semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Sunday, September 13, 2015

Pengalaman Assessment Test: In Basket/Tray Exercise

9/13/2015 03:08:00 PM 9 Comments


Ada yang pernah ikut psikotes? Pasti banyak ya. Kalau mau mendaftar CPNS biasanya ada psikotes. Mau mendaftar sekolah kedinasan biasanya ada psikotes. Begitu pula daftar kerja di perusahaan tertentu. Tapi kali ini saya tidak akan membahas psikotes melainkan assessment test. Assessment test ini merupakan serangkaian tes yang diselenggarakan oleh suatu badan/instansi/perusahaan untuk perekrutan pegawai ke jenjang yang lebih tinggi misal kepala kantor, kepala bidang dan sebagainya. Dan lembaga yang ditunjuk untuk mengujikan assessment test tersebut adalah lembaga berwenang yang memang ahlinya di bidang psikologi.

Nah, berhubung saya baru saja mengikuti assessment test pada tanggal 2 s.d 3 September lalu di Bengkulu tepatnya Hotel Santika Bengkulu, saya mau sedikit cerita. Assessment ini bukan dalam rangka saya akan naik jabatan (promosi) loh readers. Semua pegawai di instansi saya ikut assessment cuma levelnya berbeda sesuai jabatan masing-masing di kantor. Saya ikut yang level kasi (kepala seksi). Tes yang saya ikuti ini terdiri dari psikotes, in basket, kelompok dan kuesioner di hari pertama. Lalu wawancara di hari kedua.

1. Psikotes
Kalau psikotes sih sudah pernah ikut waktu ujian masuk kuliah dulu. Begitu pula waktu diklat PIM IV lalu juga ada psikotes kepemimpinan. Jadi paling tidak sudah tahu gambarannya seperti apa. Dan ternyata memang tidak jauh beda dari yang diperkirakan. Ada tes wartegg, manajerial, gambar, persamaan dua kata, matematika dasar, dll.

2. In Basket
Baru pertama kali saya ikut tes ini. Dan memang inilah pembeda tes struktural dan bukan. Terus terang saja saya merasa kesulitan. Tak ada gambaran sama sekali. Waktu yang diberikan hanya 1 jam. Lalu ada tambahan 10 menit. Perintah cuma ada 3 yaitu membuat agenda kerja selama 2 minggu ke depan, membuat prioritas to do list, dan membalas email/surat/memo.

Pertama peserta diberi ilustrasi mengenai kondisi seseorang yang dimisalkan peserta sendiri lalu ada laporan bawahan beserta sejumlah email masuk sekitar 8 email dari atasan, bawahan, serta rekanan dengan kasusnya macam-macam. Peserta diberi kertas tambahan sebanyak 9 lembar untuk membalas email/memo. Dalam waktu yang cukup mendesak, peserta diharapkan bisa menyelesaikan semua permasalahan tersebut.

Untuk tes ini memang harus membaca ilustrasi beserta semua email yang ada dengan seksama dan dicermati isinya. Silahkan coret-coret informasi dan tanggal penting yang ada supaya bisa membuat prioritas to do list, agenda kerja dan membalas email karena ketiganya berhubungan. Tentukan solusi apa untuk masing-masing permasalahan dalam email.

Kalau saya, karena saya adalah kasi yang tidak punya staf (baru 3 bulan ini dapat staf 1 orang), maka pendelegasian ya biasa dikerjakan saya sendiri. Tidak ada yang namanya bikin memo. Kalau memo itu sudah level kepala kantor. Keseringan malah mengirim email bukan membalas. Hehe. Jadi sebenarnya tes ini sepertinya bukan level kami. Karena setelah saya keluar ruangan, rupanya bos saya juga mendapat tes yang sama. Loh kok gitu? *tepok jidat

Setengah jam pertama (diingatkan oleh assessor) sudah berlalu dan saya belum ada membuat apa-apa baik agenda, to do list maupun memo/email. Saya terlunta-lunta. Karena begitu diingatkan waktu tinggal setengah jam lagi ya saya baru selesai membaca hingga email terakhir dan corat-coret. Deg-degan donk saya. Mana harus dikerjakan pakai pena. Waduh, saya terbiasa pakai pensil dan kalau nulis pakai pena tidak bisa cepat. 

Lalu saya coba kerjakan agenda sebisa saya. Lalu loncat to do list. Terakhir membalas email/memo tapi saya kombinasikan dengan to do list karena saling berhubungan. Mungkin yang membuat lama berpikir itu karena kita harus menentukan mana yang prioritas. Dan seketika itu pula merangkai kata untuk membalas email/memo. Yang menjadi kendala juga adalah karena saya membacanya screening. Saya ambil saja mana intinya karena memang waktu terbatas sekali.

"10 menit lagi!" seru assessor lagi. Makin deg-degan lagi. Saya masih berkutat menulis memo dan to do list. 

"Waktu habis! Selesai?"

"Belom!" jawab peserta kompak.

"Tambah 10 menit lagi ya!" kata assessor.

Nah, di waktu tambahan ini saya belum membalas semua email dan juga belum menyelesaikan to do list. Makin terlunta-lunta saja. Dalam sekejab saya selesaikan email sekitar 3 hingga 4 lalu menyusul to do list. Tulisan sudah seperti ceker ayam. 

"Waktu habis!"

Huaaa selesai juga sampai kertas terakhir nulis memo. Habis kertas pas-pasan haha. Walau tidak perfect yang penting selesai. Alhamdulillah. Bisa juga saya mengerjakan. Padahal di awal-awal saya bingung ini mau dibagaimanakan? Apakah ini yang namanya power of kepepet? Hehe :)

Menurut saya, isi email-emailnya tidak mudah dicerna oleh saya. Mungkin karena saya masih anak kecil? Hehehe

Yang lucu, di awal kan diberi perintah mengerjakannya apa yaitu mengisi agenda 2 minggu ke depan. Nah, saya kira itu agenda kerja saya real loh readers. Haha culun sekali ya. Setelah masuk waktu mengerjakan, saya buka halaman selanjutnya oh ternyata yang dimaksud adalah sosok dalam ilustrasi. :) *shame on me

Biarpun sempat kesulitan waktu mengerjakan di dalam, rupanya inilah justru tes yang paling menantang. Hehe. Begitu saya keluar ruangan saya bincang-bincang dengan teman-teman lain. Ada yang agenda dan email kosong, cuma to do list yang diisi. Ada yang tidak sempat baca email sama sekali. Macam-macam pokoknya. Padahal saya sempat merasa bego waktu mengerjakan. :(

Saya nukil dari consultanthr.com, yang dicari assessor dalam in basket adalah
1. Apakah kamu memiliki visi?
2. Apakah kamu orang yang memiliki pandangan jauh ke depan?
3. Apakah kamu pandai menentukan prioritas?
4. Apakah kamu konsisten dalam bekerja? Atau sebaliknya?

Menurut http://www.selectinternational.com, The In-Basket Assessment mengukur karakteristik dan kemampuan:
  • Decision-making style
  • Empowering others
  • Interpreting information
  • Managing resources
  • Working with others
  • Written communication

Sementara menurut http://www.psc-cfp.gc.ca, in basket test ingin mengetahui kemampuan manajerial seseorang (managerial abilities) berupa:

Planning

Plans and initiates effective approaches or actions in response to organizational problems that are related to program, project, finance, and personnel or public demands. Included are such activities as planning meetings to discuss problems and action plans; initiating investigations; taking steps to prepare agenda, reports, speeches, and other documents; recommending alternative approaches; and improving or modifying programs and systems.

Directing

Provides staff with effective leadership and guidance, and establishes the necessary feedback mechanisms for monitoring activities and costs.

Analyzing

Analyzes and evaluates personnel, operational, organizational and budgetary problems. This includes identifying common elements, inter-relationships and underlying causes of problems; indicating approaches to solutions; and relating solutions to broader issues and organizational implications.

Empowering

Effectively delegates work to staff, taking into consideration their capabilities and responsibilities; ensures the effective assignment of operational functions and establishes provisions for follow-up.

Organizing

Organizes work and activities through the use of systematic time management. Develops orderly procedures and methods that will, over the long term, ensure maximum use of time and human resources. Included in this category are such activities as scheduling work systematically, using a calendar to organize activities, and critically evaluating demands on time.

3. Kelompok
Nah di sini peserta disuruh mengisi pertanyaan dalam kertas yang disediakan. Ada 3 pilihan visi instansi dan peserta diminta memilih satu lalu mengisi semua pertanyaan dalam uraian. Waktunya 15 menit saja. Lalu diskusi kelompok. Terakhir membuat ringkasan.

4. Kuesioner
Kalau kuesioner ini adalah mengisi pertanyaan sebanyak 30 soal uraian. Entahlah kalau pertanyaan yang di luar instansi ya mengarang bebas saja hehehe.

5. Wawancara
Saya mendapat sesi terakhir untuk wawancara. Jadwal awal pukul 5.20 pm - 5.50 pm. Tapi rupanya jadwal maju. Pukul 4.30 pm saya sudah harus wawancara. Deg-degan? Iya sebelum masuk ruangan. Tapi setelah masuk kok hilang ya? Hehe. 

