Follow Us

Showing posts with label life phenomenon. Show all posts
Showing posts with label life phenomenon. Show all posts

Tuesday, February 20, 2024

Life Goes on...

2/20/2024 07:36:00 PM 0 Comments
Rasanya lama sekali saya tidak menulis blog. Tidak ada satu artikel pun yang saya pos selama setahun lebih. Rindu rasanya dengan diri ini yang dulu, yang selalu bisa menulis apapun untuk blog ini walau hanya hal remeh-temeh. Dan kini saya ingin kembali menyempatkan diri untuk menulis di blog ini. 

Sayang dibuang
Mengendap di draf sejak 4 Juli 2022
Sedikit disempurnakan di bagian akhir

Kemarin minggu 3 Juli 2022 saya ketemuan sama teman saya dari Pare di Atrium Senen. Sebelumnya dia bilang mau singgah di kos saya. Alhasil saya beres-beres donk ya malamnya. Biar ada space kalau dia datang. Hehe. Eh, paginya dia bilang kalau dia sudah booking hotel untuk 1 malam. Dia mau coba check-in duluan mana tahu bisa. Dan beneran sih bisa tapi kena cas 100 ribu. 

Padahal saya sudah siapkan pempek tuh kalau dia datang bisa buat sarapan. Eh ternyata tidak jadi. Saya hargai keputusannya sih. Tak apa. Biar dia lakukan yang menurut dia nyaman. Biar dia bisa istirahat dengan tenang di hotel tanpa gangguan. 


Akhirnya kami ketemu saat makan siang. Dia kan penyuka korean food. Pilihan dia adalah mujigae. Baiklah saya ikut saja. Eh rupanya mujigae sudah tutup. Alamak. Saya baru tahu. Lama tidak ke Atrium banyak perubahan.

Pilihan dia akhirnya jatuh ke teppan set sebelah Nahm. Jadi satu sih sebenarnya dengan Nahm. Resto ini sejenis japanese food resto seperti Gokana. Menu-menunya jejepangan. Dia pilih beef teriyaki set. Saya pilih chicken yakiniku set. Kedua menu itu lagi promo. 

Kami pun berbincang-bincang sembari menikmati hidangan. Lama tidak bertemu jadi banyak yang dibahas. Dan waktu terasa cepat berlalu. Tiba-tiba teman saya nyeletuk, "Gimana ya caranya dapat bule."

Saya langsung menengok ke sebelah kiri saya ada pelanggan bule baru duduk dengan pasangannya wanita Indonesia (entah pasangan, partner kerja atau yang lainnya). Teman saya langsung bilang, "Hush, jangan diliatin."

Hehehe. Saya kan langsung nangkap sinyal begitu teman saya menyebut bule. Ternyata ada di sebelah saya orangnya. Tapi kami tidak membahas apa-apa ya sobat soal bule. Kami lanjut ngobrol lagi yang lain.

Saat kami makan ada insiden lain lagi. Tiba-tiba ada seorang ibu yang membatalkan pesanan. Kabur begitu loh. Saya dengar pelayan resto bilang, "Baru 7 menit loh Bu." Tapi si ibu bersikukuh tidak mau membayar dan pergi.

Saya tanya teman saya, "7 menit apa ya maksudnya?"

"Itu loh jam pesanan di bill sampai pesanan jadi."

Pesanan kami berdua termasuk cepat kok. Dan 7 menit sampai pesanan siap itu termasuk cepat loh. Entah apa yang membuat si ibu bertindak begitu membuat keributan. Apakah sudah saking laparnya sehingga 7 menit itu lama? Apakah ada urusan penting mendesak? Atau memang tidak sabar?

Kasihan pelayannya sih karena mereka harus nanggung itu pesanan. Bill sudah dicetak. Ya Tuhan... teganya... Tapi itulah terkadang realita hidup yang harus dihadapi. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Terkadang ada hal-hal tak terprediksi yang hadir menghiasi hidup kita. 

Terkadang hidup tak selalu seperti apa yang kita duga. Tak selalu berjalan mulus seperti apa yang kita mau. Entah kesalahan apa yang kita perbuat sehingga kita harus mengalami ini dan itu. Terkadang kita berpikir kenapa kita harus mengalaminya? Kenapa kita? Kenapa bukan orang lain? Kenapa orang lain tidak mengalami hal yang sama?

Kenapa kita, Tuhan? Lalu Tuhan pun berkata, "Kenapa tidak?"
Why not? Ya... why not?

Sobat, percayalah selalu ada hikmah dalam setiap kejadian. Selalu ada silver lining yang bisa dipetik dari setiap hal yang kita alami. Hanya saja terkadang kita sebagai manusia lebih banyak berpikir negatif daripada berpikir positif. Kita tidak langsung bisa menarik benang merah. Kita tidak bisa langsung menyusun kepingan-kepingan puzzle hidup kita menjadi sebuah gambar yang cantik dan utuh. Mungkin di suatu saat nanti kita baru tahu ada apa dibalik semua yang kita lalui. Dan kita pun akan berucap syukur atas karunia Tuhan akan hidup yang kita miliki.

Apapun yang terjadi tetap tersenyum ya Sobat! :)
Life must go on...
Seperti judul lagu BTS Life goes on...

Tuesday, June 7, 2022

Mengejar Mimpi

6/07/2022 09:26:00 AM 0 Comments
Kemarin saya bertemu seorang teman. Sebenarnya sudah lama saya kenal nama tapi hanya sebatas tahu nama saja. Kami belum pernah ketemu (atau mungkin pernah dalam suatu acara hanya saja saya tidak ngeh). Sampai suatu ketika kami berdua pun bertemu. Ini pun karena keadaan. Karena memang hanya kami berdua yang hendak menghadap atasan sebelum akhirnya pindah bersama. 

Awalnya saya yang kontak dia supaya kami bisa sama-sama menghadap atasan. Biar tidak sendiri-sendiri. Sekalian pamitan ke pegawai-pegawai yang lain. 

Dari sinilah saya mendapat teman baru. Orang yang tadinya hanya kenal nama sekarang di tempat kerja baru menjadi teman. Kemarin dia datang ke ruangan saya. Sebenarnya agendanya itu saya mau kasih kado ke dia karena istrinya baru dua minggu yang lalu lahiran. Tapi rupanya dia mau sekalian konsultasi ke saya. Ceilee emangnya saya konsultan apa ya. Hehe


Tak boleh besar kepala.. saya bukan siapa-siapa. Hanya orang biasa yang mau berbagi pengalaman dan pemikiran. Baiklah saya dengarkan ceritanya. Rupanya dia berniat ingin mengikuti seleksi beasiswa S2 karena sedang dibuka pendaftaran. Sebagai orang yang sudah lebih dulu mendapat beasiswa, saya pun berbagi pengalaman dengannya. 

Saya melihat dia begitu antusias untuk bisa ikut tahun ini walau sebenarnya peluang dikabulkan atasan itu kecil mengingat belum genap 2 tahun di tempat kerja baru. Tapi dia mau berusaha dulu menghadap ke atasan. Masalah diterima atau ditolak urusan belakangan. Pada awalnya dia sudah berkecil hati untuk bisa lanjut S2, namun tak ada yang tahu jika ke depan peraturan akan S2 berubah. Batasan umur sudah dirubah menjadi lebih longgar. Sehingga teman saya ini merasa ada angin segar. Kalau saya sebagai teman menyemangati saja. Saya ikut senang kalau teman saya maju.

Tapi sebenarnya dia galau karena belum ada sertifikat toefl. Dia belum ada persiapan sama sekali. Nah, saya sarankan dia untuk mengambil tes prediction online dulu jika mendesak. Soalnya kalau ambil ITP langsung ga worth it menurut saya. Selain biayanya mahal (terakhir cek 585 ribu di UI), dia belum ada persiapan. Sama saja membuang uang nantinya. Dia cerita belum pernah tes sama sekali sebelumnya.

Dia minta rekomendasi buku toefl ke saya. Saya sarankan dia beli bukunya Longman karya Deborah Philips. Tapi pada akhirnya, dia pinjam buku saya hehe. Saking semangatnya dia ambil ke kos saya sepulang kerja. Padahal saya tawari besok bisa saya bawakan ke kantor. Tapi dia bersikukuh mau ambil sore itu juga. Semangatnya luar biasa. 

Sore itu juga dia ingin mampir ke UI mau menanyakan soal les toefl. Saya memang menyarankan dia untuk ambil les saja jika nanti ditolak ikut tahun ini. Jadi dia punya waktu panjang untuk persiapan tes toefl dan juga persiapan tes TPA.

Pagi ini saya mendapat kabar dari dia kalau dia ditolak ikut seleksi tahun ini dengan alasan belum genap 2 tahun. Ya sudah tidak apa-apa ambil hikmah positifnya. Dia punya waktu belajar lebih luang sampai pendaftaran tahun depan.

Sepengalaman saya, toefl dan tpa itu memang harus dipersiapkan dari jauh hari. Jika mau skor meningkat harus belajar. Saya beberapa kali ikut tes toefl tanpa persiapan, skor sama saja dengan sebelum-sebelumnya. Begitu saya belajar, skor pun naik. TPA pun harus dipersiapkan dengan baik. Apalagi TPA ini jenis soalnya ada banyak. Kita harus menguasai jenis-jenis soalnya supaya siap bertempur. Pengalaman saya ikut tes TPA sudah pernah saya share di posting sebelumnya. 

Yang saya garis bawahi dari cerita di atas adalah semangat. Bagaimana kita harus semangat mengejar mimpi. Walau terkadang ada batu terjal yang harus dilewati, kita tidak pernah tahu kapan dan di mana kemenangan itu akan menyinggahi kita. Mungkin di percobaan pertama kedua belum berhasil, tapi di percobaan ke sekian kali barulah berhasil. Mungkin di tempat yang lama masih gagal. Tapi siapa tahu di tempat baru akan berhasil. Jika dulu sulit, mana tahu saat ini mudah. 

