Jangan berjanji jika tak bisa menepati.
Ingatkah kamu jika tidak menepati janji adalah salah satu ciri orang munafik? Jika kamu lupa, mari kita ingat kembali ciri-ciri orang munafik.
- Jika berkata ia bohong
- Jika berjanji ia ingkar
- Jika diberi amanah ia khianat
Ini adalah pelajaran yang saya dapat ketika belajar mengaji di masjid jaman saya kecil dulu. Dan ternyata masih melekat hingga sekarang. Memang benar pepatah belajar di waktu kecil seperti mengukir di atas batu.
Mau tidak mau, pelajaran yang saya serap di masa kecil itu membentuk diri saya yang sekarang. Apa yang menurut saya benar menjadi prinsip dalam hidup saya. Oleh karenanya seringkali saya kecewa (terluka) jika orang lain tak seprinsip dengan saya. Bukan saya memaksakan prinsip saya. Tapi saya melihat fenomena betapa mudahnya orang melakukan ini dan itu tanpa sedikitpun memikirkan perasaan orang lain dan tentunya tanpa sedikitpun rasa takut terhadap Tuhannya.
Pada bahasan ini saya ingin menyoroti tentang janji.
Kasus 1
Sudah baca posting saya yang lalu tentang hutang? Baca di sini klik.
Kasus 1
Sudah baca posting saya yang lalu tentang hutang? Baca di sini klik.
Seminggu yang dia janjikan sudah lewat, orang yang saya ceritakan itu bilang ke saya kalau dalam minggu itu dia tidak bisa mengurus untuk mencairkan uangnya. Dia sedang sibuk yang lain dan dalam 2 minggu ke depannya tak ada di kantor karena urusan dinas ke ibukota provinsi.
Apa yang pembaca tangkap dari cerita saya barusan?
Dia ingkar janji.
Ya, benar sekali. Waktu satu minggu yang dia janjikan molor menjadi 3 minggu. Dan 3 minggu itu juga masih belum pasti apakah di minggu keempat akan dilunasi.
Ini baru satu contoh betapa mudahnya membuat janji kemudian ingkar janji.
Jika tak bisa menepati kenapa harus berjanji? Sudah lupa atau sengaja lupa jika ingkar janji itu berdosa?
Kasus 2
Ini kasus orang hutang juga. Orang lain hutang minggu ini di hari selasa. Dia minta transferkan sejumlah uang. Dia bilang akan dibayar kamis kalau saya tidak mau cash, akan dia transfer. Ok, saya minta transfer dan tunggu sesuai janji. Tiba hari kamis, dia bilang mau dibayar cash saja dengan alasan malas antri di bank.
Malas? Bukannya saat pinjam tidak malas? Tidakkah kamu pikir berarti malas pula untuk menepati janji?
Saya tidak mau cash karena saya tidak mau pegang cash terlalu banyak. Saya sendiri masih pegang cash untuk cadangan hidup sehari-hari. Belum lagi kalau orang di kasus 1 membayar jadi tambah banyak. Lagipula saya ambil dari tabungan jadi sudah sewajarnya dia kembalikan ke tabungan. Pada hari jumat orangnya bilang lagi supaya saya mau cash. Saya bilang ok sini saya terima. Tapi kemudian dia bilang nanti saya tidak mau meminjami dia lagi. Dan uang belum saya terima akhirnya.
Kasus 3
Pernah suatu ketika saya dan teman janjian sepedaan pagi di hari minggu, setelah itu mampir beli lotek (gado-gado). Ok, saya berangkat sepedaan pagi-pagi sengaja tak sarapan karena ingat akan makan pagi dengannya. Tapi betapa kecewanya saya saat dia bilang dia sudah kenyang. Ya Tuhanku, batin saya menangis. Memang ini cuma hal sepele tapi bagi saya tidak. Kenapa?
Karena ada poin menepati janji di sini. Semudah itukah melupakan janji? Where was your heart?
Masih banyak cerita lain. Cukup tiga saja ya supaya tidak kebanyakan. Apakah kamu merasa terluka dan kecewa jika seseorang tak menepati janji? Saya tak tahu apakah saya pribadi yang kaku jika demikian atau justru saya memang di posisi yang benar. Fenomena yang saya lihat orang cenderung menyepelekan janji. Tidak memaknai filosofi sebuah janji.
Bukankah Allah sudah memberikan kata insha allah (jika allah menghendaki) kepada kita manusia supaya kita menggunakannya ketika berjanji? Supaya ketika terjadi hal di luar kekuasaan kita manusia, janji itu tidak gugur dan jatuh dosa kepada kita. Jika kita tak menggunakannya berarti kita yakin benar bahwa kita akan bisa menepati. Tapi coba lihat apakah ada yang menggunakan insha allah dari 3 kasus di atas? Dan coba renungi jika kata inshaallah orang Indonesia masa kini bukan berarti iya saya akan mengusahakan (kecuali jika terjadi hal yang tak diinginkan atas kuasa allah) tapi sudah berubah makna yang berarti 'saya ga janji ya'.
Sekian sedikit celoteh malam minggu dari saya. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik.
No comments:
Post a Comment
leave your comment here!