Yang ditanya oleh assessor adalah hasil kerja di in basket. Wow! Pada mulanya saya ditanya apakah saya pernah ikut assessment sebelumnya. Saya jawab saja tidak. Lalu bercerita mengenai sosok dalam in basket. Lalu saya ditanya mengenai apa yang dituliskan dalam agenda, to do list dan email/memo. Dalam agenda itu saya ditanya kenapa mengadakan meeting pada hari sekian bla bla bla. Begitu pula to do list. Lalu saya dimintai solusi setiap email yang ada. Kalau kita lupa emailnya kita dikasih lagi kok soalnya untuk dibaca. Jadi jangan khawatir.

Dan berhubung saya membalas semua email yang ada, begitu diminta solusi, saya baca ulang itu kertas soal screening lalu tanpa butuh waktu lama pokoknya baca sambil mikir cepat apa solusinya langsung saya jawab pertanyaan assessor. Alhamdulillah semua terjawab meski tidak perfect. Intinya bisa memberi alasan setiap apa yang kita tulis, setiap apa yang assessor tanya. Ya sebatas kemampuan saya saja. Saya yakin sih jawaban saya itu cetek sekali. Ya sesuai level pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. :( 

Dan hanya 15 menit saya sudah keluar ruangan. Hebat kan? Padahal jatah waktunya 30 menit. Anggota assessor dan teman di luar bilang, "Kok cepet banget? Cuma 15 menit."

Hehe Ibu Assessor-nya sudah capek dan bosan kali ya mewawancara orang dari pagi. Jadi giliran saya yang terakhir cepat selesai. Keberuntungan saya kan readers dapat jadwal di akhir. Alhamdulillah... Saya pikir sudah setengah jam. :)


Sumber gambar : www.psychometric-success.com

Resep Jus Terong Belanda Nikmat Layak Coba

9/13/2015 10:36:00 AM 0 Comments


Siapa yang hobi minum jus angkat tangan? Bosan dengan jus buah yang itu-itu saja? Readers, kali ini saya mau bagi resep membuat jus. Tapi bukan jus buah yang biasa kita minum. Pasti sudah pada tahu dari judul posting saya ini ya. Terong Belanda! Ada yang belum tahu apa itu terong belanda? Atau mungkin belum pernah melihat?

Terong Belanda ini memang termasuk terong-terongan. Warna kulitnya merah keunguan yang sudah tua. Kalau dibelah tampak seperti gambar di bawah. Sekilas mirip tomat. Berbiji dan warna dagingnya orange. Meski tampaknya menggiurkan namun dagingnya pahit kalau dimakan.




Manfaatnya banyak loh karena buah ini mengandung vitamin A, C, antosianin (anti oksidan), dan kaya serat. Berkhasiat untuk mencegah kanker dan sembelit. (Sumber: Wikipedia)

Harganya juga murah. Saya beli di pasar tradisional untuk 1 kg seharga Rp. 12.000,-. Mungkin kalau di tempat readers jauh lebih murah karena di tempat saya ini semua harga serba mahal. Biaya hidup di sini memang mahal. Jadi, harga sekian masih tergolong murah untuk ukuran di sini. Saya beli setengah kilogram saja dengan isi 10 buah.

Resep jus terong belanda ala saya:

1. 3 buah terong belanda.
2. Air putih sekitar 300 ml
3. Gula pasir 6 sendok teh
4. Madu 1 sendok makan
5. Es batu
6. Susu kental manis putih bila suka

Cara membuat:
1. Bersihkan terong belanda dengan air. Belah dua, kerok daging beserta bijinya dengan sendok seperti halnya mengerok alpukat atau buah naga.
2. Campurkan bahan 1 s.d 4 ke dalam blender lalu diblender.
3. Jus siap disajikan dengan es batu atau ditambah susu kental manis bila suka.



Tadaaa!!! Rasanya mirip jus tomat perpaduan jambu biji. Asem-asem gimana gitu. Bau khasnya si terong sudah tidak terasa lagi setelah jadi jus. Pahitnya juga hilang. Segar! :)

Selamat mencoba!


All pictures credit to Reana (taken by me).

Saturday, September 12, 2015

Shinzui and Purbasari

9/12/2015 03:41:00 PM 2 Comments


Halo readers.. Saya mau review produk lagi nih. Kali ini cuap-cuap dua produk yaitu lulur mandi Shinzui dan Purbasari. Untuk Shinzui sendiri saya pilih varian adzuki beans yang kemasannya imut-imut warna merah. Cantik! Jujur saya tertarik dengan warna merah makanya adzuki berhasil menarik tangan saya buat bawa pulang. Hehe.






Dari segi isi, tidak lembek namun juga tidak terlalu padat. Ada bintik-bintiknya warna pink. Butiran scrub-nya halus jadi tidak begitu terasa. Apabila krimnya digosok ke kulit mudah berubah menjadi semacam lintingan kecil-kecil dan rontok. Pertama kali saya agak jijik karena berasa seperti ada sesuatu yang jatuh dari kulit kita. Tapi itu cuma pikiran saya saja yang tersugesti. Lama-lama terbiasa. Malah itu semacam tanda kalau cara kerjanya Shinzui memang begitu. Dan artinya sel kulit mati dan kotoran di kulit kita terangkat. Kalau soal aroma sih saya suka. Hidung saya bisa menerima. Soft. Tidak menyengat. Segar. 

Sementara untuk Purbasari saya pilih yang mutiara. Segar aromanya saya suka. Lebih strong. Isi lebih lembek. Butiran scrub-nya lebih terasa. Apabila digosok ke kulit, butuh waktu agak lama untuk membentuk lintingan kecil-kecil yang kemudian rontok itu. Harus lebih kuat gosok-gosoknya. Tapi bisa jadi itu hanya saya saja. Hehe.




Kedua produk tersebut cepat kering. Ketika dibilas air sama-sama licin berminyak. Memang keduanya punya kandungan minyak. Mirip lotion kebasuh air. Tapi jauh lebih licin. Kalau tidak suka dengan licin minyak itu gampang saja loh readers tinggal dibersihkan dengan sabun mandi ketika mandi. 

Sensasi yang diperoleh setelah luluran adalah berasa bersih, wangi dan segar. Sugesti? Maybe. Silahkan coba sendiri ya! :)

Luluran dijadikan sebagai salah satu upaya merawat kulit. Boleh kan merawat pemberian Tuhan? Toh yang disarankan adalah dua kali seminggu. Tidak perlu menjadi beban. Kapan sempat ya lakukan. Terkadang kan sebagai cewek kita ingin memanjakan diri sendiri. Tanpa ada paksaan dari siapa pun. Atas kemauan sendiri dan atas dasar senang. Jadi, kita lakukan itu karena memang kita mau. Bukan karena disuruh-suruh atau pun karena ada motif untuk orang lain. Murni untuk kepuasan diri sendiri. Kalau orang lain (mungkin bagi pasangannya kalau yang sudah menikah) ikut senang ya anggap itu bonus atau efek samping. Alhamdulillah. Betul? :)

Kalau soal harga sih Purbasari ekonomis sekali, setengah harga Shinzui. Hemat! Cocok untuk wanita murahan. Maksudnya wanita penggemar produk harga murah. Tapi kualitas jelas tetap ok donk ya. :)

9 Pembalut dan 7 Pantyliner Pemicu Kanker Serviks

9/12/2015 10:03:00 AM 0 Comments
Jumat lalu (11/9/2015) saya mengikuti acara bulanan Dharma Wanita Persatuan (DWP) di kantor saya. Biarpun saya masih single tetap masuk sebagai anggota. Hehe. Kali ini ada penyuluhan tentang kanker dari YPKI (Yayasan Peduli Kanker Indonesia). Asyik, dapat ilmu gratis! :)

Di bagian awal presentasi, sang presenter bertanya, "Pernah ada penyuluhan sebelumnya?"

"Pernah," jawab Ibu-Ibu kompak. Kalau saya sih belum pernah. Saat itu tidak ada di kantor, sedang dinas luar.

"Ada yang tahu apa itu kanker, Ibu-Ibu?"

Tak ada yang menjawab. Tapi ada yang nyeletuk samar-samar, "Kantong Kering!"

"Iya, saya dengar ada yang bilang kantong kering walaupun bisik-bisik. Memang betul kanker itu kantong kering. Gara-gara kanker bisa membuat kantong jadi kering," jawab Si Penyuluh.

Thursday, September 10, 2015

Review Produk: Body Butter Tuberose and Shea Butter Mustika Ratu

9/10/2015 08:26:00 PM 0 Comments

Halo... Apa kabar readers? Lama tidak bertemu ya. Ada yang kangen saya? Hehe :)

Ternyata sudah setengah tahun saya tidak posting tulisan apa pun. Dan ternyata juga lebaran sudah terlewati. Jadi saya mau memanfaaatkan pertistiwa lebaran untuk mengucapkan mohon maaf lahir dan batin apabila ada kesalahan kepada readers. Biarpun lebarannya sudah lewat tapi momen maaf-memaafkan masih belum lewat. :)

Seperti biasa ya kalau lebaran pastilah saya pulang kampung ke Lampung. Tapi ada bedanya lebaran kali ini loh. Apa coba? Karena saya diantar sekeluarga balik ke Bengkulu sininya. Wah senangnya! :)

Biarpun mereka cuma sebentar sih tapi saya sudah senang. Sebenarnya saya justru merasa kasihan sekali dengan keluarga saya. Karena mereka pada mabok darat semua. Ada yang sakit di tengah jalan. Ada yang bergantian sakit satu per satu ketika sampai di sini juga. Tidak tega rasanya lihat mereka pada menderita begitu. Saking jauhnya perjalanan. :(

Dan komentar keponakan laki-laki saya begitu sampai di sini adalah "Cepat pindah, Tante!"

