Apa hubungan antara cara kita berpikir besar dengan sejarah kepercayaan manusia terhadap Tuhan? Bisa jadi lebih dekat dari yang kita kira.
Setelah membaca God: A Human History of Religion karya Reza Aslan (review ada di posting sebelumnya), saya sadar bahwa salah satu benang merah yang tak kasatmata dari sejarah umat manusia adalah keberanian mereka untuk "berpikir besar." Manusia purba yang memandang petir dan angin sebagai kekuatan supranatural, atau suku-suku kuno yang membayangkan dewa-dewi yang mengatur semesta—semua itu adalah contoh awal dari thinking big. Mereka tidak puas hanya dengan penjelasan sederhana, mereka mencari makna yang lebih besar di balik fenomena.
Seperti kata David J. Schwartz dalam The Magic of Thinking Big:
"Believe it can be done. When you believe something can be done, really believe, your mind will find the ways to do it."
Manusia dari masa ke masa selalu percaya bahwa ada "sesuatu yang lebih besar" di balik hidup mereka. Dan keyakinan itu melahirkan perubahan besar: dari sistem kepercayaan hingga kebudayaan yang membentuk dunia seperti sekarang.
Apa kaitannya dengan hidup kita?
The Magic of Thinking Big mengajarkan bahwa untuk mencapai hal besar, kita harus berani membayangkan hal besar terlebih dahulu. Sedangkan Aslan lewat bukunya memperlihatkan bahwa manusia memang sejak dulu punya kecenderungan alami untuk melihat dunia sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar materi—bahwa hidup selalu mengandung makna lebih besar.
Kedua buku ini mengajarkan kita:
- Jangan membatasi diri hanya dengan kenyataan yang ada di depan mata.
- Imajinasi dan kepercayaan yang besar bisa mengubah peradaban.
Berpikir besar bukan soal sombong, tapi tentang membuka diri pada potensi yang lebih luas.
Schwartz juga menulis:
"Think little goals and expect little achievements. Think big goals and win big success."
Sejarah agama juga mengajarkan hal yang sama: ketika manusia "berpikir besar" tentang dunia spiritual, mereka membangun budaya, hukum, bahkan peradaban yang melampaui zamannya.
Pesan-Pesan Penting dari The Magic of Thinking Big:
-
Berpikir besar membuka peluang besar.Orang yang membatasi dirinya dengan pikiran kecil, akan cenderung berhenti di zona nyaman. Sebaliknya, mereka yang membayangkan hal besar, akan menemukan jalan untuk mencapainya.
-
Percaya pada diri sendiri adalah kunci utama.Schwartz menekankan pentingnya membangun keyakinan bahwa kita mampu. Pikiran positif ini akan menular ke tindakan sehari-hari.
-
Hindari "excuse-itis" atau kebiasaan membuat alasan.Banyak orang gagal karena selalu punya alasan kenapa mereka tidak bisa. Orang sukses fokus pada solusi, bukan keterbatasan.
-
Bertindak seolah-olah kesuksesan sudah di depan mata.Schwartz bilang, “Berpikir besar adalah tentang membentuk pola pikir yang mendorong tindakan besar.”
-
Lingkungan memengaruhi pola pikir.Buku ini juga menyoroti pentingnya berada di sekitar orang-orang yang mendorong kita untuk berkembang dan berpikir lebih luas.
Pesan di akhir:
Sejarah manusia membuktikan bahwa berpikir besar adalah bagian dari DNA kita sejak dulu. Kita selalu mencari makna yang lebih luas, tujuan yang lebih tinggi, dan kemungkinan yang lebih besar. Jadi, jika nenek moyang kita saja mampu membangun peradaban dengan berpikir besar tentang dunia dan Tuhan, apa alasan kita untuk tidak mulai thinking big hari ini?
"Think big, act big, and you’ll live big."
Refleksi Pribadi
Setelah merenungkan isi dari kedua buku ini, saya jadi bertanya pada diri sendiri: sudah sejauh mana saya berani bermimpi dan bertindak besar dalam hidup ini? Kadang kita terjebak dalam rutinitas, berpikir realistis saja sudah cukup, tapi lupa bahwa nenek moyang kita membangun dunia dari keyakinan dan imajinasi besar mereka. Mereka tidak hanya membangun rumah, tapi membangun kuil, tatanan masyarakat, dan bahkan ide tentang surga.
Apakah kita hari ini masih membawa semangat itu? Atau kita justru terlalu sibuk memikirkan "apa yang mungkin salah" daripada "apa yang mungkin berhasil"?
Pertanyaan untuk Kamu
- Kapan terakhir kali kamu membiarkan dirimu berpikir besar tanpa rasa takut gagal?
- Apakah selama ini kamu lebih sering membatasi diri karena takut "tidak realistis"?
- Jika kamu bisa mewujudkan satu hal besar dalam hidup, apa yang akan kamu pilih?
- Apakah lingkungan dan orang-orang di sekitarmu mendukung kamu untuk berpikir besar?
Ajak Diri untuk Bergerak
Terkadang, membaca buku seperti The Magic of Thinking Big atau God: A Human History of Religion bukan hanya soal memahami teori, tapi menggunakannya sebagai cermin. Cermin untuk menilai sejauh mana kita sudah menjalani hidup dengan keberanian, imajinasi, dan kepercayaan diri yang besar.
Jadi, apa langkah pertama yang bisa kamu ambil hari ini untuk mulai berpikir dan bertindak lebih besar?
No comments:
Post a Comment
leave your comment here!