Follow Us

Monday, December 15, 2014

Ketika Saya Merasa "Insecure"

12/15/2014 09:58:00 PM 2 Comments


Banyak hal yang saya alami selama hidup di sini. Banyak hal yang dapat diambil pelajaran. Banyak hal yang saya renungkan. 

Seperti kejadian tadi siang. Ketika saya harus bertugas ke lapangan dengan sesama teman kantor yang notabene adalah kaum adam (catat: suami orang) ada hal-hal yang saya pikirkan.

Perbandingan kaum perempuan di kantor saya adalah 1:3. Sedangkan 95% kaum lelaki berstatus kawin. Itu berarti saya berinteraksi dengan mayoritas kaum lelaki yang sudah menikah baik ketika kerja di kantor maupun luar kantor (lapangan). 

Rata-rata usia mereka di atas saya tidak terlalu jauh. Tapi, mayoritas mereka adalah junior saya karena saya lebih dulu masuk ke kantor dibanding mereka. Jadi, biarpun secara umur saya lebih muda namun saya senior mereka jika ditilik dari lama bekerja.

Karena pekerjaan saya menuntut di lapangan juga, dan keadaaan yang ada adalah mayoritas mereka adalah laki-laki, maka saya biasa berinteraksi dengan mereka. Saya tidak membangun dinding yang membuat interaksi kami jadi terganggu. Selama ini saya menganggap mereka adalah partner saya. Saya tidak pernah macam-macam dengan mereka. Begitu pun sebaliknya. Kami saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Tidak ada istilah 'menggoda'

Tidak ada istilah 'menggoda'. Kami mencoba untuk selalu profesional dalam bekerja. Kami tahu batasan masing-masing. Ketika saya harus melakukan supervisi ke lapangan bersama rekan lelaki, oke saya lakukan. Saya tidak pernah berpikir macam-macam. Saya percaya dengan mereka. Saya yakin begitu pula sebaliknya.

Apa saya terlalu polos? Entahlah selama ini saya tidak memikirkan rekan saya. Lalu ketika saya renungi, oh ternyata rekan saya adalah suami orang, baru saya mulai berpikir. Entah mengapa beberapa kali ada perasaan insecure ketika harus bertugas dengan mereka. Terlebih ketika keadaan mengharuskan hanya kami berdua bertugas. Ketika saya dengar percakapan rekan saya dan istrinya yang berulang kali menelepon, saya jadi berpikir, salahkah saya ada di sini?

Wow, kenapa jadi menyalahkan diri sendiri? Bukan! Bukan itu maksudnya. Saya jadi merenung. Jika di kemudian hari saya berstatus menikah, apakah saya akan melakukan hal yang sama seperti istri rekan tersebut? Berkali-kali menelepon. Bertanya sudah sampai mana? Pergi dengan siapa? Acara apa?

Bahkan di momen yang lain, seorang istri rekan tak segan menelepon kami sesama pegawai perempuan untuk bertanya di mana suaminya kenapa telponnya tidak diangkat atau tidak bisa dihubungi. Saya kembali merenung. Apakah saya juga kelak akan melakukan hal yang sama? Ternyata mereka aware dengan menyimpan nomor-nomor rekan kantor suaminya terutama yang wanita. Karena saya sendiri termasuk yang pernah ditelepon atau sms. Saya jadi paham kira-kira begitulah seorang istri. :)

Apakah itu suatu bentuk perhatian atau rasa sayang seorang istri terhadap suami? Ataukah itu kekhawatiran? Ataukah pula kecurigaan? Insecure?

Jika saya menjadi mereka (baca: istri yang tidak sekantor dengan suami) apakah akan merasa insecure? Insecure karena tidak bisa mengawas suami sepanjang waktu. Insecure karena tidak tahu apa saja yang dilakukan suami seharian. Insecure karena ada sosok lain yang dianggap bisa mencuri perhatian suami?