Intinya jika sudah rejeki maka Allah pasti beri. Dan Allah memberikan yang terbaik menurut-Nya dari segi waktu, tempat, dan termasuk jurusan serta jenis beasiswanya. Allah yang lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya di masa depan. Hanya saja kita manusia yang seringkali terburu-buru. Karena waktu yang belum tepat menurut Allah itulah makanya banyak halangan rintangan. Istilahnya belum rejeki. Tapi dari situ ada pelajaran berharga bagaimana kita belajar ikhlas. Dan kita harus tetap semangat. Jangan berputus asa. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Serahkan keputusan akhirnya pada Allah taala. Tetap positif menghadapi hidup ini ya sobat!

Sampai jumpa di posting berikutnya! 

Monday, June 6, 2022

Mengagumi Seseorang

6/06/2022 08:09:00 AM 0 Comments
Sobat, pernahkah kalian mengagumi seseorang di masa lalu entah karena tampan atau cantik. Namun ketika bertemu lagi setelah sekian tahun berlalu, loh kok berubah. 

Berubah apa nih? Berubah tidak secantik atau setampan dulu kala. Lalu kalian berpikir, apa dulu kalian salah menilai? Atau standar penilaian kalian saja yang kini berubah? Atau memang dia yang berubah? Apa ada yang salah dengan yang kalian lihat? Pernah tidak sobat mengalami?


Saya pernah sobat. Dulu saya pernah merasa seseorang ganteng/cantik. Tapi ya hanya sebatas pengakuan bahwa dia ganteng/cantik di dalam hati saja. Tidak secara langsung dikatakan atau memuji. Namun kemudian lama kami tak bertemu. Pernah secara tak sengaja saya melihatnya dari jauh. Ternyata dia berubah. Saya tak melihatnya seperti dulu lagi. Kenapa berubah jadi begitu? Maksud saya tidak se-wow dulu kala. 

Namun ada juga seseorang yang dulu biasa saja katakanlah tidak bersinar terang karena kecantikannya alias kalah dengan yang lain, tapi saat ketemu lagi setelah sekian lama justru berubah drastis menjadi cantik. Loh ini malah kebalikan yang tadi. Ya begitulah sobat kecantikan/kegantengan ini fana. Bisa sewaktu-waktu berubah. Tidak kekal. 

Saya menyadari betapa fananya penilaian mata ini. Fisik bisa berubah. Memang tidak semestinya mengagungkan sesuatu yang fana. Karena dia punya potensi berubah. Dia tidak kekal. Sehingga kekaguman bisa berubah juga. Dulu kagum, sekarang hilang kekaguman. 

Memang sudah seharusnya yang dikagumi adalah yang maha kekal yang tidak punya cela sedikitpun. Sehingga kita pun tidak akan kecewa karena dia tidak berubah. 

Sekian dulu sobat cuap-cuap hari ini. Hanya ingin menumpahkan uneg-uneg yang lama tersimpan. Kisah tadi sudah sangat lama kejadiannya. Bertahun-tahun yang lalu...

Cheers!

Monday, May 23, 2022

Pentingnya Menjaga Mulut/Lisan

5/23/2022 10:57:00 AM 0 Comments
Sobat, kali ini saya ingin membahas tentang menjaga mulut/lisan. Kenapa saya membahas ini? Tak lebih karena obrolan saya dengan seseorang.

Begini Sobat, kenapa menjaga mulut atau lisan itu penting? Dalam pandangan saya pribadi, ada benarnya kenapa diam itu lebih baik daripada mulut berkata-kata yang tidak baik atau menyampaikan hal yang tidak baik yang mana apabila sudah keluar dari mulut maka tidak bisa ditarik kembali. Apa yang sudah terjadi maka tidak bisa dikembalikan. Semua sudah dicatat malaikat. Apabila bisa di-rewind seperti video, maka sesungguhnya kita akan malu dengan perbuatan kita sendiri. Kita ingin menghapus tapi tidak bisa. Lalu bagaimana? Jika tidak ingin melakukan kesalahan maka kita harus berhati-hati dalam berkata-kata. Yang bisa kita lakukan adalah mencegah dan pengendalian diri.

Yang saya maksud dengan berkata-kata yang tidak baik ini luas. Bisa berarti menghina, mencemooh, menyinggung, menyindir, memarahi, berkata kasar, termasuk tidak bisa menjaga rahasia alias ember ke mana-mana, bergosip, dan lain-lain. Intinya segala perbuatan yang menyebabkan orang lain sakit hati, terhina, tersinggung, tersindir, dan lain-lain. Yang ingin saya soroti adalah menjaga rahasia.

Saat seseorang (katakan X) bercerita hal negatif ke Y tentang orang lain (beberapa orang - katakan A B C D). Eh, Y sampaikan ke yang bersangkutan. Selain ember, itu namanya Y adu domba bukan? Orang pertama menyampaikan ke orang kedua dan seterusnya. Jadi beruntun ini cerita dari A ke B ke C ke D dst. Nah, beruntun pula yang sakit hati karena cerita yang tidak baik. X jadi jelek image-nya. Begitu pula Y ikut jelek juga kan karena tidak bisa jaga rahasia.

Saat X menegur A kenapa B sikapnya berubah terhadap X, A bingung. A sendiri merasa sakit hati terhadap X. Tapi A tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya memendam dan akhirnya menutupi alias berbohong kalau tidak ada apa-apa antara B dan X. 

A bingung jika seandainya dia jujur, nanti rentetannya panjang karena ceritanya berantai. Banyak yang terlibat. 

Hal seperti ini benar terjadi dan tidak jarang terjadi. Lalu salah siapa? 

Saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Saya hanya ingin memberi solusi alangkah baiknya jika X, Y, A-D saling berkumpul kemudian saling jujur mencurahkan isi hati dan bermaaf-maafan. Daripada memendam dan dibawa mati? Alangkah tidak enaknya memendam kentang nanti busuk juga dan berbau. 

Ada satu pelajaran lagi di sini yaitu kejujuran. Pada dasarnya untuk jujur tidak selalu mudah. Ada rasa malu bahkan takut akan konsekuensi yang akan dihadapi. Namun untuk menerima kejujuran juga tidak selalu mudah. Terkadang kejujuran itu pahit dan sakit makanya ada orang yang lebih memilih untuk tidak tahu kebenaran. Dari cerita di atas, A tidak siap untuk jujur karena takut akan konsekuensi. Dia memilih diam dan memulai dari awal lagi. 

Hidup itu pilihan. Setiap apa yang kita lakukan adalah hasil dari pilihan yang kita pilih. Semua ada konsekuensinya baik atau buruk. Tinggal kita siap atau tidak untuk menerima dan menjalani.

Butuh keberanian atau mental yang kuat untuk mengakui kesalahan. Dan tidak semua orang punya. Tidak sedikit yang memilih kabur. Kenapa tidak berani mengakui kesalahan? Malu? Jika malu berarti hal baik karena itu pertanda masih punya rasa malu. Masih menjadi manusia. Takut? Takut juga masih menandakan manusia. Namun ketahuilah bahwa pada dasarnya yang dihadapi adalah manusia juga. Jadikanlah setiap kesalahan sebagai pembelajaran hidup agar menjadi lebih dewasa dan bijak dalam berkehidupan.

Sampai jumpa posting berikutnya! 


Tuesday, May 17, 2022

Menunda atau Mempercepat Kematian?

5/17/2022 01:06:00 PM 0 Comments
Minal Aidin Wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin buat readers blog ini semuanya. Semoga kita bertemu lagi tahun depan. Aamiin.

Alhamdulillah kita bisa mudik tahun ini ya sobat. Di hari raya idul fitri inilah saatnya kita bersilaturahmi dengan sanak saudara. Sudah menjadi tradisi kita di Indonesia dari tahun ke tahun. Kalau dipikir-pikir ada baiknya tradisi ini karena kalau tidak ada tradisi seperti ini kapan lagi akan bersilaturahmi. Kalau hari biasa sebagian besar dari kita sibuk dengan kehidupan masing-masing. Sangat langka rasanya bisa bersilaturahmi ke tetangga dan sanak saudara yang jauh. Tapi di hari raya idul fitri ini jadi menyempatkan diri berkunjung ke tempat saudara yang jauh.


Kali ini saya akan bercerita bebas saja ya sobat. Temanya adalah kesehatan. Kenapa saya angkat tema ini? Tak lain karena saat saya bersilaturahmi ke rumah nenek (adik nenek saya) saat lebaran lalu saya sempat menjenguk saudara laki-laki (cucu nenek tersebut) yang terkena stroke. Awalnya saya sempat kaget waktu mendengar kabar dia terkena stroke karena dia masih terbilang muda. Sewaktu saya masih kecil dan di kampung dulu sering ketemu. Dia suka mengatai saya gembrot atau pesek. Body shaming ya hehe :)

Itulah ya dari kecil dulu ada beberapa orang yang suka manggil begitu. Saya sebenarnya tidak suka ya walau saya masih kecil. Mungkin maksudnya meledek tapi ya begitulah menyebalkan sih. :D

Memang, kita tidak pernah tahu jika kita yang tampak sehat lalu tiba-tiba terkena penyakit. Walau mungkin sudah ada tanda-tandanya tapi terkadang bisa jadi kita tidak menyadarinya atau menyepelekannya.

Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara sobat salah satunya sehat sebelum sakit. Penyakit tidak menunggu kita tua dulu baru sakit. Semua tergantung pola hidup kita. Apakah kita akan menunda kematian atau mempercepat kematian? Walau sejatinya kita tahu bahwa kematian sudah tertulis kapan waktunya. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha. Secara kasat mata, pada dasarnya pola hidup sehat adalah cara menunda kematian. Sementara kalau kita hidup asal-asalan akan mudah terserang penyakit lalu meninggal. Nah, ini dikatakan mempercepat kematian. 

Ada teman saya seumuran yang meninggal karena penyakit. Kematian tidak menunggu sampai kita tua sobat. 

Pola hidup sehat hubungannya dengan jasmani kita. Dengan asupan makanan bergizi, sehat, dan makan teratur disertai olahraga maka jasmani kita menjadi sehat. Namun kita jangan melupakan kesehatan rohani/pikiran karena tubuh kita terdiri dari jasmani dan rohani. Tubuh harus diberi makan agar bisa menegakkan tulang. Begitu pula jiwa kita juga harus sehat. Dari pikiran yang tidak sehat bisa menimbulkan penyakit fisik. Jadi harus seimbang antara jasmani dan rohani.

