saya sudah tidak layak untuk perjalanan jauh sehingga saya pun mencoba untuk menikmati ketidaknyamanan ini. Walau sepanjang perjalanan bunyi musik dangdutan mengiringi perjalanan kami begitu kencangnya, faktanya saya tetap bisa tertidur. Walau panas berkeringat, duduk tidak nyaman, saya tetap bisa tidur. Toh di antara para penumpang sekalian tak ada satupun yang mengeluh ini itu. Bapak sopir yang tiap hari menyopir juga tak ada mengeluh. Jadi, intinya adalah menjalani dan menikmati. Toh segala penderitaan itu hanyalah sebuah cerita ketika kita sudah selesai menjalaninya. Toh semua penderitaan itu hanya sebentar saja ketika kita menjalaninya. Semua akan berlalu. Dan ketika semua penderitaan itu telah berlalu, semua terasa enteng. Tak ada yang sulit asal kita ikhlas. :)

4. Saya bertemu pemandu wisata museum yang mengatakan agar saya meninggalkan pengetahuan jangan meninggalkan harta karena harta akan habis. Beliau juga menasehati saya agar cepat dapat jodoh. Beliau memberikan saya saya tips cepat dapat jodoh. Mau tahu? Beliau menyarankan agar puasa senin kamis 4 kali senin dan kamis dalam sebulan kemudian setelah itu bersedekah jajan ke anak-anak kecil tak perlu mahal cukup seribu rupiah per anak sejumlah 40 anak sambil dibacakan sholawat setiap kali memberi ke tiap anak. Apabila sebulan pertama masih belum mendapat jodoh, coba lagi bulan berikutnya berpuasa senin kamin 4x masing-masing dalam sebulan lalu sedekah lagi.

5. Ketika saya menunggu gojek di masjid Chengho, ada seorang laki-laki iseng menurut saya. Iseng bagaimana? Dia duduk di pelataran masjid sambil merokok. Di depannya ada sebuah motor. Sepertinya sih miliknya. Saya berdiri menunggu gojek tak jauh darinya. Beberapa waktu saya berdiri, laki-laki itu bertanya ke saya, apa nama masjid itu. Iseng tidak sih? Dalam hati saya sudah tidak nyaman untuk meladeni pertanyaannya tapi saya jawab. Kalau tidak dijawab nanti dibilang sombong kan. Lalu dia bilang chengho yang dari budha ke islam atau bagaimana saya tidak begitu menangkap pertanyaan lanjutan darinya. Saya jawab tidak tahu atau mungkin saya lupa. Lalu dia bilang lagi kalau saya islam turunan. Tapi kala itu saya tidak begitu ngeh kalau dia mengatai saya. Lalu saya jawab, "Mungkin." Saya tidak nyaman dengannya dan jawaban saya menyudahi perkataannya yang menusuk itu. Sombong sekalilah orang tersebut menurut saya. Mengetes? Merasa paling benar paling baik? Tak ada kerjaan. Sadarkah kamu bahwa apa yang kamu lakukan mungkin tak kamu sadari bisa menyakiti orang lain. Dan menyakiti orang lain bisa menghalangimu masuk surga. Halo kita orang asing loh ya tak saling kenal. Tapi apa yang kamu ucapkan dengan mulutmu sekian detik itu bisa menyakiti orang lain akibat keisenganmu. Hati-hatilah menjaga mulutmu.

6. Ini soal rejeki. Kali ini saya tidak bisa cerita detail tapi di sini saya menyadari betapa rejeki sudah diatur. Akan lebih enak ketika kita mengikhlaskan 'itulah rejeki saya'. Walau saya sempat merasa sebentar, wah saya bagaikan anak tiri (hihi lebay), tapi itu adalah pembelajaran luar biasa buat saya. Menyukuri apa yang Allah telah berikan akan terasa lebih adem lebih indah ketimbang merasa negatif ini itu. Normal ya sempat merasa negatif ini itu tapi ya hanya sebentar saja. Cepat ambil hikmahnya. Cepat ambil sisi positifnya apa yang kita dapat.

7. Terakhir adalah soal menepati janji. Entah kenapa ya saya seringkali di PHP orang lain. Posisi di PHP itu rasanya tidak enak, sangat tidak enak. Sobat, kamu jangan suka PHP ya! Posisikan dirimu ketika kamu berada di posisi korban PHP. Mau?

Pelajaran kehidupan ini memang tak terduga datangnya. Setiap kali bepergian jauh selalu saja ada pelajaran yang saya peroleh. Mungkin memang saya harus sering-sering piknik ya biar semakin menjadi pribadi yang matang. :D

Ok. Sekian cerita dari saya. Jalan-jalan ke mana lagi ya selanjutnya? Tunggu ya sobat!

Pengalaman Conference Paper SICONIAN #1 di Palembang

11/21/2019 09:05:00 AM 0 Comments
Konferensi SICONIAN alias Sriwijaya International Conference of Information Technology and its Application di Hotel Beston Palembang tanggal 16 November 2019 adalah konferensi kedua saya setelah CITSM 2018 lalu di Danau Toba. Awal mula saya mengikuti konferensi ini adalah rekomendasi dari dosen pembimbing saya dulu. Beliau meminta saya memasukkan paper saya ke SICONIAN. Saat itu ada perpanjangan waktu alias deadline memasukkan paper.


Foto bareng sesama UI

Sebelumnya saya sudah menulis draft dalam format ieee tapi ternyata beliau menyarankan memasukkan paper ke SICONIAN yang formatnya adalah satu kolom bukan 2 kolom seperti ieee. Akhirnya, setelah saya mulai kerja lagi di kantor, saya buat draft sesuai permintaan SICONIAN. Tapi, setelah sekian waktu berlalu, rupanya mau mengedit draft itu beratnya tidak ketulungan. Subhanallah saya harus berjuang mengalahkan rasa malas yang tidak patut dicontoh.

