semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

23. Jika Bisa Mengulang Waktu, Akankah Aku Mengubah Sesuatu? - Reana

Follow Us

Tuesday, May 13, 2025

23. Jika Bisa Mengulang Waktu, Akankah Aku Mengubah Sesuatu?

Berikut adalah blog post nomor 23 dari seri kontemplasi. Yuk simak...



Jika Bisa Mengulang Waktu, Akankah Aku Mengubah Sesuatu?

"Time is a created thing. To say ‘I don’t have time’ is to say ‘I don’t want to.’" – Lao Tzu


Kalau kamu diberi satu kesempatan untuk kembali ke masa lalu, apa yang akan kamu ubah? Dan… apakah perubahan itu benar-benar akan membuat segalanya jadi lebih baik?


1. Gagasan mengulang waktu sering menjadi fantasi manusia saat dihadapkan pada penyesalan.
Entah itu keputusan yang keliru, kata-kata yang menyakiti, atau jalan hidup yang terasa tidak tepat—keinginan untuk “memperbaiki” masa lalu seperti magnet yang terus menarik kita ke belakang. Tapi apa benar mengubah masa lalu akan membuat hidup sekarang lebih sempurna?


2. Penyesalan adalah bagian dari menjadi manusia.
Tidak ada satu pun dari kita yang luput dari kesalahan. Tapi dari kesalahan itu pula, kita belajar, bertumbuh, dan menjadi pribadi yang lebih bijak. Kalau semua sempurna dari awal, mungkin kita tidak akan tahu apa itu kebijaksanaan.


3. Mengubah satu hal di masa lalu bisa mengubah seluruh jalannya hidup.
Seperti efek kupu-kupu, perubahan kecil bisa memengaruhi banyak hal secara tak terduga. Jika kamu tidak pernah bertemu orang yang dulu menyakitimu, mungkin kamu tidak akan belajar mencintai diri sendiri. Jika kamu tidak gagal, mungkin kamu tak akan pernah benar-benar tahu bagaimana rasanya berhasil.


4. Kita cenderung melihat masa lalu dengan lensa idealisme.
Saat berkata “andai aku tidak melakukan itu”, sering kali kita membayangkan versi masa kini yang lebih indah. Padahal, kita tidak tahu pasti apakah hasilnya benar-benar akan lebih baik, atau justru lebih buruk. 

Masa lalu bukanlah skrip yang bisa kita tulis ulang tanpa konsekuensi tak terduga.


5. Daya tarik ide mengulang waktu datang dari perasaan tidak puas terhadap diri sendiri.
Kita merasa belum cukup. Belum bijak. Belum sukses. Lalu kita menelusuri akar-akar kehidupan dan berpikir, “Kalau saja aku memilih A, bukan B…” Padahal mungkin, bukan pilihan itu yang salah, tapi cara kita berdamai dengannya.


6. Mengubah masa lalu berarti menghapus pengalaman yang membentuk kita hari ini.
Kesakitan, kegagalan, kehilangan—semua itu bukan hanya luka, tapi fondasi dari kekuatan kita sekarang. Kita bisa jadi pribadi yang kuat bukan karena hidup selalu mudah, tapi karena kita sudah melewati badai.


7. Hidup bukan tentang menghindari kesalahan, tapi tentang menyikapi kesalahan dengan bijak.
Mungkin lebih baik bertanya: “Apa yang bisa kupelajari dari masa lalu?” ketimbang “Apa yang ingin kuubah dari masa lalu?” Karena pembelajaran itulah yang tidak bisa digantikan.


8. Bila waktu bisa diulang, mungkin kita juga akan mengulangi kesalahan yang sama.
Karena saat itu, kita memang belum tahu yang sekarang kita tahu. Maka mengulang waktu bukan jaminan kita akan memilih lebih baik, karena proses belajar tidak bisa diloncati.


9. Menyesali masa lalu terlalu lama hanya akan mencuri masa kini.
Kita tidak bisa memulai babak baru jika terus membaca ulang halaman lama. Satu-satunya cara untuk “mengubah masa lalu” adalah dengan membuat makna baru dari kisah itu hari ini.


10. Menerima bukan berarti menyerah, tapi berdamai.
Berdamai dengan masa lalu membuat kita lebih ringan melangkah. Kita tidak perlu terus bertanya “bagaimana jika” — cukup bertanya “apa yang bisa kulakukan sekarang?”


11. Bila diberi kesempatan untuk mengulang waktu, mungkin yang akan kita ubah bukan kejadiannya, tapi cara kita menyikapi diri sendiri saat itu.
Lebih memaafkan. Lebih mencintai. Lebih mendengarkan hati. Karena sering kali, yang kita sesali bukan kejadian itu sendiri, tapi respons kita terhadapnya.


Jadi, jika bisa mengulang waktu, akankah aku mengubah sesuatu? Mungkin tidak. Karena dari semua retakan itu, tumbuhlah aku yang hari ini.

“Waktu memang tak bisa diputar, tapi makna bisa diubah.”


Pertanyaannya sekarang: Apa yang akan kamu lakukan hari ini agar besok kamu tak ingin kembali ke hari ini dan mengubahnya?


Siap untuk lanjut ke blog post nomor 24? ke posting berikutnya ya...


Ketika angin berbisik, hati pun ikut mendengarkan.

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!