Entahlah. Pelik urusan rumah tangga. Saya hanya bertanya-tanya jika suatu saat saya menjadi seorang istri seperti mereka. Apakah sama?

Tak bisa dipungkiri karena suami mereka bekerja di luar rumah selama seharian full 8 jam dari pagi hingga sore. Saya hanya berkesimpulan bahwa mereka (baca: para istri) tidak paham dengan apa pekerjaan suami. Sebenarnya apa yang dilakukan suami dengan pekerjaannya tersebut. Sehingga salah paham bisa saja terjadi karena hal sepele. Saya jadi memahami kenapa sebagian pasangan suami-istri memilih untuk bekerja di lahan yang sama. Akan terawasi pastinya. Tidak ada celah untuk berbuat kecurangan. :)

Lalu kenapa saya malah merasa insecure? Ya, saya yang masih single ini tidak bisa terus-menerus cuek karena meskipun saya berusaha amanah dalam bekerja namun siapa tahu dalamnya hati manusia? Siapa tahu saya pernah membuat istri tidak senang karena banyak berinteraksi dengan saya? Bagaimanapun juga saya tahu batasan kok. Karena saya merasa ada yang selalu mengawasi saya di mana pun saya berada. 

Normal kali ya jika pada akhirnya malah saya sendiri yang merasa insecure. :)

Kalau selama ini sih saya adala tipe orang yang diberi kepercayaan penuh oleh orangtua saya. Jadi, meskipun saya jauh dari mereka, tidak pula semena-mena saya dengan diri saya sendiri. Dalam artian saya berusaha menjaga kepercayaan mereka hingga saat ini. Apalagi saya ini perempuan, mana boleh sembarangan. Tidak boleh mengecewakan orangtua. Sepertinya dari sini saya belajar dari keluarga saya tentang memberi kepercayaan dan menjaga kepercayaan.

Tapi ini baru pikiran sempit saya yang masih single, tidak tahu kelak ketika sudah menikah apakah akan sama?

Btw, benar ga ya saya pakai istilah insecure? :)

Begini insecure dari www.liveluvcreate.com



Apakah kamu merasa insecure? Insecure yang manakah?


Thursday, December 4, 2014

Privacy Policy

12/04/2014 12:45:00 AM 0 Comments



Berikut adalah privacy policy blog Reana Talks! Harap dibaca dengan seksama bagi seluruh pembaca blog Reana Talks! yang budiman. Mari kita belajar menghargai hasil karya orang lain sebagaimana tertera dalam butir Pancasila sila kelima. Privacy Policy ini dibuat untuk kenyamanan kita bersama.

1. Reana Talks! berdiri pada bulan Mei 2007

2. Reana Talks! merupakan blog pribadi owner blog.

3. Owner blog bertindak selaku author dan writer tunggal.

4. Reana Talks! merupakan media owner blog untuk berkreasi dan membagikan berbagai macam kisah/pengalaman sehari-hari owner blog.

5. Reana Talks! berisi tentang opini/pendapat, pemikiran, cerita, dll dalam sudut pandang/perspektif owner blog.

6. Reana Talks! mengusung jargon 'Spread My Thought to The World!' dalam rangka berbagi kepada dunia.

7. Seluruh isi/content blog baik tulisan maupun gambar merupakan milik owner blog kecuali pada beberapa tulisan dan gambar yang telah dicantumkan credit-nya.

8. Bagi siapa pun boleh membagikan link tulisan/gambar dari blog dengan mencantumkan credit blog Reana Talks!

9. Dilarang meng-copy tulisan ke dalam blog/website/forum/dll tanpa mencantumkan credit blog Reana Talks!

10. Dilarang mengambil gambar dan mengubah watermark atau pun membuat watermak sendiri pada gambar milik blog Reana Talks! yang belum ber-watermark dan memosting di blog/website/forum/sejenisnya tanpa seijin owner blog Reana Talks!

