Follow Us

Thursday, September 26, 2019

Kena Tilang harus Sidang? Begini Pengalaman Saya!

9/26/2019 02:17:00 PM 0 Comments
Tanggal 5 September 2019, hari itu bertepataan dengan hari jumat hari kedua saya masuk ke kantor setelah cuti wisuda. Saat itu saya agak siang masuk ke kantor dengan membawa sebuah motor dinas pinjaman dari teman yang tengah dinas luar ke kota. Tak disangka di tengah jalan diberhentikan polisi. Tidak hanya saya sih tapi banyak pengendara bersepeda motor lain yang juga diberhentikan. Saat itu saya sudah merasa bakal lama nih karena saya disuruh menepi ke pinggir jalan. Telatlah saya ke kantor.
Saya ditanya nama, umur, alamat, nomor plat, dan SIM saya disita. Pelanggaran saya adalah saya tidak membawa STNK. Ya tentu saja saya tidak membawa STNK karena terbawa teman saya. Dia lupa menitipkan ke pegawai kantor. :)

OK. Mungkin kala itu sedang apes. Memang beginilah nasib jadi orang baik. Tak bisa berbuat kesalahan barang sekali akan langsung kena hukuman. Adakah kalian yang sama? :D

Setelah saya terima surat tilang, saya disuruh sidang di pengadilan pada tanggal 30 September 2019 hari kamis. Saya pun menuju ke kantor. Hampir setengah jam saya telat gegara menunggu surat tilang.

Sesampai di kantor, surat tilang saya baca. Eh, ternyata kamis bulan september itu tanggal 26 September. Sementara tanggal 30 september itu hari minggu. Lah, kok tidak sinkron? Mana yang benar? Saya lihat di kalender ternyata kamis tanggal 30 itu bulan agustus. Hihi pak polisi salah melihat kalender nampaknya.

Jadinya saya putuskan untuk ke pengadilan tanggal 26 september hari kamis. Nah, kejadiannya adalah pagi tadi. Saya ke pengadilan dengan polosnya untuk menghadiri sidang sebagai warga negara yang baik. Saya bawa surat tilang saya. Niat pertama saya adalah mau bertanya jadwal sidang saya yang sebenarnya tanggal berapa.

Pertama saya mencari kantor pengadilan di mana. Walau saya sudah bertanya ke teman kantor tap sempat salah arah ke arah hutan. Akhirnya saya pakai google map. Ketemulah kantor pengadilan negeri. Ini pertama kalinya saya ke kantor pengadilan. Di sana sepi ketika saya datang. Saya langsung ditanya bapak yang berdiri di dekat pintu masuk. Saya bilang saya mau tanya jadwal sidang. 

"Sidang apa?" kata Si Bapak.

"Sidang tilang," jawab saya.

"Di kejaksaan," kata Si Bapak.

Lah kok di kejaksaan? Tidak salah? Tulisan di suratnya di pengadilan kok sidangnya. Otak saya masih tidak terima rasanya. Saat itu memang saya tidak menunjukkan surat tilang saya. Saya pun meluncur pergi dari pengadilan menuju kejaksaan.

Sampai di kejaksaan saya masuk dan bertanya ke loket piket. Tidak ada petugas yang jaga tapi ada satu bapak yang berdiri di situ. Saya tanya ke beliau tapi dilimpahkan ke wanita yang melintas saat itu. Lalu saya dibawa ke ruangan untuk tilang.

Di sana saya bilang tanya jadwal sang dengan polosnya. Lagi-lagi polos banget. Di ruangan itu pegawainya seperti bingung begitu. Akhirnya saya keluarkan surat tilang saya. Lalu surat itu diambilnya dan bilang mau dicari dulu. Saya disuruh menunggu di luar. Ternyata ruangan itu ada loketnya di luar. Sudah banyak orang mengantri di sana. Baiklah saya menuju ke sana. 

Di sana saya terkejut. Loh di atas loket ada tulisan "loket pengambilan tilang. harap membawa uang pas.

Saya tanya ke salah satu orang yang mengantri juga. Saya baru tahu rupanya tidak ada itu sidang. Langsung bayar dan ambil STNK atau SIM yang disita disitu juga. Lah kok?