Sampai tiba hari deadline, saya baru mengedit dan memasukkan paper saya. Tapi sungguh tak disangka, paper saya 'fail' alias gagal submit. Ya Allah... awalnya karena kelebihan 1 halaman. Okelah saya edit dulu halamannya karena masih ada waktu. Lalu saya submit lagi, eh fail lagi juga. Masalahnya adalah ada font yang tidak bisa dibaca atau ter-convert dengan baik. Padahal pdf saya tak ada masalah pikir saya. Saya berpikir mungkin di aplikasi converter-nya. Saya coba ganti yang lain eh ternyata sama juga gagal submit. Saya pun akhirnya pasrah karena waktu submit sudah habis. :)


Kala itu saya berencana untuk kirim email permintaan maaf ke dosen saya karena gagal submit keesokan harinya. Hehe. Tapi rupanya hal itu tak jadi saya lalukan sampai beberapa hari. Ketika saya buka email kantor, saya mendapat email dari SICONIAN yang menyatakan saya menjadi author sebuah paper yang rupanya adalah paper kami dulu, teman saya meng-upload paper kelompok kami dulu sewaktu kuliah. Loh kok teman saya ternyata ikutan juga. Baiklah saya cek ke halaman upload paper dari teman saya itu. Di sana saya bisa lihat status paper aktif dan manuscript-nya ada. Dan yang heran, sumpah ya tidak menyangka, ternyata status paper pribadi saya juga aktif dan ada manuscript-nya! Padahal kan gagal upload ya sebelumnya. Kok bisa? Ya Allah, mungkin masih rejeki ya... Setelah itu saya masukkan dua dosen saya sebagai author di situ.

Tiba giliran pengumuman, paper kelompok kami mendapat notifikasi terlebih dahulu bahwa paper diterima. Untuk paper kami ini selanjutnya teman saya yang presentasi dan mendapat dana dari kantornya. Syukurlah. Nah, paper saya baru pengumuman diterima tanggal 7 november 2019 dan revisi final tanggal 10 november. Mepet ya? Awalnya ada revisi banyak sih sebelum akhirnya diterima. 

Begitu diterima, saya bingung ini konferensi jadi tanggal 16 atau tidak? Notifikasi pembayaran tidak ada, jadwal dsb juga belum muncul sampai h-1. Tapi saya mengobrol dengan teman saya yang submit paper kami, kata dia jadi tanggal itu. Dia bilang, MC acara itu teman sekelas kami dulu, dia sudah konfirmasi ke dia. :)

Saya berangkat hari jumat menuju Palembang. Tiba di hotel pukul 21.00. Lelah sekali rasanya. Mana saya belum membuat slide. Akhirnya pagi hari setelah sholat shubuh saya kejar target membuat slide yang apa adanya sekali. Benar-benar parah deh saya ini ya. Peringatan keras, jangan ditiru! :D

Giliran presentasi adalah hari sabtu tanggal 16 november 2019 setelah zuhur. Saya mendapat giliran di ruang 1 (damar 1) nomor urut 9. Saya sempat salah masuk ruang gegara di web ditulis pinus 1 lah kok pas hari h jadi damar 1. Sebelumnya saya di whatsapp dosen saya disuruh menitipkan bukti bayar saya ke teman yang ikut konferensi juga. Saya diberi 2 nama. Waduh, saya tidak kenal keduanya lagi. Yang mana orangnya? Setelah saya cek, ternyata mereka satu kelas presentasi dengan saya. Berhubung mereka gilirannya lebih duluan, jadi saya harus menunggu mereka biar tahu mereka yang mana. Eh, tapi pas sudah di ruangan, ternyata mereka duduk di belakang saya. Kebetulan? Tak ada kebetulan di dunia ini kan ya. Eh, kok bisa tahu mereka di belakang saya? Itu loh gegara pas saya tengok ke belakang kok saya melihat tulisan UI di laptop di belakang saya. Jadilah saya sapa mereka dan mereka welcome. Ternyata mereka anak bimbingan dosen saya. Dan ternyatanya lagi, yang satu orang satu kampung sama saya alias sesama dari Lampung. Dunia sempit ya. Kebetulan? :)


Saat presentasi ini, kesannya tidak begitu formal. Bahkan moderator mengijinkan presentasi berbahasa Indonesia. Mungkin karena masih pertama kalinya konferensi ini diadakan ya. Pesertanya juga masih muda-muda. Kalau CITSM dulu banyak dosen-dosen yang sudah senior yang jadi peserta. Kalau kemarin itu yang sekelas dengan saya ada 3 orang yang presentasi berbahasa Indonesia.


Selesai presentasi, kami menerima piagam presenter. Kok tidak ada piagam author ya? CITSM dulu ada piagam dobel presenter dan author. Setelah itu saya foto-foto bareng peserta sesama UI ada 6 orang termasuk saya. Salah satunya ada yang paper-nya jadi best paper. Keren ya. Selamat buat para pemenang best paper!

Tuesday, November 12, 2019

Jalan-Jalan ke Bandung, Kunjungi 5 Tempat Ini ,Yuk!

11/12/2019 02:59:00 PM 0 Comments
Sebelum memutuskan jalan ke Bandung, saya sudah punya agenda lain (agenda tambahan) tetapi batal. Ya sudah tak mengapa. Saya tetap berangkat ke Jakarta dengan niat melakukan agenda utama. Dan akhirnya diputuskan jalan ke Bandung selain agenda utama.

Persiapan hanya seminggu sebelum keberangkatan. Untuk tiket kereta masih ada dari Senen ke Bandung untuk hari sabtu tapi ya yang jadwal pagi sudah habis. Jadilah saya pergi dengan kereta Parahiyangan pukul 9.40 dan turun di Stasiun Bandung. Harga tiket 110 ribu rupiah. Sayang sekali kereta pulang untuk hari minggu malam sudah habis jadi saya putuskan untuk naik travel Baraya. Harga tiket Baraya 88 ribu rupiah. Pool di daerah Pasteur. Kalau di Jakarta berhentinya pilih yang di Cikini (Menteng Huis).

Ok. Setiba di Bandung, kami lanjut ke Cipaganti Inn menaruh barang lalu lanjut jalan kaki ke Ciwalk (Cihampelas Walk). Niat hati mau makan sambil menghabiskan waktu malam. Waktu itu sempat hujan sewaktu saya makan di Tong Dji. Porsi besar makan di sini. Kami pilih ini karena stand makanan lain ya sama saja dengan yang kami temui di Jakarta. Ciwalk sendiri suasananya enak buat duduk-duduk santai. Apalagi cuaca dingin-dingin seperti musim semi.