Contoh kecil saja, jika banyak pikiran atau memikirkan sesuatu terlalu dalam maka tensi bisa naik khususnya pemilik penyakit tekanan darah tinggi. 

Kembali ke cerita di atas, saya bersyukur masih diberi kesehatan oleh Allah. Walau terkadang saya merasa ada keluhan-keluhan tapi semoga saja hanya keluhan tak berarti. Semoga saya dan keluarga serta pembaca blog saya selalu diberi kesehatan. Aamiin.

Walau hanya keluhan ringan, terkadang saya merasa betapa berharganya kesehatan apalagi jika hidup sendirian. Kita harus sayang dengan badan kita sendiri. Kita harus menjaganya dengan baik. Jika terjadi sesuatu maka kita sendiri yang merasakan. Kita sendiri yang menanggung beban. Maka tidak ada alasan untuk tidak mencintai diri sendiri. Adakah orang lain yang lebih mencintai diri kita selain diri sendiri?

Kita terlahir sendiri maka kita juga mati sendiri. Maka kita harus memikirkan diri sendiri. Bukan berarti kita egois. Tapi kita harus mencintai diri kita sendiri sebelum mencintai orang lain. Jangan selfless. Sebenarnya ini perenungan buat diri saya juga. Seringkali saya merasa selfless. :D

Kita berhak mendapatkan kesenangan untuk diri sendiri. Setiap orang berhak untuk bahagia.

Sobat, sekian dulu sharing hari ini ya. See you..


Tuesday, October 19, 2021

Kehilangan Sahabat

10/19/2021 10:52:00 AM 0 Comments
Sobat, pada postingan kali ini saya akan membahas mengenai kehilangan sahabat. Sudah satu minggu berlalu dari berita kematian salah seorang sahabat saya namun baru hari ini saya sanggup mengetik tentangnya di blog ini.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un

Semoga sahabat saya Hipniati binti Efendi (pemilik blog hifni1985.wordpress..com) diterima amal ibadahnya di sisi Allah SWT. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kelapangan hati menerima takdir Allah.

Sobat, saya sungguh kaget mendengar berita kematian sahabat saya ini. Kala itu tepat seminggu yang lalu selasa malam (12/10/2021) saya ditelpon teman saya di Bengkulu. Dia mengabarkan kalau sahabat saya telah meninggal. Saya saat itu dalam posisi akan membuat laporan perjalanan dinas saya ke Banyuwangi yang saya ceritakan di posting sebelumnya. Saya pun urung. Tak sanggup rasanya mau membuat laporan. Banyak whatsapp berdatangan dari teman-teman saya menanyakan perihal kematiannya. Merinding rasanya Sobat. Ya Allah, sungguh tidak menyangka begitu cepat Engkau panggil dia. Terakhir kali saya berkomunikasi dengannya tanggal 6 Oktober 2021 via whatsapp. Tanggal 5 kami masih telponan.


Kamis, 7 Oktober 2021
Tanggal 7 Oktober jam 3 pagi saya sudah berangkat ke bandara menuju Banyuwangi karena itu jadwal perjalanan dinas saya. Saya sibuk seharian keliling-keliling melakukan pekerjaaan saya di Banyuwangi. Saya sama sekali tidak berkomunikasi dengannya seharian. Dan sore hari ketika saya sampai di hotel saya kelelahan. Saya pun tertidur setelah sholat magrib. Magrib di sana lebih cepat dibanding di Jakarta. Saya bangun tidur pukul 11 an malam. Saya lihat whatsapp ternyata ada pesan dari dia pukul 18.59. Dia menanyakan apakah saya sudah sampai di Banyuwangi dan saya menginap di mana. Saya baru membalas saat saya bangun tidur sekitar 23.30 namun sungguh aneh, balasan saya centang satu. Kenapa nih anak, pikir saya. Kemarin-kemarin lancar whatsapp dengannya. Justru intens kami whatsapp.

Jumat, 8 Oktober 2021
Tanggal 8 Oktober saya kembali whatsapp dia. Lagi, centang satu. Saya masih melanjutkan pekerjaan saya di hari kedua di Banyuwangi.

Sabtu, 9 Oktober 2021
Saya kembali whatsapp dia tanggal 9 Oktober ke nomor whatsappnya yang satu lagi. Sama, centang satu. Hari ini adalah kepulangan saya kembali ke Jakarta.

Selasa, 12 Oktober 2021
Saya penasaran ada rasa cemas kenapa tak ada kabar dari dia sampai hari ini. Kenapa masih centang satu juga whatsappnya. Saya ada kepikikan untuk menanyai tentangnya ke teman saya yang di Bengkulu karena dia teman dekatnya sahabat saya juga. Tapi belum jadi saya lakukan. Saya juga kepikiran untuk menelepon biasa ke nomor hp teman saya hari itu tapi belum jadi saya lakukan karena sibuk dengan pekerjaan. Tidak tahunya di malam harinya saya mendapat berita kematiannya yang membuat saya tidak percaya rasanya.

Saya lihat last seen whatsapp di nomor yang im3 adalah 19.30 an. Sementara di nomor simpati 21.47. Dan berdasar info yang saya dapat, hari jumat tanggal 8 Oktober, dia sudah tidak absen online. Berarti kemungkinan dia sudah tiada di malam jumat tersebut. Karena dia biasanya rajin absen.

Orang baik
Ada yang bilang meninggal di hari jumat itu baik. Sepengetahuan saya, dia memang orang baik. Ada yang bilang, orang baik itu meninggalnya cepat. Dan benar adanya sebelumnya saya kehilangan sahabat saya juga yang pernah saya ceritakan di blog ini juga di tahun 2013 atau 2014. Dia pemilik blog 23tahun.blogspot.com. Jadi, saya sudah kehilangan 2 orang sahabat yang memang keduanya adalah orang baik (setidaknya di penilaian mata saya). Mereka berdua adalah teman ngobrol soal pekerjaan dan kehidupan walau kami tidak satu kantor alias terpisah jarak. Kami sealumni sewaktu kuliah sarjana dan bekerja di bidang yang sama sehingga nyambung. 

Amal jariyah
Mereka berdua adalah sahabat ngeblog saya dulu masa-masa awal bekerja. Terakhir saya sempat menyemangati sahabat saya untuk kembali menulis karena sudah lama vakum. Saya bilang padanya bahwa tulisan apabila membawa manfaat buat orang lain bisa jadi amal jariyah ketika kita meninggal. Coba kita renungkan Sobat, warisan apa yang bisa kita tinggalkan jika kita meninggal? Jika kita punya harta, tentu dengan harta kita bisa berwakaf. Jika kita punya anak, akan ada anak yang mendoakan. Namun jika kita belum menikah dan belum punya anak? Amal jariyah apa yang bisa kita lakukan? Tinggalkanlah ilmu yang bermanfaat. Jaman sekarang sangat mudah untuk menyebar ilmu.

Fibro Myalgia
Jika ada teman yang penasaran dengan penyakit apa yang diderita almarhumah, namanya fibro myalgia. Saya kurang paham penyakit apa tersebut (kalian bisa mencari sendiri informasinya lebih dalam) namun yang saya ketahui darinya adalah penyakit ini menyerang saraf tulang belakang. Dia tidak bisa duduk berlama-lama karena akan terasa sakit. Bisa menyebabkan hilang ingatan, insomnia, dan sejumlah gejala lainnya. Gejala yang paling berat adalah kejang disertai rasa sakit yang teramat hebat serta tidak sadarkan diri. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan karena belum ada obatnya dan apabila di luar negeri penderita penyakit ini dianggap disable sehingga mendapat santunan dari pemerintah. 

Tanda Kematian
Sahabat saya ini sudah insomnia sekitar 1 tahun. Dan terakhir kali dia bercerita ke saya dia sudah normal kembali, tidak insomnia lagi, sudah bisa tidur cepat. Saya pun turut senang tentunya mendengar hal tersebut. Sebagai orang awam yang tidak bisa melihat tanda-tanda kematian tentu saya menganggap hal tersebut adalah hal baik yang mana saya mengira dia sudah mulai membaik. Tapi tidak disangka kalau hal baik tersebut merupakan tanda bahwa kematian sudah dekat. Saya jadi teringat dengan alm ayah saya yang baru 40 hari lalu wafat. Beliau doyan makan dan gemuk sebelum wafat. Memang ayah saya ini menderita penyakit menahun yaitu darah tinggi. Dan selama hidupnya dari saya kelas 4 SD hingga kematiannya tidak pernah lepas dari obat. Saya membaca artikel tanda-tanda kematian menurut islam, jika penderita penyakit salah satu tandanya adalah yang tadinya tidak doyan makan menjadi doyan makan. Jadi, begitulah sobat...

Saya benar-benar merasa kehilangan... 

OK Sobat tidak banyak yang bisa saya ceritakan. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik dari cerita ini. Tetaplah berbuat baik. Karena tidak ada pilihan dari Allah selain berbuat baik di dunia ini. Ajal tak ada yang tahu. Semoga kita kelak wafat dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.



Monday, September 27, 2021

Memakai Barang Orang Lain Tanpa Permisi, Pernah?

9/27/2021 10:26:00 AM 0 Comments
Sobat, pernahkah kamu memakai barang orang lain tanpa izin? Memakai barang yang tidak berkurang kadarnya mungkin tidak mengurangi atau merubah bentuk barang yang dipakai sehingga kegunaan barang tidak berubah. Tapi bagaimana jika kamu memakai barang yang kadarnya berkurang setelah dipakai misalkan barang yang mengandung cairan, gas, dsb? Pernakah kalian berpikir bahwa kalian telah mencuri?

Mencuri adalah perbuatan terlarang, tidak hanya dalam agama namun juga norma budaya. Terkadang, entah kamu tidak tahu atau tidak sadar atau bandel saja (padahal sudah tahu) namun melakukan perbuatan terlarang tersebut. Kamu sembrono dalam bertindak. Walau hal kecil namun ingatlah Sobat bahwa hal tersebut tidak luput dalam pengawasan Tuhan, tidak luput dalam catatan malaikat.



