Follow Us

Thursday, November 21, 2019

Jalan-Jalan ke Palembang, Kunjungi 5 Tempat Wajib ini, Yuk!

11/21/2019 05:35:00 PM 0 Comments
Saya ke Palembang gegara ikutan konferensi. Menyelam sekalian minum airlah ya. Selain ikut konferensi sekalian jalan-jalan. Yuhuuu! Sebenarnya saya sudah pernah ke Palembang, tapi cuma transit di bandaranya. Kira-kira, apa saja sih tempat wisata di Palembang? Kalau kamu googling bakal ketemu banyak rekomendasi tempat wisata untuk dikunjungi. Tapi berhubung waktu saya di sana terbatas, jadi saya hanya mengunjungi beberapa tempat yang lokasinya masih terjangkau alias tidak jauh dan tidak sulit dijangkau.

Jembatan Ampera

Ke mana saja? Simak ulasan berikut ini!

1. Masjid Agung Sultan Mahmud Badarrudin II
Masjid Agung ini sepertinya adalah masjid kebanggaan wong Palembang. Saya ke sana saat itu menjelang magrib. Sengaja sekali mengambil momen itu untuk berjamaah sholat magrib. Saat itu saya masuk dari pintu yang di depannya ada air mancur. Ketika saya menuju ke dalam masjid, sudah ada penjaga di depan yang menawari menyimpan sepatu di tempat khusus penitipan. Saya pun ditunjukkan tempat wudhu ada di sebelah kanan dari pintu.


Jamaah tidak terlalu ramai ya untuk perempuan. Cuaca di Palembang kan setipe ya dengan sumatera lainnya seperti Lampung dan Bengkulu (masih sumbagsel) yang relatif panas. Jadi, saya merasakan gerah sekali di dalam masjid ketika sholat. Pendingin yang tersedia adalah kipas angin. Dan kipas tersebut tidak menjangkau tempat saya bersujud jadi terasa panas.




2. Museum Sultan Mahmud Badarrudin II
Ketika saya datang, museum ini sepi alias tidak banyak pengunjung. Di dalam ada beberapa anak sekolah yang sedang ada tugas sekolah sepertinya. Begitu saya naik ke atas, ada seorang petugas pria. Beliau bilang, masuk dulu, bayar belakangan ketika pulang. Berapa yang harus dibayar? Lima ribu rupiah saja. Murah kan? Dan itu tidak pakai tiket bukti masuk loh. :D



Seorang tourist guide sekitar umur 70-an tahun sedang menjelaskan sesuatu kepada seorang anak sekolah. Saya yang baru masuk, ikut nimbrung hihi. Bahkan beliau memberi saya wejangan agar cepat dapat jodoh (oops nasib single :))

Beliau juga menasehati saya agar meninggalkan pengetahuan jangan meninggalkan harta. 

contoh prasasti

Di dalam ada berbagai prasasti dan juga peninggalan kerajaan Sriwijaya. Museum ini tidak besar dan tampak tua alias tidak terurus. Di dalam juga tidak ber-AC. Tapi lumayanlah buat kamu yang ingin melihat-lihat tentang sejarah sriwijaya.

Usai dari museum, saya jalan ke sebelah museum ada foodcourt. Saya makan siang di sana. Awalnya mau makan pindang baung tapi kata penjualnya lebih mahal karena besar. Ya sudah akhirnya saya makan pindang patin. Sebenarnya pindang bukan makanan baru buat saya yang memang lahir dan besar di lampung dan bekerja di Bengkulu, tapi tak apa, coba yang dari Palembang bagaimana rasanya.

3. Taman Purbakala Sriwijaya
Waktu itu saya putuskan cepat untuk ke Taman Purbakala Sriwijaya saat saya makan di sebelah museum. Saya pilih ke sini karena di situ ada museum sejarah Sriwijaya dan ada spot foto yang lumayan juga. Begitu tiba di sana, saya harus membayar tiket masuk 5 ribu rupiah. Ya Allah... murahnya. Museumnya lebih luas dari museum Sultan Mahmud Badarrudin II. Ruangannya juga ber-AC. Koleksinya lebih banyak tentunya. Hanya saja lokasinya agak jauh dari pusat kota sekitar 10 km dari museum Sultan Mahmud.





Taman Purbakala ini luas sebenarnya hanya saja saya tidak sempat berkeliling untuk berfoto. Saya berjalan ke depan mengambil foto kapal Cheng Ho. Di sekitaran situ banyak orang jualan.