Ketika pulang malam hari menuju penginapan kami pun jalan kaki saja. Dan suasananya seram sih kata saya karena jalanan sepi orang jalan kaki, kalau kendaraan sih banyak ya. Jalan juga gelap. Lalu banyak pohon-pohon gede di sepanjang jalan.

Jalan kaki di situ lebih nyaman sih ketimbang di Jakarta yang polusi dan panas tapi ya saya lebih senang yang banyak orang lalu lalang. Berasa ada kehidupan begitu. Hehe.

Untuk keesokan harinya, begini itinerary yang saya kunjungi.

1. Tangkuban Perahu
Sekitar pukul 7.30 saya berangkat menuju Tangkuban Perahu. Kalau bicara Tangkuban Perahu jadi ingat legenda Sangkuriang ya, cerita masa kecil dulu sewaktu masih SD ada di buku cetak Bahasa Indonesia. 





Berhubung hari itu weekend, jadi tiket masuk lebih mahal. Kalau tidak salah sekitar 30 ribu per orang. Biaya masuk mobil dan parkir beda lagi. Kami berdua masuk plus mobil dan sopir habis 130 ribu. Wah, di luar perkiraan kami nih.

Di sana ada apa? Ada kawah. Pemandangan yang bisa dilihat ya kawah itu. Kawahnya masih berasap. Di sana ada juga yang menyewakan kuda. Kalau membawa anak-anak kecil, pasti mereka suka.

Di sini saya hanya sebentar. Cukup foto-foto beberapa kali jepret trus makan jagung bakar, pulang.

2. Orchid Forest
Yang disuguhkan Orchid Forest ini adalah pemandangan hutan pinus. Ya, hutan pinus! Lokasinya luas. Kalau masuk ke dalam-dalam nanti sampai di ujung pintu keluar, disediakan shuttle bus gratis untuk pulang menuju parkiran.







Lumayan lelah saya berjalan kaki di sini karena naik turun dan juga panjang. Di dalam masih ada tempat yang kalau kita masuk harus bayar lagi seperti wood bridge dan castle. Oya tiket masuk 30 ribu per orang di awal. Seperti sebelumnya, kami berdua plus sopir, mobil, dan parkir kena cas 120 ribu. Bilangnya sih 115 ribu tapi kok 5 ribu tidak dikembalikan.

Ketika saya masuk ke dalam, saya cari orchid-nya mana ya. Oh ternyata di dalam. Tidak luas sih tapi di situ disediakan tempat untuk foto. Ada antriannya juga loh. Yang mengambilkan foto petugas yang ada di dalam. Kita tinggal memberikan handphone.

3. Kebun Bunga Begonia
Kami putuskan ke Kebun Bunga Begonia setelah makan siang. Tiket masuk 20 ribu per orang. Kebun bunga ini tidak begitu luas tapi cukup instagrammable loh ya bagi pecinta foto. Bunganya warna-warni dan ada tempat duduk cantik buat foto di situ.






4. Floating Market
Floating Market Lembang ini cukup luas juga. Lumayanlah buat jalan-jalan. Ada danau di tengah lokasi. Ada orang-orang berjualan di pinggiran danau dan ada penyewaan perahu. Yang tak kalah seru ada penyewaan kostum Jepang dan Korea juga loh. Saya lihat ada pasangan yang pakai kostum Jepang lalu naik perahu sambil selfie, waduh lucu banget deh liatnya. Kesan jadulnya dapat. Hihi. Berasa Jepang jaman dulu. Tak perlu ke Jepangnya beneran buat foto doank. Tiket masuk kami berdua 60 ribu. 








Di Floating Market ini, tiket masuk kita bisa ditukar dengan free drink. Pilihannya ada kopi, lemon tea dan orange. Lumayan kan. Saya jalan-jalan keliling mencari di manalah tempat menukar minuman. Hihi. Saya mau mencoba beli makanan kecil sambil duduk-duduk di situ tapi tidak jadi karena memang sudah kenyang sih. Akhirnya minum doank. Kalau mau beli makanan di sini harus tukar koin dulu ya ada kok tempat penukaran koinnya.

5. Farm House
Farm House menjadi titik terakhir saya jalan karena memang yang paling dekat rutenya dan juga sudah sore ya. Kami harus mengejar travel ke Jakarta. Farm House tidak luas lokasinya. Tiket masuk sekitar 60 ribu berdua. Di sini ada peternakan kambing. Duh kambingnya lucu putih-putih bersih. Ketika baru masuk, tiket masuk bisa kita tukar free milk loh. Pilihannya ada rasa pisang, strawberry, coklat, dan original. Kalau saya pilih rasa pisang. Lumayan loh gelasnya besar. Segar deh mana hujan pula. :D




Di sini kamu bisa coba kostum belanda loh. Bayar 75 ribu saja sejam. Kalau saya sih tidak mencoba ya. :D

Kalau mau foto, ada juga tempat semacam gembok cinta di Korea gitu loh. Hihi. Kamu wajib foto di situ kalau memang ke situ. Tak perlu ke Korea ada gembok cinta versi Indonesia.

Ok, sekian review dari saya. Semoga bermanfaat buat kamu yang ingin jalan-jalan. Ke mana lagi ya trip selanjutnya? Tunggu ya! :)





Tuesday, October 15, 2019

Amanah dalam Berhutang

10/15/2019 09:36:00 AM 1 Comments
Sobat, pernahkah kamu berhutang? 

Apakah kamu menjanjikan akan mengembalikan hutangmu pada jangka waktu tertentu? 

Ketika tiba masa pembayaran hutang, bagaimanakah yang kamu rasakan? 

Apakah kamu merasa sayang/berat dengan uang yang kamu miliki untuk segera kamu bayarkan? 

Apakah kamu merasa uang yang kamu miliki lebih baik untuk memenuhi hajatmu yang lain dulu, halah bayar hutang bisa kapan-kapan?

Apakah kamu tidak punya uang ketika datang masa pembayaran hutang lalu kamu diam saja tak memberi kabar?

