Halo Sobat! Siapa youtuber favoritmu? Belakangan ini saya baru menemukan channelnya Miss Yuni, eks TKW Hongkong yang banyak membantu permasalahan Pekerja Migran Indonesia (PMI) khususnya Hongkong. Beliau juga pernah muncul di acara Kick Andy. Channel beliau sangat inspiratif dan banyak pelajaran yang bisa dipetik. Dalam pandangan saya beliau itu orang yang sangat baik dan sabar. Apa yang beliau lakukan itu sangat mulia, sangat bermanfaat untuk banyak orang khususnya PMI Hongkong. Setiap hari beliau mendengarkan curhatan para pekerja migran. Kebayang tidak Sobat betapa lelahnya mendengar curhatan orang banyak. Beliau juga memberikan solusi dari setiap orang yang curhat. Bagi saya, mendengar cerita orang itu membuat energi saya terkuras dan menambah beban pikiran. Apalagi kalau ceritanya negatif, saya menyerap energi negatifnya. Dan saya tidak suka itu karena hal itu bisa mempengaruhi mood saya. Makanya, menurut saya Miss Yuni itu sangat kuat. Salut!
Setiap kali saya menonton video di channel YouTube Miss Yuni, saya selalu merasa tergerak dan termenung. Channel tersebut banyak membahas keseharian para PMI di Hongkong. Namun, di balik cerita-cerita perjuangan mereka yang mengadu nasib di negeri orang, terselip realita yang jauh dari harapan.
Berangkat ke Hongkong dengan harapan memperbaiki ekonomi keluarga, banyak PMI justru terjerat dalam masalah yang tak pernah mereka bayangkan. Salah satu hal yang mencolok dari kontemplasi saya adalah bahwa persoalan terbesar mereka bukan hanya tekanan dalam pekerjaan, seperti masalah dengan majikan, jam kerja yang panjang, atau kurangnya waktu istirahat. Masalah terbesar justru banyak datang dari sisi lain kehidupan mereka: keuangan dan relasi personal.
Hutang dan Janji Manis di Dunia Maya
Ada banyak kisah PMI yang akhirnya terjerat hutang. Awalnya mungkin hanya pinjaman kecil untuk modal keberangkatan atau membantu keluarga di kampung. Namun, di tengah kesepian dan kerentanan di negeri orang, sebagian dari mereka jatuh dalam perangkap rayuan para pria asing yang dikenal lewat media sosial. Tak sedikit yang akhirnya tertipu, mengirim uang yang tak sedikit untuk lelaki yang hanya menjual janji. Akibatnya, hutang menumpuk dan beban psikologis makin berat.
Rumah Tangga yang Retak di Perantauan
Kehidupan jauh dari keluarga memang penuh cobaan. Banyak PMI yang terpaksa meninggalkan suami, istri, atau anak-anak di kampung halaman. Namun, di Hongkong, godaan datang bertubi-tubi. Perselingkuhan seringkali terjadi—baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih lajang. Ada kisah-kisah tentang PMI yang akhirnya terlibat hubungan terlarang, hingga hamil tanpa kepastian siapa yang akan bertanggung jawab. Mirisnya, beberapa di antaranya justru hamil dari majikan sendiri. Sebuah situasi yang sangat kompleks dan menyakitkan.
Lajang Bukan Berarti Aman
Bahkan mereka yang lajang pun tak luput dari masalah. Ada yang jatuh cinta dengan sesama warga asing di sana, namun saat kehamilan terjadi, si pria menghilang tanpa jejak. Di sinilah rasa malu, takut, dan penyesalan bercampur aduk. Pilihan yang tersisa pun terasa serba salah: melanjutkan kehamilan dalam keterbatasan atau pulang ke kampung dengan membawa aib yang sulit diterima masyarakat.
Di Balik Masalah, Ada Kekuatan yang Terpendam
Tentu tidak semua PMI mengalami hal ini. Ada banyak juga yang tegar, bekerja keras, dan mampu menjaga diri serta martabatnya. Namun, realita yang dibagikan Miss Yuni menunjukkan betapa pentingnya mental dan spiritual yang kuat bagi para PMI. Mereka bukan hanya butuh keterampilan kerja, tapi juga bekal psikologis untuk menghadapi kerasnya hidup di luar negeri.
Channel seperti milik Miss Yuni memberikan kita jendela untuk lebih memahami bahwa menjadi PMI itu bukan hanya soal meninggalkan tanah air demi uang semata. Tapi juga soal perjuangan menjaga akhlak, martabat, dan menghadapi godaan yang tak pernah mudah.
Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari mereka?
Apakah kita sudah cukup peduli untuk membantu dan memberi pemahaman yang lebih kuat bagi para saudara kita yang akan atau sedang bekerja di luar negeri? Bagaimana seharusnya kita membekali mereka agar tak hanya kuat secara fisik, tapi juga kokoh secara mental dan spiritual?
Bagaimana menurut kamu, Sobat?