Haha seandainya saja semudah itu sayang...

Yah doakan saja... Aamiin mudah-mudahan segera...

Oya kali ini saya mau iseng-iseng review produk. Hehe. Ini bakal jadi produk pertama yang saya review. Bisa jadi ke depan bakal review produk-produk yang lain kalau ada waktu dan kemauan. :)

Dan produk itu adalah Body Butter Tuberose and Shea Butter Mustika Ratu. Saya tidak akan mendetail tapi sekedar sharing apa yang saya rasakan saja. Entah kenapa juga saya jadi membawa pulang itu produk dari raknya. Pasti ada something kan yang bikin penasaran?

Foto dok pribadi Reana
           

Berhubung tidak ada tester dan juga tidak bisa dibuka karena bersegel aluminium foil, jadi langsung dibeli saja. Ketika dibuka di rumah karena penasaran isinya, wah ternyata memang benar ya beda. Hehe. Apanya yang beda? Aromanya! Wuuusssshhh!!! Semerbak bau bunga sedap malam. 

Terus terang saja saya bukan penyuka bau yang menyengat biarpun itu bau wangi. Hidung saya sensitif dengan bau-bauan. Seringkali tidak tahan dengan wewangian dan justru bisa terima bebauan alami. Ini sudah saya rasakan dari kecil. Sampai sekarang masih sama.

Bunga Sedap Malam (Sumber: alamendah.org)

Jadi, saya ingin itu produk cepat habis haha. Wanginya itu tahan lama loh. Saya pakai malam hari menjelang tidur, keesokan siangnya saya pulang ketika istirahat kerja, eh masih kecium itu aromanya ketinggalan di kamar saya. Dahsyat kan?

Bau sedap malam itu mistis kalau kata saya. Jadi tidak mungkin sekali saya pakai ketika ke kantor. Mirip bunga ceplok piring baunya. Ada yang tau ceplok piring? Kalau bahasa Indonesinya Kaca Piring. Bunganya cantik berwarna putih dan semerbak. Ketika kecil dulu senang sekali kalau saya nemu kembang ceplok piring yang sudah mekar. Karena biasanya tersembunyi. Tau ada bunganya yang mekar karena baunya itu yang semerbak. Ceplok Piring biasa jadi tanaman pagar kalau di tempat tinggal saya dulu. Sekarang sih kayaknya sudah musnah. Nah di bawah ini gambar bunga ceplok piring warnanya putih dan bentuknya mirip mawar. Cantik ya. :)

Kaca Piring (Sumber: www.deherba.com)

Ada yang bilang bau sedap malam itu berasa pengantin. Agak-agak mirip melati gitu kan? Yah kalau ini saya tidak bisa komen hehe. 

Lalu soal body butter-nya sendiri bentuknya tidak sekental creme atau pun seencer lotion/serum yang biasa saya pakai. Yang jelas kandungan minyaknya itu banyak. Jadi ketika dipakai terasa sekali minyaknya di kulit. Berasa seperti ada lapisan lilin di telapak tangan. Tidak mudah meresap. Kalau terkena air juga masih terasa minyaknya. Tidak recommended ya dipakai di cuaca panas. Gerah! Lengket jadinya. 

Foto dok pribadi Reana


Memang body butter diperuntukkan kulit kering supaya terjaga kelembabannya makanya minyaknya lebih tinggi dibanding lotion dan creme. Makanya kalau saya sih masih prefer lotion atau creme atau serum saja yang cepat meresap dan kering di kulit jadi tidak lengket. Karena saya hidup di tempat yang cuacanya panas. Walau seharian saya kerja di tempat ber-AC, lotion masih sanggup kok melembabkan kulit saya hehe. Karena AC-nya memang tidak begitu dingin sih. Tapi tidak tahu ya kalau body butter merk lain mungkin berbeda.

Saya termasuk penyuka oles-oles kulit alias perawatan kulit tubuh dengan memakai lotion, creme atau serum. Minimal kulit jadi terawat, tidak kusam atau pun kering. Malu kan masa gadis kulitnya tidak terawat. Hehe. Efek semu kulit jadi lembut, kenyal, atau pun sehat sudah cukup menyenangkan hati saya. Minimal kalau berjabat tangan, terasa lembut. Banyak kan yang kulitnya terasa kasar ketika berjabat tangan? Malu tidak? Ada yang bilang kalau yang lembut itu karena tidak pernah kerja. Oh ya? Maybe. Tapi kalau kata saya sih karena dirawat. Hehe

Monday, March 30, 2015

Winter in Tokyo (1) : Persiapan Awal

3/30/2015 08:41:00 PM 2 Comments

Winter in Tokyo, ada yang kenal? Bagi kamu pecinta novel karangan Ilana Tan pasti tahu deh. Tapi saya menulis kali ini bukan mau membahas novel ya melainkan pengalaman saya jalan-jalan. Kenapa Tokyo dan kenapa pas winter juga tidak ada kaitannya dengan novel tersebut sama sekali. :)

Alhamdulillah. Kesampaian dream jalan-jalan ke Tokyo. Kalau dirunut, saya sudah pernah hendak ikutan jalan-jalan ke Jepang tahun 2011 silam bareng salah seorang sobat saya. Di waktu yang sama Januari. Tapi gagal. Rupanya tahun inilah Allah ijinkan saya ke sana. Saya jadi merenung. Dari hal ini terbukti bahwa bukan Allah tidak mengabulkan doa kita. Tapi menunggu waktu yang tepat. Ya, meski harus menunggu 3 tahun, jika memang itulah waktu yang tepat menurut-Nya maka tidak ada yang tidak mungkin. Kun Fayakun!

Awalnya di pertengahan tahun lalu saya merencanakan ikut jalan-jalan autumn atau winter Korea. Tapi rupanya tiba-tiba saya mendapat panggilan diklat Pim IV di Jakarta dari 18 Agustus sampai 4 Oktober 2014. Saya khawatir jadwal bertabrakan jadi ya sudahlah saya urungkan niat. Lagipula cuti saya itu sudah habis di 2014 jadi sebenarnya maksa banget kalau saya berangkat di 2014. Kalau pun mau nekat pergi pas winter Desember ya tetap saja sudah tidak punya cuti lagi. Itu yang menjadi kendala salah satunya.

Akhirnya saya mengambil jatah cuti 2015 di awal tahun tepatnya 25-28 Januari. Karena jatah cuti PNS cuma 12 hari setahun dan setelah dipotong cuti bersama maka yang tersisa hanya 8 hari, jadilah saya hanya mengambil 5 hari cuti untuk jalan-jalan ke Jepang dan sisa 3 harinya akan saya gunakan untuk cuti mudik lebaran nanti. Maklum perantauan memang harus perhitungan.

Ke Jepang pun hanya terhitung dari 25-28 Januari saja. 29-31 Januari saya pergunakan untuk pulang kampung ke Lampung. Tanggal 1 Februari saya kembali lagi ke Bengkulu. Padahal badan masih terasa remuk redam. Tapi bahagia! Haha :)

Sebenarnya nih terlalu singkat jalan-jalannya. Dengan sekian US Dolar yang sudah dikeluarkan sebenarnya rugi ngga extend. Yah minimal seminggulah ya biar bisa puas. Mudah-mudahan one day bisa balik lagi ke sana karena masih banyak tempat yang ingin dikunjungi. Aamiin.

Berikut itinerary kami:
Sabtu 24/01/2015 Soekarno Hatta Airport pesawat Garuda Indonesia take off 23.45 pm. Perjalanan memakan waktu sekitar 7 jam.
Minggu 25/01/2015 tiba di Haneda Airport, Tokyo, Jepang pukul 09.15 am. Sampai di hotel, menunggu agak lama naruh barang lalu lanjut ke Kyoto. Check in.
Senin 26/01/2015 Gotemba/Gunung Fuji/Owakudani Hall Valey
Selasa 27/01/2015 Kaminarimon/Sensoji Temple/Shibuya/Shinjuku/Harajuku
Rabu 28/01/2015 Check out

Persiapan apa saja yang diperlukan, diantaranya sebagai berikut:

Visa
Pengurusan visa ke Jepang ini berdasarkan yurisdiksi. Ada pembagiannya di situs kedutaan Jepang untuk Indonesia. Nah, Bengkulu masuk yurisdiksi Jakarta. Jadi untuk pengurusan visa harus di Jakarta. Untuk saya yang jauh begini tentu hal ini menjadi kendala kan buat saya mengurus harus ke Jakarta. Kapan waktunya? Senin hingga Jumat saya masuk kerja. Sementara Kedutaan juga sama hari kerjanya Senin hingga Jumat. Belum biayanya berapa yang harus saya keluarkan dari kabupaten hingga Jakarta pulang pergi.