Itu saya heran kenapa ada tulisan harap membawa uang pas. Memangnya semua orang sudah pada tahu berapa yang harus dibayar?

Sebelumnya setahu saya (dengar dari teman) bayar tilang itu pakai rekening tidak cash seperti tadi. Sudah begitu, petugas tidak melayani sesuai urutan yang terlebih dulu datang mengantri. Orang-orang yang datang setelah saya, malah lebih dulu dipanggil. Ini apa-apaan begini?

Sudah begitu ya, petugas seperti kebingungan mencari berkas yang bertumpuk, bercecer tak berurut ketika ada yang komplain karena sudah mengantri duluan tapi tidak digubris.

Ketika giliran saya, saya harus membayar sebesar 115 ribu rupiah karena pelanggaran tidak membawa STNK. Sebelumnya saya tanya orang yang mengantri yang kena pelaggaran tidak membawa SIM harus membayar 175 ribu. Padahal sebelumnya 70 ribu saja. Kok drastis sekali kata orang tersebut.

Dan kejanggalan lain yang saya temukan adalah saya tidak menerima kwitansi pembayaran cash tersebut. Yang tentu saja saya tidak tanda tangan atas sejumlah uang yang saya bayar. Saya juga tidak melihat besaran yang saya harus bayar itu di lembaran yang petugasnya baca.

Dari kejadian ini saya merasa begitu polos. Memang, ini pertama kalinya saya kena tilang. Dan dari sini saya tahu bagaimana pemerintahan kita bekerja. Apalagi menyangkut duit. 

Semoga kalian semua tidak mengalami hal yang sama seperti saya. Uang 115 ribu terasa besar bagi saya yang memang pegawai biasa. Dan daripada untuk membayar yang tidak jelas begitu mending untuk donasi. Selain mendapat kebahagiaan hati karena berbagi juga mendapat pahala dan tabungan di akhirat. Coba hitung, berapa banyaknya duit terkumpul dikalikan berapa orang kena tilang?

Saya berharap ada transparansi dari pihak pemerintah. Jangan sampai mengambil uang dari rakyat tanpa kejalasan. Toh kalaupun dipakai pegawainya juga tidak berkah kan uang panas.

Ini berdasarkan pengalaman saya hari ini ya sobat. Mungkin di tempat lain berbeda. :)

Tuesday, September 10, 2019

Awas Penipuan Berkedok Gojek!

9/10/2019 10:13:00 AM 0 Comments
Sobat, apakah kamu pengguna aplikasi Gojek? Saya pribadi menggunakan Gojek selama saya di Jakarta. Untuk saat ini sih karena saya tidak lagi di Jakarta jadi kemungkinan besar tidak bisa memakai aplikasi untuk keperluan go-ride karena daerah tempat saya tinggal sekarang belum dijangkau Gojek. Justru ada aplikasi lain buatan pemuda lokal. 

Nah, kali ini saya mau cerita bahwa beberapa hari lalu saya sedang memegang hp saya dan otomatis memandang layar hp saya ya. Tiba-tiba ada pesan notifikasi bukan berupa sms melainkan pesan tulisan semacam kita dapat pemberitahuan dari JNE bahwa pesanan kita sedang diantar. Kalian yang pernah mendapat pesan seperti itu pasti tahu ya maksud saya. Atau seperti pesan tertulis dari Telkomsel yang kemudian kita OK tapi tidak disimpan dalam bentuk sms masuk.

Tulisan pesan tadi berisi pesan singkat yang menyatakan diri dari PT Gojek Karia Anak Bangsa yang bilang bahwa anda mendapat hadiah 2 juta, hubungi nomor bla bla bla. Tak lama kemudian ada nomor asing (no hp) yang menelpon hp saya. Tapi berhubung itu nomor asing, tidak saya angkat. Dan nomor tersebut hanya sekali telpon. Saya tunggu tidak telpon lagi.