11. Dilarang meninggalkan comment sampah atau berjualan di blog Reana Talks!

12. Menulis bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang. Tidak semua orang bisa menyalurkan aspirasi/pemikiran/opini/pendapat/hasrat melalui tulisan. Menulis butuh waktu. Menulis butuh konsentrasi. Menulis butuh ide/inspirasi. Menulis butuh kemampuan merangkai kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi sebuah cerita. Menulis juga butuh seni agar kata-kata yang terbentuk enak dibaca, tidak amburadul. Yuk, kita saling menghargai karya orang lain.

13. Menghasilkan gambar bukan hal mudah. Diperlukan alat untuk mengambil gambar. Diperlukan objek/model untuk diambil gambar. Diperlukan alat, kemampuan, dan waktu untuk meng-edit gambar. Diperlukan seni untuk menghasilkan gambar yang menarik. Yuk, hargai hasil karya orang lain.

14. Masukan, kritik, dan saran harap hubungi kontak owner blog yang tertera di pojok kanan atas halaman blog. Silahkan pilih contact yang paling nyaman menurut Anda.


Terima kasih atas kunjungan Anda! Selamat berselancar!

Salam,
Reana



Monday, December 1, 2014

Punya Kebiasaan Makan Banyak?

12/01/2014 09:50:00 PM 0 Comments



    Sering  saya jumpai di sekitar, banyak di antara teman-teman wanita saya yang makannya banyak. Saya tidak heran sama sekali. Malah saya anggap hal itu biasa saja. Mungkin memang sudah kebiasaan dari kecil makannya banyak. Jadi kalau lambungnya belum penuh ya belum berhenti makan. Belum merasa kenyang. 

Mungkin memang ada semacam budaya yang berkembang di tengah masyarakat kita begitu ya kalau cowok makannya banyak itu biasa. (Duh enak banget jadi cowok). Tapi kalau cewek? Duh, ga pantes! Hihi itu dulu kali ya. Soalnya yang saya temui di jaman saya kuliah malah rata-rata teman saya makannya banyak. Ketemu lagi jaman kerja juga begitu. Ketemu beberapa yang makannya sedikit itu karena memang lagi program diet. :)

Bagi yang makannya banyak tapi ga ngaruh ke badan alias tetap saja kurus mah enak-enak aja ya mau makan sebanyak apa pun? La tapi kalau yang mudah banget naik berat badan pasti stres. Entah mengapa wanita itu sensitif banget sama berat badan. Ngerasa gemukan dikit, langsung diet ketat abis-abisan. 

Bukan tambah gemuk tapi malah menyusut

Sekarang, giliran saya cerita tentang diri saya. Sebenarnya saya heran dengan diri saya sendiri. Ketika sudah memasuki dunia kerja sekian tahun. Begitu ketemu teman lama, wah mereka pada subur-subur semua. Hebat! Begitu melihat diri saya, loh kok malah nyusut. Ada apa dengan saya?

Keseringan, saya tidak sadar dengan apa yang orang lain katakan. Saya merasa orang lain lebih kurus dari saya. Dan orang lain berkata sebaliknya. Saya tidak percaya. Tapi rupanya saya underestimate. Setelah saya cek di depan cermin dan cek berat badan, saya memang lebih kurus. :(

Bukan saya bangga loh ya. Kalau kekurusan kan ga bagus juga. Ini jadi koreksi buat diri saya juga.

Lalu apa kiat saya supaya tidak gemuk?

Sebenarnya tidak ada kiat. Saya juga tidak pernah menganggap diri saya diet. Malah saya pernah merasakan betapa tersiksanya orang yang sedang diet. Makan dibatasi. Apalagi jika programnya yang rebus-rebusan tanpa minyak. Haduh, benar-benar ga ada rasanya loh itu. Karena yang bikin enak kan lemak/minyak. Hal itu saya rasakan ketika tempo hari terserang cacar dan kata ibu saya ada anjuran supaya jangan makan yang berminyak. Saya ikuti saja pada awalnya sebelum konsul ke dokter. Dan rupanya saya sungguh tersiksa! Batin saya, begini ya kalau orang diet? Ck ck ck...