Ga bakalan ngurus deh kalau memikirkan itu jadi kendala. Makanya saya cari alternatif. Berhubung tidak ada link di Jakarta buat ngurusin, makanya saya cari travel agent yang menyediakan jasa pengurusan visa. Nah kita tinggal kirim syarat-syaratnya saja plus transfer uang untuk biayanya juga ongkos kirim setelah visa jadi. Tidak mahal kok biaya tambahan untuk pengurusan ke agent-nya. Jadi kita tidak perlu susah payah lagi tinggal menunggu saja sampai ke alamat kita. Saran saya sih cari travel agent yang terpercaya ya!

Sebenarnya kalau kita punya e-passport (passport yang ada chip-nya) tidak perlu lagi mengurus visa untuk bisa pergi ke Jepang. Mulai tahun 2015 ini diberlakukan bebas visa ke Jepang bagi pemilik e-passport. Tapi berhubung passport saya masih yang lama ya saya mengurus visa deh jadinya.

Syarat-syarat pengurusan visa ada di situs Kedutaan Jepang. Kalau yang saya serahkan di antaranya:

1. Passfoto berwarna
2. Fotokopi KTP
3. Fotokopi Akte Lahir/KK
4. Rekening koran 3 bulan terakhir
5. Itinerary perjalanan
6. Bukti Pembelian tiket pesawat
7. Mengisi formulir dari kedutaan Jepang
8. Surat sponsor/rekomendasi atasan
9. Passport

Tiket Pesawat
Tiket pesawat ada banyak pilihan ya kita tinggal pilih saja yang sesuai jadwal dan juga budget pastinya. Kalau ada yang promo bisa jadi pilihan buat berhemat. Lumayan sekian yen bisa untuk beli cemilan di sana atau tiket subway. :)

Pilihan pesawat ke Jepang bisa pakai Garuda, Air Asia, JAL, Cathay Pacific, Philippine Airlines, dll. Tergantung mau lewat Haneda atau Narita Airport. Kemarin saya ke Haneda dan pesawat pilihan saya adalah Garuda. Pas banget lagi ada promo midnight sale Garuda. Jadi bisa lumayan berhemat. Garuda midnight sale kala itu juga penerbangan langsung tengah malam jadi pagi-pagi sudah sampai. Tidak perlu transit lagi.

Kalau jadwal sebelumnya saya cek jauh hari di Garuda transit Denpasar dulu. Lama pula transitnya sehari. Kalau Air Asia transit di Kuala Lumpur, Malaysia. Sementara Cathay Pacific transit di Hongkong. Sebenarnya pengen mencoba Cathay. Pengen lihat Hongkong meski cuma di bandaranya doank hehe. Ah, mudah-mudahan one day bisa khusus jalan-jalan ke Hongkong. Aamiin.


Pakaian:

1. Jaket Tebal
Meski tidak turun salju, suhu tetap saja dingin. Padahal sih Matahari tetap nongol juga. Maka tetap wajib pakai jaket tebal. Kala itu saya membawa jaket wol maupun bulu angsa buat jaga-jaga. Jaket dipakai untuk lapisan luar.

2. Longjohn
Saya membawa dua pasang longjohn buat gantian. Longjohn ini untuk lapisan pertama setelah underwear supaya kita tetap hangat karena menutup rapat dan ketat seluruh tubuh kita.

3. Baju/celana
Cukup pakai baju biasa saja seperti kemeja dan celana jeans sesuai nyamannya kita apa.

4. Syal/masker
Syal buat nambah leher kita jadi hangat. Sekalian buat gaya. Kalau masker lumayan buat melindungi hidung kalau anginnya kenceng.

5. Sepatu + kaos kaki
Sepatu kets pun cukup kok kalau tidak pakai booth. Balik lagi kita nyamannya apa. Disesuaikan dengan suhulah pastinya. Toh di Tokyo kala itu tidak turun salju. Ditambah di sana bakal jalan kaki terus-menerus jadi pilih sepatu yang lepes saja dan pastinya nyaman. Kalau kaos kaki sih pilih yang hangat ya pastinya seperti dari bahan bulu domba/merino.

6. Sarung tangan
Ini penting banget ya kalau tidak mau tangan jadi beku bagi yang tidak tahan dingin. Enaknya pakai yang touch screen loh ya jadi kalau kita pencet-pencet gadget ga perlu lepas sarung tangan. Atau sarung tangan yang tinggal dibuka saja di bagian jari-jarinya.

7. Lotion/pelembab bibir
Ini untuk menjaga agar kulit dan bibir tidak kering tapi tetap lembab. Udara dingin membuat kulit dan bibir cepat kering.


Tukar Uang Yen
Nah yang penting banget ketika jalan-jalan adalah money! Siapkan uang Yen sebelum kita berangkat. Pengalaman sih saya menukar pada hari Sabtu (24/01/2015) di money changer Mangga Dua Square. Kurs waktu itu 1 Yen = 107 Rupiah. Nah, bisa dikira-kira kebutuhan kita di sana selama sekian hari berapa Yen. Lalu tukarkan sebanyak yang kita butuhkan. Kalau tidak sempat menukar di luaran, menukar di bandara Soekarno Hatta juga bisa. Tapi saya lihat harganya lebih mahal. Begitu pula di bandara Haneda atau pun di bank Tokyo jadi lebih mahal. Waktu itu saya menemani teman menukar di bank yang ada di Shibuya memang jadi lebih mahal.


Lanjut ke part selanjutnya ya... :)

Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 1 (Kyoto)
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 2 (Gotemba/Mount Fuji/Owakudani Hall Valey/Ropeway)
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 3 (Kaminarimon/Shibuya/Shinjuku/Harajuku)
Winter in Tokyo (3) : Oleh-Oleh Khas
Winter in Tokyo (4) : End




Friday, March 27, 2015

Pilih Hati atau Pikiran?

3/27/2015 10:40:00 PM 0 Comments


Readers, kali ini saya mengangkat tema hati atau pikiran gara-gara percakapan singkat saya dengan seseorang via chatting. Hmm, sebenarnya sudah lama sekali saya off dari dunia per-chatting-an. Tapi belakangan saya mulai kembali chat dengan beberapa orang yang asyik untuk diskusi atau tukar pikiran. Nah, di sela percakapan kami, tiba-tiba dia membombardir saya dengan pertanyaan berupa pilihan yaitu diminta memilih antara hati atau pikiran.

Dia 
iiya2..... skarang aq balik tanya hati atw pikiran??
Saya 
maksudnya?
Dia 
ya d pilih hati atw pikiran dan alasannya
Saya 
ini soal apa ya
Dia 
universal... pilih hati atw pikiran dan alasannya kenapa d pilih
Saya 
ok tar ya aku mau kluar dulu nih ada urusan
Dia 
ocee...
Saya 
klo aku sih ga bisa selalu hati ato pikiran. selalu ada perdebatan di antara keduanya. maka aku termasuk org yg susah mengambil keputusan alias lama mikir buat ngambil keputusan. mana yg lebih tepat apakah hati ato pikiran. ada kalanya aku milih hati dan juga sebaliknya. pernah suatu ketika aku milih pikiran ato logika ketimbang hati. nah logikaku menang tapi sebaliknya hatiku menangis. maka itu ada semacam penyesalan dan menjadi pelajaran berharga ketika suatu saat mengalami hal sama lagi aku bertekad ga mau lagi begitu. bagiku, logika itu menyelamatkanku dari tindakan yang bakal merugikanku secara langsung. ketika memilih hati maka harus siap konsekuensi apapun yg bakal ditanggung. siap mental. jadi aku sih milih hati ato logika ya liat situasinya. mana yg lebih baik dikalahkan dan harus siap konsekuensi masing2 ketika milih hati apa konsekuensinya. jika milih logika apa konsekuensinya. haduh jadi mengarang indah nih. berapa nilainya ya 

Begitulah jawaban spontan saya. Tidak sempat dan tidak perlu cari referensi. Pokoknya itu yang kepikir di otak saya. Ya sudah saya tulis saja dan tidak sadar mengalir sampai jadi panjang seperti mengarang bebas. Dan saya tidak sempat untuk bertanya seperti apa pandangan dia sebaliknya. Atau pun bertanya bagaimana mengenai jawaban saya menurutnya. Berasa tes psikologi nih. 

Setidaknya begitulah yang selama ini saya rasakan. Ada kalanya hati lebih dominan dan ada kalanya logika yang lebih dominan. Tapi sepertinya lebih sering logika saya yang menang. Seringkali saya inginnya apa lalu yang saya lakukan akhirnya apa. Karena apa yang saya ingin (kata hati) biasanya disaring dulu dengan logika. Jika logika setuju maka oke ikut kata hati.Tapi jika logika tidak setuju ya jalan sesuai logika.

Yang agak sensitif mungkin jika sudah menyangkut masalah "love" ya mana yang harus diikuti. Kalau mengikuti kata hati semestinya jadi bahagia. Tapi bahagia hati tidak menjamin secara logika bisa dimengerti. Makanya ada lagu Agnes Monica "Tak Ada Logika" soal cinta.

Hah entahlah ngomong apa ini. Berhubung sudah malam. Sampai sini dulu ya readers. Next time disambung lagi. :)



Note: For someone in the dialogue, when you read this, you know it's you, then contact me. Ok? :)

Wednesday, March 25, 2015

Cerita Pengalaman Umroh

3/25/2015 06:42:00 PM 26 Comments

Bismillah...
Akhirnya hari ini saya putuskan untuk memosting kisah pengalaman umroh saya. Tulisan ini sebenarnya sudah saya buat sejak kepulangan umroh dulu. Niatnya mau diikutkan lomba menulis tapi tidak jadi karena keburu deadline. Kemudian mau saya ikutkan di lomba lainnya lagi tapi juga keburu deadline. Hehe. Kalaupun diikutkan juga saya tidak bisa ngomong soal kelayakan karena tugas saya adalah ikhtiar. Sementara hasilnya ya serahkan saja pada-Nya. Betul? Jadilah saya share saja di blog ini. Moga bermanfaat! :)



Bawa Aku Kembali ke Sana, Tuhan!
           