4. Benteng Kuto Besak (BKB)
Sepertinya Benteng Kuto Besak ini tempat wajib kamu yang berkunjung ke Palembang ya. BKB sudah seperti tempat berkumpulnya orang Palembang. Kalau mau ke sini baiknya saat sore hari menuju malam karena kamu bakal bisa melihat pemandangan jembatan ampera di malam hari berhias lampu.



Di sini juga banyak orang jualan ketika sore hari. Ada juga orang jualan di perahu-perahu terapung. Bisa dibilang mirip Floating Market Lembang. Ramai orang berkumpul di sini. Cocok untuk menikmati sore hari.




5. Masjid Cheng Ho
Saya bela-bela ke Masjid Cheng Ho menuju waktu magrib jadi saya sholat magrib di sana. Lokasinya agak jauh dari pusat kota sekitar 10 km. Masih bisa dijangkau gojek kok tenang saja, hanya saja agak lebih mahal ya apalagi pas sore menjelang magrib.



Masjid Cheng Ho ini tidak besar tapi desainnya cantik. Dalamnya juga ber-AC. Toilet wanita tersedia dan bersih. Tempat wudhu mirip di Saudi ya ada tempat duduknya. Ada penjaga sandalnya juga. Waktu itu jamaah sholat magrib lumayan banyak.


Pelajaran Kehidupan

Biarpun perjalanan saya bisa dibilang cukup singkat, namun tetap saja ada pelajaran kehidupan yang Allah kasih ke saya. Pasti Allah ingin saya belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan bijak dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Apa sajakah itu?

1. Saya belum pernah ke Palembang dari kabupaten tempat saya tinggal saat ini. Jadi, saya tanya sana-sini kepada orang yang sudah pernah ke sana soal transport. Dan pada gilirannya saya berangkat, saya sudah dipesankan travel dari kos saya oleh seorang rekan kantor saya. Bahkan beliau datang ke kos saya sore hari sebelum keberangkatan saya esok harinya untuk memberikan nomor hp sopir travelnya bahkan beliau meminta si sopir sekalian memesankan busnya. Baik sekali ya beliau. Bahkan keesokan paginya saat saya sedang menunggu travel yang tidak kunjung datang (saya jadi cemas karena mengejar bus), rekan kantor tadi menelpon saya mengatakan bahwa sopir travel sudah dekat kos saya dan mengucapkan selamat jalan semoga selamat sampai tujuan. Sekali lagi, baik kan ya? Kalian setuju? Bagi saya, rekan kantor ini memang orang yang baik, tak peduli apa pandangan orang lain terhadapnya, bagi saya beliau baik. Terima kasihku teruntuknya. Semoga Allah membalas kebaikannya.

2. Ternyata di travel, saya sendirian. Tak ada penumpang lain. Perjalanan ditempuh sekitar 1,5 jam. Travel ini jangan dikira travel layaknya avanza innova begitu ya. Travel ini armadanya mobil carry jaman dulu yang sudah tidak bagus kondisinya. Sampai pool bus, benar saja saya diantar sampai sana dan dipesankan langsung. Hehe padahal saya juga bisa ya pesan sendiri.

3. Begitu naik bus, loh ternyata bukan bus AC ya. Saya tanya rekan saya via whatsapp ternyata memang tidak ada AC. Hmm, pantaslah murah. Hehe. Kebayang tidak nyamannya perjalanan berjam-jam naik bus non-AC. Padahal saya memilih bus ketimbang travel supaya saya lebih nyaman perjalanan jauh tidak mabuk. Tapi ternyata di luar ekspektasi. 11 jam saya tempuh di bus tersebut sampai Palembang. Kebayang kan gerah panas dsb? Kursi sempit, tidak nyaman busa kursinya. Hehe. Biarpun tahu menderita begitu, pulangnya saya tetap memilih bus yang sama. Berpanas-panasan di bus pun saya jalani saja sama seperti penumpang yang lain. Dari sini saya sadar betapa saya adalah rakyat jelata. :)