Ok, kemudian saya cermati lagi isi pesan tadi yang masih ada di layar hp saya. Kok ada yang aneh pikir saya. Perasaan tulisan Karya Anak Bangsa bukan Karia Anak Bangsa. Dan tunggu dulu! Dua juta rupiah? Lumayan juga ga sih? Hehe. Tapi saya kok tidak ditelpon lagi. Setelah pesan tadi saya tekan OK, hilanglah pesan tersebut.

Memangnya sedang ada undian apa di gojek kok bisa saya mendapat hadiah. Saya juga tidak pakai go-ride dan semacamnya selama setengah bulan terakhir. Kan aneh...

Akhirnya untuk memenuhi rasa penasaran saya googling saja. Ternyata ada beberapa keluhan pelanggan seputar penipuan berkedok gojek. Miris untuk orang-orang yang sudah menjadi korban. Turut berduka semoga mendapat ganti yang lebih baik. Kok ya ada-ada saja sih akal bulus orang untuk menipu orang. Padahal ya uang panas begitu juga tidak berkah dimakan. Kalau sudah jadi daging susah dihilangkan. Buat apa?

Untuk nomor yang menghubungi saya juga saya googling tapi sayang tidak ketemu. Tapi sudah saya laporkan ke Tellows. :)

Semoga cerita saya ini bermanfaat buat kamu.

Sunday, September 8, 2019

Cerita Wisuda S2 UI

9/08/2019 08:30:00 PM 5 Comments
Halo sobat! Saya kembali ingin berbagi dengan kalian. Kali ini saya ingin menulis tentang perjalanan saya akhirnya ikut wisuda. Alhamdulillah semua telah terlewati. Dan saya sudah kembali ke tempat kerja saya lagi.

Jadi, sekitar dua minggu lalu saya mengambil cuti selama 7 hari kerja mulai tanggal 26 Agustus sampai dengan 3 September 2019. Pada hari jumat sore sepulang kerja tanggal 23 Agustus saya langsung cabut menuju Kota Bengkulu menempuh perjalanan sekitar 5-6 jam dengan transportasi travel sampai sekitar pukul 22.00 wib. Sampai di Bengkulu saya singgah di Hotel Ham Tian. Sampai sana rupanya kamar yang paling murah meriah (150 ribu) sudah penuh jadi saya dapat kamar seharga 250 ribu. Ya sudahlah apa boleh buat. Saya memang tidak pesan terlebih dahulu.

Keesokan paginya, lebih tepatnya setelah sholat subuh saya dijemput teman kantor dan diantar ke bandara Fatmawati. Terima kasih banyak ya semoga Allah membalas kebaikanmu. :)

Subuh begitu memang belum ada transportasi di Bengkulu. Tadinya saya juga berpikir mau naik apa ke bandara. Bingung juga. Alhamdulillah ada teman yang tiba-tiba juga balik ke Bengkulu jadi dia yang menawarkan bantuan mengantar saya. Allah maha baik. Tidak direncana. Malah ada satu teman lagi yang juga ke Bengkulu yang bersedia mengantar juga padahal awalnya mau ke Bengkulunya di hari lain. Tapi jadinya bareng saya bertiga ke Bengkulu. Subhanallah.

Berhubung saya mengambil penerbangan setelah subuh jadi ya mau tidak mau buru-buru berangkat setelah sholat subuh walau badan masih lelah pegal-pegal. Saya memang sengaja mengambil penerbangan tersebut untuk mengejar waktu ke UI Depok untuk mengambil undangan dan toga. 

Sabtu, 24 Agustus 2019 - Pengambilan toga dan undangan

Hari itu adalah hari terakhir pengambilan undangan dan toga sampai pukul 15.30. Saya mempertimbangkan waktu jikalau ada macet dan sebagainya di perjalanan, delay pesawat atau apa pun itu. Perjalanan dari Jakarta ke Depok juga saya pertimbangkan sehingga saya lebih baik mempunyai cukup waktu luang. Dari Bandara Soetta saya ke kos dulu menaruh barang. Kemudian saya menge-print bukti pembayaran dan berangkat ke Stasiun Cikini. 

