semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

26. Berusaha dengan Ikhlas: Tindakan Tanpa Pamrih - Reana

Follow Us

Wednesday, April 23, 2025

26. Berusaha dengan Ikhlas: Tindakan Tanpa Pamrih

Sobat, kita lanjut ke bagian 26 dari "Seri Rencana Allah Sempurna." Semoga kalian tidak bosan ya. Perjalanan masih panjang hingga bagian 100. Yuk, pelan-pelan kita simak!




Berusaha dengan Ikhlas: Tindakan Tanpa Pamrih

(Seri: Rencana Allah Sempurna)


Ikhlas adalah ruh dari setiap amal. Ia seperti akar dari pohon yang kokoh—tidak terlihat, namun menopang segalanya. Tanpa keikhlasan, usaha yang besar pun bisa terasa hampa. Tapi dengan ikhlas, sekecil apa pun tindakan kita, menjadi besar di mata Allah.


Berusaha dengan ikhlas berarti kita melangkah tanpa syarat, bekerja tanpa mengikat hasil, dan memberi tanpa mengharap balasan manusia. Kita melakukan sesuatu semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji, diakui, atau dibalas.


"Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang ikhlas dan mengharap wajah-Nya semata." – HR. Nasa’i

 

Namun ikhlas bukan hal yang mudah. Ia membutuhkan latihan jiwa. Kita harus melawan ego yang sering ingin dihargai, dilihat, dan dianggap. Ikhlas adalah seni melepas pengakuan dunia untuk mendapat pandangan ridha dari langit.


Ketika kita berusaha dengan ikhlas, kita tidak mudah kecewa jika hasil tidak sesuai harapan. Sebab kita tahu, tujuan kita bukan dunia, tapi ridha Allah. Kekecewaan muncul ketika kita bekerja untuk sesuatu yang fana. Tapi jika niat kita lurus karena Allah, maka hati akan tetap lapang, bahkan ketika hasil belum terlihat.


“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya.” – HR. Bukhari dan Muslim

 

Dalam dunia yang penuh pencitraan dan pamrih, berikhlas menjadi bentuk kejujuran tertinggi. Tak semua orang tahu jerih payah kita, tak semua akan berterima kasih. Tapi Allah Maha Mengetahui. Dan di situlah ketenangan yang tak bisa dibeli: tahu bahwa Allah melihat usaha kita.


Keikhlasan juga memurnikan niat. Kadang kita terjebak dalam perlombaan dunia: siapa paling cepat sukses, siapa paling terkenal, siapa paling dihargai. Namun orang yang ikhlas tidak ikut lomba itu. Ia berjalan di jalur yang tenang—berlomba hanya pada kebaikan yang Allah ridai.


"Jika kamu berbuat baik, sesungguhnya kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri." – QS. Al-Isra: 7

 

Dan yang paling menakjubkan: ikhlas bisa mengubah lelah menjadi ibadah. Bahkan pekerjaan yang tampaknya biasa saja—mengasuh anak, menulis, mengajar, menyapu, membantu teman—jika dilakukan karena Allah, semuanya bernilai pahala.


Allah tidak menilai dari besarnya hasil, tetapi dari kejujuran hati saat melakukannya. Itulah sebabnya, kadang doa yang ikhlas lebih cepat dijawab daripada usaha yang penuh ambisi tapi tanpa keikhlasan.


“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai.” – QS. Al-Fajr: 27-28

 

Jadi hari ini, sebelum melangkah lebih jauh, tanya pada diri: "Untuk siapa aku melakukannya?" Jika jawabannya adalah Allah, maka lanjutkan. Karena usaha yang ikhlas tak pernah sia-sia. Ia mungkin tak selalu dihargai manusia, tapi selalu mendapat perhatian dari langit.


Lanjut ke bagian 27...


#886

#Menuju 1000 posting

#spiritual

#100 Seri Rencana Allah Sempurna


Ada manis dalam luka, bila kita mampu menenangkannya dengan harapan.

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!