Sobat, kita lanjut ke bagian 33 dari "Seri Rencana Allah Sempurna." Semoga kalian tidak bosan ya. Perjalanan masih panjang hingga bagian 100. Yuk, pelan-pelan kita simak!
Syukur dalam Setiap Nikmat yang Diberikan Allah
(Seri: Rencana Allah Sempurna)
Nikmat Allah begitu luas dan tak terhitung. Tapi sayangnya, sering kali kita baru menyadari nilai sebuah nikmat ketika ia telah diambil. Padahal, bersyukur saat nikmat masih ada adalah kunci utama untuk menjaganya. Bahkan, syukur adalah magnet yang mengundang lebih banyak keberkahan.
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” – QS. Ibrahim: 7
Syukur bukan hanya tentang mengucapkan “Alhamdulillah.” Syukur adalah kesadaran hati, lisan, dan perbuatan yang mengakui segala kebaikan berasal dari Allah. Ia adalah bentuk ibadah, bukan sekadar reaksi atas kebaikan.
Bersyukur mengajarkan kita untuk hidup dalam kejelasan. Sering kali hati kita gelap bukan karena tak ada nikmat, tapi karena terlalu fokus pada kekurangan. Dengan syukur, kita diajak memindahkan fokus pada hal-hal yang kita miliki, bukan yang hilang.
"Lihatlah orang yang berada di bawah kalian (dalam urusan dunia), dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah." – HR. Muslim
Setiap helaan napas adalah nikmat. Kesehatan, keluarga, waktu luang, bahkan makanan yang sederhana—semua adalah bentuk kasih sayang Allah yang sering luput dari perhatian. Kita terlalu terbiasa dengan nikmat, hingga lupa bahwa semua itu bisa hilang kapan saja.
Syukur adalah tanda kedewasaan iman. Orang yang bersyukur tidak selalu memiliki segalanya, tapi mereka selalu merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Mereka melihat hidup bukan dari ukuran materi, tapi dari ketenangan dan kebersamaan dengan Allah.
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” – QS. Saba’: 13
Orang yang bersyukur akan menjaga nikmatnya dengan baik. Ia tidak menyia-nyiakan waktu, kesehatan, atau rezeki. Ia tahu, semua yang ia miliki adalah titipan yang harus dipertanggungjawabkan kelak.
Bersyukur juga menjauhkan kita dari penyakit hati—iri, dengki, dan keluh kesah. Karena saat hati penuh syukur, tidak ada ruang untuk membandingkan diri dengan orang lain. Justru, hati yang bersyukur adalah hati yang paling damai.
"Sesungguhnya orang-orang yang bersyukur itu dicintai Allah." – HR. Baihaqi
Syukur membentuk pola pikir positif dan produktif. Ia menjadikan seseorang tidak cepat putus asa dalam ujian, karena ia tahu selalu ada sisi baik dari setiap keadaan. Bahkan saat tertimpa musibah, orang yang bersyukur akan berkata, “Setidaknya Allah masih memberiku hal ini…”
Ketika kita bersyukur, kita sedang membuka pintu-pintu pertolongan Allah. Dan janji Allah itu pasti: syukur akan mendatangkan tambahan nikmat. Tidak hanya nikmat dunia, tapi juga ketenangan hati, keteguhan iman, dan keberkahan dalam setiap langkah.
"Syukur itu bukan hanya soal menerima lebih, tapi menyadari bahwa yang sedikit pun adalah cukup bila bersama Allah."
Mari kita perbanyak rasa syukur setiap hari. Mulai dari hal-hal terkecil. Sebab, dalam rasa syukur yang terus dirawat, di situlah kebahagiaan sejati tumbuh. Karena kita tahu, tidak ada nikmat yang kecil jika datang dari Yang Maha Besar.
Lanjut ke seri 34...
#893
#Menuju 1000 posting
#spiritual
#100 Seri Rencana Allah Sempurna
Seperti aurora di langit utara, keindahanmu menyala di antara dingin dan gelap.

No comments:
Post a Comment
leave your comment here!