Turun di Stasiun Pondok Cina saya berjalan kaki menuju Annex Building Balairung UI lantai 2. Walau hari terakhir tapi rupanya masih banyak yang antri. Untungnya antrian S2 tak terlalu lama. Hanya menunggu giliran dari beberapa orang di depan saya, lalu tibalah giliran saya. Di kertas yang saya print tertulis rangkap 2 tapi ternyata hanya satu rangkap yang diminta dan bukti bayar asli. Jadi kelebihan saya menge-print. :(

Selesai urusan, saya pulang ke kos dan istirahat hingga keesokan harinya. Tubuh saya terasa begitu lelah dan pegal-pegal. Awalnya berencana ke Istiqlal pada hari minggu tapi batal. Istirahat saja di kos.

Senin hingga selasa saya mulai packing barang-barang saya. Kos saya habis per tanggal 2 September 2019. Tapi ya packing ala kadarnya karena kekurangan wadah. 

Rabu, 28 Agustus 2019 - Gladi Resik
saya ke UI Depok sekalian membawa baju wisuda karena hari itu adalah gladi resik. Untuk gladi resik saya pakai baju seadanya alias tidak pakai baju yang sudah saya siapkan dan juga tidak ke salon atau make up-an. Selesai acara gladi resik sudah tiba magrib karena fakultas saya dapat giliran akhir-akhir untuk salaman dengan rektor satu per satu.

Padahal justru hari ini yang penting karena salaman dengan rektor dan diambil foto satu per satu tapi saya datang seadanya saja. :D

Kelar gladi resik, saya langsung menuju masjid UI sekalian menunggu keluarga saya tiba di Depok. Lama saya duduk menunggu di depan masjid UI, eh tidak muncul-muncul juga. Sampai orang-orang yang tadinya duduk pun sudah pergi semua. Sampai saya ditegur security juga. Lampu mau dimatikan. Oh no! Saya disuruh pindah duduk yang kelihatan lampu agar kelihatan cctv. Sejujurnya saya merasa agak seram juga duduk sendirian sepi. Mana sebelah danau kan. Eh, alhamdulillah ada seorang bapak duduk di seberang saya. Saya lihat bapak tersebut menyetel tilawah quran di hp-nya. Lega. Tapi beberapa saat kemudian beliau berjalan dan menutup pintu luar masjid. Oh no!

Karena keluarga saya masih lama di perjalanan, akhirnya saya pindah duduk ke parkiran. Di sana masih ada 2 orang duduk bincang-bincang. Tapi tak lama kemudian, yang satu pergi. Ada orang lain yang melewati saya tapi melihat saya sebegitunya saya jadi seram. Takut orang jahat. :D

Sekitar pukul 22.00 keluarga saya datang. Alhamdulillah. Meluncurlah kami ke penginapan. :D

Kamis, 29 Agustus 2019 - Wisuda Fakultas

Tanggal 29 Agustus 2019 saya ikut wisuda fakultas di Balairung Budi Utomo Hotel Bumi Wiyata. Wisuda fakultas saya membayar 800 ribu rupiah untuk biaya wisuda termasuk snack dan makan siang, undangan 4 orang dan paket foto. Di acara wisuda ini, baik wisudawan S1-S3 digabung menjadi satu. Wisuda ini sifatnya tidak wajib. Jadi hanya orang tertentu yang bersedia ikut saja yang hadir. Untuk biaya yang dibayar juga bebas memilih paketnya. Menambah undangan dan paket foto adalah opsional. Pada acara wisuda ini wisudawan maju satu per satu bersalaman dengan dosen fakultas (tidak ada rektor) dan foto dengan memegang tabung simbolis. Tabung dikembalikan lagi. :D


Jumat, 30 Agustus 2019 - Free Day

Yay! Hari bebas! Saya memutuskan untuk jalan-jalan ke Dufan bersama 3 orang keponakan saya. Saya sih sudah berkali-kali ke Dufan, tapi keponakan saya ingin ke sana, jadi ya saya temani ke sana. Alhasil kakak-kakak dan ibu saya juga ikutan. Ya sudah, ramai-ramai ke sana. Padahal awalnya mereka punya rencana ke tempat lain. 

