semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Surat Kecil untuk Hatiku - Reana

Follow Us

Monday, May 5, 2025

Surat Kecil untuk Hatiku

Saya menulis ini sebagai catatan kecil kehidupan yang pernah saya lalui dan sebagai pengingat diri saya sendiri. Jika cerita ini relate sama kamu, mungkin kamu pernah mengalami juga boleh berbagi ya. Silahkan komentar...



Surat Kecil untuk Hatiku

(Mengenang dua pertemuan yang tak biasa)


Di tengah dunia yang ramai dan terburu-buru,
Allah diam-diam mengirimkan dua utusan kecil untukku.
Bukan malaikat bersayap yang turun dari langit,
tapi manusia biasa — mungkin lelah, mungkin terluka —
namun membawa pesan rahasia dari langit tinggi.


Pertama, seorang ibu renta di pinggir jalan.
Dengan suara biasa saja, bukan minta uang, bukan juga belas kasihan.
Hanya satu: sebotol minuman, ya betul sekali sebotol minuman,
dan bahkan dia tahu persis, bukan air mineral biasa yang ia butuhkan. Ia tak mau diberi uang. Ia hanya mau dibelikan. Dan hanya minuman itu yang ia mau. Tak mau yang lainnya.
Aku heran, aku ragu,
tapi hatiku bergetar: ada sesuatu yang aneh di balik permintaannya.


Kemudian, seorang anak kecil.
Di bawah panas jalanan, di antara bising kendaraan,
dia mendekat, membawa kaleng berisi koin seadanya.
Dia tidak meminta uang — bahkan menolak saat ditawari. Dia bilang dia tidak mau uang.
Yang dia pinta hanya satu:
susu rasa vanila untuk adik kecilnya.
Bukan yang lain, bukan yang lebih murah.


Dua pertemuan sederhana,
tapi membuat hatiku terdiam lama.
Apakah mereka malaikat?
Apakah mereka manusia?
Aku tidak tahu.
Dan mungkin, aku memang tidak perlu tahu.
Yang aku tahu adalah:
Allah sedang mengajakku bicara lewat mereka.
Mengajakku mengulurkan tangan tanpa banyak bertanya,
mengajakku memberi tanpa menawar.


Hari itu, aku belajar:
Terkadang, ujian datang dalam bentuk tangan kecil yang terulur,
bibir yang meminta tanpa memaksa,
dan mata yang memandang tanpa berharap lebih.


Hari itu, aku sadar:
Memberi bukan soal siapa yang pantas,
tapi soal siapa yang bersedia menjadi jalan rahmat Allah.


Terima kasih, ibu tua.
Terima kasih, anak kecil.
Entah kalian malaikat atau bukan,
kalian telah menghidupkan kembali sesuatu yang nyaris pudar dalam hatiku:
rasa percaya bahwa kebaikan kecil bisa mengguncangkan dunia.


Dan aku berdoa dalam diam:
"Ya Allah, jangan matikan hatiku.
Biarkan aku tetap mengenalMu lewat orang-orang kecil yang Kau kirimkan di jalan."


Kenapa aku menulis ini? Karena aku ingin kisah ini akan tetap kuingat dan terdokumentasi di blog ini. Awalnya karena saya merasa ada hal yang tidak biasa. Entahlah mungkin saya halu atau bagaimana. Tidak apa-apa jika kalian anggap demikian. Karena saya tiba-tiba keinget ada ustad yang cerita bahwa malaikat bisa hadir dalam wujud manusia bahkan di dunia modern ini. Lalu saya cari-cari dong di google ada macam-macam tanda malaikat menyamar sebagai pengemis. Rata-rata isinya sama. Dan yang paling relate adalah dia tidak minta uang. Tidak mau diberi uang. Kalau mau diberi uang berarti manusia. Entah ini benar atau tidak sumbernya, saya tidak tahu. Kalau ada yang tahu boleh sharing ya.


Kita jumpa lagi di posting berikutnya...


Barangkali diam juga bisa menjadi cara terbaik untuk menjaga yang tak bisa dimiliki.

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!