Apakah kamu tidak punya uang lantas kamu malah marah/berkata kasar kepada yang meminjamimu hutang?

Apakah kamu menyepelekan pembayaran hutang alias tidak menepati janji dari batas waktu yang telah ditentukan?

Apakah kamu membayar hutang sebelum jatuh tempo?

Apakah kamu tipe yang takut jika tidak membayar hutang?

Yang manakah kamu?


Sobatku yang budiman. Hutang-piutang adalah perkara biasa dalam kehidupan kita sebagai manusia. Saya tidak menampik itu. Hutang-piutang bisa menjadi tolong-menolong jika memang pihak yang berhutang amanah dalam mengembalikan hutangnya.

Dalam hal ini saya tidak membahas hutang berbunga alias riba ya. Karena tentu saja riba itu merugikan bagi peminjam. Bukannya tertolong dengan berhutang tapi malah semakin terperosok ke dalam lubang. Sudahlah lubang yang digali itu dalam, eh malah semakin terjatuh ke dalam. Lalu kapan dia akan naik ke atas dan menutup lubang?

Ok, sekian dulu tentang hutang riba. Kita lanjut bahasan kita di awal tentang amanah dalam berhutang. Sobatku, dalam kehidupan saya ini saya mempunyai berbagai pengalaman dengan orang-orang yang berhutang ke saya. Saya katakan mayoritas dari mereka tidak amanah dalam berhutang. Bisa dihitung sedikit sekali yang amanah. Dalam hal ini mengenai pembayaran hutang ya.

Di posting saya sebelumnya saya sudah pernah membahas tentang hutang. Kali ini saya harus membahas lagi. Takutlah kamu dalam berhutang sobat. Karena apabila kamu tidak melunasi hutangmu maka akan ditagih hingga akhirat kelak. 

Saya mungkin tidak beruntung karena saya bertemu dengan orang-orang yang tidak amanah dalam berhutang.

1. Ada yang kabur
2. Ada yang lupa kalau hutangnya belum lunas
3. Ada yang diam saja sampai bertahun-tahun
4. Ada yang memberi janji tenggat waktu tapi giliran waktu pembayaran diam saja. Malah mau minta tambah. Ketika ditagih malah menyuruh sabar.

Allahu akbar! Begitulah sifat-sifat manusia yang saya temui berkaitan dengan hutang. Rata-rata saya tidak menagih. Ada pun yang saya tagih tetapi sungguh membuat saya seolah mengemis meminta uang. Seolah rendah sekali saya di situ. Astaghfirullahal adzim. Di situ saya merasa sedih.

Mereka memelas, bermuka manis, berkata manis ketika akan meminjam, dan tak sulit untuk mendapatkan pinjaman. Tidakkah mereka merasa tertolong? Tapi begitu datang waktu membayar mereka tidak ramah. Kenapa harus berjanji jika tak bisa ditepati? Semudah itu berjanji. Tidak menepati janji menjadi hal yang lumrah. Seolah tanpa dosa. Tidakkah merasa malu?

Mereka berhutang tapi masih bisa makan enak masih bisa tidur nyenyak. 

Ya Allahu ya Rabb...

Di manapun saya berpijak seolah tidak terlepas dari orang yang hendak meminjam hutang. Kenapa saya? Sudah seringkali saya merasakan kekecewaan dengan tidak amanahnya mereka yang berhutang. 

Ya Allah jauhkanlah saya dari hutang... 





Tuesday, October 8, 2019

Induk Kucing pun Stres Kehilangan Anaknya

10/08/2019 10:14:00 AM 0 Comments
Jumat, 4 Oktober 2019
Sepulang kerja, saya mandi lalu duduk di atas tempat tidur. Saya pun asyik berinternet ria selama satu jam mendekati magrib tanpa saya sadari. Tiba-tiba terdengar suara kucing dari bawah ranjang. Saya pun kaget kok ada suara kucing. Dari mana dia masuk? Selama satu jam saya di kamar sama sekali tidak terdengar suara.

Lalu saya lihat kolong ranjang ternyata benar ada kucing yang sedang menyusui anaknya di dalam kardus di kolong ranjang. Saya benar-benar tidak habis pikir bagaimana caranya dia bawa anaknya kesitu. Karena saya jarang buka pintu. Apa dia menyelonong masuk sambil membawa anaknya satu per satu ketika saya sedang membuka pintu dan saya kemudian pergi menjemur pakaian?


Atau mungkin lewat jendela ya. Untuk ukuran badannya mungkin bisa masuk. Masalahnya, menurut saya kardus itu tingginya sama dengan ranjang lebih pendek sedikit sehingga bisa masuk kolong. Masih heran saya bagaimana dia masuk kesitu dan kapan.

OK. Saya tarik kardus ke luar ranjang. Si induk kucing hanya diam saja. Saya lihat hanya ada dua ekor anaknya yang sedang menyusu. Saya merasa aneh kan kalau saya sekamar dengan makhluk lain, jadilah saya pindahkan kardus itu ke luar kamar, persis di depan kamar dekat meja TV. Saya biarkan si kucing di sana.

Saya berpikir, kalau di kamar saya bakal sulit si kucing keluar karena pintu saya jarang dibuka. Saya kan seringnya berada di kantor. Tapi memang, di bawah kolong ranjang saya tampak aman dari musuh karena tertutup tempatnya dengan sprei. 

Syukurnya saya lihat si kucing tidak beranak di kardus itu karena saya tidak melihat ada bekas darah. Mungkin dia baru saja memindahkan anaknya kesitu. 

Tak lama kemudian, saya cek kardus sewaktu saya akan ke luar kamar, eh ternyata sudah ada 3 ekor anak kucing. Lucu-lucu warnanya beda semua. Setiap kali saya ke luar kamar saya selalu mengecek kardus itu. Jika anaknya tidak sedang menyusu, mereka sedang tidur tanpa ada induknya. Anak-anaknya belum bisa melek jadi mereka masih berumur beberapa hari perkiraan saya.

Sabtu, 5 Oktober 2019
Beberapa kali sehari saya tengok kardus dan si kucing masih di situ. Saya sejujurnya senang melihat kucing dan anak-anaknya yang sedang menyusu. Lucu-lucu. Si induk kucing sendiri memang cantik.