Sampai sana, saya kaget karena saya salah perkiraan. Awalnya saya pikir tiket hari jumat alias weekday 195 ribu rupiah. Rupanya khusus hari itu menjadi 295 ribu rupiah sama seperti weekend tapi jam buka sampai pukul 23.00. Kalau hari biasa kan hanya sampai pukul 18.00. Yang bikin kaget itu begitu ditotal harga tiketnya menjadi 2 jutaan untuk 7 orang. Syok. Ya Allah, untung bawa duit lebih. :D

Lalu kami antri masuk untuk dicap tangan. Eh, rupanya ibu saya ditanya petugasnya beliau berapa umurnya. Ibu saya kekeh mengakunya usia 65. Hehe. Dan usia segitu rupanya gratis masuk Dufan. Ya Allah saya baru tahu. Jadi saya bisa refund tiket ibu saya. Alhamdulillah bisa untuk makan siang. :)

Tapi berhubung ibu saya tidak membawa KTP, saya harus membuat berita acara bahwa ibu saya berusia 65 tahun ke atas. Setelah itu saya antar ibu saya ke bagian pengecapan yang khusus untuk lansia. Beres deh. Yay! :D


Sabtu, 31 Agustus 2019 - Wisuda UI

Wisuda UI dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2019. Wisuda ini sifatnya juga tidak wajib. Tapi kalau mau ikut ya harus membayar senilai 900 ribu rupiah. Dalam paket wisuda ini kamu mendapat jatah 2 undangan, toga, dvd, piagam alumni dll. Pengambilan foto dan piagam tanggal 14-24 Oktober 2019. Kamu mendapat kertas nomor antrian yang harus kamu bawa saat pengambilan nanti (diberi setelah gladi resik). Jangan lupa bawa juga kertas print-out pengambilan. Wisuda ini dipisah antara S1 dan S2/S3. Jadi, yang saya ikuti waktu itu jadwal pagi pukul 9.00-11.00 wib untuk S2/S3/profesi.

Saya waktu itu terlambat masuk. Rupanya ada banyak yang terlambat juga pada berkumpul di belakang. Berhubung waktu itu sedang menyanyikan lagu-lagu jadi tidak diperbolehkan masuk dulu sampai selesai lagu dinyanyikan. Tapi hikmahnya terlambat ini saya justru ketemu teman seperjuangan saya yang selalu saling menyemangati saat penulisan karya akhir. Jadilah kami masuk barengan. Hehe. 

Wisuda ini saya benar-benar apa adanya. Tidak ada pakai make-up salon ataupun ambil paket foto studio. Padahal dapat selebaran sih. Awalnya kepikiran mau ambil tapi kemudian urung. Sebelumnya sudah lihat-lihat sepatu juga tidak jadi beli. Wisudawan lain cantik-cantik nyalon. Eh, saya tidak ada nyalon sama sekali. Teman saya pun tidak jadi nyalon karena sudah full katanya link yang saya kasih. :D

Selesai acara, saya berpisah dengan teman saya dan kami menuju keluarga masing-masing yang sudah menunggu. Sebelum pulang, kami foto-foto dulu. Banyak fotografer berseliweran di sana. Kamu yang tidak mengambil paket foto studio, tak usah khawatir. Bisa pakai jasa fotografer yang ada. Mereka ada yang menawarkan jasa paket foto dikirim ke rumah setelah jadi dan bisa diedit dulu biar hasilnya cantik.

Dan kamu juga bisa beli pernik-pernik UI di sebelah Balairung. Banyak yang jualan seperti payung, boneka, bantal leher dll. Oya, yang mau beli bunga untuk wisudawan juga banyak sekali yang jual di luar Balairung. Tapi kok mahal amat ya. :D

Sambil menunggu teman saya yang katanya mau datang dan sudah di KRL, saya pun mengobrol dulu dengan keluarga saya di parkiran. Saya sebenarnya cemas apakah bisa ketemu karena bapak saya ingin cepat pulang. Tapi alhamdulillah masih sempat. Terima kasih ya sobat sudah menyempatkan diri hadir. Terima kasih juga bingkisannya ya! Baraqallahu :)


Setelah itu, saya cabut bersama keluarga besar saya menuju Lampung tercinta.