Jika bicara soal perjalanan, maka yang terpikir dalam benakku adalah melakukan serangkaian ritual petualangan (lebih cenderung dengan tujuan bersenang-senang) ke suatu wilayah baru yang belum pernah dijelajahi selama beberapa hari bersama orang terkasih entah itu teman, sahabat, keluarga, rekan kantor, dan sebagainya. Bisa dalam cakupan lokal (dalam negeri) maupun luar negeri. Dan sedari dulu aku selalu mendambakan bisa jalan-jalan ke luar negeri, entah itu murni dalam rangka jalan-jalan atau memang karena menempuh pendidikan s2/s3/post doctoral, kunjungan kerja, atau sekedar menemani suami studi di sana. Mungkin itu memang hanya mimpi kecilku. Tapi siapa sangka perlahan-lahan Tuhan mengabulkan doaku?

Perjalanan kali ini memang sungguh di luar mimpiku yang kusebut itu. Karena Tuhan sungguh memberiku bonus. Bonus apakah itu? Bonus ibadah! Ya, perjalananku ini kusebut perjalanan spiritual atau wisata religi. Karena perjalanan ini tidak hanya sekedar perjalanan biasa tapi juga bernilai ibadah. Jadi, pada akhir tahun 2013 tepatnya 27 Desember lalu aku melakukan perjalanan untuk ibadah umroh ke Arab Saudi. Jujur, awalnya tidak terpikir untuk umroh. Yang terpikir dalam otakku adalah jalan-jalan ke luar negeri ke negara empat musim seperti Jepang, Korea, Eropa, dan sebagainya. Tapi kemudian hatiku berbelok. Allah telah memanggilku ke sana. Ini adalah hidayah dari-Nya.

Setelah bertemu rombonganku di bandara Soekarno Hatta, hatiku sempat bertanya-tanya, kok tua-tua semua ya? Mana anak mudanya? Rupanya aku termasuk golongan paling muda. Anak mudanya masih bisa kuhitung dengan jari. Di sana aku berbincang dengan seorang Bapak berusia sekitar 50–an tahun.

Beliau berkata, “Dari kejauhan Bapak kira dari pesantren. Anak pesantren yang mendapat juara lalu dapat hadiah umroh.” 

Entah kenapa aku merasa itu lucu. Aku hanya tersenyum sambil menjawab bahwa aku bukan dari pesantren.

“Jarang anak muda terpikir untuk umroh. Biasanya kan anak muda senangnya jalan-jalan ke luar negeri atau menghabiskan uang untuk bersenang-senang.”

“Sudah berapa kali umroh, Pak?”

“Ini yang pertama. Makanya Bapak bilang bagus kalian masih muda sudah terpikir umroh. Masih muda kan badan masih kuat.” 

Benar sekali. Tidak jarang kulihat peserta rombongan sudah uzur. Aku jadi merasa beruntung dan bersyukur dalam hati.

Pukul 4 pagi pesawat take-off menuju Bangkok. Rute perjalanan kami adalah Jakarta-Bangkok-Jeddah. Tiba di bandara Suvarnabhumi, Thailand kami istirahat dua jam lalu lanjut lagi menuju Jeddah. Di bandara King Abdul Aziz Jeddah kami hanya transit sebentar lalu lanjut lagi ke Madinah dengan bus selama 6 jam. 

Masjid Nabawi

Kami tiba di Madinah tengah malam. Pemandu memberitahu kami bahwa kami sudah sampai. Beliau juga memberitahukan di tengah kegelapan malam itu bahwa di sisi kanan kami adalah Masjid Nabawi. Aku yang tengah terkantuk-kantuk itu melek seketika karena penasaran seperti apakah Masjid Nabi Muhammad yang sering kudengar itu. Rupanya, hotel tempat kami singgah cukup dekat dari Masjid Nabawi. Kami tinggal berjalan kaki ke sana. 

Setelah check in, pukul 2 malam kami siap-siap menuju Masjid Nabawi. Kami berjalan berempat. Begitu mulai memasuki halaman masjid, aku membaca doa khusus masuk Masjid Nabawi. Dalam suasana yang hening serta kilauan lampu, kulihat megahnya Masjid Nabawi. Tak pelak suasana haru merasuki kalbuku. Mataku berkaca-kaca seketika. Subhanallah.

Di dalam Masjid kulanjutkan dengan ritual sholat tahajud, tobat, hajad, zikir, berdoa, tilawah hingga subuh tiba yang rupanya adalah pukul 5.45 waktu Arab Saudi. Baru aku tahu rupanya di sana adzan shubuh dua kali dan selalu ada sholat ghoib setelah sholat wajib berjama’ah.

Raudhah
Pukul 6.30 kami pulang ke hotel. Lalu sejam kemudian kami melanjutkan acara dari pemandu yaitu ke Raudhah. Raudhah adalah tempat mustajab untuk berdoa di dalam Masjid Nabawi yang letaknya di dekat makam Rosulullah. Tempat tersebut ditandai dengan karpet warna hijau. Namun kami harus mengantri dan berdesak-desakan dengan jamaah seluruh dunia yang hendak berdoa juga di sana. Ketika sampai giliran kami, begitu menginjak karpet hijau aku langsung sholat mutlak dua rakaat dan berdoa. Tak kuasa aku menangis sambil bersujud dan berdoa. Dan ketika aku bangkit, rupanya teman-teman yang lain juga sama bermata merah sepertiku.


Masjid Kuba
Tempat lain yang kukunjungi selama di Madinah adalah Masjid Kuba, masjid pertama yang dibangun Rosulullah, Masjid Qiblatain, Jabal Uhud. Lalu hari ketiga berangkat ke Mekkah untuk menunaikan rukun umroh. Pertama kami niat ihrom dari Masjid Bir Ali lalu berangkat ke Mekkah dengan bus. Perjalanan sekitar 6 jam menuju hotel. Pukul 11.00 malam kami jalan kaki menuju Masjidil Harom. Bertepatan sekali dengan tahun baru kalender masehi. Jadi, ketika orang di seluruh dunia merayakan tahun baru, aku tengah tawaf mengelingi ka’bah.

Masjidil Harom
Di sana ramai sekali orang dengan pakaian ihrom yang sama-sama menunaikan rukun umroh. Ketika memasuki Masjidil Harom, tampaklah batu besar berwarna hitam berbentuk segiempat yang tak lain adalah ka’bah. Ketika kuterus memandangnya, entah mengapa tiba-tiba ada perasaaan haru juga dan mata jadi berkaca-kaca. Lalu kami tawaf 7 putaran, berhenti sejenak minum air zamzam lalu sa’i 7 putaran dari bukit Safa ke Marwa diakhiri dengan tahallul (menggunting rambut 3 helai). 

Selama sudah niat ihrom, kita wanita tidak boleh memperlihatkan aurat kepada siapa pun termasuk wanita. Hanya muka dan telapak tangan yang boleh kelihatan. Sungguh susah sekali untuk menjaga ini loh. Kalau sampai melanggar akan kena denda. Jadi kita harus menyiapkan sarung tangan khusus umroh dan ikat pergelangannya dengan karet bila perlu. 

Pokoknya selama rangkaian rukun umroh itu aku berusaha untuk tidak narsis mengambil foto-foto agar jangan sampai terjadi aurat terbuka tanpa sengaja misal ketika mengangkat tangan. Tapi rupanya ketika sa’i ada seseorang dari rombongan yang meminta tolong diambilkan foto. Duh, gimana ini? batinku. Tapi aku berbaik hati mengambilkan untuknya. Dan usai umroh wajib ini pukul 3.00 kami langsung memuaskan hasrat foto-foto di samping kiri Masjidil Harom.

Multazam
Keesokan harinya ketika acara bebas, aku dan 3 orang teman kembali ke Masjidil Harom. Kami berniat untuk berdoa ke Multazam, setengah lingkaran di samping ka’bah yang merupakan tempat mustajab untuk berdoa. Setelah tawaf 7 putaran kami antri masuk ke dalam. Lalu sholat mutlak 2 rakaat, minum air zamzam dan berdoa. Kuproposalkan semua keinginanku di sana di depan ka’bah. Selesai kami keluar dan mencium ka’bah sambil berdoa. Kali ini aku menangis. Meski bukan hajar aswad yang kucium, tapi kutetap menangis.

Jabal Rahmah
Selama di Mekah, kami jalan-jalan ke Jabal Rahmah (tempat berdoa bagi yang ingin mendapatkan pasangan), Jabal Nur lanjut ke Miqot untuk umroh sunah. Jika kemarin umroh wajib untuk diriku sendiri, maka umroh sunah kuniatkan untuk ayahku. Setelah umroh sunah maka tuntaslah perjalanan selama 7 hari di Madinah dan Mekah. Ditambah dua hari perjalanan dari Jakarta-Thailand-Jeddah lalu kembali dengan rute Jeddah-Thailand-Jakarta.