Sama halnya dengan memakan makanan tanpa permisi atau izin dari pemiliknya. Janganlah sembarangan memakan. Apabila kita sudah tahu bahwa pemiliknya mengizinkan memakan tanpa kita harus minta izin terlebih dahulu maka hal tersebut diperbolehkan. Namun apabila kita tidak tahu apakah si pemilik akan mengizinkan atau tidak, maka hindari untuk memakan. Mintalah izin terlebih dahulu. Karena jatuhnya haram apabila ternyata si pemilik tidak mengizinkan.


Saya temui dalam kehidupan saya, ada orang-orang yang sembarangan memakai barang orang lain. Tentu dalam contoh kasus yang akan saya bahas di sini adalah barang saya. Saya pernah punya teman kos (tentunya wanita ya). Yang saya heran adalah saya mendapati dia memakai sabun mandi saya tanpa permisi. Yang saya lebih herannya adalah dia dengan santai memakai sampai setengah bulan masuk ke minggu ketiga. Bagaimana saya tahu dia pakai sabun saya? Karena posisi pencetan sabun sudah berubah setap kali saya akan mandi. Memang wadah sabun saya tidak transparan sehingga tidak kelihatan jika isinya berkurang. Dan saya lihat bahwa sabun dia habis. Yang aneh, bisa dibilang kami tidak pernah mengobrol. Ketemu tatap muka juga jarang karena saya pulang kerja sore sementara dia malam. Dan ada teman kerja dia yang sekos juga beda kamar. Tapi kenapa sabun saya yang dipilih?

Saya tidak mempermasalahkan sabunnya karena sabunnya tidak mahal dan bisa dibeli kembali. Tapi di sini yang saya soroti adalah tindakannya. Tidak sadarkah bahwa apa yang dia lakukan adalah mencuri? Jika melihat dari segi kemampuan, tentu dia mampu untuk membeli sabun. Dia punya penghasilan tetap dan mapan. Dia juga semestinya mendapat jatah bulanan dari suaminya. Kurang apa coba? Lalu kenapa dia melakukan hal memalukan macam itu?

Apakah pendidikan moral atau pun pendidikan agama yang kurang? Entahlah...

Atau hanya sekedar malas?

Entah tidak sadar atau memang menggampangkan, seringkali kita ternyata melakukan hal sepele atau kecil yang justru menumpukkan dosa.

Memang yang tampak jelas berdosa adalah perbuatan dosa besar seperti membunuh, zina, dsb. Tapi perbuatan kecil yang ternyata menyumbang dosa seringkali tak diperhitungkan. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit kan?

Ok, ternyata bukan hanya saya yang mengalami hal tersebut. Teman akrab saya ada juga yang mengalami hal seperti saya. Dia ngekos dengan orang-orang yang tidak satu kerjaan dengannya. Barang-barang teman saya seperti kompor gas, alat masak, ember seenaknya saja dipakai orang-orang yang sekos dengannya tanpa permisi. Teman saya pun melabrak mereka. Okelah alat masak dan ember tidak berkurang kadarnya kalau dipakai. Tapi kompor gas? Tentu gasnya berkurang donk ya. Teman saya merasa kesal dan bilang ke saya di kosnya banyak pencuri. Apakah kalian setuju bahwa mereka mencuri?

Kalau soal pencurian, kejadian pencurian pernah saya alami yang sedikit lebih parah dan tidak habis pikir sih saya yaitu ada yang menyedot bensin motor dinas saya di kos. Bagaimana saya bisa tahu? Karena saya baru mengisi bensin misal hari ini full lalu kesokan paginya saya mau berangkat ke kantor, kok parameter bensin saya tinggal garis 1 atau 2. Kan aneh ya. Bagaimana mungkin? Hal itu tidak hanya sekali terjadi dalam waktu berdekatan makanya saya curiga. Akhirnya saya laporkan ke Bu Kos. 

Sobat, hati-hatilah dalam bertindak. Karena sekecil apapun itu semua akan dicatat oleh malaikat. Janganlah kita menambah dosa dari perbuatan kecil yang tampaknya tidak berdosa padahal tanpa disadari kita sedang menumpuk dosa secara perlahan-lahan namun pasti. Kita (baca: mungkin saya saja) sudah banyak dosa jadi jangan tambah-tambah lagi.

Apakah ada yang mengalami hal yang sama dengan cerita saya atau teman saya? Boleh yuk sharing...

Nah, Sobat, semoga posting-an ini bisa dipetik hikmahnya. Sampai jumpa di posting berikutnya. 

Cheers!


Friday, September 17, 2021

Kejamnya Dunia Kerja

9/17/2021 02:54:00 PM 2 Comments
Halo Sobat! Apa kabar? Lama tak bersua ya. Setahun sudah berlalu. Tak satu pun artikel saya posting. Saya tenggelam dalam kehidupan nyata. Ah, kangen juga mengobrak-abrik blog ini. Ada yang kangen posting-an saya gak ya? Hehe

Walau lama tak diurus, ternyata masih ada saja pengunjung yang nyasar ke blog ini. Hmm, mungkin saatnya saya bangkit kembali. :D

Selama hayat masih dikandung badan, maju terus.... Duh, ngomong apaan sih ini :D

Ok, Sobat, maafkan daku yang vakum terlalu lama. Mungkin memang ada masa-masanya kita ingin rehat sejenak eh jadinya malah kebablasan. Bukan rehat sejenak lagi itu namanya tapi berjenak-jenak alias banyak jenak.

Sobat, kali ini saya menulis ini di kamar kos saya yang baru alias sudah hampir 6 bulan saya tempati di ibukota Jakarta. Saya berpindah tugas kemari. Sungguh di luar perkiraan ya Sobat. Saya tidak pernah bermimpi untuk bekerja di sini. Walau banyak yang menginginkan untuk pindah kerja kemari tapi tidak buat saya. Keinginan saya adalah pindah ke kampung halaman. Namun apa daya, ada yang lebih berkuasa di luar sana yang mengontrol hidup saya. Mungkin sudah jalannya harus seperti ini.

Banyak yang saya pertimbangkan untuk pindah kemari. Saya sungguh galau. Pada awalnya saya sempat tidak mengirim berkas dan upload berkas sudah ditutup. Saya pun menjalani hidup saya seperti biasa dan berharap plan b saya bisa berjalan mulus. Tapi kemudian, sehari sebelum pengumuman saya dihubungi orang pusat yang memberikan saya pilihan mau lanjut atau tidak. Jika mau lanjut harus kirim berkas sampai sore hari. Saya yang sedang ikut pelatihan pun jadi tidak konsen padahal sedang ada ujian sorenya. Akhirnya saya mengisi berkas dari nol yang ternyata tidak selesai sampai sore.

Saya minta waktu sampai besok pagi dan diiyakan. Lalu di pagi harinya saya kirim ke whatsapp si Bapak. Beliau bilang bahwa saya paling akhir yang kirim. Dan sore hari langsung keluar pengumuman. Duarrr... sungguh keputusan yang mendadak yang saya buat untuk hidup saya.

Saya ini orang yang penuh pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Yang saya lakukan biasanya sudah terencana. Saya bukan tipe yang buru-buru, grasa-grusu, dadakan dalam menjalani sesuatu. Harus dari jauh hari sudah dipikirkan direncanakan. Untuk jalan ke mall saja dengan teman, seminggu sebelumnya sudah janjian.

Wah, kepanjangan mukadimahnya nih. Mari lanjut ke tema! :D

Sobat, sebenarnya di posting-an ini saya ingin bercerita tentang dunia kerja yang sudah lama saya geluti. Bisa dibilang bahwa dalam dunia kerja selalu ada gesekan-gesekan.  

  • Ada hal-hal yang tidak bisa kita kontrol. 
Bagaimana penilaian orang lain ke kita, itu contoh hal yang tidak bisa kita kontrol. Namun ada hal yang bisa kita kontrol seperti bagaimana kita berperilaku, apa yang kita perbuat, nah semua itu atas kontrol kita pribadi. Berhubung ada hal-hal yang tidak bisa kita kontrol maka bisa dibilang kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Jika dari 10 orang ada 1 orang yang tidak suka dengan kita tidak cocok dengan kita, itu hal wajar. Kita tidak bisa mengontrol hal tersebut. Kita tidak bisa memaksa orang tersebut untuk menyukai kita. Dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain, niscaya hal tersebut akan sangat mungkin terjadi. 

Tak ada yang sempurna sobat. Life is hard. Ibarat kata, di mana pun kamu berada, kamu akan ketemu orang yang suka dan tidak suka dengan kamu. love and hate

Mungkin kamu pernah kepikiran, di mana pun saya berpijak kok ada saja sih yang ga suka sama saya. Apa yang salah dengan saya? Stop! Jika kamu sudah merasa sebagai orang yang berada di jalan yang lurus alias tidak macam-macam. Kamu tidak berbuat onar atau menyebabkan masalah. Jangan berpikir ada yang salah dengan kamu. Bisa jadi yang bermasalah bukan kamu tapi lingkungan kamu atau orang-orang di sekitar kamu. Jika kamu berganti lingkungan, kamu menemukan lingkungan yang cocok dengan kamu, maka kamu tidak akan menyalahkan dirimu sendiri lagi. 


Bisa jadi memang ada orang yang tidak cocok dengan kamu lalu orang tersebut yang malah membuat masalah denganmu. Entah dia menjadi judgmental terhadapmu yang menyebabkan kamu merasa ada yang salah denganmu ataupun kamu merasa tidak nyaman. Hal-hal seperti itu memang tidak mengenakkan tentunya karena perasaan kita yang bermain. Tapi cobalah berpikir dengan logika. Apakah kamu bekerja untuk orang tersebut? Apakah orang tersebut yang mempekerjakanmu, menggajimu? Apakah kamu akan dipecat gegara hal tidak nyaman yang kamu rasakan? Jika kamu merasa bahwa tempat kerjamu worth it untuk dipertahankan, go ahead! Tapi jika kamu merasa membawa pengaruh buruk terhadapmu, mungkin mental psikismu jadi terganggu karenanya, maka hal tersebut tidak sehat alias tidak baik buatmu. Segeralah keluar dari lingkungan tersebut.

Jika kamu bisa bersikap cuek, hal itu akan bisa membuatmu lebih enak hidup, meneruskan hidup seolah tak terjadi apa-apa. Tapi jika kamu adalah tipe orang yang sensitif tentu akan sulit bagimu. Kamu bisa pertimbangkan untuk pindah lingkungan.