Minggu, 6 Oktober 2019
Saya sedang duduk di kamar, tiba-tiba saya dengar suara seperti dari kardus. Saya pikir si induk kucing datang mau menyusui anaknya. Lalu saya buka pintu, eh ternyata kucing hitam lari tunggang langgang. Posisi kardus sudah miring terbalik. Saya dekati kardus itu. Innalillahi. Dua ekor anak kucing tergeletak tumpang tindih di luar kardus dengan luka di leher bersimbah darah. Satu lagi saya lihat pun sudah mati tergeletak di dalam kardus dengan kondisi yang sama mengenaskan. Sedih sekali saya rasanya melihat pemandangan ini. Sungguh brutal. Sungguh menyesal saya telat buka pintu. Jika tidak, mungkin masih tertolong. 

Saya menyesal raasanya memindahkan kardus itu ke luar kamar. Tadinya saya berpikir aman di situ. Tidak menyangka akan ada kejadian seperti itu. Saya jadi meraasa bersalah. 

Waktu itu, saya biarkan saja posisi si kucing sedemikian rupa tanpa saya sentuh sedikitpun. Biarlah nanti induknya datang dan melihat sendiri. Tapi rupanya kok tidak datang-datang sudah sekian lama waktu berlalu. Karena tidak tahan melihat darah bercecer, akhirnya saya bersihkan darah di lantai dengan tisu dan si anak-anak kucing saya masukkan ke dalam kardus.

Tak terbayang bagaimana raasanya induk kucing saat tahu anaknya sudah mati. Sedih...

Tak hanya manusia yang bisa bersedih, induk kucing pun bersedih dan stres saat kehilangan anaknya

Benar. Induk kucing kemudian datang. Dia mengeong-ngeong dan mengendus-endus lokasi kejadian di mana si anak awalnya tergeletak. Lantai, kardus, bahkan kaki meja TV diendusnya. Yah, sudah kena tangan saya pula itu si anak kucing. Akhirnya dia memindahkan anaknya yang sudah mati ke lantai bawah. Mau dipindah ke mana ya kira-kira? Padahal kan itu sudah mati. Saya pikir bakal ditinggal di kardus begitu saja. Karena awalnya saya berpikir saya akan membuangnya ke luar rumah. Wah, sedih. Si kucing membawa anaknya satu per satu dengan mulutnya.

Setelah kejadian itu, si kucing seringkali kembali mendatangi dan mengendus kardus. Jika posisi kardus berdiri, maka saat saya ke luar kamar posisi kardus sudah miring terjatuh setelah didatangi si kucing. Si kucing mengeong-ngeong dengan nada yang sangat memilukan setiap kali dia datang. Ya Allah... sedihnya... Dari sini saya tahu betapa seekor induk kucing pun bersedih dan stres saat kehilangan anaknya. Tidak hanya manusia yang bersedih saat kehilangan tapi kucing juga bisa. 

Sampai hari ini saya menulis kisah ini, si kucing masih saja mendatangi kardus. Awalnya saya akan membuang kardus ini karena ada bekas darah anak-anaknya yang menempel di kertas yang saya letakkan di dalam kardus. Tapi belum jadi. Dengan dibuangnya kardus ini mungkin si kucing bisa move on ya. 

Belum apa-apa memang sudah ada dua ekor kucing yang datang ke depan kamar saya. Sepertinya dua ekor kucing itu naksir kucing betina tadi. Yang satu adalah kucing hitam yang membunuh si anak kucing. Satu lagi saya baru lihat sih sepertinya kucing lain.

Saya baca-baca artikel, penyebab kucing jantan membunuh anak kucing ada banyak alasannya. Tapi dari sekian banyak alasan yang paling masuk akal dari kejadian ini adalah karena si kucing jantan ingin kawin dengan si induk kucing. Induk kucing yang sedang menyusui akan fokus dengan anaknya dan tidak mau kawin. Nah, satu-satunya cara ampuh untuk membuat si induk kucing mau kawin ya dengan membunuh si anak-anaknya. Duh, kejam sekali dunia perhewanan. Tapi memang begitulah hukum alam. Makanya tak heran jika induk kucing selalu memindah-mindahkan anaknya yang baru lahir, sama halnya seperti singa.

Jadi bersyukur terlahir sebagai manusia. Iya ga sih? :)



Thursday, September 26, 2019

Kena Tilang harus Sidang? Begini Pengalaman Saya!

9/26/2019 02:17:00 PM 0 Comments
Tanggal 5 September 2019, hari itu bertepataan dengan hari jumat hari kedua saya masuk ke kantor setelah cuti wisuda. Saat itu saya agak siang masuk ke kantor dengan membawa sebuah motor dinas pinjaman dari teman yang tengah dinas luar ke kota. Tak disangka di tengah jalan diberhentikan polisi. Tidak hanya saya sih tapi banyak pengendara bersepeda motor lain yang juga diberhentikan. Saat itu saya sudah merasa bakal lama nih karena saya disuruh menepi ke pinggir jalan. Telatlah saya ke kantor.
Saya ditanya nama, umur, alamat, nomor plat, dan SIM saya disita. Pelanggaran saya adalah saya tidak membawa STNK. Ya tentu saja saya tidak membawa STNK karena terbawa teman saya. Dia lupa menitipkan ke pegawai kantor. :)

OK. Mungkin kala itu sedang apes. Memang beginilah nasib jadi orang baik. Tak bisa berbuat kesalahan barang sekali akan langsung kena hukuman. Adakah kalian yang sama? :D

Setelah saya terima surat tilang, saya disuruh sidang di pengadilan pada tanggal 30 September 2019 hari kamis. Saya pun menuju ke kantor. Hampir setengah jam saya telat gegara menunggu surat tilang.

Sesampai di kantor, surat tilang saya baca. Eh, ternyata kamis bulan september itu tanggal 26 September. Sementara tanggal 30 september itu hari minggu. Lah, kok tidak sinkron? Mana yang benar? Saya lihat di kalender ternyata kamis tanggal 30 itu bulan agustus. Hihi pak polisi salah melihat kalender nampaknya.