Ketemu public figure

Menariknya, ketika sa’i aku melihat sutradara berbakat Indonesia, Hanung Bramantyo tengah melakukan sa’i juga. Aku hanya diam saja meski aku pernah ketemu juga ketika ziarah di Jabal Uhud, Madinah. Kupikir, beliau sedang mencari inspirasi syuting film terbaru. Tak tahunya ketemu lagi ketika sa’i di Mekah. Dan hebohnya adalah ketika kusaksikan ibu-ibu yang melihatnya ketika sa’i langsung berkata, “Mas Hanung foto dooong...” 

Lalu Hanung menjawab, “Kan masih ibadah...” Hmm, begitulah ibu-ibu heboh sendiri padahal sedang ibadah hihihi. Aku juga sempat melihat ustadz Yusuf Mansur di Masjid Nabawi seusai sholat isya (kalau tidak salah mengenali loh ya) tapi lagi-lagi aku hanya diam. 

Lalu ketika aku dan 3 orang temanku pernah nyasar di hari pertama usai sholat zuhur di Masjid Nabawi, rupanya kami justru ketemu politikus Aburizal Bakrie. Aku dan temanku hanya diam memandang beliau, namun ketika kami berdua cerita ke dua orang teman kami yang ibu-ibu, mereka langsung heboh dan kami pun berakhir dengan foto-foto bersama beliau. Sungguh lucu.

Menilik apa yang kualami, maka untuk melakukan ibadah umroh itu butuh fisik yang kuat. Aku sempat mengalami flu ketika hendak ke Mekah untuk umroh wajib. Hal itu sangat mengganggu ibadahku. Maka jangan lupa siapkan obat-obatan ringan. Bahkan dari Mekah 3 hari sampai tiba di tanah air aku masih batuk-batuk. Dan di sana akan banyak jalan. Pokoknya jalan dan jalan. Dan juga wudhu, wudhu, wudhu. Jadi wajah kita akan selalu dibasuh air wudhu, tidak sempat untuk ber-make-up. Pokoknya manfaatkan semaksimal mungkin untuk beribadah. Kurangi tidur dan perbanyaklah beribadah. Bila perlu tidur cukup dua jam saja sehari.

Oleh-oleh
Oya, di sana kami sempat mampir ke tempat oleh-oleh. Ada banyak sekali jenis kurma rupanya. Tapi ada kurma yang apabila memakannya sekian butir sehari maka terhindar dari sihir. Itu namanya kurma ajwa (kurma nabi). Dan kalau ingin berbelanja di sana tidak perlu khawatir tidak bisa bahasa Arab karena para pedagangnya bisa bahasa Indonesia. Pokoknya kalau kita tawar dan orangnya bilang ‘halal’ maka artinya boleh. 

Selama di Madinah tepat di pintu keluar 1 Masjid Nabawi banyak penjual Al Qur’an. Saranku, belilah Al Qur’an untuk diwakafkan di Masjid Nabawi. Maka insha Allah pahalanya akan terus mengalir sampai kita mati apabila ada yang terus membacanya karena itu termasuk amal jariyah. Di Masjidil Harom juga ada para penjual Al Qur’an. Selain itu juga banyak pengemis. Siapkan uang receh untuk sedekah.

Akhir kata, siapa pun yang pernah dipanggil Allah ke sana maka akan rindu untuk kembali ke sana, termasuk aku. Ya Allah, jika kemarin aku ke sana bersama sahabatku, maka ijinkan aku selanjutnya ke sana dengan pasangan, orangtua, dan keluargaku. Aamiin.



Sunday, January 11, 2015

Rurouni Kenshin 2: Kyoto Inferno

1/11/2015 04:38:00 PM 0 Comments

Menurut saya, Kyoto Inferno lebih keren daripada film Rurouni Kenshin pertama. Mungkin karena dihadirkan tokoh-tokoh baru yang menjadi rival kuatnya Kenshin. Dan juga tokoh-tokoh lain yang ikut meramaikan cerita.

Stand By Me Doraemon Movie

1/11/2015 03:27:00 PM 0 Comments

Ada yang sudah menonton Stand By Me Doraemon? Film animasi 3D yang rilis 2014 lalu ini menjadi box office di Jepang. Recommended ya bisa ditonton semua umur. Dan saya pun sukses dibuat menangis di tengah cerita. Memang ya Doraemon ini cerita persahabatannya dengan Nobita sungguh menyentuh.

Wednesday, January 7, 2015

Rurouni Kenshin 1 Live Action Movie

1/07/2015 09:03:00 PM 0 Comments

Readers sudah pada tahu kan kalau Rurouni Kenshin sudah keluar versi live action movie-nya? Kali ini saya bukan mau menulis sinopsis Rurouni Kenshin tapi cuma mau menampilkan snapshot Film Rurouni Kenshin 1. Ini imbas dari virus Kenshin. Jadi ceritanya saya jatuh cinta dengan Kenshin setelah nonton versi film keduanya Kyoto Inferno yang memang baru rilis Agustus 2014 lalu.

Monday, December 15, 2014

Ketika Saya Merasa "Insecure"

12/15/2014 09:58:00 PM 2 Comments


Banyak hal yang saya alami selama hidup di sini. Banyak hal yang dapat diambil pelajaran. Banyak hal yang saya renungkan. 

Seperti kejadian tadi siang. Ketika saya harus bertugas ke lapangan dengan sesama teman kantor yang notabene adalah kaum adam (catat: suami orang) ada hal-hal yang saya pikirkan.

Perbandingan kaum perempuan di kantor saya adalah 1:3. Sedangkan 95% kaum lelaki berstatus kawin. Itu berarti saya berinteraksi dengan mayoritas kaum lelaki yang sudah menikah baik ketika kerja di kantor maupun luar kantor (lapangan). 

Rata-rata usia mereka di atas saya tidak terlalu jauh. Tapi, mayoritas mereka adalah junior saya karena saya lebih dulu masuk ke kantor dibanding mereka. Jadi, biarpun secara umur saya lebih muda namun saya senior mereka jika ditilik dari lama bekerja.

Karena pekerjaan saya menuntut di lapangan juga, dan keadaaan yang ada adalah mayoritas mereka adalah laki-laki, maka saya biasa berinteraksi dengan mereka. Saya tidak membangun dinding yang membuat interaksi kami jadi terganggu. Selama ini saya menganggap mereka adalah partner saya. Saya tidak pernah macam-macam dengan mereka. Begitu pun sebaliknya. Kami saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Tidak ada istilah 'menggoda'

Tidak ada istilah 'menggoda'. Kami mencoba untuk selalu profesional dalam bekerja. Kami tahu batasan masing-masing. Ketika saya harus melakukan supervisi ke lapangan bersama rekan lelaki, oke saya lakukan. Saya tidak pernah berpikir macam-macam. Saya percaya dengan mereka. Saya yakin begitu pula sebaliknya.

Apa saya terlalu polos? Entahlah selama ini saya tidak memikirkan rekan saya. Lalu ketika saya renungi, oh ternyata rekan saya adalah suami orang, baru saya mulai berpikir. Entah mengapa beberapa kali ada perasaan insecure ketika harus bertugas dengan mereka. Terlebih ketika keadaan mengharuskan hanya kami berdua bertugas. Ketika saya dengar percakapan rekan saya dan istrinya yang berulang kali menelepon, saya jadi berpikir, salahkah saya ada di sini?

Wow, kenapa jadi menyalahkan diri sendiri? Bukan! Bukan itu maksudnya. Saya jadi merenung. Jika di kemudian hari saya berstatus menikah, apakah saya akan melakukan hal yang sama seperti istri rekan tersebut? Berkali-kali menelepon. Bertanya sudah sampai mana? Pergi dengan siapa? Acara apa?

Bahkan di momen yang lain, seorang istri rekan tak segan menelepon kami sesama pegawai perempuan untuk bertanya di mana suaminya kenapa telponnya tidak diangkat atau tidak bisa dihubungi. Saya kembali merenung. Apakah saya juga kelak akan melakukan hal yang sama? Ternyata mereka aware dengan menyimpan nomor-nomor rekan kantor suaminya terutama yang wanita. Karena saya sendiri termasuk yang pernah ditelepon atau sms. Saya jadi paham kira-kira begitulah seorang istri. :)

Apakah itu suatu bentuk perhatian atau rasa sayang seorang istri terhadap suami? Ataukah itu kekhawatiran? Ataukah pula kecurigaan? Insecure?

Jika saya menjadi mereka (baca: istri yang tidak sekantor dengan suami) apakah akan merasa insecure? Insecure karena tidak bisa mengawas suami sepanjang waktu. Insecure karena tidak tahu apa saja yang dilakukan suami seharian. Insecure karena ada sosok lain yang dianggap bisa mencuri perhatian suami?

Entahlah. Pelik urusan rumah tangga. Saya hanya bertanya-tanya jika suatu saat saya menjadi seorang istri seperti mereka. Apakah sama?