Biasanya saya selalu memilih transport yang nyaman apalagi perjalanan jauh. Tapi kali ini keadaan yang awalnya mengharuskan saya menaiki bus ekonomi non AC yang memang sebenarnya menurut saya sudah tidak layak untuk perjalanan jauh sehingga saya pun mencoba untuk menikmati ketidaknyamanan ini. Walau sepanjang perjalanan bunyi musik dangdutan mengiringi perjalanan kami begitu kencangnya, faktanya saya tetap bisa tertidur. Walau panas berkeringat, duduk tidak nyaman, saya tetap bisa tidur. Toh di antara para penumpang sekalian tak ada satupun yang mengeluh ini itu. Bapak sopir yang tiap hari menyopir juga tak ada mengeluh. Jadi, intinya adalah menjalani dan menikmati. Toh segala penderitaan itu hanyalah sebuah cerita ketika kita sudah selesai menjalaninya. Toh semua penderitaan itu hanya sebentar saja ketika kita menjalaninya. Semua akan berlalu. Dan ketika semua penderitaan itu telah berlalu, semua terasa enteng. Tak ada yang sulit asal kita ikhlas. :)

4. Saya bertemu pemandu wisata museum yang mengatakan agar saya meninggalkan pengetahuan jangan meninggalkan harta karena harta akan habis. Beliau juga menasehati saya agar cepat dapat jodoh. Beliau memberikan saya saya tips cepat dapat jodoh. Mau tahu? Beliau menyarankan agar puasa senin kamis 4 kali senin dan kamis dalam sebulan kemudian setelah itu bersedekah jajan ke anak-anak kecil tak perlu mahal cukup seribu rupiah per anak sejumlah 40 anak sambil dibacakan sholawat setiap kali memberi ke tiap anak. Apabila sebulan pertama masih belum mendapat jodoh, coba lagi bulan berikutnya berpuasa senin kamin 4x masing-masing dalam sebulan lalu sedekah lagi.

5. Ketika saya menunggu gojek di masjid Chengho, ada seorang laki-laki iseng menurut saya. Iseng bagaimana? Dia duduk di pelataran masjid sambil merokok. Di depannya ada sebuah motor. Sepertinya sih miliknya. Saya berdiri menunggu gojek tak jauh darinya. Beberapa waktu saya berdiri, laki-laki itu bertanya ke saya, apa nama masjid itu. Iseng tidak sih? Dalam hati saya sudah tidak nyaman untuk meladeni pertanyaannya tapi saya jawab. Kalau tidak dijawab nanti dibilang sombong kan. Lalu dia bilang chengho yang dari budha ke islam atau bagaimana saya tidak begitu menangkap pertanyaan lanjutan darinya. Saya jawab tidak tahu atau mungkin saya lupa. Lalu dia bilang lagi kalau saya islam turunan. Tapi kala itu saya tidak begitu ngeh kalau dia mengatai saya. Lalu saya jawab, "Mungkin." Saya tidak nyaman dengannya dan jawaban saya menyudahi perkataannya yang menusuk itu. Sombong sekalilah orang tersebut menurut saya. Mengetes? Merasa paling benar paling baik? Tak ada kerjaan. Sadarkah kamu bahwa apa yang kamu lakukan mungkin tak kamu sadari bisa menyakiti orang lain. Dan menyakiti orang lain bisa menghalangimu masuk surga. Halo kita orang asing loh ya tak saling kenal. Tapi apa yang kamu ucapkan dengan mulutmu sekian detik itu bisa menyakiti orang lain akibat keisenganmu. Hati-hatilah menjaga mulutmu.

6. Ini soal rejeki. Kali ini saya tidak bisa cerita detail tapi di sini saya menyadari betapa rejeki sudah diatur. Akan lebih enak ketika kita mengikhlaskan 'itulah rejeki saya'. Walau saya sempat merasa sebentar, wah saya bagaikan anak tiri (hihi lebay), tapi itu adalah pembelajaran luar biasa buat saya. Menyukuri apa yang Allah telah berikan akan terasa lebih adem lebih indah ketimbang merasa negatif ini itu. Normal ya sempat merasa negatif ini itu tapi ya hanya sebentar saja. Cepat ambil hikmahnya. Cepat ambil sisi positifnya apa yang kita dapat.

7. Terakhir adalah soal menepati janji. Entah kenapa ya saya seringkali di PHP orang lain. Posisi di PHP itu rasanya tidak enak, sangat tidak enak. Sobat, kamu jangan suka PHP ya! Posisikan dirimu ketika kamu berada di posisi korban PHP. Mau?

Pelajaran kehidupan ini memang tak terduga datangnya. Setiap kali bepergian jauh selalu saja ada pelajaran yang saya peroleh. Mungkin memang saya harus sering-sering piknik ya biar semakin menjadi pribadi yang matang. :D

Ok. Sekian cerita dari saya. Jalan-jalan ke mana lagi ya selanjutnya? Tunggu ya sobat!