Jadinya saya putuskan untuk ke pengadilan tanggal 26 september hari kamis. Nah, kejadiannya adalah pagi tadi. Saya ke pengadilan dengan polosnya untuk menghadiri sidang sebagai warga negara yang baik. Saya bawa surat tilang saya. Niat pertama saya adalah mau bertanya jadwal sidang saya yang sebenarnya tanggal berapa.

Pertama saya mencari kantor pengadilan di mana. Walau saya sudah bertanya ke teman kantor tap sempat salah arah ke arah hutan. Akhirnya saya pakai google map. Ketemulah kantor pengadilan negeri. Ini pertama kalinya saya ke kantor pengadilan. Di sana sepi ketika saya datang. Saya langsung ditanya bapak yang berdiri di dekat pintu masuk. Saya bilang saya mau tanya jadwal sidang. 

"Sidang apa?" kata Si Bapak.

"Sidang tilang," jawab saya.

"Di kejaksaan," kata Si Bapak.

Lah kok di kejaksaan? Tidak salah? Tulisan di suratnya di pengadilan kok sidangnya. Otak saya masih tidak terima rasanya. Saat itu memang saya tidak menunjukkan surat tilang saya. Saya pun meluncur pergi dari pengadilan menuju kejaksaan.

Sampai di kejaksaan saya masuk dan bertanya ke loket piket. Tidak ada petugas yang jaga tapi ada satu bapak yang berdiri di situ. Saya tanya ke beliau tapi dilimpahkan ke wanita yang melintas saat itu. Lalu saya dibawa ke ruangan untuk tilang.

Di sana saya bilang tanya jadwal sang dengan polosnya. Lagi-lagi polos banget. Di ruangan itu pegawainya seperti bingung begitu. Akhirnya saya keluarkan surat tilang saya. Lalu surat itu diambilnya dan bilang mau dicari dulu. Saya disuruh menunggu di luar. Ternyata ruangan itu ada loketnya di luar. Sudah banyak orang mengantri di sana. Baiklah saya menuju ke sana. 

Di sana saya terkejut. Loh di atas loket ada tulisan "loket pengambilan tilang. harap membawa uang pas.

Saya tanya ke salah satu orang yang mengantri juga. Saya baru tahu rupanya tidak ada itu sidang. Langsung bayar dan ambil STNK atau SIM yang disita disitu juga. Lah kok?

Itu saya heran kenapa ada tulisan harap membawa uang pas. Memangnya semua orang sudah pada tahu berapa yang harus dibayar?

Sebelumnya setahu saya (dengar dari teman) bayar tilang itu pakai rekening tidak cash seperti tadi. Sudah begitu, petugas tidak melayani sesuai urutan yang terlebih dulu datang mengantri. Orang-orang yang datang setelah saya, malah lebih dulu dipanggil. Ini apa-apaan begini?

Sudah begitu ya, petugas seperti kebingungan mencari berkas yang bertumpuk, bercecer tak berurut ketika ada yang komplain karena sudah mengantri duluan tapi tidak digubris.

Ketika giliran saya, saya harus membayar sebesar 115 ribu rupiah karena pelanggaran tidak membawa STNK. Sebelumnya saya tanya orang yang mengantri yang kena pelaggaran tidak membawa SIM harus membayar 175 ribu. Padahal sebelumnya 70 ribu saja. Kok drastis sekali kata orang tersebut.

Dan kejanggalan lain yang saya temukan adalah saya tidak menerima kwitansi pembayaran cash tersebut. Yang tentu saja saya tidak tanda tangan atas sejumlah uang yang saya bayar. Saya juga tidak melihat besaran yang saya harus bayar itu di lembaran yang petugasnya baca.

Dari kejadian ini saya merasa begitu polos. Memang, ini pertama kalinya saya kena tilang. Dan dari sini saya tahu bagaimana pemerintahan kita bekerja. Apalagi menyangkut duit. 

Semoga kalian semua tidak mengalami hal yang sama seperti saya. Uang 115 ribu terasa besar bagi saya yang memang pegawai biasa. Dan daripada untuk membayar yang tidak jelas begitu mending untuk donasi. Selain mendapat kebahagiaan hati karena berbagi juga mendapat pahala dan tabungan di akhirat. Coba hitung, berapa banyaknya duit terkumpul dikalikan berapa orang kena tilang?

Saya berharap ada transparansi dari pihak pemerintah. Jangan sampai mengambil uang dari rakyat tanpa kejalasan. Toh kalaupun dipakai pegawainya juga tidak berkah kan uang panas.

Ini berdasarkan pengalaman saya hari ini ya sobat. Mungkin di tempat lain berbeda. :)

Tuesday, September 10, 2019

Awas Penipuan Berkedok Gojek!

9/10/2019 10:13:00 AM 0 Comments
Sobat, apakah kamu pengguna aplikasi Gojek? Saya pribadi menggunakan Gojek selama saya di Jakarta. Untuk saat ini sih karena saya tidak lagi di Jakarta jadi kemungkinan besar tidak bisa memakai aplikasi untuk keperluan go-ride karena daerah tempat saya tinggal sekarang belum dijangkau Gojek. Justru ada aplikasi lain buatan pemuda lokal. 

Nah, kali ini saya mau cerita bahwa beberapa hari lalu saya sedang memegang hp saya dan otomatis memandang layar hp saya ya. Tiba-tiba ada pesan notifikasi bukan berupa sms melainkan pesan tulisan semacam kita dapat pemberitahuan dari JNE bahwa pesanan kita sedang diantar. Kalian yang pernah mendapat pesan seperti itu pasti tahu ya maksud saya. Atau seperti pesan tertulis dari Telkomsel yang kemudian kita OK tapi tidak disimpan dalam bentuk sms masuk.

Tulisan pesan tadi berisi pesan singkat yang menyatakan diri dari PT Gojek Karia Anak Bangsa yang bilang bahwa anda mendapat hadiah 2 juta, hubungi nomor bla bla bla. Tak lama kemudian ada nomor asing (no hp) yang menelpon hp saya. Tapi berhubung itu nomor asing, tidak saya angkat. Dan nomor tersebut hanya sekali telpon. Saya tunggu tidak telpon lagi.