Cukuplah penilaian Tuhan terhadapmu maka kamu tak akan memperdulikan atau sakit hati dengan penilaian manusia terhadapmu.

  • Kamu dengan keunikanmu
Adakah kamu pernah terpikir, sepertinya kepribadian seperti kamu (yang kamu miliki) sulit diterima orang lain di lingkungan kerja. Hal ini kemungkinan terjadi untuk orang tipe pendiam introvert yang irit bicara, tidak pandai bergaul dan cenderung berbeda dibanding yang lain. Kamu melihat bahwa lingkungan lebih menerima dan menyukai tipe kepribadian yang ceria yang banyak bicara dll yang sangat bertolak belakang denganmu 180 derajat. Tentu kamu merasa kamu tidak bisa dipaksa untuk menjadi orang lain agar orang menyukaimu, agar lingkungan menerimamu. Betul tidak? Sangat tidak nyaman jika kita harus menjadi orang lain. Tidak bisakah kita menjadi diri kita sendiri saja dan lingkungan menerima kita? Toh kita tidak menuntut orang lain menjadi seperti yang kita mau agar sejalan dengan kita. 

  • Like and Dislike
Like and dislike adalah hal yang saya bilang hal biasa dalam hidup, apalagi di lingkungan kerja. Kita ketemu orang-orang dengan latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman, pola pikir yang berbeda-beda. Percayalah kita tidak akan lepas dari like and dislike. Oke, mungkin itu hal biasa, kita tak terlalu perduli, tapi ketika banyak kasus like and dislike terjadi di lingkungan kerja kita, tentu kita akan aware. Loh kok begini dan begitu. Kok si dia begini tapi perlakuannya begitu, dll. Kita tak bisa tutup mata akan like and dislike yang terjadi di depan mata. Tapi kita juga tak berdaya karena berada di jajaran terbawah. Kita bisa apa?

Legowo saja sobat. Kita seorang saja tidak bisa merubah apa-apa. 

  • Tempat baru tak seindah harapan
Mungkin sebagian dari kita ada yang berpindah-pindah tempat kerja. Apa harapanmu ketika memasuki tempat yang baru? Kamu kemungkinan berharap mendapat pengalaman baru kehidupan baru yang lebih baik. Betul tidak? Mungkin benar kamu bisa mendapatkan hal tersebut jika kamu bernasib baik. Tapi tentu saja hal itu tidak berlaku buat semua orang. 

Ada kemungkinan jika tempat baru tak seindah harapan. Yang ada malah lebih buruk dari tempat lama. Semacam ada kemunduran tatkala kita ada di situ. Siapkan mental saja ya Sobat. Di tempat baru juga belum tentu kita ketemu orang-orang yang sejalan dengan kita yang bisa mendukung kita untuk bertumbuh. Jika kita mendapati lingkungan yang tidak lebih baik dari sebelumnya, bisa jadi kita mengalami penurunan kualitas diri karena terpengaruh lingkungan. Tapi di sisi lain jika kamu kuat, maka tempat tersebut bisa menjadi ajang pembelajaran hidup untuk menjadi lebih wise dalam memahami lingkungan yang tidak sesuai dengan kamu. Apakah kamu pernah mengalami? Ada di posisi manakah kamu?

Sobat, sekian dulu ya sharing dari saya hari ini. Lain kali saya sambung lagi jika ada ide-ide lain yang perlu saya tambahi.

Note: Tulisan ini pertama saya tulis sebelum saya mulai posting review buku Saatnya Dunia Berubah dan Ikigai, tapi baru saya selesaikan hari ini untuk di-posting.

Cheers!


Thursday, September 26, 2019

Kena Tilang harus Sidang? Begini Pengalaman Saya!

9/26/2019 02:17:00 PM 0 Comments
Tanggal 5 September 2019, hari itu bertepataan dengan hari jumat hari kedua saya masuk ke kantor setelah cuti wisuda. Saat itu saya agak siang masuk ke kantor dengan membawa sebuah motor dinas pinjaman dari teman yang tengah dinas luar ke kota. Tak disangka di tengah jalan diberhentikan polisi. Tidak hanya saya sih tapi banyak pengendara bersepeda motor lain yang juga diberhentikan. Saat itu saya sudah merasa bakal lama nih karena saya disuruh menepi ke pinggir jalan. Telatlah saya ke kantor.
Saya ditanya nama, umur, alamat, nomor plat, dan SIM saya disita. Pelanggaran saya adalah saya tidak membawa STNK. Ya tentu saja saya tidak membawa STNK karena terbawa teman saya. Dia lupa menitipkan ke pegawai kantor. :)

OK. Mungkin kala itu sedang apes. Memang beginilah nasib jadi orang baik. Tak bisa berbuat kesalahan barang sekali akan langsung kena hukuman. Adakah kalian yang sama? :D

Setelah saya terima surat tilang, saya disuruh sidang di pengadilan pada tanggal 30 September 2019 hari kamis. Saya pun menuju ke kantor. Hampir setengah jam saya telat gegara menunggu surat tilang.

Sesampai di kantor, surat tilang saya baca. Eh, ternyata kamis bulan september itu tanggal 26 September. Sementara tanggal 30 september itu hari minggu. Lah, kok tidak sinkron? Mana yang benar? Saya lihat di kalender ternyata kamis tanggal 30 itu bulan agustus. Hihi pak polisi salah melihat kalender nampaknya.

Jadinya saya putuskan untuk ke pengadilan tanggal 26 september hari kamis. Nah, kejadiannya adalah pagi tadi. Saya ke pengadilan dengan polosnya untuk menghadiri sidang sebagai warga negara yang baik. Saya bawa surat tilang saya. Niat pertama saya adalah mau bertanya jadwal sidang saya yang sebenarnya tanggal berapa.

Pertama saya mencari kantor pengadilan di mana. Walau saya sudah bertanya ke teman kantor tap sempat salah arah ke arah hutan. Akhirnya saya pakai google map. Ketemulah kantor pengadilan negeri. Ini pertama kalinya saya ke kantor pengadilan. Di sana sepi ketika saya datang. Saya langsung ditanya bapak yang berdiri di dekat pintu masuk. Saya bilang saya mau tanya jadwal sidang. 

"Sidang apa?" kata Si Bapak.

"Sidang tilang," jawab saya.

"Di kejaksaan," kata Si Bapak.

Lah kok di kejaksaan? Tidak salah? Tulisan di suratnya di pengadilan kok sidangnya. Otak saya masih tidak terima rasanya. Saat itu memang saya tidak menunjukkan surat tilang saya. Saya pun meluncur pergi dari pengadilan menuju kejaksaan.

Sampai di kejaksaan saya masuk dan bertanya ke loket piket. Tidak ada petugas yang jaga tapi ada satu bapak yang berdiri di situ. Saya tanya ke beliau tapi dilimpahkan ke wanita yang melintas saat itu. Lalu saya dibawa ke ruangan untuk tilang.

Di sana saya bilang tanya jadwal sang dengan polosnya. Lagi-lagi polos banget. Di ruangan itu pegawainya seperti bingung begitu. Akhirnya saya keluarkan surat tilang saya. Lalu surat itu diambilnya dan bilang mau dicari dulu. Saya disuruh menunggu di luar. Ternyata ruangan itu ada loketnya di luar. Sudah banyak orang mengantri di sana. Baiklah saya menuju ke sana. 

Di sana saya terkejut. Loh di atas loket ada tulisan "loket pengambilan tilang. harap membawa uang pas.

Saya tanya ke salah satu orang yang mengantri juga. Saya baru tahu rupanya tidak ada itu sidang. Langsung bayar dan ambil STNK atau SIM yang disita disitu juga. Lah kok?

Itu saya heran kenapa ada tulisan harap membawa uang pas. Memangnya semua orang sudah pada tahu berapa yang harus dibayar?

Sebelumnya setahu saya (dengar dari teman) bayar tilang itu pakai rekening tidak cash seperti tadi. Sudah begitu, petugas tidak melayani sesuai urutan yang terlebih dulu datang mengantri. Orang-orang yang datang setelah saya, malah lebih dulu dipanggil. Ini apa-apaan begini?

Sudah begitu ya, petugas seperti kebingungan mencari berkas yang bertumpuk, bercecer tak berurut ketika ada yang komplain karena sudah mengantri duluan tapi tidak digubris.

Ketika giliran saya, saya harus membayar sebesar 115 ribu rupiah karena pelanggaran tidak membawa STNK. Sebelumnya saya tanya orang yang mengantri yang kena pelaggaran tidak membawa SIM harus membayar 175 ribu. Padahal sebelumnya 70 ribu saja. Kok drastis sekali kata orang tersebut.

Dan kejanggalan lain yang saya temukan adalah saya tidak menerima kwitansi pembayaran cash tersebut. Yang tentu saja saya tidak tanda tangan atas sejumlah uang yang saya bayar. Saya juga tidak melihat besaran yang saya harus bayar itu di lembaran yang petugasnya baca.

Dari kejadian ini saya merasa begitu polos. Memang, ini pertama kalinya saya kena tilang. Dan dari sini saya tahu bagaimana pemerintahan kita bekerja. Apalagi menyangkut duit. 

Semoga kalian semua tidak mengalami hal yang sama seperti saya. Uang 115 ribu terasa besar bagi saya yang memang pegawai biasa. Dan daripada untuk membayar yang tidak jelas begitu mending untuk donasi. Selain mendapat kebahagiaan hati karena berbagi juga mendapat pahala dan tabungan di akhirat. Coba hitung, berapa banyaknya duit terkumpul dikalikan berapa orang kena tilang?

Saya berharap ada transparansi dari pihak pemerintah. Jangan sampai mengambil uang dari rakyat tanpa kejalasan. Toh kalaupun dipakai pegawainya juga tidak berkah kan uang panas.

Ini berdasarkan pengalaman saya hari ini ya sobat. Mungkin di tempat lain berbeda. :)

Saturday, August 17, 2019

Berjilbab tapi Kena Kutu Rambut? Hiyyy!!! Begini Cara Mengatasinya...

