semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

25. Apakah Aku Sudah Menjalani Hidup atau Hanya Mengikuti Arus? - Reana

Follow Us

Sunday, May 18, 2025

25. Apakah Aku Sudah Menjalani Hidup atau Hanya Mengikuti Arus?

Berikut adalah blog post nomor 25 dari seri kontemplasi topik ketiga Tentang Waktu & Perjalanan Hidup:


Apakah Aku Sudah Menjalani Hidup atau Hanya Mengikuti Arus?

“The tragedy of life is not that it ends so soon, but that we wait so long to begin it.” — W. M. Lewis


Pernahkah kamu merasa hidupmu berjalan seperti rutinitas otomatis? Tanpa arah, tanpa jiwa, hanya mengikuti apa yang orang lain lakukan? Apakah itu benar-benar hidup… atau hanya keberadaan?


1. Banyak dari kita hidup seperti kapal tanpa nahkoda.
Berangkat pagi, pulang malam, membayar tagihan, mengulang semua keesokan harinya. Di tengah segala kesibukan, kita jarang bertanya: apakah aku benar-benar memilih hidup ini, atau hanya terjebak di dalamnya?


2. Mengikuti arus kadang terasa lebih mudah.
Masyarakat telah membuat cetakan yang rapi: sekolah, kuliah, kerja, menikah, punya anak. Siapa pun yang menyimpang dianggap aneh atau gagal. Maka kita pun menurut. Highlight: Namun, kenyamanan mengikuti arus bisa menggerus identitas sejati kita.


3. Tidak semua rutinitas berarti stagnasi.
Ada kalanya kita memang harus bertahan di jalur tertentu demi stabilitas. Tapi pertanyaannya adalah: apakah rutinitas itu kita jalani dengan kesadaran? Atau hanya karena “semua orang juga begitu”?


4. Hidup dengan kesadaran berarti tahu mengapa kita melakukan sesuatu.
Bekerja bukan sekadar mencari uang, tapi memberi makna pada kontribusi kita. Menikah bukan karena tekanan usia, tapi karena cinta yang matang. 

Menjalani hidup bukan tentang sibuk, tapi tentang sadar.


5. Mengikuti arus bisa menyamar sebagai “kesuksesan.”
Kita bisa memiliki pekerjaan mapan, rumah besar, pasangan yang ideal di mata orang—tapi tetap merasa kosong. Karena tujuan-tujuan itu bukan berasal dari diri sendiri, melainkan dari ekspektasi luar.


6. Tak semua orang punya keberanian untuk berhenti dan bertanya, “Apa yang sebenarnya aku inginkan?”
Pertanyaan ini bisa mengguncang dasar hidup kita. Tapi keberanian untuk bertanya adalah langkah awal menuju hidup yang otentik.


7. Menjalani hidup berarti menciptakan makna sendiri.
Makna tidak selalu datang dari hal besar. Ia bisa muncul dari keputusan kecil: memilih pekerjaan yang kita cintai meski gajinya kecil, merawat tanaman, menulis puisi, atau sekadar memilih diam saat dunia berisik.


8. Mengikuti arus kadang menyelamatkan kita, tapi terlalu lama di dalamnya bisa menenggelamkan kita.
Kita mulai lupa siapa diri kita, apa yang kita impikan dulu, dan apa yang membuat hati kita berdegup kencang.


9. Tanda kita hanya mengikuti arus adalah ketika kita lebih sering merasa hampa daripada puas.
Ketika hidup terasa seperti daftar tugas, bukan perjalanan yang penuh rasa ingin tahu.


10. Hidup yang dijalani dengan sadar bisa membuat kita lelah, tapi tidak kosong.
Karena setiap keputusan, sekecil apa pun, memiliki jejak kita di dalamnya.


11. Jangan takut jika suatu hari kamu sadar telah lama mengikuti arus.
Kesadaran itu sendiri adalah awal dari perubahan. Kamu masih bisa mengubah arah kapalmu dan memilih jalur yang sesuai dengan hatimu.


12. Jadi, apakah aku sudah menjalani hidup atau hanya mengikuti arus? Jawabannya ada di dalam diriku. Dan keberanian untuk menjawabnya—itulah permulaan hidup yang sesungguhnya.

“Hidup bukan sekadar bergerak, tapi memilih ke mana akan melangkah.”


Pertanyaan penutup: Apa satu hal kecil yang bisa kamu lakukan hari ini agar hidupmu terasa lebih kamu, bukan sekadar milik arus?


Mau lanjut nomor 26? Lanjut ke posting berikutnya ya...


Hening bukan berarti kosong, bisa jadi penuh makna yang tak terucap.

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!