Pengalaman Conference Paper SICONIAN #1 di Palembang

11/21/2019 09:05:00 AM 0 Comments
Konferensi SICONIAN alias Sriwijaya International Conference of Information Technology and its Application di Hotel Beston Palembang tanggal 16 November 2019 adalah konferensi kedua saya setelah CITSM 2018 lalu di Danau Toba. Awal mula saya mengikuti konferensi ini adalah rekomendasi dari dosen pembimbing saya dulu. Beliau meminta saya memasukkan paper saya ke SICONIAN. Saat itu ada perpanjangan waktu alias deadline memasukkan paper.


Foto bareng sesama UI

Sebelumnya saya sudah menulis draft dalam format ieee tapi ternyata beliau menyarankan memasukkan paper ke SICONIAN yang formatnya adalah satu kolom bukan 2 kolom seperti ieee. Akhirnya, setelah saya mulai kerja lagi di kantor, saya buat draft sesuai permintaan SICONIAN. Tapi, setelah sekian waktu berlalu, rupanya mau mengedit draft itu beratnya tidak ketulungan. Subhanallah saya harus berjuang mengalahkan rasa malas yang tidak patut dicontoh.

Sampai tiba hari deadline, saya baru mengedit dan memasukkan paper saya. Tapi sungguh tak disangka, paper saya 'fail' alias gagal submit. Ya Allah... awalnya karena kelebihan 1 halaman. Okelah saya edit dulu halamannya karena masih ada waktu. Lalu saya submit lagi, eh fail lagi juga. Masalahnya adalah ada font yang tidak bisa dibaca atau ter-convert dengan baik. Padahal pdf saya tak ada masalah pikir saya. Saya berpikir mungkin di aplikasi converter-nya. Saya coba ganti yang lain eh ternyata sama juga gagal submit. Saya pun akhirnya pasrah karena waktu submit sudah habis. :)


Kala itu saya berencana untuk kirim email permintaan maaf ke dosen saya karena gagal submit keesokan harinya. Hehe. Tapi rupanya hal itu tak jadi saya lalukan sampai beberapa hari. Ketika saya buka email kantor, saya mendapat email dari SICONIAN yang menyatakan saya menjadi author sebuah paper yang rupanya adalah paper kami dulu, teman saya meng-upload paper kelompok kami dulu sewaktu kuliah. Loh kok teman saya ternyata ikutan juga. Baiklah saya cek ke halaman upload paper dari teman saya itu. Di sana saya bisa lihat status paper aktif dan manuscript-nya ada. Dan yang heran, sumpah ya tidak menyangka, ternyata status paper pribadi saya juga aktif dan ada manuscript-nya! Padahal kan gagal upload ya sebelumnya. Kok bisa? Ya Allah, mungkin masih rejeki ya... Setelah itu saya masukkan dua dosen saya sebagai author di situ.

Tiba giliran pengumuman, paper kelompok kami mendapat notifikasi terlebih dahulu bahwa paper diterima. Untuk paper kami ini selanjutnya teman saya yang presentasi dan mendapat dana dari kantornya. Syukurlah. Nah, paper saya baru pengumuman diterima tanggal 7 november 2019 dan revisi final tanggal 10 november. Mepet ya? Awalnya ada revisi banyak sih sebelum akhirnya diterima. 

Begitu diterima, saya bingung ini konferensi jadi tanggal 16 atau tidak? Notifikasi pembayaran tidak ada, jadwal dsb juga belum muncul sampai h-1. Tapi saya mengobrol dengan teman saya yang submit paper kami, kata dia jadi tanggal itu. Dia bilang, MC acara itu teman sekelas kami dulu, dia sudah konfirmasi ke dia. :)

Saya berangkat hari jumat menuju Palembang. Tiba di hotel pukul 21.00. Lelah sekali rasanya. Mana saya belum membuat slide. Akhirnya pagi hari setelah sholat shubuh saya kejar target membuat slide yang apa adanya sekali. Benar-benar parah deh saya ini ya. Peringatan keras, jangan ditiru! :D