8/17/2019 08:04:00 PM 0 Comments
Halo Sobat! Buat Sobat-sobat wanita, adakah kalian yang pernah kena kutu rambut? Kenapa saya hanya menyebut sobat wanita? Ya karena biasanya yang dihinggapi kutu rambut itu para wanita. Jarang dengar kalau anak laki-laki kutuan. Apa karena rambut mereka pendek ya sehingga mungkin si kutu gampang kepanasan. Tidak seperti rambut wanita yang umumnya panjang sehingga kutu betah dan merasa adem kali ya.
Saya mengangkat tema ini gegara obrolan saya beberapa hari lalu dengan rekan wanita saya tentang seseorang yang buka salon yang punya pelanggan wanita berhijab lebar tapi oh ternyata kutuan si pelanggan tersebut. Nah, kemudian pikiran saya melayang ke masa-masa saya SD. Saya pernah kutuan. Waktu SD saya belum berhijab. Pada jaman dulu kala rasanya hal biasa anak kecil kutuan. Hehe.

Perantara Penularan

Yang mengherankan adalah saat saya sudah berhijab dan waktu itu saya posisi sudah bekerja, eh saya kena kutu lagi. Astaghfirullah. Syok saya. Dari mana datangnya? Saya tinggalnya ngekos sendirian. Memang sih saya ada beberapa kali tidur bareng atau sekamar teman saya saat di hotel karena pelatihan. Saya juga pernah menginap di kamar kos teman saya. Tapi si dia tidak kutuan. Kalau teman yang sehotel, masa iya dia kutuan. Tak ingin menuduh sih. Yang jelas saya sering tidur di hotel kalau pelatihan atau pun ketika singgah saat akan pulang kampung. Kalau saya baca artikel di liputan6 sih penyebab menularnya kutu harus ada perantara seperti rambut, handuk, sprei, helm, sisir, dll karena kutu tidak bisa terbang.

Rambut
Perantara rambut ini paling mudah menularkan kutu. Jangan menempel-nempel rambut orang yang kutuan hati-hati tertular karena gatalnya tidak ketulungan.

Handuk
Handuk yang dipakai untuk rambut sangat mungkin menularkan kutu jika kutu menempel di handuk. Atau mungkin telurnya menempel di handuk lalu pindah ke rambut kamu dan menetas. Waspadalah!

Sprei
Mirip-mirip dengan handuklah ya kalau di sprei. Bisa jadi kutu jalan-jalan di sprei lalu hinggap ke orang berikutnya yang tidur di situ.

Helm
Helm kan dipakainya di kepala, sangat besar kemungkinan bisa menularkan kutu jika ada kutu yang hinggap. 

Sisir
Biasakan pakai sisir pribadi ya. Sisir bisa jadi perantara penularan yang efektif karena sisir otomatis dipakai untuk menyisir rambut.

Tanda-tanda Kutuan
Kalau kutuan itu rasanya sangat gatal di kepala. Gatal sampai panas rasanya. Kalau digaruk-garuk terus nanti bisa lecet kulit kepalanya. Lalu terasa seperti ada yang jalan-jalan di kepala. Haduh kebayang tidak sih geli kok ada hewan di rambut. Nah, kalau kamu mengalami ciri-ciri di atas, cepat cek ya!

Cara Mengatasi

1. Cara Biasa
Cara biasa adalah cara untuk mengurangi jumlah kutu untuk sementara ya, tidak bisa permanen menghilangkan. Dengan kata lain, pertolongan pertama sebelum dimusnahkan secara permanen (obat yang ampuh dibeli).

Pakai Serit
Kalau di rumah, jaman dulu kala ibu dan kakak perempuan saya yang suka mencari kutu di rambut saya. Bisa diserit pakai sisir serit atau dicari langsung di rambut pakai tangan (istilah jawanya petan). Kalau ingat si kutu geli rasanya. Ya Allah...

Pakai serit cukup efektif untuk sementara mengurangi jumlah kutu dan gatal. Harus sering-sering diserit. Jangan lupa dibunuh kutunya beserta telur yang jatuh.

Dibersihkan saat keramas
Cara lain yang bisa sementara mengurangi kutu (bukan menghilangkan permanen ya) adalah dengan cara membersihkan saat keramas. Bagaimana caranya? Saat keramas kan pakai shampoo. Biasanya kutu pada pingsan atau mabuk. Nah, saat itu gunakan kain putih bersih lalu acak-acak rambut menggunakan kain tersebut yang sudah dibasahi, begitu dilihat si kutu sudah pada menempel di kain. Nah, tinggal dimusnahkan alias dibunuh.

2. Cara Ampuh

Kalau cara ampuh yang pernah saya lakukan adalah dengan menggunakan peditox. Cukup tuang cairan peditox ke kepala menyeluruh sampai basah lalu tutup kepala sebelum tidur. Buka setelah bangun tidur dan keramas. Sebaiknya jangan hanya satu kali supaya benar-benar hilang si kutu. Dengan pakai peditox, kutu mati. Telur juga ikut mati.


Nah, sekian sharing dari saya. Semoga bermanfaat! 

Thursday, August 15, 2019

Tak Kenal Tapi Diundang?

8/15/2019 12:08:00 PM 0 Comments
Halo Sobat! Pernahkah kamu diundang orang tak dikenal? Tahu-tahu undangan ada di atas meja. 

Saya sering loh mengalami hal begini baik ketika saya masih di Mukomuko maupun di Kaur. Jadi saya simpulkan kalau kebiasaaan orang Bengkulu tuh begitu. Kalau ada orang hajatan begitu ya, nama kita di kantor diminta untuk ditulis di undangan. Lah, kenal juga tidak. Buang-buang duit untuk mencetak kertas undangan sih kalau menurut saya. Satu kantor diberi undangan semua. 

Yang teman seinstansi saya saja, pilih-pilih yang diberi undangan personal. Karena memang tidak kenal semuanya. Tapi kalau orang pemda begini semua dikasih undangan kenal tidak kenal. Sesuatu hal yang aneh sih menurut saya. 

Saya sendiri merasa aneh kalau menghadiri acara hajatan yang saya tak kenal satu pun. Siapa kamu? Siapa saya juga kan? 

Maret lalu di rumah orangtua saya ada hajatan. Yang punya acara kakak saya. Yang dia undang ya orang-orang yang dikenal saja. Ada dicatat di buku siapa saja yang hadir. Bahkan orang yang dikenal tapi terlewat diundang justru hadir dengan sendirinya.

Saya pribadi sih tidak mengharap imbalan kembali ya jika saya menghadiri undangan atau sekedar menitipkan amplop/kado. Kebanyakan yang saya titip itu justru orang-orangnya sudah pergi dari Bengkulu. Saya sendiri kan bukan orang Bengkulu. Asal saya jauh dari Bengkulu. Jadi, ketika suatu saat saya diberi kesempatan, waktu dan keluasan punya hajat, kemungkinan sangatlah kecil mereka hadir karena jarak membentang. Dan kemungkinan juga tidak saya undang karena mereka entah ada di mana. Tapi bagi saya minimal ketika saya datang/titip itu saya kenal dengan orangnya.

Dulu, di Mukomuko, saya di sana sampai ibu kos saya menikahkan anaknya sebanyak tiga kali dan semua resepsian besar-besaran. Ketika saya sudah tidak menjadi anak kosnya pun saya tetap hadir karena saya kenal dengan ibu kos walau saya tidak kenal dengan anak yang dinikahkan.

Ya, itu sekelumit pandangan saya loh ya. Jika orang lain berpikir lain ya silahkan saja. 




Saturday, August 10, 2019

Berapa IPK-mu? Kepo deh...

8/10/2019 01:30:00 PM 0 Comments
Halo teman-teman, jika kamu pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, pernahkah ada yang bertanya berapa IPK kamu? Ada berapa orang yang bertanya demikian?

Apakah mereka ada kepentingan bertanya? Apakah sekedar ingin tahu alias kepo?

Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian melakukan hal yang sama ke orang lain?

Mungkin kita dengan orang lain punya pola pikir yang tidak sama. Dan tentu kita yang terlahir dengan orang tua yang berbeda, lingkungan yang berbeda, budaya yang berbeda, akan banyak perbedaan dalam diri kita dengan orang lain.

Saya sebagai pribadi merasa tidak suka ikut campur urusan orang lain. Apalagi kalau menurut saya adalah hal yang privasi, tentu saya harus tahu diri, harus jaga mulut ini. Ingat kata pepatah 'silent is golden, speak is silver'. Yang berarti bahwa diam lebih baik daripada bicara.

Yang ingin saya bahas kali ini adalah soal IPK. Adakah orang yang bertanya karena kepo? Entahlah saya tidak tahu tapi saya tipe yang tidak menanyakan nilai ke orang lain. Biarlah berapa pun (mau besar atau kecil) dia simpan sendiri, menjadi kebahagiaan dia sendiri ataupun perenungan dia sendiri untuk lebih baik. 

Tak ada untung juga buat saya tahu tentang nilainya. Buat apa? OK. Mungkin itu saya. Saya tidak bisa menuntut orang lain sepemikiran dengan saya. Apakah saya cuek? Mungkin. Saya tidak suka mengurusi hidup orang lain. Mengurusi hidup saya saja sudah ribet.

Saya pulang kuliah, sudah beberapa orang yang bertanya. Ada yang saya jawab ada yang tidak. Tergantung situasi kondisi. Penting atau tidak untuk dijawab. Siapa yang bertanya.

Keluarga saya yang merupakan pendukung utama saya selama studi, mereka tak bertanya nilai saya. Yang mereka tanyakan adalah kapan selesai studi dan wisuda. :)

Saya menulis artikel ini karena mengalami sendiri dan terheran-heran bahwa ternyata ada orang yang sampai sebegitu keponya sampai membanding-bandingkan. Oh dunia... 

Wednesday, August 7, 2019

Ketika Pria Menangis, Apa Reaksimu?

8/07/2019 08:24:00 PM 2 Comments
Ketika seorang pria menangis di hadapanmu, apakah reaksimu? Akankah kamu ikut menangis bersamanya?

Haduh, kok drama Korea sekali sih pria menangis. Hey, jangan lupa pria kan manusia juga. Mereka punya air mata juga.

Apakah kamu menganggap pria menangis itu lemah? Kamu tidak suka pria lemah? Lah, lalu kenapa kamu suka drama Korea?