Ok, kemudian saya cermati lagi isi pesan tadi yang masih ada di layar hp saya. Kok ada yang aneh pikir saya. Perasaan tulisan Karya Anak Bangsa bukan Karia Anak Bangsa. Dan tunggu dulu! Dua juta rupiah? Lumayan juga ga sih? Hehe. Tapi saya kok tidak ditelpon lagi. Setelah pesan tadi saya tekan OK, hilanglah pesan tersebut.

Memangnya sedang ada undian apa di gojek kok bisa saya mendapat hadiah. Saya juga tidak pakai go-ride dan semacamnya selama setengah bulan terakhir. Kan aneh...

Akhirnya untuk memenuhi rasa penasaran saya googling saja. Ternyata ada beberapa keluhan pelanggan seputar penipuan berkedok gojek. Miris untuk orang-orang yang sudah menjadi korban. Turut berduka semoga mendapat ganti yang lebih baik. Kok ya ada-ada saja sih akal bulus orang untuk menipu orang. Padahal ya uang panas begitu juga tidak berkah dimakan. Kalau sudah jadi daging susah dihilangkan. Buat apa?

Untuk nomor yang menghubungi saya juga saya googling tapi sayang tidak ketemu. Tapi sudah saya laporkan ke Tellows. :)

Semoga cerita saya ini bermanfaat buat kamu.

Sunday, September 8, 2019

Cerita Wisuda S2 UI

9/08/2019 08:30:00 PM 5 Comments
Halo sobat! Saya kembali ingin berbagi dengan kalian. Kali ini saya ingin menulis tentang perjalanan saya akhirnya ikut wisuda. Alhamdulillah semua telah terlewati. Dan saya sudah kembali ke tempat kerja saya lagi.

Jadi, sekitar dua minggu lalu saya mengambil cuti selama 7 hari kerja mulai tanggal 26 Agustus sampai dengan 3 September 2019. Pada hari jumat sore sepulang kerja tanggal 23 Agustus saya langsung cabut menuju Kota Bengkulu menempuh perjalanan sekitar 5-6 jam dengan transportasi travel sampai sekitar pukul 22.00 wib. Sampai di Bengkulu saya singgah di Hotel Ham Tian. Sampai sana rupanya kamar yang paling murah meriah (150 ribu) sudah penuh jadi saya dapat kamar seharga 250 ribu. Ya sudahlah apa boleh buat. Saya memang tidak pesan terlebih dahulu.

Keesokan paginya, lebih tepatnya setelah sholat subuh saya dijemput teman kantor dan diantar ke bandara Fatmawati. Terima kasih banyak ya semoga Allah membalas kebaikanmu. :)

Subuh begitu memang belum ada transportasi di Bengkulu. Tadinya saya juga berpikir mau naik apa ke bandara. Bingung juga. Alhamdulillah ada teman yang tiba-tiba juga balik ke Bengkulu jadi dia yang menawarkan bantuan mengantar saya. Allah maha baik. Tidak direncana. Malah ada satu teman lagi yang juga ke Bengkulu yang bersedia mengantar juga padahal awalnya mau ke Bengkulunya di hari lain. Tapi jadinya bareng saya bertiga ke Bengkulu. Subhanallah.

Berhubung saya mengambil penerbangan setelah subuh jadi ya mau tidak mau buru-buru berangkat setelah sholat subuh walau badan masih lelah pegal-pegal. Saya memang sengaja mengambil penerbangan tersebut untuk mengejar waktu ke UI Depok untuk mengambil undangan dan toga. 

Sabtu, 24 Agustus 2019 - Pengambilan toga dan undangan

Hari itu adalah hari terakhir pengambilan undangan dan toga sampai pukul 15.30. Saya mempertimbangkan waktu jikalau ada macet dan sebagainya di perjalanan, delay pesawat atau apa pun itu. Perjalanan dari Jakarta ke Depok juga saya pertimbangkan sehingga saya lebih baik mempunyai cukup waktu luang. Dari Bandara Soetta saya ke kos dulu menaruh barang. Kemudian saya menge-print bukti pembayaran dan berangkat ke Stasiun Cikini. 

Turun di Stasiun Pondok Cina saya berjalan kaki menuju Annex Building Balairung UI lantai 2. Walau hari terakhir tapi rupanya masih banyak yang antri. Untungnya antrian S2 tak terlalu lama. Hanya menunggu giliran dari beberapa orang di depan saya, lalu tibalah giliran saya. Di kertas yang saya print tertulis rangkap 2 tapi ternyata hanya satu rangkap yang diminta dan bukti bayar asli. Jadi kelebihan saya menge-print. :(

Selesai urusan, saya pulang ke kos dan istirahat hingga keesokan harinya. Tubuh saya terasa begitu lelah dan pegal-pegal. Awalnya berencana ke Istiqlal pada hari minggu tapi batal. Istirahat saja di kos.

Senin hingga selasa saya mulai packing barang-barang saya. Kos saya habis per tanggal 2 September 2019. Tapi ya packing ala kadarnya karena kekurangan wadah. 

Rabu, 28 Agustus 2019 - Gladi Resik
saya ke UI Depok sekalian membawa baju wisuda karena hari itu adalah gladi resik. Untuk gladi resik saya pakai baju seadanya alias tidak pakai baju yang sudah saya siapkan dan juga tidak ke salon atau make up-an. Selesai acara gladi resik sudah tiba magrib karena fakultas saya dapat giliran akhir-akhir untuk salaman dengan rektor satu per satu.

Padahal justru hari ini yang penting karena salaman dengan rektor dan diambil foto satu per satu tapi saya datang seadanya saja. :D

Kelar gladi resik, saya langsung menuju masjid UI sekalian menunggu keluarga saya tiba di Depok. Lama saya duduk menunggu di depan masjid UI, eh tidak muncul-muncul juga. Sampai orang-orang yang tadinya duduk pun sudah pergi semua. Sampai saya ditegur security juga. Lampu mau dimatikan. Oh no! Saya disuruh pindah duduk yang kelihatan lampu agar kelihatan cctv. Sejujurnya saya merasa agak seram juga duduk sendirian sepi. Mana sebelah danau kan. Eh, alhamdulillah ada seorang bapak duduk di seberang saya. Saya lihat bapak tersebut menyetel tilawah quran di hp-nya. Lega. Tapi beberapa saat kemudian beliau berjalan dan menutup pintu luar masjid. Oh no!

