semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

16. Siapakah Aku Tanpa Semua Pengaruh dari Orang Lain? - Reana

Follow Us

Friday, May 9, 2025

16. Siapakah Aku Tanpa Semua Pengaruh dari Orang Lain?

Lanjut ke seri kontemplasi untuk topik kedua Tentang Diri dan Identitas. Yuk simak...



Siapakah Aku Tanpa Semua Pengaruh dari Orang Lain?

"Kalau semua suara di sekeliling kita tiba-tiba diam… siapa suara yang tersisa di dalam kepala kita?"

Pertanyaan ini menghantui saya pada malam-malam yang sunyi: “Siapa saya sebenarnya, kalau saya tidak mencoba menyenangkan siapa pun?” Apakah saya masih akan memilih hal yang sama? Mencintai hal yang sama? Bermimpi tentang hal yang sama?


Kita tumbuh dikelilingi oleh suara—keluarga, teman, guru, media sosial, budaya. Sedikit demi sedikit, suara mereka menjadi bagian dari kita. Kita mulai memikirkan apa yang “pantas,” bukan apa yang “ingin.” Kita mulai memilih bukan karena kita suka, tapi karena itu “dipuji.”


Saya sadar, banyak keputusan saya dulunya bukan datang dari suara hati saya sendiri. Tapi karena saya ingin terlihat “baik,” “cerdas,” “sukses,” atau “cukup.” Saya dibentuk oleh standar-standar yang bahkan tidak saya ciptakan sendiri.


Terkadang, kita tidak sadar sedang hidup dalam bayang-bayang ekspektasi orang lain. Kita menjadi versi terbaik menurut mereka, tapi bukan versi jujur menurut diri kita sendiri. Dan ketika semua itu diambil, kita bingung—karena kita tidak tahu siapa yang tersisa.


Jadi siapa saya sebenarnya? Mungkin saya belum sepenuhnya tahu. Tapi setiap kali saya diam, menepi dari keramaian, dan bertanya dengan jujur… saya mendengar bisikan kecil dari dalam. Bukan suara yang keras, tapi suara yang tulus dan tidak menghakimi.


Suara itu bilang: saya tidak perlu selalu hebat. Saya tidak perlu jadi segalanya untuk semua orang. Saya hanya perlu jujur—tentang apa yang membuat hati saya menyala.


Tanpa pengaruh dari luar, saya mungkin akan memilih hidup yang lebih sederhana. Lebih pelan. Lebih sadar. Mungkin saya akan menulis lebih banyak, berbicara lebih jujur, tertawa lebih bebas. Mungkin saya akan memberi lebih banyak ruang untuk gagal… dan tetap mencintai diri saya.


Menjadi diri sendiri bukan berarti menolak semua pengaruh. Tapi itu tentang memilah mana yang tumbuh dari dalam, dan mana yang hanya menempel di luar. Kita boleh belajar dari orang lain, tapi jangan sampai kita kehilangan suara sendiri.


Saya percaya, perjalanan mengenali diri adalah proses membuka lapis demi lapis. Dan di setiap lapisan, kita harus berani bertanya: “Apakah ini benar-benar saya… atau hanya saya yang ingin disukai?”


Kita tidak harus menemukan semua jawabannya hari ini. Tapi berani bertanya adalah langkah pertama menuju kejujuran diri. Dan dari kejujuran, kita mulai hidup bukan sebagai cermin orang lain—tapi sebagai cahaya yang utuh dari dalam diri.


Lalu kamu…
Kalau kamu tak lagi harus menyenangkan siapa pun, siapa yang kamu ingin jadi sebenarnya?


Lanjut posting berikutnya...

Langit biru pucat tak selalu cerah, tapi selalu menenangkan hati yang lelah.

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!