Sobat, kita lanjut ke bagian 40 dari "Seri Rencana Allah Sempurna." Semoga kalian tidak bosan ya. Perjalanan masih panjang hingga bagian 100. Yuk, pelan-pelan kita simak!
Menghadapi Ketidakadilan dengan Keikhlasan
(Seri: Rencana Allah Sempurna)
Ketika hidup memperlakukan kita tidak adil, rasanya ingin marah, kecewa, bahkan menyerah. Apalagi ketika orang-orang yang menyakiti justru tampak lebih bahagia dan berhasil. Namun di sinilah ujian keikhlasan benar-benar dimulai.
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” – QS. Al-Muzzammil: 10
Keikhlasan bukan berarti pasrah tanpa batas, tapi kemampuan untuk tetap tenang dan teguh di tengah ketidakadilan, percaya bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Adil, bahkan ketika dunia tampak tidak berpihak.
Terkadang, kita akan difitnah, disalahpahami, atau diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Namun, orang beriman tidak membalas dengan cara yang sama, melainkan dengan menahan diri dan menyerahkan urusannya kepada Allah.
“Dan janganlah kebencian terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” – QS. Al-Ma’idah: 8
Mengikhlaskan perlakuan tidak adil bukan berarti membenarkannya, tetapi membebaskan diri dari dendam yang menggerogoti hati. Keikhlasan adalah bentuk kemerdekaan jiwa. Kita tak lagi dikendalikan oleh luka, melainkan diarahkan oleh iman.
Allah tidak pernah lalai. Tidak ada perbuatan dzalim yang luput dari catatan-Nya. Maka kita tidak perlu membalas semua kejahatan yang menimpa kita. Cukup balas dengan kebaikan, dan biarkan Allah yang menyelesaikan.
“Barang siapa berbuat kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” – QS. Az-Zalzalah: 7
Ketika kita mampu menerima ketidakadilan dengan hati yang ikhlas, kita sedang meninggikan derajat diri kita. Karena Allah akan mengangkat hamba-Nya yang bersabar dan menyerahkan urusannya kepada-Nya.
Keikhlasan membuat hati ringan, langkah menjadi lapang, dan pikiran lebih jernih. Kita tidak lagi fokus pada “kenapa mereka berlaku seperti itu?” tetapi pada “apa yang Allah ingin aku pelajari dari ini?”
Bahkan Rasulullah SAW pun pernah difitnah, dihina, dan diperlakukan tak adil. Tapi beliau membalas dengan sabar dan kasih sayang. Itulah teladan sejati: kuat bukan karena membalas, tapi karena mampu memaafkan.
“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat dan memberinya hak untuk memilih bidadari yang dia inginkan.” – HR. At-Tirmidzi
Ketidakadilan adalah bagian dari dunia yang sementara. Tapi keikhlasan yang kita pelajari dari setiap luka, akan menjadi bekal yang kekal menuju akhirat. Allah tidak meminta kita mengerti semua hal yang terjadi, tapi Dia meminta kita untuk percaya.
Jika kamu merasa diperlakukan tidak adil hari ini, jangan biarkan itu mencuri ketenanganmu. Tenangkan hati, jaga sikap, dan yakini satu hal: Allah tidak tidur. Setiap air matamu punya nilai di sisi-Nya.
Sobat, apa kamu siap lanjut ke Part 41–50?
#900
#Menuju 1000 posting
#spiritual
#100 Seri Rencana Allah Sempurna
Beberapa luka sembuh dalam diam, sehangat warna senja yang memudar perlahan.

No comments:
Post a Comment
leave your comment here!