Di drama korea memang bukan pemandangan langka melihat tokoh pria menangis. Saya biasa saja loh melihatnya. Tidak menganggap cemen, tidak jantan atau semacamnya. Malah terharu bisa terbawa suasana saya. Hehe.

Saya kan jarang sekali berinteraksi dekat dengan pria ya jadi tidak ada pria yang secara nyata sampai menangis di depan mata. Tapi suatu ketika ada seorang pria yang memang sudah saya kenal dan mengobrol dengan saya via video call ya tiba-tiba meneteskan air mata ketika bercerita. Lah, kan saya jadi bingung. Saya harus bagaimana.


Melihat dia begitu sih saya sama sekali tidak menganggap dia lemah ataupun cengeng. Bagi saya dia adalah seorang pria yang punya sisi sensitif. Dia tetap maskulin. :)

Pria punya air mata juga kan? Bolehlah sekali-kali dikeluarkan. Biar lega. Hehe.

Biasanya sih pria yang bisa meneteskan air mata itu hatinya lembut. Haduh kok sok tahu sekali saya jadinya. Saya jadi ingat saya pernah punya teman pria yang menangis saat wisuda. Dia duduk di sebelah saya. Saya yang perempuan malah tidak menangis sama sekali. :D




Tuesday, December 25, 2018

Tanganmu Harimaumu, Awas!

12/25/2018 11:21:00 PM 10 Comments


Kalau jaman dulu mendengar kata pepatah atau kata bijak itu hal yang biasa dan sering. Tapi sekarang? Masihkah? Di era modern yang serba teknologi ini loh. 

Kata bijak mulutmu harimaumu tentu sudah tidak asing ya kan? Tapi kalau tanganmu harimaumu? Hehe ini cuma plesetan saya saja. Jaman sekarang kan orang banyak berkutat di depan gadget. Lebih banyak menggunakan tangan untuk berkomunikasi ketimbang mulut dan bertatap muka. 

Jika kamu penggemar youtube, apakah kamu termasuk yang suka menulis komentar? Apakah kamu yang suka menonton sambil membaca komentar?

Kalau saya pribadi termasuk yang silent reader. Dan saya mengamati banyak sekali komen-komen yang positif maupun negatif. 

Belakangan juga saya sering membaca berita netizen dilaporkan pemilik konten media sosial seperti youtube/instagram karena komen negatif entah itu karena mengancam, mem-bully, dan semacamnya. Dan setelah ketemu tersangkanya, rata-rata anak abege. OMG!

Miris rasanya. Kebebasan berpendapat di dunia maya dengan nama samaran (nickname) seperti tidak ada batas lagi. Orang bebas berkomentar apa saja semaunya tanpa memikirkan pemilik konten yang ternyata adalah manusia juga sama seperti yang memberi komentar. Mereka punya hati dan perasaan juga. Ya iyalah sesama manusia. :)

Semestinya hal seperti ini diantisipasi. Jangan sampai teknologi malah memberi efek negatif. Orang seperti tidak sadar bahwa apa yang dilakukan adalah sesuatu yang tidak baik. Baru tahu setelah kena batunya (terciduk). Hmm...

Maka itu, hati-hatilah menggunakan tanganmu untuk mengetikkan kata-kata di gadgetmu. Karena apa pun yang kamu ketik akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Gunakanlah media sosial untuk hal-hal yang baik/positif. 

Jangan malah muncul:
1. Budaya nyinyir
2. Budaya bully
3. Kriminal

:)

Tuesday, December 11, 2018

Tahu Casual Relationship?

12/11/2018 07:41:00 PM 10 Comments
Beberapa hari lalu saya mendapat istilah casual relationship dari seseorang. Sumpah saya tidak tahu-menahu istilah ini. Maklumlah saya awam di dunia per-dating-an. Jadi kala itu saya mengobrol di whatsapp. Seseorang di seberang sana menanyai saya begini, "Tertarik casual relationship?"


Jegerr! Apaan itu ya.
"Yang gimana ya?" tanya saya balik.
"Cari aja di Google," balasnya. Yaelah pelit amatlah kamu Kakak.
Baiklah saya cari di Google. Hiks. 

Kalau yang saya tangkap dari wikipedia atau pun lovepanky, casual relationship atau casual dating adalah hubungan romansa antara pria dan wanita yang melibatkan emosi maupun fisik tanpa adanya komitmen untuk menikah. Dengan kata lain pacaran tanpa komitmen. 

Casual relationship ini bentuk longgar dari relationship biasa. Jadi, di saat bersamaan kamu bisa punya pasangan casual relationship lebih dari satu. Dan hal itu adalah hal yang biasa saja karena memang konsepnya begitu. Umumnya hubungan begini adalah kebutuhan hubungan seksual tanpa adanya komitmen menikah. Dan tentu kamu bisa berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan casual relationship kamu itu tanpa merasa bersalah karena memang kamu dan pasangan kamu sudah saling setuju dan memahami peraturannya.

Sebenarnya casual relationship ini bukan istilah baru kalau di negara-negara barat sana. Definisi yang saya ambil juga dari situs barat. Di sana kan seks pra nikah adalah hal biasa. Jadi, casual relationship adalah hal yang lumrah di sana. Sama-sama butuh.

Oke, setelah tahu definisinya (semampu saya mencerna kalimat berbahasa Inggris yang saya baca), saya bilang, "Hmm ga deh."

Lalu saya terima emoticon sedih darinya. Lah, kenapa sedih? Kalau dia maunya casual sementara saya maunya committed kan tidak nyambung, tidak menyatu begitu ya. 

Nah, yang jadi pertanyaan saya, sama tidak sih konsep casual relationship di Indonesia dengan negara barat? Hmm... Berhubung si kakak tidak menjelaskan dan saya sudah terlanjur bilang "tidak", jadilah menjadi misteri. Saya jadi tidak tahu konsep yang dia maksud apakah sama dengan yang saya baca. :(

Kalau memang benar seperti definisi yang saya tangkap, tentu saya tidak mau. Sudah tidak muda lagi. Wasting time. Sudah banyak dosa, jangan tambah dosa lagi.  :)

Saya masih berpikir positif, semoga di Indonesia ini casual relationship adalah hubungan dating biasa yang tanpa komitmen. Tidak pakai skinship atau hubungan seksual. :D

Semoga saja di Indonesia tidak selonggar negara barat. Kalau Indonesia sudah mengadopsi dari dunia barat plek jiplek, haduh mau bilang apa saya. Kok ya sudah bebas sekali pergaulan di Indonesia. Maaf, sepertinya saya saja yang tidak gaul. :)

Karena penasaran, saya sempat bertanya ke adiknya teman saya dari UK. Dia bilang casual relationship itu ya hubungan seks tanpa ada komitmen menikah. Nah loh?

Dan hubungan tanpa komitmen ini akan sulit menjadi hubungan yang komit jika di tengah jalan salah satunya ada yang kemudian ingin berkomitmen. Tidak menutup kemungkinan jadi komit sih tapi biasanya sulit. 

Duhai Kakak, padahal awalnya percakapan kita asyik. Tapi kemudian buyar gegara munculnya kata casual relationship. Senang ketemu kamu, tidak menyangka ternyata kamu kakak kelas yang tak pernah bertemu sebelumnya. (note: kalau kamu baca ini, text me..)


Tuesday, March 20, 2018

Jalan Malam Sendirian Takut Ketemu Orang Jahat?

3/20/2018 09:14:00 PM 0 Comments

Semalam, sekitar pukul 19.00 lebih saya berjalan di jembatan penyeberangan Salemba UI sendirian. Tiba-tiba dari arah belakang kanan saya seorang bapak sekitar usia 50-an muncul dan mengajak saya mengobrol sembari berjalan. Sejujurnya saya kaget dengan kemunculan Bapak itu. Bicaranya sih halus ya dan sopan.
"Kuliah di sini?" tanya Bapak itu.
"Iya, Pak."
"Saya habis sholat di masjidnya," lanjut Bapak itu. 

Bapak itu kemudian bercerita kalau dia naik angkot M01 lalu kelewat dan turun di Masjid ARH UI untuk sholat magrib. Samar-samar saya mendengar Bapak itu cerita kalau dia baru sadar setelah turun dari angkot itu bahwa dompetnya hilang (jika tidak salah dengar ya karena suaranya tidak begitu kencang dan kami sambil terus berjalan). 

Saya pun jadi waspada. Ini benar atau tidak ya. Saya pun langsung memegang tas ransel saya di belakang niat hati mengecek kalau-kalau resletingnya terbuka. Syukurnya masih aman. Jujur saya ada rasa waswas kalau Bapak itu orang jahat. 

Sewaktu kami menuruni tangga, Bapak itu cerita kalau dia mau ke suatu tempat dan tidak punya uang. Saya makin cemas dalam hati. Takutnya Bapak itu mau minta duitlah ya. Malak atau apalah hipnotis mungkin. Duh, curigaan sekali saya ya.

Lalu saya bilang saya mau mampir ke sebelah kanan ada Alfa Midi. Dan kami pun berpisah di situ. Setelah saya keluar dari Alfa Midi, Bapak itu sudah tidak kelihatan. Lega...

Ya Allah, saya benar tidak tahu apakah Bapak itu jujur atau tidak. Jika memang jujur, semoga bisa pulang ke tujuan dengan selamat. 


Reaksi Jika Orang Minta Uang

3/20/2018 11:59:00 AM 0 Comments

Ketika saya pulang dari pasar berjalan kaki menuju kosan, sesampai di depan kosan ada seorang ibu tua (belum tua-tua amat) yang memang sering duduk di depan kosan, duduk di tempat yang sama. Saya jadi hapal dengan ibu itu. Saya kan biasa menyapa ya kalau lewat minimal senyumlah walaupun tidak pernah tahu siapa namanya. 

Saya hapal ibu itu juga karena beberapa kali saya buang sampah, ibu itu memungut botol aqua bekas yang saya buang. Nah, pagi tadi, kok tumben ibu itu tidak mengambil ya. Lalu sepulang saya dari pasar, ibu itu berkata sesuatu ke saya. Saya tidak mendengar dengan jelas. Saya pikir ibu itu mau minta makanan saya. Ada gorengan bakwan dan tempe di dalam plastik tampak dari luar karena transparan. Begitu saya mendekat agar mendengar dengan jelas, eh tak tahunya ibu itu bilang begini, "Minta uang 10 ribu buat makan."