Giliran presentasi adalah hari sabtu tanggal 16 november 2019 setelah zuhur. Saya mendapat giliran di ruang 1 (damar 1) nomor urut 9. Saya sempat salah masuk ruang gegara di web ditulis pinus 1 lah kok pas hari h jadi damar 1. Sebelumnya saya di whatsapp dosen saya disuruh menitipkan bukti bayar saya ke teman yang ikut konferensi juga. Saya diberi 2 nama. Waduh, saya tidak kenal keduanya lagi. Yang mana orangnya? Setelah saya cek, ternyata mereka satu kelas presentasi dengan saya. Berhubung mereka gilirannya lebih duluan, jadi saya harus menunggu mereka biar tahu mereka yang mana. Eh, tapi pas sudah di ruangan, ternyata mereka duduk di belakang saya. Kebetulan? Tak ada kebetulan di dunia ini kan ya. Eh, kok bisa tahu mereka di belakang saya? Itu loh gegara pas saya tengok ke belakang kok saya melihat tulisan UI di laptop di belakang saya. Jadilah saya sapa mereka dan mereka welcome. Ternyata mereka anak bimbingan dosen saya. Dan ternyatanya lagi, yang satu orang satu kampung sama saya alias sesama dari Lampung. Dunia sempit ya. Kebetulan? :)


Saat presentasi ini, kesannya tidak begitu formal. Bahkan moderator mengijinkan presentasi berbahasa Indonesia. Mungkin karena masih pertama kalinya konferensi ini diadakan ya. Pesertanya juga masih muda-muda. Kalau CITSM dulu banyak dosen-dosen yang sudah senior yang jadi peserta. Kalau kemarin itu yang sekelas dengan saya ada 3 orang yang presentasi berbahasa Indonesia.


Selesai presentasi, kami menerima piagam presenter. Kok tidak ada piagam author ya? CITSM dulu ada piagam dobel presenter dan author. Setelah itu saya foto-foto bareng peserta sesama UI ada 6 orang termasuk saya. Salah satunya ada yang paper-nya jadi best paper. Keren ya. Selamat buat para pemenang best paper!

Tuesday, November 12, 2019

Jalan-Jalan ke Bandung, Kunjungi 5 Tempat Ini ,Yuk!

11/12/2019 02:59:00 PM 0 Comments
Sebelum memutuskan jalan ke Bandung, saya sudah punya agenda lain (agenda tambahan) tetapi batal. Ya sudah tak mengapa. Saya tetap berangkat ke Jakarta dengan niat melakukan agenda utama. Dan akhirnya diputuskan jalan ke Bandung selain agenda utama.

Persiapan hanya seminggu sebelum keberangkatan. Untuk tiket kereta masih ada dari Senen ke Bandung untuk hari sabtu tapi ya yang jadwal pagi sudah habis. Jadilah saya pergi dengan kereta Parahiyangan pukul 9.40 dan turun di Stasiun Bandung. Harga tiket 110 ribu rupiah. Sayang sekali kereta pulang untuk hari minggu malam sudah habis jadi saya putuskan untuk naik travel Baraya. Harga tiket Baraya 88 ribu rupiah. Pool di daerah Pasteur. Kalau di Jakarta berhentinya pilih yang di Cikini (Menteng Huis).

Ok. Setiba di Bandung, kami lanjut ke Cipaganti Inn menaruh barang lalu lanjut jalan kaki ke Ciwalk (Cihampelas Walk). Niat hati mau makan sambil menghabiskan waktu malam. Waktu itu sempat hujan sewaktu saya makan di Tong Dji. Porsi besar makan di sini. Kami pilih ini karena stand makanan lain ya sama saja dengan yang kami temui di Jakarta. Ciwalk sendiri suasananya enak buat duduk-duduk santai. Apalagi cuaca dingin-dingin seperti musim semi.

Ketika pulang malam hari menuju penginapan kami pun jalan kaki saja. Dan suasananya seram sih kata saya karena jalanan sepi orang jalan kaki, kalau kendaraan sih banyak ya. Jalan juga gelap. Lalu banyak pohon-pohon gede di sepanjang jalan.

Jalan kaki di situ lebih nyaman sih ketimbang di Jakarta yang polusi dan panas tapi ya saya lebih senang yang banyak orang lalu lalang. Berasa ada kehidupan begitu. Hehe.

Untuk keesokan harinya, begini itinerary yang saya kunjungi.

1. Tangkuban Perahu
Sekitar pukul 7.30 saya berangkat menuju Tangkuban Perahu. Kalau bicara Tangkuban Perahu jadi ingat legenda Sangkuriang ya, cerita masa kecil dulu sewaktu masih SD ada di buku cetak Bahasa Indonesia. 