Saya pribadi tidak menghakimi apa yang dilakukan para PMI yang curhat ke Miss Yuni. Setiap orang punya masalahnya masing-masing. Tiap orang dihadapkan pada kondisi hidupnya masing-masing. Kita tak ada di posisi mereka, kita tak tahu apa yang mereka alami. Kita bukan keluarganya. Kita bukan siapa-siapa. Kita hanya penonton. Jadi siapa kita untuk menghakimi? Jika kita tidak bisa membantu secara langsung, lebih baik kita doakan mereka agar terlepas dari permasalahannya. Mereka adalah orang-orang yang perlu bantuan, orang-orang yang perlu dirangkul. Cukup mereka saja yang mengalami. Segala apa yang mereka alami kita jadikan sebagai pelajaran untuk diri kita.
Dari cerita-cerita mereka saya tarik kesimpulan bahwa salah satu problem mereka ada di pola pikir. Kenapa saya bilang demikian? Seringkali saya mendengar PMI yang curhat berkata, "Sudah rusak, rusak sekalian. Sudah jelek, jelek sekalian."
Menurut saya di sini ada yang tidak pas dengan pola pikirnya. Jika memang kita melakukan kesalahan, maka perbaiki kesalahan. Jika kita ada masalah, maka cari solusi. Jangan menambah masalah dengan masalah baru lagi. Jangan mencari pelarian yang malah menambah masalah. Pelarian itu senangnya sesaat. Rasa bersalahnya bisa seumur hidup. Hati kecil tak bisa dibohongi setiap kali kita melakukan hal yang salah atau dosa ya. Apakah hati kita tenang? Bohong jika kamu bilang tenang karena itu artinya hatimu sudah mati. Pertanda hatimu tak bisa merasakan apa-apa lagi.
Selain itu permasalahannya adalah mengontrol hawa nafsu. Sangat sering saya mendengar PMI yang tertipu pria online dan diancam akan disebarkan video seksinya. Saya berpikir kenapa begitu mudahnya para wanita yang tak lain kaum saya ini membuka baju di kamera dengan pria-pria asing yang mungkin baru beberapa hari dikenal? Tak jarang juga yang saya dengar ini adalah wanita yang sudah mempunyai suami dan anak di kampung.
Kisah lain adalah kehidupan bebas PMI di sana entah dengan pacar orang Indonesia, orang Hongkong maupun dari negara lain yang sama-sama tinggal di Hongkong lalu mereka menangis-nangis bingung karena hamil dan si pria tidak mau bertanggung jawab. Saya berpikir apakah sudah sebegitu bebasnya pergaulan wanita Indonesia. Ini berlaku baik yang single maupun sudah menikah. Bagi yang menikah seolah tak ingat ada suami yang menanti di kampung. Saya tidak tahu beban apa yang mereka bawa dari kampung sehingga mereka demikian. Kesimpulan lain adalah kurang kuatnya pondasi iman sehingga mereka mudah tergoda. Entah karena godaan suasana hidup di sana atau karena memang mereka membawa baggage dari kampung.
Yang terpikir oleh saya adalah mereka terlalu berani. Berani berbuat tanpa memikirkan akibat jangka panjangnya. Pikiran mereka pendek. Saat senang ya senang. Giliran hamil baru bingung. Giliran ga bisa bayar hutang baru bingung. Menyesal memang tak pernah di awal ya sobat. Banyak dari mereka terjerat hutang bank dan rentenir. Bukankah itu artinya mereka sangat berani? Hutang bank di luar negeri bahkan melebihi kemampuan untuk membayar. Ada yang hutang sampai 5 bank. Belum lagi paspor digadai. Kalau tiba-tiba majikan memutuskan kontrak mereka mau bagaimana? Hutang harus dibayar. Selain berani hutang, mereka cukup berani berhubungan dengan pria di sana. Keberanian lain? Mereka berani kabur dari majikan dan menggelandang di luar. Entahlah ya memang pelik kehidupan yang mereka jalani. Sobat, ini hanya potret mereka yang problematik ya. Yang benar-benar bekerja dan sukses tentunya juga banyak.
Soal hutang, di posting saya dulu pernah membahas tentang hutang. Hutang itu seolah sudah menjadi hal lumrah dalam kehidupan di masyarakat kita. Malah bisa dikatakan semacam budaya. Sesuatu yang normal. Mungkin bisa dibilang ga seru kalau ga hutang. Untuk kita masyarakat kecil ini banyak sekali yang terlilit hutang entah karena saking lumrahnya berhutang atau bagaimana. Padahal hutang itu tidak bisa digampangkan. Hutang harus dibayar. Hutang juga bisa mengakibatkan seseorang bunuh diri. Jangan menggampangkan hutang. Enak pas dapat uang, ga enak pas bayar hutang.
Saya bisa memahami mereka yang berasal dari kampung lalu hidup di sana di kota metropolitan pasti mengalami perbedaan yang sangat nyata. Di kampung susah cari duit sementara di sana bisa dapat sekitar 10 juta atau lebih per bulan. Sangat jomplang. Kita yang ga pernah keluar hidup di kampung lalu keluar eh ke kota metropolitan mungkin sudah kayak lepas dari kandang. Bebas. Mungkin wajar saja sih ya. Saya sendiri juga dari kampung dan saat ini saya tinggal di jakarta. Saya bisa merasakan perbedaan yang sangat signifikan. Tapi ya semua itu tergantung bagaimana kita menyikapi dan bagaimana kita komit dengan tujuan hidup kita.
Sekian untuk malam ini. Selamat malam sobat semoga tidurmu nyenyak dan selalu dilimpahkan keberkahan dan kesehatan. Cheers!
No comments:
Post a Comment
leave your comment here!