Kebiasaan makan

Hmm, ok kembali ke pertanyaan tadi. Sekedar sharing. Jadi mungkin ini berhubungan dengan kebiasaan makan. Dari kecil memang saya punya kebiasaan makan nasi sedikit. Bukan dalam rangka diet sama sekali. Masih kecil dulu mana kenal diet? Melainkan karena lambung saya yang memang tidak muat banyak. Ketika saya mengambil nasi lumayan banyak, eh ternyata tidak habis. Lalu saya dinasehati ibu supaya ambil nasi sedikit saja dulu, nanti kalau kurang tinggal nambah lagi. Supaya nasi tidak terbuang mubazir. Lalu saya nurut dengan ibu saya.

Begitu pula jika makan sambil minum, pasti tidak habis karena sudah kenyang duluan dengan air. Saya dinasehati supaya minumnya di akhir. Habiskan nasi dulu baru minum.

Karena makan nasi saya sedikit, maka diimbangi dengan buah/jus dan cemilan supaya asupan tetap ada. Kan ada nih tipe orang yang lebih baik makan nasi sampai kenyang saja jadi tidak usah lagi makan cemilan. Kalau saya mah tukang ngemil. :)

Kapok kenyang

Setelah dewasa begini, terkadang saya juga pengen loh bisa makan banyak seperti teman-teman yang lain. Pernah dulu jaman kuliah ada traktiran dari teman saya di Mc D. Dipesanlah paket spesial nasi ayam plus telor. Ditambah minumnya dan es krim. Teman-teman saya makan dengan lahapnya. Saya berusaha untuk menghabiskan. Tapi apa daya, alhasil ketika di rumah malamnya saya tidak bisa tidur karena sakit di perut dan punggung. Mau posisi apa pun tidak enak. Rasanya sangat tidak nyaman. Saya perhatikan beberapa kali begitulah yang saya rasakan ketika saya makan sampai kenyang. Kapok saya jadinya.

Dari beberapa kejadian, saya ambil hikmah bahwa ternyata memang benar hadis Nabi Muhammad agar kita membagi perut kita menjadi 3 bagian yaitu makan, minum dan udara. Hal itu isyarat bahwa kita harus menyisakan perut kita untuk udara (bernafas). Berhenti makan sebelum kenyang.

Makanya saya wanti-wanti diri saya supaya tidak kekenyangan. Atau akibatnya saya sendiri yang tersiksa karena sakit. Nikmat sih nikmat pas makan. Tapi siapa yang mau sakit coba? Kan kalau orang lain sering bilang kalau kenyang ngantuk. Wah enak banget bisa begitu. La kalau saya malah ga bisa tidur nahan sakit. Sungguh ironis.

Oke, jadi itu satu hal yang menjadi penyebab. Kedua, saya penggemar buah-buahan. Entah kenapa saya berselera kalau makan buah-buahan dibandingkan cemilan. Saya penyuka buah yang asam. Jadi, kebutuhan buah saya dalam seminggu lebih besar daripada cemilan lain. Ngejus juga hobi saya. Hampir tiap hari saya ngejus. Favorit saya sirsak, alpukat, mangga. Sesekali jambu.

Sering hilang selera makan

Saya termasuk tipe yang sering kehilangan selera makan. Padahal tidak ada penyebab apa pun. Mungkin bosan atau bagaimana entahlah. Baru sekian sendok bisa dihitung sudah tidak ingin meneruskan. Harus berhenti, begitu perintah otak saya. Makanya pelarian saya ke buah-buahan. Kalau buah-buahan saya tetap selera. Jadi tetap makan tapi sedikit saja sekian sendok lalu sisanya buah dan cemilan (kalau selera).