Tak bisa dipungkiri karena suami mereka bekerja di luar rumah selama seharian full 8 jam dari pagi hingga sore. Saya hanya berkesimpulan bahwa mereka (baca: para istri) tidak paham dengan apa pekerjaan suami. Sebenarnya apa yang dilakukan suami dengan pekerjaannya tersebut. Sehingga salah paham bisa saja terjadi karena hal sepele. Saya jadi memahami kenapa sebagian pasangan suami-istri memilih untuk bekerja di lahan yang sama. Akan terawasi pastinya. Tidak ada celah untuk berbuat kecurangan. :)

Lalu kenapa saya malah merasa insecure? Ya, saya yang masih single ini tidak bisa terus-menerus cuek karena meskipun saya berusaha amanah dalam bekerja namun siapa tahu dalamnya hati manusia? Siapa tahu saya pernah membuat istri tidak senang karena banyak berinteraksi dengan saya? Bagaimanapun juga saya tahu batasan kok. Karena saya merasa ada yang selalu mengawasi saya di mana pun saya berada. 

Normal kali ya jika pada akhirnya malah saya sendiri yang merasa insecure. :)

Kalau selama ini sih saya adala tipe orang yang diberi kepercayaan penuh oleh orangtua saya. Jadi, meskipun saya jauh dari mereka, tidak pula semena-mena saya dengan diri saya sendiri. Dalam artian saya berusaha menjaga kepercayaan mereka hingga saat ini. Apalagi saya ini perempuan, mana boleh sembarangan. Tidak boleh mengecewakan orangtua. Sepertinya dari sini saya belajar dari keluarga saya tentang memberi kepercayaan dan menjaga kepercayaan.

Tapi ini baru pikiran sempit saya yang masih single, tidak tahu kelak ketika sudah menikah apakah akan sama?

Btw, benar ga ya saya pakai istilah insecure? :)

Begini insecure dari www.liveluvcreate.com



Apakah kamu merasa insecure? Insecure yang manakah?


Thursday, December 4, 2014

Privacy Policy

12/04/2014 12:45:00 AM 0 Comments



Berikut adalah privacy policy blog Reana Talks! Harap dibaca dengan seksama bagi seluruh pembaca blog Reana Talks! yang budiman. Mari kita belajar menghargai hasil karya orang lain sebagaimana tertera dalam butir Pancasila sila kelima. Privacy Policy ini dibuat untuk kenyamanan kita bersama.

1. Reana Talks! berdiri pada bulan Mei 2007

2. Reana Talks! merupakan blog pribadi owner blog.

3. Owner blog bertindak selaku author dan writer tunggal.

4. Reana Talks! merupakan media owner blog untuk berkreasi dan membagikan berbagai macam kisah/pengalaman sehari-hari owner blog.

5. Reana Talks! berisi tentang opini/pendapat, pemikiran, cerita, dll dalam sudut pandang/perspektif owner blog.

6. Reana Talks! mengusung jargon 'Spread My Thought to The World!' dalam rangka berbagi kepada dunia.

7. Seluruh isi/content blog baik tulisan maupun gambar merupakan milik owner blog kecuali pada beberapa tulisan dan gambar yang telah dicantumkan credit-nya.

8. Bagi siapa pun boleh membagikan link tulisan/gambar dari blog dengan mencantumkan credit blog Reana Talks!

9. Dilarang meng-copy tulisan ke dalam blog/website/forum/dll tanpa mencantumkan credit blog Reana Talks!

10. Dilarang mengambil gambar dan mengubah watermark atau pun membuat watermak sendiri pada gambar milik blog Reana Talks! yang belum ber-watermark dan memosting di blog/website/forum/sejenisnya tanpa seijin owner blog Reana Talks!

11. Dilarang meninggalkan comment sampah atau berjualan di blog Reana Talks!

12. Menulis bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang. Tidak semua orang bisa menyalurkan aspirasi/pemikiran/opini/pendapat/hasrat melalui tulisan. Menulis butuh waktu. Menulis butuh konsentrasi. Menulis butuh ide/inspirasi. Menulis butuh kemampuan merangkai kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi sebuah cerita. Menulis juga butuh seni agar kata-kata yang terbentuk enak dibaca, tidak amburadul. Yuk, kita saling menghargai karya orang lain.

13. Menghasilkan gambar bukan hal mudah. Diperlukan alat untuk mengambil gambar. Diperlukan objek/model untuk diambil gambar. Diperlukan alat, kemampuan, dan waktu untuk meng-edit gambar. Diperlukan seni untuk menghasilkan gambar yang menarik. Yuk, hargai hasil karya orang lain.

14. Masukan, kritik, dan saran harap hubungi kontak owner blog yang tertera di pojok kanan atas halaman blog. Silahkan pilih contact yang paling nyaman menurut Anda.


Terima kasih atas kunjungan Anda! Selamat berselancar!

Salam,
Reana



Monday, December 1, 2014

Punya Kebiasaan Makan Banyak?

12/01/2014 09:50:00 PM 0 Comments




    Sering  saya jumpai di sekitar, banyak di antara teman-teman wanita saya yang makannya banyak. Saya tidak heran sama sekali. Malah saya anggap hal itu biasa saja. Mungkin memang sudah kebiasaan dari kecil makannya banyak. Jadi kalau lambungnya belum penuh ya belum berhenti makan. Belum merasa kenyang. 

Mungkin memang ada semacam budaya yang berkembang di tengah masyarakat kita begitu ya kalau cowok makannya banyak itu biasa. (Duh enak banget jadi cowok). Tapi kalau cewek? Duh, ga pantes! Hihi itu dulu kali ya. Soalnya yang saya temui di jaman saya kuliah malah rata-rata teman saya makannya banyak. Ketemu lagi jaman kerja juga begitu. Ketemu beberapa yang makannya sedikit itu karena memang lagi program diet. :)

Bagi yang makannya banyak tapi ga ngaruh ke badan alias tetap saja kurus mah enak-enak aja ya mau makan sebanyak apa pun? La tapi kalau yang mudah banget naik berat badan pasti stres. Entah mengapa wanita itu sensitif banget sama berat badan. Ngerasa gemukan dikit, langsung diet ketat abis-abisan. 

Bukan tambah gemuk tapi malah menyusut

Sekarang, giliran saya cerita tentang diri saya. Sebenarnya saya heran dengan diri saya sendiri. Ketika sudah memasuki dunia kerja sekian tahun. Begitu ketemu teman lama, wah mereka pada subur-subur semua. Hebat! Begitu melihat diri saya, loh kok malah nyusut. Ada apa dengan saya?

Keseringan, saya tidak sadar dengan apa yang orang lain katakan. Saya merasa orang lain lebih kurus dari saya. Dan orang lain berkata sebaliknya. Saya tidak percaya. Tapi rupanya saya underestimate. Setelah saya cek di depan cermin dan cek berat badan, saya memang lebih kurus. :(

Bukan saya bangga loh ya. Kalau kekurusan kan ga bagus juga. Ini jadi koreksi buat diri saya juga.

Lalu apa kiat saya supaya tidak gemuk?

Sebenarnya tidak ada kiat. Saya juga tidak pernah menganggap diri saya diet. Malah saya pernah merasakan betapa tersiksanya orang yang sedang diet. Makan dibatasi. Apalagi jika programnya yang rebus-rebusan tanpa minyak. Haduh, benar-benar ga ada rasanya loh itu. Karena yang bikin enak kan lemak/minyak. Hal itu saya rasakan ketika tempo hari terserang cacar dan kata ibu saya ada anjuran supaya jangan makan yang berminyak. Saya ikuti saja pada awalnya sebelum konsul ke dokter. Dan rupanya saya sungguh tersiksa! Batin saya, begini ya kalau orang diet? Ck ck ck...

Kebiasaan makan

Hmm, ok kembali ke pertanyaan tadi. Sekedar sharing. Jadi mungkin ini berhubungan dengan kebiasaan makan. Dari kecil memang saya punya kebiasaan makan nasi sedikit. Bukan dalam rangka diet sama sekali. Masih kecil dulu mana kenal diet? Melainkan karena lambung saya yang memang tidak muat banyak. Ketika saya mengambil nasi lumayan banyak, eh ternyata tidak habis. Lalu saya dinasehati ibu supaya ambil nasi sedikit saja dulu, nanti kalau kurang tinggal nambah lagi. Supaya nasi tidak terbuang mubazir. Lalu saya nurut dengan ibu saya.

Begitu pula jika makan sambil minum, pasti tidak habis karena sudah kenyang duluan dengan air. Saya dinasehati supaya minumnya di akhir. Habiskan nasi dulu baru minum.

Karena makan nasi saya sedikit, maka diimbangi dengan buah/jus dan cemilan supaya asupan tetap ada. Kan ada nih tipe orang yang lebih baik makan nasi sampai kenyang saja jadi tidak usah lagi makan cemilan. Kalau saya mah tukang ngemil. :)

Kapok kenyang

Setelah dewasa begini, terkadang saya juga pengen loh bisa makan banyak seperti teman-teman yang lain. Pernah dulu jaman kuliah ada traktiran dari teman saya di Mc D. Dipesanlah paket spesial nasi ayam plus telor. Ditambah minumnya dan es krim. Teman-teman saya makan dengan lahapnya. Saya berusaha untuk menghabiskan. Tapi apa daya, alhasil ketika di rumah malamnya saya tidak bisa tidur karena sakit di perut dan punggung. Mau posisi apa pun tidak enak. Rasanya sangat tidak nyaman. Saya perhatikan beberapa kali begitulah yang saya rasakan ketika saya makan sampai kenyang. Kapok saya jadinya.