Astaghfirullah. Saya saja ini tidak kerja, saya cuma mahasiswa. Di sini ngekos alias bayar. Semua serba bayar. Yang saya heran, kok ibu itu bisa begitu ya? Saya sering melihat ibu itu merokok. Harga rokok lebih mahal dari 10 ribu kan? Itu sanggup beli. Lah ini kok minta untuk makan?

Saya pun ngeloyor pergi masuk kosan. Aneh pikir saya. Kalau sekali saya kasih nanti ngelunjak takutnya. Bisa jadi kebiasaan nanti malah tidak baik buat saya. Bukan bermaksud pelih nih ya tapi saya memikirkan kemungkinan yang bakal terjadi. Lagian ibu itu tampak sehat kok. 

Terus terang saya tidak suka dengan orang-orang begitu.

Pemalakan halus nih namanya. :D


Wednesday, March 14, 2018

Apakah kamu Deadliner? Cek 4 Kerugiannya di sini!

3/14/2018 11:19:00 AM 0 Comments
Sebenarnya saya sendiri heran kenapa sekarang ini saya menjadi seorang deadliner. Padahal dulu saya bukan tipe demikian. Saya tipe yang prepare jauh hari. Saya kerjakan tugas jauh hari jadi tidak terburu-buru saat deadline. Tapi di semester satu kemarin saya merasakan perubahan pada diri saya tersebut dan saya menyadarinya.

Saya sendiri sempat merasa hal ini tidak benar. Saya harus berubah. Saya perhatikan, rata-rata teman sekelas saya juga deadliner. Mereka betah begadang di malam harinya demi mengumpul tugas esok hari.

Jika rata-rata pun sama, maka apakah saya tergolong benar?

Saya tetap merasa tidak benar. Karena pola deadliner ini merugikan menurut saya. Merugikan bagaimana?

Kerugian 1
Yang jelas adalah pola tidur saya terganggu. Jadi hal itu mengganggu rencana saya untuk bangun jam sekian misal. Saya mau sholat malam misal jadi terganggu karena tidur kemalaman.

Kerugian 2
Deadliner bisa santai di awal-awal tapi terburu-buru di akhir. Istilahnya berpacu dengan waktu. Pekerjaan jadi tidak maksimal dikerjakan. Waktu untuk evaluasi dan perbaikan jadi tidak ada lagi.

Kerugian 3
Ketika sudah kepepet biasanya ide baru muncul. Nah, hal begini yang membuat pekerjaan tidak maksimal juga karena ide yang banyak bermunculan jadi tidak tertampung semuanya.

Kerugian 4
Kalau sampai terlena, bisa telat mengumpul tugas. Kasus begini terjadi di kelas saya. Alhamdulillah saya belum pernah telat. Jangan sampailah ya.

Penyebab?
Sebenarnya apa sih penyebabnya bisa menjadi deadliner? Saya pikir tiap orang punya kondisi masing-masing. Saya dan teman saya pasti punya alasan masing-masing. Kalau saya pribadi adalah rasa berat untuk memulai itu yang paling dominan. Lalu ide yang belum muncul menjadi penghambat.

Kalau jaman dulu, teman saya adalah deadliner. Saya ingat sekali dia bilang kalau sudah kepepet ide baru muncul. Nah, kala itu saya tangkap omongan dia di otak saya. Berhubung saya bukan deadliner kala itu jadi ya saya tidak merasa hal yang bagaimana begitu ya. Paling sih cuma heran saja. Oh begitu ya. Dan tidak tahunya sekarang saya merasakannya sendiri. Saya pun jadi heran dengan diri saya sendiri.

Saat ini saya sedang berjuang untuk kembali menjadi diri saya yang dulu. :)

Bagaimana denganmu? Apakah kamu deadliner? Apa suka dukamu?

Saturday, March 10, 2018

Plagiarisme atau Bukan?

3/10/2018 12:40:00 AM 0 Comments
Beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 24 Februari saya submit sebuah paper saya ke conference. Niat hati coba-coba siapa tahu lolos. Kemarin saya mendapat email bahwa paper saya dinyatakan tidak lolos. Alasannya? Tertulis di sana:
due to similarity

Dikatakan bahwa kesamaan melebihi ambang batas. Ok, tak apa saya terima. Tadi saya coba cek-cek kalimat di paper saya paragraf demi paragraf di free online checker. Memang betul terdeteksi plagiarism. Bagian tinjauan pustaka itu yang paling rentan seperti yang dibilang dosen saya. Saya berpikir, di bagian ini kan memang saya mengutip dari berbagai jurnal dan buku dan di sana saya tulis sumbernya juga. Tapi rupanya masih tetap dianggap plagiarism ya oleh online checker. Saya bertanya-tanya, jadi tidak boleh mengutip? 

Dosen saya menyarankan supaya bagian itu disingkat dan pakai kata-kata sendiri. Oke, saya coba memahami. Berarti kutipan dari jurnal atau buku tidak boleh sama persis dengan kalimat aslinya (meski sudah ditulis sumbernya di situ). Semuanya harus diterjemahkan dulu dalam bahasa sendiri. Tulis pakai bahasa sendiri. Ingat itu readers. 

Parafrase? Online checker pun ada yang bisa mendeteksi parafrase. :D

Baiklah saya mengerti. Saya akan coba rombak paper saya itu. Kalau masih ada keinginan, saya ikutkan conference yang lain. Kalau pun tidak saya ikutkan ke conference berikutnya, bisa untuk memenuhi kewajiban yang lain. Padahal saya sudah sempat minta tolong teman native saya untuk cek grammar. Teman yang lain malah mau memberi hadiah kalau lolos. Hihi ya sudah tak apa. Belum rejeki. Saya pun juga mikir kalau lolos harus bayar 400$. Oh My God... mahal sekali. 

Apa yang terjadi itu menjadi pembelajaran buat saya. Terima kasih. Hmm saya berpikir, mending saya tulis saja pakai bahasa Indonesia dulu lalu terjemahkan pakai bahasa Inggris pakai google translate atau terjemahkan sendiri pasti tidak akan ada kesamaan ya. Hehe. Dobel kerja tapi ini.

Sebenarnya, saya tak tahu penyebab pasti apakah karena memang peraturannya mengutip itu tidak boleh sama persis walau dicantumkan sumbernya, ataukah karena paper saya pernah di upload seseorang tak dikenal di sebuah website. Meski sudah dihapus karena ketahuan pelakunya, tapi di pencarian google masih muncul. So sad... Salah seorang dosen bilang kalau paper sudah pernah diupload di mana pun itu tidak akan pernah lolos di conference atau jurnal. Karena mereka punya online checker.

Saya jadi penasaran penyebabnya yang mana. Kalau setelah saya perbaiki misal, masih juga tidak lolos berarti penyebabnya adalah... Hanya Tuhan yang tahu :D

Okelah tak apa. Pembelajaran yang sangat berharga. Semoga kalian bisa belajar dari pengalaman saya. :)




Thursday, May 18, 2017

Misi Terselubung Perekrutan Pegawai/Tenaga Kerja Baru

5/18/2017 10:09:00 AM 3 Comments


Hai Sobat, lama tidak posting ya. Kali ini saya punya tema baru tentang perekrutan pegawai atau tenaga kerja baru. Hal ini saya angkat karena ada yang menggelitik pikiran saya. Kejadiannya baru kemarin sore tepatnya. Jadi ceritanya di tempat saya kerja ini sedang ada perekrutan tenaga kerja baru. Tidak banyak yang dibutuhkan, hanya satu orang saja. Pelamar pun dibatasi tidak usah banyak-banyak. Cukup 3 orang saja. Dari ketiga orang itu semuanya perempuan.

Perempuan A
Berhijab. Usia 29 tahun. Lulusan D3. Sudah Menikah. Ramah. Sopan. Sedang bekerja di tempat lain. Punya pengalaman kerja di tempat-tempat sebelumnya. Tahu  tentang gambaran tempat yang sedang dilamar. Penampilan biasa. Face: average.

Perempuan B
Berhijab. Usia 20 tahun. Lulusan SMK. Single. Sedang bekerja di tempat lain. Agak pendiam. Tidak ada gambaran tentang tempat yang dilamar. Penampilan menarik. Face: very pretty.

Perempuan C
Berhijab. Usia 22 tahun. Lulusan S1 (fresh graduate). Belum pernah bekerja. Tampak kalem. Ada sedikit gambaran tentang tempat yang dilamar. Penampilan biasa. Face: pretty.

Dari ketiga kandidat tersebut, manakah yang paling siap? Saya tidak ingin membahas tentang siapa yang saya jagokan atau apa. Namun yang menggelitik adalah perkataan salah seorang pejabat yang merekrut.

Beliau bilang, “Sayang sekali yang saya jagokan menyatakan tidak siap.”

“Loh, kenapa memangnya, Pak?” tanya saya.

“Katanya, bosnya tidak mengijinkan dia keluar. Padahal saya pengen dia keluar dari kerjaannya itu.

“Oh, jadi itu misi Bapak? Misi terselubung,” timpal saya.

Paham maksudnya sobat? Saya jelaskan. Jadi, kandidat yang dijagokan si Bapak pejabat kerja di sebuah tempat. Nah, menurut Bapak itu, tempat itu tidak bagus. Dengan melamar di sini, si Bapak berharap menyelamatkan dia dari kerjaannya itu.

Kerjaan yang dimaksud di sini (saya tidak akan sebutkan) bukan tempat remang-remang atau apa ya. Sehubungan dengan finansial lah. Nah, menurut si Bapak yang agamanya bagus, tempat tersebut tidak baik.

Wah, pemikirannya jauh ke situ ya si Bapak. Kalau saya sih ya misal jadi perekrut mencari yang memang kualitasnya seperti yang diharapkan untuk kerjaan yang akan dia pegang. Sesuai kebutuhan organisasilah istilahnya. Ya, mungkin itu seni perbedaan cara berpikir seseorang. Dalam perekrutan bisa ada tumpangan kepentingan atau pun misi terselubung.