Saya juga tipe yang tidak selera makan ketika lelah atau stres. Ada kan orang yang pelarian ke makan ketika stres? Nah, saya justru tidak. Kalau banyak pikiran ya tidak selera. Kalau sedang fokus sesuatu hal (serius banget) juga ga kepikiran makan. Tapi biasanya saya tetap makan besar supaya tidak sakit maag. Jaga-jaga... 

Ketiga, saya hobi sekali teh jeruk nipis sejak dulu masih kecil. Malah dulu sering dibuatkan minuman air hangat plus gula jawa dan asam jawa oleh ibu saya. Enak banget asem-asem manis. Sama halnya seperti teh jeruk nipis. Kalau sekarang plus lemon tea karena sudah bisa beli sendiri. Kalau jaman dulu jeruk nipis tinggal petik. Sampai sekarang kebiasaan minum lemon tea atau teh jeruk nipis masih tetap. Atau jeruk hangat juga jadi favorit saya.

Keempat, saya bukan penggemar manis. Saya lebih suka cemilan yang asin-asin, yang kering-kering renyah semacam keripik, kerupuk, dll. Bukan kue-kue basah ya. Karena kue basah biasanya cenderung manis. Kalau pun gorengan ya bakwan, tahu bunting yang tidak manis. Kalau pisang goreng saya kurang suka. 

Saya tidak punya aturan jam makan loh misal kalau setelah azan isya ga boleh makan lagi. Selama ini saya free (Alhamdulillah). Kapan saya ingin makan ya makan. Tapi dengan sendirinya kalau menjelang malam ya sudah tidak selera lagi makan. Seperti ketika makan sahur, kalau puasa sunnah saya tidak pernah sahur makan nasi. Kalau bangun malam ya minum saja cukup. Karena tidak selera makan. Makanya sebenarnya sahur ramadhan itu saya paksakan untuk makan karena kan puasa tiap hari. Tidak seperti Senin-Kamis.

Pengaruh gen?

Apakah ada pengaruh gen? Entahlah ya. Yang jelas kedua orangtua saya memang tidak ada yang gemuk. Tapi kakak-kakak saya punya bakat gemuk. Gemuknya masih wajarlah tidak ada yang gemuk banget. Sementara saya jaman abege dulu termasuk yang seger loh. Mungkin karena masa pertumbuhan ya. Pipi saya tembem. Memang saya tipikal yang lemaknya lari ke pipi terlebih dahulu. :)

Oya, awas obesitas bagi yang makannya banyak. Bagaimana pun juga kalau gemuk itu mudah terserang penyakit seperti darah tinggi, kolesterol, dll. Gampang capek pula. Jongkok nggak bisa. Pernah coba cek darah? Cobalah cek supaya bisa mengatur pola hidup sehat. Sudah ada contohnya beberapa teman saya masih muda tapi terserang darah tinggi. Alhasil disuruh diet sama dokter. Ada juga yang siklus menstuasinya ga teratur. 

Yuk, hidup sehat! :)





Sunao ni Narenakute (Hard to Say I Love You)

12/01/2014 07:26:00 PM 6 Comments


Entah kenapa ya, di awal-awal episode, saya pun jatuh cinta dengan Nakaji seandainya saya menjadi Haru. 

Menurut saya, drama ini layak ditonton. Tidak muluk-muluk. Tidak menjual mimpi.

Hmm, saya kembali bernostalgia dengan drama Jepang Sunao ni Narenakute yang telah rilis 2010 lalu. Jadi sebenarnya saya sudah tamat nonton drama ini dulu kala tahun 2010 karena cuma 11 episode. Itulah enaknya nonton drama Jepang. Hanya berkisar 8-11 episode saja keseringan sehingga alur ceritanya tidak bertele-tele. Penonton jadi tidak bosan di tengah jalan karena cerita dipanjang-panjangkan dan ditambah hal-hal yang tidak penting. 

