Follow Us

Sunday, February 4, 2018

Kisah Nyata dan Karma



Kisah nyata

Di suatu hari minggu saya pergi ke Atrium Senen. Niat hanya ingin makan siang menjelang sore. :) Saya memilih tempat makan di lantai 3. Selesai mengantri di kasir, saya mencari tempat duduk. Dan ternyata penuh. Semua kursi sudah ada yang mengisi walau cuma dua orang dalam satu tempat. Ada pula yang hanya satu orang. Saya berbalik ke arah kasir, ternyata di sebelah kasir juga penuh.

Kembali lagi berjalan ke tempat awal yang memang kursinya lebih banyak, saya hampiri satu meja yang hanya ada 1 orang, seorang wanita muda. Saya tanya apakah kosong (di depannya memang kosong karena dia sendirian). "Kalau mau duduk di situ silahkan," kata si wanita muda itu. Tapi dengan muka sewotnya itu loh ya ampun . Dia bilang ada temannya yang sedang pesan. Baiklah, saya pun melipir pergi. Tahu dirilah saya ini ceritanya. Padahal kalau mau dipikir sih ya, yang sudah pesan dan membawa makanan itu lebih berhak duduk ketimbang yang belum. Tapi ya sudahlah. Tak ada peraturan tertulis demikian juga di sana. 

Saya berjalan ke depan hingga ujung. Lalu seorang ibu memanggil saya. Ibu itu berkata, "Mau Ibu panggil dari tadi." Maksudnya pas pertama saya berjalan pertama ke arah ibu itu duduk.

"Gapapa saya di sini, Bu?" tanya saya. Baik sekali ibu ini, batin saya.
"Gapapa..." jawab si Ibu.

Saya pun menaruh minuman dan duduk di situ. Lalu kami mengobrol. Ternyata si ibu habis belanja dengan anaknya. Si Ibu cerita kalau anaknya kerja di BUMN di bagian accounting dan sering pulang malam. Si Ibu juga bilang anaknya mau mengambil S2. Biaya masuknya seratusan juta. Tampak jelas ibu ini bangga sekali menceritakan anaknya. Hmm, sementara kalau dibandingkan dengan saya sih ya, jomplang sangat! Saya modal gratisan (hehe).

Tidak lama kemudian si anak gadis ibu itu datang membawa makanan.
Dia bilang, "Pindah yuk, Ma."

Si Ibu tidak mengiyakan atau menolak. Tampak di wajahnya kalau si ibu merasa tidak enak untuk mengusir saya ataupun jika dia yang harus pindah. Sebagai seorang yang berperasaan alias sensitif, jelas saja saya paham bahwa anaknya tersebut tidak ingin ada kehadiran saya. Saya pun juga tidak nyaman sebenarnya.

"Mbak ini sama siapa?" tanya anaknya seketika ke saya.
"Sendiri," jawab saya langsung. Lalu saya bilang, "Saya saja yang pindah, Bu."

Saya tahu diri dalam kondisi tersebut. Saya pun mengemasi barang dan minuman saya. Saya menuju meja lain yang saya perhatikan ternyata sudah ada yang kosong. Alhamdulillah. :)

Di meja baru, makanan saya datang. Saya pun menikmati hidangan itu. Saya masih merasa "wow" dengan kejadian yang saya alami. Memang saat itu sedang ramai ya. Saya tidak habis pikir saja dengan orang yang begitu egois. Itu tempat makan publik ya, bukan rumah sendiri. Bukan pula tempat yang perlu reservasi sehingga orang lain tak bisa mengganggu. 

Tidak lama kemudian tiba-tiba seseorang bilang ke saya, "Boleh duduk di sini?"
"Silahkan..." jawab saya welcome

Saya langsung tersenyum dalam hati. Tadi saya mendapat tumpangan duduk (walau terusir), dan setelah itu giliran saya yang memberi tumpangan ke orang lain. Allahu akbar! :)

Saat si ibu tadi selesai makan dan melewati saya, ibu itu tersenyum ramah. Dan saya pun membalasnya. Memang sangat berbeda ya bagaimana sikap orang yang jauh lebih dewasa dengan anak muda jaman sekarang. Padahal sih ya berpendidikan. :)




Karma

Apakah kamu percaya karma? Karma yang familiar di telinga kita sebagai orang Indonesia adalah apabila kita berbuat baik maka akan mendapat balasan yang baik sementara apabila kita berbuat maka akan mendapat balasan yang buruk. Dengan kata lain, kita akan mendapatkan setimpal dengan apa yang kita tanam.

Setahu saya karma itu tidak ada dalam ajaran islam. Mungkin lebih tepat kita menyebut tanam tuai ketimbang karma. Dalam kehidupan ini saya sering kali mengalami peristiwa-peristiwa kecil yang menurut saya "wow".

Seperti kisah di atas, saya langsung bertukar posisi dari yang sebelumnya mendapat tumpangan duduk, tak lama kemudian gantian saya yang didatangi orang lain untuk mendapat tumpangan duduk. Saat itu saya merasa seperti diuji oleh Allah apakah tindakan yang akan saya ambil jika saya berada di posisi nyaman sementara orang lain butuh bantuan. Kenapa orang itu datangnya ke meja saya?

Apakah itu kebetulan? 
Hey, bukankah tidak ada kebetulan di dunia ini? 
Bukankah selembar daun pun tidak jatuh melainkan sudah digariskan oleh-Nya?



#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikdanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe1

2 comments:

  1. Wah, say. Dirimu sampe mengalami kejadian kayak gitu ya. Sebagai sesama yang sering makan sendiri, aku juga sering harus bergabung dengan orang atau menyilahkan orang bergabung. Aku pikir itu ga jadi masalah. Jadi aku heran aja dengan mereka. Dan aku juga percaya dengan kekuasaan Allah SWT. Jika kita memudahkan orang lain, maka orang lain akan memudahkan kita. Kadang balasannya hal yang tidak kita sangka-sangka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha betul say. Dan rasanya itu wow. Aku ga ngeh kalo semestinya minta tolong pelayan aja biar dia yang nyariin tempat duduk. Pelajaran berharga 😊

      Kalau kita sih sepertinya sepemikiran ya kalau ada yang mau gabung silahkan...

      Delete

leave your comment here!