semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Ini Gaya Belajarku: Kenapa Aku Lebih Mudah Tertidur Saat Mendengarkan? - Reana

Follow Us

Monday, May 19, 2025

Ini Gaya Belajarku: Kenapa Aku Lebih Mudah Tertidur Saat Mendengarkan?

Sobat, pernahkah kamu merasa mengantuk luar biasa saat mendengarkan ceramah, kuliah umum, atau audio listening? Bahkan saat topiknya penting dan kamu sudah niat mendengarkan, matamu tetap berat dan pikiran melayang entah ke mana. Kalau kamu sering mengalami ini, bisa jadi kamu seperti aku—bukan tipe pembelajar auditori.




Aku dan Gaya Belajarku: Visual-Kinestetik

Setelah sekian lama bertanya-tanya kenapa aku mudah tertidur saat dosen berbicara atau saat mendengarkan audio, aku akhirnya sadar:
aku adalah pembelajar visual-kinestetik.


Apa artinya?

  1. Visual: Aku lebih mudah mengingat informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan, gambar, atau grafik. Bahkan, aku sering mengingat bahwa jawaban ujian ada di “halaman kiri atas buku,” bukan karena aku hafal isinya, tapi karena aku ingat visualnya.

  2. Kinestetik: Tanganku harus bergerak untuk membuat pikiranku hidup. Entah itu mencoret, menulis ulang, membuat sketsa, atau sekadar memainkan pulpen. Tanpa gerakan, aku seperti ‘dimatikan’.


Tak heran, aku lebih nyaman belajar pakai buku fisik—yang bisa kusobek halamannya, kutandai, atau kuselipkan sticky notes. Layar HP atau laptop terlalu datar dan statis bagiku. Aku bisa baca buku berjam-jam, tapi langsung menguap hanya lima menit setelah memutar audio listening TOEFL.


Ceramah = Tidur? Ternyata Ada Alasannya

Aku dulu merasa bersalah saat mengantuk di kelas atau saat mengikuti webinar. Tapi sekarang aku tahu: bukan salahku, hanya gaya belajarku berbeda.


Saat mendengarkan saja:

  • Otakku tidak mendapatkan stimulasi visual atau gerakan.
  • Lingkungan tenang dan suara monoton memicu otak untuk rileks (alias tidur!).
  • Informasi masuk terlalu lambat tanpa bisa kuintervensi secara aktif.


Ternyata, ini semua bisa dijelaskan secara ilmiah oleh konsep gaya belajar (learning styles), dan bukan berarti aku tidak cerdas atau malas.


Pantas saja dulu ketika kuliah aku sering banget ngantuk. Dan aku struggle untuk bisa melek. Aku sampai minta dicubitin punggung tanganku oleh teman sebelahku. Tak jarang juga kami gantian. Tapi kalau temanku itu aku tidak tahu apakah dia pembelajar dengan gaya yang sama sepertiku atau karena kurang tidur saja alias tidur kemalaman. Pokoknya zaman dulu itu aku sampai malu sendiri karena sering ngantuk.


Fenomena lain yang kutemui dan membuatku bertanya tanya adalah ketika aku dengar ceramah misal ikut acara kuliah umum atau kegiatan lain yang kita hanya duduk diam mendengarkan selama beberapa jam. Aku ngantuk. Termasuk di pekerjaan kadang kalau rapat dan aku tidak sambil ketik ketik maka aku ngantuk. Hehe.


Memang aku harus terlibat kegiatan yang aktif yang otakku itu digunakan seperti ketik ketik. Soalnya kalau cuma mendengar seringkali langsung menguap informasi yang diperoleh di otak seperti masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Ga nempel.


Dan aku sadar betul kalau aku ini pengingat letak. Jadi kalau belajar dan kemudian ujian aku akan ingat oh ini di halaman sekian bagian atas kanan dan sebagainya. Ternyata itu karena aku tipe visual. Baiklah.


Tapi yang agak lucu itu adalah misal aku sering dengar tetangga putar musik. Begitu ujian eh lah kok lagu itu terputar putar di otakku saat ujian padahal aku lagi mau fokus mengingat ingat jawaban. Lalu ini kenapa ya? Nyebelin sih tapi ya mau gimana coba? Penasaran? Yuk baca di posting berikutnya ya.


Strategi Belajar Versi Diriku Sendiri

Setelah memahami diriku lebih dalam, aku mulai menciptakan sistem belajar yang ramah gaya belajarku:

  • Saat mendengarkan audio: aku sambil menulis ulang, mencoret transkrip, atau membuat catatan visual.
  • Saat menghadiri ceramah/webinar: aku tidak duduk diam. Aku mencatat poin penting, membuat peta konsep, atau sekadar menggambar untuk tetap fokus.
  • Saat belajar materi berat: aku lebih memilih cetak dokumen atau belajar langsung dari buku fisik.


Ternyata, perubahan kecil seperti ini membuat perbedaan besar. Aku tak lagi merasa bersalah saat tidak bisa fokus hanya dengan mendengarkan. Sekarang aku tahu, belajar efektif itu bukan soal mengikuti cara orang lain, tapi mengenali caramu sendiri.


Setiap orang punya caranya sendiri sendiri. Tidak ada benar atau salah. Kenali dirimu dan temukan cara terbaikmu untuk belajar. Kamu tak perlu mengikuti orang lain. Karena kamu yang paling tahu dirimu.


Kenali Dirimu, Rancang Strategimu

Setiap orang punya preferensi belajar yang unik. Jangan ragu untuk bereksperimen dan menemukan apa yang paling cocok untukmu. Jika kamu mudah tertidur saat mendengarkan, mungkin kamu juga visual-kinestetik sepertiku. Dan itu bukan kekurangan—itu hanya sinyal bahwa kamu perlu belajar dengan cara yang membuat otakmu hidup.


Bagaimana denganmu?
Apakah kamu juga lebih mudah belajar lewat tulisan dan gerakan? Yuk, refleksikan gaya belajarmu sendiri dan mulai merancang strategi yang sesuai!



Hembusan angin pagi menyentuh hati yang siap menerima kedamaian.

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!