semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

8. Terluka, Tapi Tidak Sia-Sia - Reana

Follow Us

Tuesday, April 15, 2025

8. Terluka, Tapi Tidak Sia-Sia

Halo Sobat! Apa kabar? Setelah selesai seri sebelumnya, kita masuk ke seri ketiga ya yaitu 20 Seri Mencari Makna dalam Setiap Kejadian. Jadi saya akan posting tema ini selama beberapa hari ke depan. Semoga selalu ada pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik. Yuk simak!



Terluka, Tapi Tidak Sia-Sia

Tidak semua luka terlihat. Ada luka yang sunyi. Yang diam-diam menguras energi. Yang muncul di malam hari dalam bentuk air mata yang cepat-cepat diseka agar tak ketahuan. Luka karena kehilangan, dikhianati, ditinggalkan, atau bahkan karena kecewa pada diri sendiri.

Tapi satu hal yang sering luput kita sadari adalah: luka tidak selalu datang untuk menghancurkan. Kadang ia datang untuk membentuk.

“The wound is the place where the Light enters you.” — Rumi

Kita tidak pernah sama setelah terluka. Tapi itu bukan berarti kita menjadi lebih lemah. Justru, di balik setiap luka, ada ruang untuk tumbuh. Luka membuka pintu-pintu refleksi yang selama ini kita abaikan. Ia memaksa kita untuk berhenti, untuk meraba hati sendiri, dan bertanya: Apa yang benar-benar penting bagiku?

Luka mengajarkan kepekaan. Setelah terluka, kita jadi lebih mampu mengenali rasa sakit orang lain. Empati tumbuh. Mata kita melihat lebih dalam, bukan hanya ke permukaan. Luka membuat kita manusia.

“Pain shapes us into who we are meant to become.”

Namun, penting untuk diingat: tidak semua luka perlu dipelihara. Kita boleh menangis, kecewa, dan bahkan merasa hancur. Tapi jangan membangun rumah di atas luka itu. Jangan menjadikan luka sebagai identitas. Jadikan ia sebagai bagian dari cerita, bukan keseluruhan babnya.

Ada orang-orang yang akan membuatmu merasa tidak cukup. Tapi luka itu bukan validasi bahwa kamu memang tak berharga. Itu hanya cermin untuk menunjukkan bagian diri yang perlu dipulihkan, bukan dibenci.

“Your value doesn’t decrease based on someone’s inability to see your worth.”

Proses menyembuhkan tidak selalu cepat. Ada yang butuh waktu berbulan-bulan, ada yang bertahun-tahun. Tapi setiap hari kita memilih untuk bangun, berjalan, meski pelan — itu adalah bentuk keberanian.

Dan kelak, luka yang dulu kita kutuk, akan menjadi alasan kita bisa menguatkan orang lain. Kita bisa berkata, “Aku pernah di tempatmu. Aku tahu rasanya. Dan kamu akan pulih.”

“One day, your scars will tell a story not of pain, but of power.”

Terluka bukan kegagalan. Itu bagian dari perjalanan menjadi versi terbaik dari dirimu. Kamu sedang ditempa — bukan dihancurkan. Luka bisa jadi lentera jika kita bersedia menyalakan maknanya.

Jadi, jangan malu dengan lukamu. Peluklah. Damaikanlah. Karena dari sanalah cahaya akan memancar. Dan percayalah, tidak ada luka yang sia-sia.



Di dunia yang penuh dengan kebisingan, ada saat-saat di mana diam berbicara lebih keras daripada kata-kata.


 Sampai jumpa di bagian 9...


 #827

#Menuju 1000 posting

#Seri Mencari Makna dalam Setiap Kejadian

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!