Berhubung hari itu weekend, jadi tiket masuk lebih mahal. Kalau tidak salah sekitar 30 ribu per orang. Biaya masuk mobil dan parkir beda lagi. Kami berdua masuk plus mobil dan sopir habis 130 ribu. Wah, di luar perkiraan kami nih.

Di sana ada apa? Ada kawah. Pemandangan yang bisa dilihat ya kawah itu. Kawahnya masih berasap. Di sana ada juga yang menyewakan kuda. Kalau membawa anak-anak kecil, pasti mereka suka.

Di sini saya hanya sebentar. Cukup foto-foto beberapa kali jepret trus makan jagung bakar, pulang.

2. Orchid Forest
Yang disuguhkan Orchid Forest ini adalah pemandangan hutan pinus. Ya, hutan pinus! Lokasinya luas. Kalau masuk ke dalam-dalam nanti sampai di ujung pintu keluar, disediakan shuttle bus gratis untuk pulang menuju parkiran.







Lumayan lelah saya berjalan kaki di sini karena naik turun dan juga panjang. Di dalam masih ada tempat yang kalau kita masuk harus bayar lagi seperti wood bridge dan castle. Oya tiket masuk 30 ribu per orang di awal. Seperti sebelumnya, kami berdua plus sopir, mobil, dan parkir kena cas 120 ribu. Bilangnya sih 115 ribu tapi kok 5 ribu tidak dikembalikan.

Ketika saya masuk ke dalam, saya cari orchid-nya mana ya. Oh ternyata di dalam. Tidak luas sih tapi di situ disediakan tempat untuk foto. Ada antriannya juga loh. Yang mengambilkan foto petugas yang ada di dalam. Kita tinggal memberikan handphone.

3. Kebun Bunga Begonia
Kami putuskan ke Kebun Bunga Begonia setelah makan siang. Tiket masuk 20 ribu per orang. Kebun bunga ini tidak begitu luas tapi cukup instagrammable loh ya bagi pecinta foto. Bunganya warna-warni dan ada tempat duduk cantik buat foto di situ.






4. Floating Market
Floating Market Lembang ini cukup luas juga. Lumayanlah buat jalan-jalan. Ada danau di tengah lokasi. Ada orang-orang berjualan di pinggiran danau dan ada penyewaan perahu. Yang tak kalah seru ada penyewaan kostum Jepang dan Korea juga loh. Saya lihat ada pasangan yang pakai kostum Jepang lalu naik perahu sambil selfie, waduh lucu banget deh liatnya. Kesan jadulnya dapat. Hihi. Berasa Jepang jaman dulu. Tak perlu ke Jepangnya beneran buat foto doank. Tiket masuk kami berdua 60 ribu. 








Di Floating Market ini, tiket masuk kita bisa ditukar dengan free drink. Pilihannya ada kopi, lemon tea dan orange. Lumayan kan. Saya jalan-jalan keliling mencari di manalah tempat menukar minuman. Hihi. Saya mau mencoba beli makanan kecil sambil duduk-duduk di situ tapi tidak jadi karena memang sudah kenyang sih. Akhirnya minum doank. Kalau mau beli makanan di sini harus tukar koin dulu ya ada kok tempat penukaran koinnya.

5. Farm House
Farm House menjadi titik terakhir saya jalan karena memang yang paling dekat rutenya dan juga sudah sore ya. Kami harus mengejar travel ke Jakarta. Farm House tidak luas lokasinya. Tiket masuk sekitar 60 ribu berdua. Di sini ada peternakan kambing. Duh kambingnya lucu putih-putih bersih. Ketika baru masuk, tiket masuk bisa kita tukar free milk loh. Pilihannya ada rasa pisang, strawberry, coklat, dan original. Kalau saya pilih rasa pisang. Lumayan loh gelasnya besar. Segar deh mana hujan pula. :D




Di sini kamu bisa coba kostum belanda loh. Bayar 75 ribu saja sejam. Kalau saya sih tidak mencoba ya. :D

Kalau mau foto, ada juga tempat semacam gembok cinta di Korea gitu loh. Hihi. Kamu wajib foto di situ kalau memang ke situ. Tak perlu ke Korea ada gembok cinta versi Indonesia.

Ok, sekian review dari saya. Semoga bermanfaat buat kamu yang ingin jalan-jalan. Ke mana lagi ya trip selanjutnya? Tunggu ya! :)