Dari beberapa kejadian, saya ambil hikmah bahwa ternyata memang benar hadis Nabi Muhammad agar kita membagi perut kita menjadi 3 bagian yaitu makan, minum dan udara. Hal itu isyarat bahwa kita harus menyisakan perut kita untuk udara (bernafas). Berhenti makan sebelum kenyang.

Makanya saya wanti-wanti diri saya supaya tidak kekenyangan. Atau akibatnya saya sendiri yang tersiksa karena sakit. Nikmat sih nikmat pas makan. Tapi siapa yang mau sakit coba? Kan kalau orang lain sering bilang kalau kenyang ngantuk. Wah enak banget bisa begitu. La kalau saya malah ga bisa tidur nahan sakit. Sungguh ironis.

Oke, jadi itu satu hal yang menjadi penyebab. Kedua, saya penggemar buah-buahan. Entah kenapa saya berselera kalau makan buah-buahan dibandingkan cemilan. Saya penyuka buah yang asam. Jadi, kebutuhan buah saya dalam seminggu lebih besar daripada cemilan lain. Ngejus juga hobi saya. Hampir tiap hari saya ngejus. Favorit saya sirsak, alpukat, mangga. Sesekali jambu.

Sering hilang selera makan

Saya termasuk tipe yang sering kehilangan selera makan. Padahal tidak ada penyebab apa pun. Mungkin bosan atau bagaimana entahlah. Baru sekian sendok bisa dihitung sudah tidak ingin meneruskan. Harus berhenti, begitu perintah otak saya. Makanya pelarian saya ke buah-buahan. Kalau buah-buahan saya tetap selera. Jadi tetap makan tapi sedikit saja sekian sendok lalu sisanya buah dan cemilan (kalau selera).

Saya juga tipe yang tidak selera makan ketika lelah atau stres. Ada kan orang yang pelarian ke makan ketika stres? Nah, saya justru tidak. Kalau banyak pikiran ya tidak selera. Kalau sedang fokus sesuatu hal (serius banget) juga ga kepikiran makan. Tapi biasanya saya tetap makan besar supaya tidak sakit maag. Jaga-jaga... 

Ketiga, saya hobi sekali teh jeruk nipis sejak dulu masih kecil. Malah dulu sering dibuatkan minuman air hangat plus gula jawa dan asam jawa oleh ibu saya. Enak banget asem-asem manis. Sama halnya seperti teh jeruk nipis. Kalau sekarang plus lemon tea karena sudah bisa beli sendiri. Kalau jaman dulu jeruk nipis tinggal petik. Sampai sekarang kebiasaan minum lemon tea atau teh jeruk nipis masih tetap. Atau jeruk hangat juga jadi favorit saya.

Keempat, saya bukan penggemar manis. Saya lebih suka cemilan yang asin-asin, yang kering-kering renyah semacam keripik, kerupuk, dll. Bukan kue-kue basah ya. Karena kue basah biasanya cenderung manis. Kalau pun gorengan ya bakwan, tahu bunting yang tidak manis. Kalau pisang goreng saya kurang suka. 

Saya tidak punya aturan jam makan loh misal kalau setelah azan isya ga boleh makan lagi. Selama ini saya free (Alhamdulillah). Kapan saya ingin makan ya makan. Tapi dengan sendirinya kalau menjelang malam ya sudah tidak selera lagi makan. Seperti ketika makan sahur, kalau puasa sunnah saya tidak pernah sahur makan nasi. Kalau bangun malam ya minum saja cukup. Karena tidak selera makan. Makanya sebenarnya sahur ramadhan itu saya paksakan untuk makan karena kan puasa tiap hari. Tidak seperti Senin-Kamis.

Pengaruh gen?

Apakah ada pengaruh gen? Entahlah ya. Yang jelas kedua orangtua saya memang tidak ada yang gemuk. Tapi kakak-kakak saya punya bakat gemuk. Gemuknya masih wajarlah tidak ada yang gemuk banget. Sementara saya jaman abege dulu termasuk yang seger loh. Mungkin karena masa pertumbuhan ya. Pipi saya tembem. Memang saya tipikal yang lemaknya lari ke pipi terlebih dahulu. :)

Oya, awas obesitas bagi yang makannya banyak. Bagaimana pun juga kalau gemuk itu mudah terserang penyakit seperti darah tinggi, kolesterol, dll. Gampang capek pula. Jongkok nggak bisa. Pernah coba cek darah? Cobalah cek supaya bisa mengatur pola hidup sehat. Sudah ada contohnya beberapa teman saya masih muda tapi terserang darah tinggi. Alhasil disuruh diet sama dokter. Ada juga yang siklus menstuasinya ga teratur. 

Yuk, hidup sehat! :)





Sunao ni Narenakute (Hard to Say I Love You)

12/01/2014 07:26:00 PM 6 Comments


Entah kenapa ya, di awal-awal episode, saya pun jatuh cinta dengan Nakaji seandainya saya menjadi Haru. 

Menurut saya, drama ini layak ditonton. Tidak muluk-muluk. Tidak menjual mimpi.

Hmm, saya kembali bernostalgia dengan drama Jepang Sunao ni Narenakute yang telah rilis 2010 lalu. Jadi sebenarnya saya sudah tamat nonton drama ini dulu kala tahun 2010 karena cuma 11 episode. Itulah enaknya nonton drama Jepang. Hanya berkisar 8-11 episode saja keseringan sehingga alur ceritanya tidak bertele-tele. Penonton jadi tidak bosan di tengah jalan karena cerita dipanjang-panjangkan dan ditambah hal-hal yang tidak penting. 

Drama ini mengisahkan persahabatan 4 orang anak muda yang saling mengenal via twitter dan kemudian bertemu kopi darat di sebuah cafe. Mereka adalah Nakaji (Eita), Haru (Ueno Juri), Doctor (Kim Jaejoong), dan Linda. Ditambah satu orang lagi sahabat Haru yang ikut datang menemani kopi darat yaitu Peach.

Ceritanya tentang kehidupan sehari-hari mereka sebagai seorang pekerja. Pada awalnya mereka berbohong tentang jati diri pekerjaan mereka masing-masing namun kemudian mengaku yang sebenarnya. Nakaji, mengaku seorang fotografer terkenal yang kenyataannya adalah fotografer majalah porno. Haru, hanya seorang guru honor. Doctor yang ternyata hanya seorang penjual alat kedokteran. Linda, bukan seorang editor majalah. Peach, bukan seorang pramugari. Namun mereka tetap saling berteman. Mereka adalah orang-orang bernasib sama yang butuh support satu sama lain untuk tetap maju. Karena pada kenyataannya mereka mempunyai masalah sendiri-sendiri dalam pekerjaannya. Tidak seperti apa yang tampak. Life is hard, guys!

Keadaan semakin pelik ketika Haru menyukai Nakaji. Doctor menyukai Haru. Peach menyukai Linda. Linda menyukai Nakaji (hah?). Namun Nakaji menyukai kekasihnya yang ternyata sudah bersuami, Kiriko. Apakah pada akhirnya Nakaji menyukai Haru? Bagaimana nasib Doctor? Akankah ia menyatakan perasaannya? 

Kehidupan orang dewasa yang merupakan potret kehidupan nyata memang sungguh rumit. Seperti Peach yang hamil dengan pacarnya namun kemudian berniat membesarkan anaknya itu sendirian. Linda yang merupakan anak pemilik rumah sakit tapi malah memilih bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan majalah. Lalu agar naik jabatan menjadi editor, ia harus menyenangkan bos wanitanya dengan cara melayani bosnya di tempat tidur. Doctor, datang dari Korea untuk mengadu nasib namun malang dalam pekerjaan. Desain pamfletnya pernah dicuri dan diplagiat oleh rekan sekantornya. Nakaji, bosnya tidak puas dengan foto-foto jepretannya. Dan Haru adalah sosok yang paling polos di sini. Dia adalah seorang guru yang sering dikerjai oleh muridnya.

Kiriko, tampak jelas ia merasa insecure dengan kehadiran Haru. Meski dia tahu bahwa Nakaji sangat menyukainya, tapi yang namanya perasaan manusia itu kan bersifat dinamis ya. Bisa berubah sewaktu-waktu. Jadi, wajarlah dia merasa begitu. Apalagi statusnya yang sudah bersuami membuatnya tak bisa berbuat banyak sehingga ia pun berbuat hal yang tak semestinya terhadap Haru karena terbakar cemburu dan takut kehilangan. 

Yang paling mengagetkan adalah sosok Linda yang manly dan tidak tampak ada yang aneh padanya. Dia berhubungan baik dengan siapa pun namun belakangan ternyata menyukai Nakaji. 

Sementara Nakaji adalah sosok yang baik pada semua orang. Ia tidak yakin dengan perasaannya sendiri terhadap Haru. Seperti tidak menyadari bahwa sebenarnya ia menyukainya karena posisinya sudah punya kekasih.

Btw, saya suka penampilannya Nakaji. Casual. Santai tapi keren! Mungkin karena pada dasarnya orangnya goodlooking ya jadi mau pakai apa saja dengan gaya rambut apa saja juga tetap keren. :)

Eita dan Ueno Juri sudah 3 kali ini main bareng ya setelah Nodame Cantabile dan Last Friend. Tapi cuma di sini mereka couple. 

Picture credit to the rightful owner