Karena keluarga saya masih lama di perjalanan, akhirnya saya pindah duduk ke parkiran. Di sana masih ada 2 orang duduk bincang-bincang. Tapi tak lama kemudian, yang satu pergi. Ada orang lain yang melewati saya tapi melihat saya sebegitunya saya jadi seram. Takut orang jahat. :D

Sekitar pukul 22.00 keluarga saya datang. Alhamdulillah. Meluncurlah kami ke penginapan. :D

Kamis, 29 Agustus 2019 - Wisuda Fakultas

Tanggal 29 Agustus 2019 saya ikut wisuda fakultas di Balairung Budi Utomo Hotel Bumi Wiyata. Wisuda fakultas saya membayar 800 ribu rupiah untuk biaya wisuda termasuk snack dan makan siang, undangan 4 orang dan paket foto. Di acara wisuda ini, baik wisudawan S1-S3 digabung menjadi satu. Wisuda ini sifatnya tidak wajib. Jadi hanya orang tertentu yang bersedia ikut saja yang hadir. Untuk biaya yang dibayar juga bebas memilih paketnya. Menambah undangan dan paket foto adalah opsional. Pada acara wisuda ini wisudawan maju satu per satu bersalaman dengan dosen fakultas (tidak ada rektor) dan foto dengan memegang tabung simbolis. Tabung dikembalikan lagi. :D


Jumat, 30 Agustus 2019 - Free Day

Yay! Hari bebas! Saya memutuskan untuk jalan-jalan ke Dufan bersama 3 orang keponakan saya. Saya sih sudah berkali-kali ke Dufan, tapi keponakan saya ingin ke sana, jadi ya saya temani ke sana. Alhasil kakak-kakak dan ibu saya juga ikutan. Ya sudah, ramai-ramai ke sana. Padahal awalnya mereka punya rencana ke tempat lain. 

Sampai sana, saya kaget karena saya salah perkiraan. Awalnya saya pikir tiket hari jumat alias weekday 195 ribu rupiah. Rupanya khusus hari itu menjadi 295 ribu rupiah sama seperti weekend tapi jam buka sampai pukul 23.00. Kalau hari biasa kan hanya sampai pukul 18.00. Yang bikin kaget itu begitu ditotal harga tiketnya menjadi 2 jutaan untuk 7 orang. Syok. Ya Allah, untung bawa duit lebih. :D

Lalu kami antri masuk untuk dicap tangan. Eh, rupanya ibu saya ditanya petugasnya beliau berapa umurnya. Ibu saya kekeh mengakunya usia 65. Hehe. Dan usia segitu rupanya gratis masuk Dufan. Ya Allah saya baru tahu. Jadi saya bisa refund tiket ibu saya. Alhamdulillah bisa untuk makan siang. :)

Tapi berhubung ibu saya tidak membawa KTP, saya harus membuat berita acara bahwa ibu saya berusia 65 tahun ke atas. Setelah itu saya antar ibu saya ke bagian pengecapan yang khusus untuk lansia. Beres deh. Yay! :D


Sabtu, 31 Agustus 2019 - Wisuda UI

Wisuda UI dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2019. Wisuda ini sifatnya juga tidak wajib. Tapi kalau mau ikut ya harus membayar senilai 900 ribu rupiah. Dalam paket wisuda ini kamu mendapat jatah 2 undangan, toga, dvd, piagam alumni dll. Pengambilan foto dan piagam tanggal 14-24 Oktober 2019. Kamu mendapat kertas nomor antrian yang harus kamu bawa saat pengambilan nanti (diberi setelah gladi resik). Jangan lupa bawa juga kertas print-out pengambilan. Wisuda ini dipisah antara S1 dan S2/S3. Jadi, yang saya ikuti waktu itu jadwal pagi pukul 9.00-11.00 wib untuk S2/S3/profesi.

Saya waktu itu terlambat masuk. Rupanya ada banyak yang terlambat juga pada berkumpul di belakang. Berhubung waktu itu sedang menyanyikan lagu-lagu jadi tidak diperbolehkan masuk dulu sampai selesai lagu dinyanyikan. Tapi hikmahnya terlambat ini saya justru ketemu teman seperjuangan saya yang selalu saling menyemangati saat penulisan karya akhir. Jadilah kami masuk barengan. Hehe. 

Wisuda ini saya benar-benar apa adanya. Tidak ada pakai make-up salon ataupun ambil paket foto studio. Padahal dapat selebaran sih. Awalnya kepikiran mau ambil tapi kemudian urung. Sebelumnya sudah lihat-lihat sepatu juga tidak jadi beli. Wisudawan lain cantik-cantik nyalon. Eh, saya tidak ada nyalon sama sekali. Teman saya pun tidak jadi nyalon karena sudah full katanya link yang saya kasih. :D

Selesai acara, saya berpisah dengan teman saya dan kami menuju keluarga masing-masing yang sudah menunggu. Sebelum pulang, kami foto-foto dulu. Banyak fotografer berseliweran di sana. Kamu yang tidak mengambil paket foto studio, tak usah khawatir. Bisa pakai jasa fotografer yang ada. Mereka ada yang menawarkan jasa paket foto dikirim ke rumah setelah jadi dan bisa diedit dulu biar hasilnya cantik.

Dan kamu juga bisa beli pernik-pernik UI di sebelah Balairung. Banyak yang jualan seperti payung, boneka, bantal leher dll. Oya, yang mau beli bunga untuk wisudawan juga banyak sekali yang jual di luar Balairung. Tapi kok mahal amat ya. :D

Sambil menunggu teman saya yang katanya mau datang dan sudah di KRL, saya pun mengobrol dulu dengan keluarga saya di parkiran. Saya sebenarnya cemas apakah bisa ketemu karena bapak saya ingin cepat pulang. Tapi alhamdulillah masih sempat. Terima kasih ya sobat sudah menyempatkan diri hadir. Terima kasih juga bingkisannya ya! Baraqallahu :)


Setelah itu, saya cabut bersama keluarga besar saya menuju Lampung tercinta.