Follow Us

Friday, March 27, 2015

Pilih Hati atau Pikiran?



Readers, kali ini saya mengangkat tema hati atau pikiran gara-gara percakapan singkat saya dengan seseorang via chatting. Hmm, sebenarnya sudah lama sekali saya off dari dunia per-chatting-an. Tapi belakangan saya mulai kembali chat dengan beberapa orang yang asyik untuk diskusi atau tukar pikiran. Nah, di sela percakapan kami, tiba-tiba dia membombardir saya dengan pertanyaan berupa pilihan yaitu diminta memilih antara hati atau pikiran.

Dia 
iiya2..... skarang aq balik tanya hati atw pikiran??
Saya 
maksudnya?
Dia 
ya d pilih hati atw pikiran dan alasannya
Saya 
ini soal apa ya
Dia 
universal... pilih hati atw pikiran dan alasannya kenapa d pilih
Saya 
ok tar ya aku mau kluar dulu nih ada urusan
Dia 
ocee...
Saya 
klo aku sih ga bisa selalu hati ato pikiran. selalu ada perdebatan di antara keduanya. maka aku termasuk org yg susah mengambil keputusan alias lama mikir buat ngambil keputusan. mana yg lebih tepat apakah hati ato pikiran. ada kalanya aku milih hati dan juga sebaliknya. pernah suatu ketika aku milih pikiran ato logika ketimbang hati. nah logikaku menang tapi sebaliknya hatiku menangis. maka itu ada semacam penyesalan dan menjadi pelajaran berharga ketika suatu saat mengalami hal sama lagi aku bertekad ga mau lagi begitu. bagiku, logika itu menyelamatkanku dari tindakan yang bakal merugikanku secara langsung. ketika memilih hati maka harus siap konsekuensi apapun yg bakal ditanggung. siap mental. jadi aku sih milih hati ato logika ya liat situasinya. mana yg lebih baik dikalahkan dan harus siap konsekuensi masing2 ketika milih hati apa konsekuensinya. jika milih logika apa konsekuensinya. haduh jadi mengarang indah nih. berapa nilainya ya 

Begitulah jawaban spontan saya. Tidak sempat dan tidak perlu cari referensi. Pokoknya itu yang kepikir di otak saya. Ya sudah saya tulis saja dan tidak sadar mengalir sampai jadi panjang seperti mengarang bebas. Dan saya tidak sempat untuk bertanya seperti apa pandangan dia sebaliknya. Atau pun bertanya bagaimana mengenai jawaban saya menurutnya. Berasa tes psikologi nih. 

Setidaknya begitulah yang selama ini saya rasakan. Ada kalanya hati lebih dominan dan ada kalanya logika yang lebih dominan. Tapi sepertinya lebih sering logika saya yang menang. Seringkali saya inginnya apa lalu yang saya lakukan akhirnya apa. Karena apa yang saya ingin (kata hati) biasanya disaring dulu dengan logika. Jika logika setuju maka oke ikut kata hati.Tapi jika logika tidak setuju ya jalan sesuai logika.

Yang agak sensitif mungkin jika sudah menyangkut masalah "love" ya mana yang harus diikuti. Kalau mengikuti kata hati semestinya jadi bahagia. Tapi bahagia hati tidak menjamin secara logika bisa dimengerti. Makanya ada lagu Agnes Monica "Tak Ada Logika" soal cinta.

Hah entahlah ngomong apa ini. Berhubung sudah malam. Sampai sini dulu ya readers. Next time disambung lagi. :)



Note: For someone in the dialogue, when you read this, you know it's you, then contact me. Ok? :)

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!