semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Bagian 6: Ketika Usaha Tidak Dihargai - Reana

Follow Us

Saturday, May 3, 2025

Bagian 6: Ketika Usaha Tidak Dihargai

Berikut Bagian 6 dari seri Di Balik Usaha dan Hasil:




Bagian 6: Ketika Usaha Tidak Dihargai

"Hanya karena mereka tidak melihat, bukan berarti usahamu tidak berarti."

Pernahkah kamu merasa sudah berjuang habis-habisan, tapi tak ada yang peduli? Tak satu pun orang memuji, bahkan yang terdekat pun tak mengerti?

Usaha yang tak dihargai bisa terasa lebih menyakitkan daripada kegagalan. Karena bukan hasil yang hilang, tapi pengakuan. Dan kita, sebagai manusia, butuh diakui — itu bagian dari menjadi manusia.

Namun dalam hidup, tak semua usaha mendapat tepuk tangan. Kadang yang kamu lakukan dengan sepenuh hati justru dianggap biasa saja, atau malah dicemooh.

Kamu kerja lembur, tapi atasan tetap tidak puas. Kamu menulis dengan hati, tapi pembaca diam. Kamu mencintai seseorang dengan jujur, tapi ia memilih orang lain.

Pertanyaannya: apakah itu membuat usahamu sia-sia?

Tidak. Karena setiap usaha meninggalkan bekas — entah di dunia, atau di dalam dirimu sendiri.
Usaha membentuk karakter. Ia membuatmu lebih sabar, lebih bijak, lebih tahu mana yang layak diperjuangkan dan mana yang harus dilepaskan.
Kadang, dunia diam bukan karena usahamu tak cukup, tapi karena waktunya belum tiba. Bahkan benih terbaik pun butuh musim hujan sebelum tumbuh.

Ada kalanya penghargaan tak datang dari luar, tapi dari dalam. Dari kesadaran bahwa kamu telah melakukan yang terbaik, meski dunia tak mengucapkan “terima kasih.”

Jangan biarkan penghargaan menjadi satu-satunya bahan bakar. Karena jika begitu, kamu akan berhenti saat tak ada yang menyemangati.
Jadikan usaha itu ibadah, dedikasi, atau bahkan terapi. Sesuatu yang kamu lakukan bukan karena ingin dilihat, tapi karena kamu tahu itu benar.

Ingat, banyak karya besar lahir dari tempat sepi — dari seniman yang dilupakan, penulis yang ditolak, atau pemimpi yang diragukan. Tapi mereka tetap menulis, tetap mencipta, tetap berusaha. Karena mereka tahu: meski dunia tidak menoleh hari ini, suatu saat ia akan menoleh juga.

Dan bahkan jika tidak, paling tidak kamu bisa menoleh ke dalam dirimu sendiri dan berkata: “Aku telah berjuang dengan sepenuh hati.”

Itu lebih berharga daripada pujian kosong yang datang hanya saat kamu berhasil. Karena pujian bisa pergi. Tapi integritas, dedikasi, dan niat baik — akan tinggal bersamamu selamanya.

Maka pertanyaannya sekarang:
“Jika tak ada yang melihatmu, apakah kamu masih mau berusaha?”

Karena sesungguhnya, yang paling penting bukan siapa yang menghargai… tapi siapa yang tetap melangkah.

Bagaimana sobat? Apa kamu tertarik lanjut ke Bagian 7: Ketika Kamu Ingin Menyerah? Bagian ini akan membahas titik terendah perjuangan dan bagaimana kita bisa tetap bertahan meski hati nyaris putus. Mau? Yuk lanjut ke posting berikutnya...

Ada kedamaian yang datang perlahan, seperti embun pagi di daun yang sunyi.

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!