Drama ini mengisahkan persahabatan 4 orang anak muda yang saling mengenal via twitter dan kemudian bertemu kopi darat di sebuah cafe. Mereka adalah Nakaji (Eita), Haru (Ueno Juri), Doctor (Kim Jaejoong), dan Linda. Ditambah satu orang lagi sahabat Haru yang ikut datang menemani kopi darat yaitu Peach.

Ceritanya tentang kehidupan sehari-hari mereka sebagai seorang pekerja. Pada awalnya mereka berbohong tentang jati diri pekerjaan mereka masing-masing namun kemudian mengaku yang sebenarnya. Nakaji, mengaku seorang fotografer terkenal yang kenyataannya adalah fotografer majalah porno. Haru, hanya seorang guru honor. Doctor yang ternyata hanya seorang penjual alat kedokteran. Linda, bukan seorang editor majalah. Peach, bukan seorang pramugari. Namun mereka tetap saling berteman. Mereka adalah orang-orang bernasib sama yang butuh support satu sama lain untuk tetap maju. Karena pada kenyataannya mereka mempunyai masalah sendiri-sendiri dalam pekerjaannya. Tidak seperti apa yang tampak. Life is hard, guys!

Keadaan semakin pelik ketika Haru menyukai Nakaji. Doctor menyukai Haru. Peach menyukai Linda. Linda menyukai Nakaji (hah?). Namun Nakaji menyukai kekasihnya yang ternyata sudah bersuami, Kiriko. Apakah pada akhirnya Nakaji menyukai Haru? Bagaimana nasib Doctor? Akankah ia menyatakan perasaannya? 

Kehidupan orang dewasa yang merupakan potret kehidupan nyata memang sungguh rumit. Seperti Peach yang hamil dengan pacarnya namun kemudian berniat membesarkan anaknya itu sendirian. Linda yang merupakan anak pemilik rumah sakit tapi malah memilih bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan majalah. Lalu agar naik jabatan menjadi editor, ia harus menyenangkan bos wanitanya dengan cara melayani bosnya di tempat tidur. Doctor, datang dari Korea untuk mengadu nasib namun malang dalam pekerjaan. Desain pamfletnya pernah dicuri dan diplagiat oleh rekan sekantornya. Nakaji, bosnya tidak puas dengan foto-foto jepretannya. Dan Haru adalah sosok yang paling polos di sini. Dia adalah seorang guru yang sering dikerjai oleh muridnya.

Kiriko, tampak jelas ia merasa insecure dengan kehadiran Haru. Meski dia tahu bahwa Nakaji sangat menyukainya, tapi yang namanya perasaan manusia itu kan bersifat dinamis ya. Bisa berubah sewaktu-waktu. Jadi, wajarlah dia merasa begitu. Apalagi statusnya yang sudah bersuami membuatnya tak bisa berbuat banyak sehingga ia pun berbuat hal yang tak semestinya terhadap Haru karena terbakar cemburu dan takut kehilangan. 

Yang paling mengagetkan adalah sosok Linda yang manly dan tidak tampak ada yang aneh padanya. Dia berhubungan baik dengan siapa pun namun belakangan ternyata menyukai Nakaji. 

Sementara Nakaji adalah sosok yang baik pada semua orang. Ia tidak yakin dengan perasaannya sendiri terhadap Haru. Seperti tidak menyadari bahwa sebenarnya ia menyukainya karena posisinya sudah punya kekasih.

Btw, saya suka penampilannya Nakaji. Casual. Santai tapi keren! Mungkin karena pada dasarnya orangnya goodlooking ya jadi mau pakai apa saja dengan gaya rambut apa saja juga tetap keren. :)

Eita dan Ueno Juri sudah 3 kali ini main bareng ya setelah Nodame Cantabile dan Last Friend. Tapi cuma di sini mereka couple. 

Picture credit to the rightful owner