Follow Us

Sunday, March 16, 2025

Mengapa Kita Selalu Mengejar Kebahagiaan yang Tidak Pernah Cukup?

Pernah nggak sih merasa bahagia sesaat, lalu tiba-tiba muncul perasaan kosong? Atau, ketika sudah mencapai sesuatu yang dulu kita inginkan, eh… malah kepengen yang lebih besar lagi? Kenapa sih, kebahagiaan selalu terasa seperti sesuatu yang harus dikejar, tapi nggak pernah benar-benar cukup?

Yuk, kita bahas kenapa manusia seolah nggak pernah puas dan selalu merasa kurang dalam mencari kebahagiaan.


1. The Hedonic Treadmill: Semakin Dikejar, Semakin Jauh

Ada satu konsep psikologi yang menjelaskan fenomena ini, namanya Hedonic Treadmill atau Hedonic Adaptation. Intinya, manusia itu gampang beradaptasi dengan kebahagiaan.

Contohnya gini:
  1. Dulu, kita mikir kalau punya gaji sekian pasti hidup lebih bahagia. Eh, setelah dapet? Malah pengen yang lebih besar.
  2. Dulu, kita berpikir kalau bisa beli gadget baru, pasti puas. Eh, baru beberapa bulan, udah lirik model yang lebih baru.

Kenapa begitu? Karena kebahagiaan dari pencapaian materi atau situasi tertentu itu sementara. Setelah dapet, standar kita naik, dan kita mulai mencari kebahagiaan berikutnya. Seperti treadmill, kita terus berlari, tapi nggak pernah sampai ke garis finish.

2. Kebahagiaan Itu Sebenarnya Bukan Tujuan

Banyak orang berpikir bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa "dicapai". Makanya, kita sering ngomong, "Kalau sudah ini, baru deh bahagia."

Tapi kenyataannya, kebahagiaan itu bukan destinasi, melainkan pengalaman yang datang dan pergi. Nggak ada satu momen pun yang bisa bikin kita bahagia selamanya. Bahkan orang yang punya segalanya pun tetap punya masalah dan rasa tidak puas.

Jadi, kalau kebahagiaan bukan tujuan akhir, apa yang seharusnya kita kejar?

3. Mencari Makna, Bukan Sekadar Kesenangan

Ada perbedaan besar antara kebahagiaan dan makna hidup. Kebahagiaan seringkali dikaitkan dengan kesenangan sesaat, sedangkan makna hidup lebih dalam dan bertahan lama.

Misalnya:
  1. Makan makanan enak itu bikin bahagia, tapi dampaknya cuma sebentar.
  2. Membantu seseorang, membangun hubungan yang bermakna, atau menciptakan sesuatu yang berguna—itu mungkin nggak selalu menyenangkan, tapi bisa memberi rasa kepuasan yang lebih dalam dan bertahan lama.

Jadi, daripada sibuk mengejar kebahagiaan yang cepat hilang, mungkin kita perlu fokus mencari makna dan tujuan hidup yang benar-benar penting bagi kita.

4. Kita Terlalu Dipengaruhi Standar Sosial

Kadang, kita merasa "kurang bahagia" bukan karena hidup kita buruk, tapi karena kita terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain.

  • Lihat orang lain sukses di media sosial, kita jadi merasa tertinggal.
  • Lihat teman menikah, kita jadi gelisah kenapa belum ketemu jodoh.
  • Lihat orang lain traveling ke tempat keren, kita merasa hidup kita membosankan.

Padahal, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa dibandingkan. Apa yang bikin orang lain bahagia belum tentu bikin kita bahagia. Kalau kita terus hidup dengan standar orang lain, kita akan selalu merasa kurang, nggak peduli seberapa banyak yang sudah kita capai.

5. Cara Berhenti Mengejar Kebahagiaan yang Nggak Pernah Cukup

Kalau kita sadar bahwa kebahagiaan itu nggak bisa "dikejar" secara langsung, lalu apa yang bisa kita lakukan?

a. Bersyukur dengan Apa yang Sudah Ada

Bukan berarti kita nggak boleh punya impian, tapi seringkali kita lupa bahwa banyak hal yang sudah kita miliki dulu adalah sesuatu yang pernah kita impikan. Mulai dari kesehatan, keluarga, teman, hingga hal-hal kecil seperti secangkir kopi di pagi hari.

b. Fokus pada Proses, Bukan Hasil Akhir

Alih-alih terus berpikir, "Aku akan bahagia kalau sudah mencapai ini," lebih baik kita menikmati setiap langkah dalam perjalanan. Karena setelah satu tujuan tercapai, pasti akan muncul tujuan baru lagi.

c. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Setiap orang punya perjalanan hidup yang berbeda. Yang terlihat bahagia di media sosial belum tentu benar-benar bahagia. Fokus saja pada versi terbaik dari diri kita sendiri.

d. Cari Makna, Bukan Sekadar Kesenangan

Kebahagiaan itu seperti efek samping dari menjalani hidup dengan penuh makna. Jadi, daripada mengejar kesenangan sesaat, coba cari apa yang benar-benar penting dalam hidup kita—entah itu hubungan yang bermakna, kontribusi untuk orang lain, atau passion yang kita jalani dengan sepenuh hati.


Jadi, Haruskah Kita Berhenti Mengejar Kebahagiaan?

Nggak, bukan berarti kita harus menyerah dan pasrah aja. Tapi kita bisa mulai mengubah cara pandang kita tentang kebahagiaan.

Kebahagiaan bukan tentang mendapatkan sesuatu, tapi tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan makna.

Daripada sibuk mengejar sesuatu yang nggak pernah cukup, kenapa nggak mulai menikmati apa yang sudah ada?

Bagaimana menurut Sobat? Pernah merasa kebahagiaan selalu terasa kurang? Yuk, share pendapat kalian di kolom komentar

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!