“Ketulusan tak pernah salah, hanya kadang singgah di hati yang belum siap menerimanya.”
Ada satu pelajaran yang tidak pernah diajarkan di sekolah, tidak dijelaskan di buku-buku motivasi, dan bahkan tidak bisa dihindari meskipun kita sudah berhati-hati: terlalu tulus ke orang yang salah.
Kita pernah mengalaminya.
Memberi tanpa pamrih. Mendengarkan tanpa bosan. Memahami tanpa diminta. Kita pikir itulah cinta yang seharusnya—murni, ikhlas, dan sepenuhnya. Tapi ternyata, tidak semua orang bisa menghargai ketulusan seperti itu. Ada yang hanya datang untuk mengambil, tapi tak pernah berniat tinggal. Ada yang hanya ingin hangatnya perhatian, tapi tak pernah siap memberi balasan.
Lucunya, saat kita terlalu tulus, kita dianggap lemah. Dianggap mudah. Padahal, perlu keberanian besar untuk mencintai seseorang sepenuh hati tanpa jaminan akan dibalas. Ketulusan bukan kelemahan—itu kekuatan yang hanya dimiliki oleh mereka yang benar-benar berani terluka.
Yang menyakitkan bukan cuma kepergian mereka. Tapi kenyataan bahwa kita sudah memberikan versi terbaik dari diri kita pada orang yang tidak layak. Kita menghapus air mata mereka, padahal suatu saat mereka yang membuat kita menangis. Kita bertahan demi mereka, tapi mereka justru pergi saat kita mulai lelah.
“Jangan salahkan hatimu karena tulus. Salahkan mereka yang tidak tahu cara menjaganya.”
Namun dari semua luka itu, kita belajar. Bahwa tidak semua kebaikan harus diberikan sekaligus. Bahwa mencintai diri sendiri lebih dulu adalah bentuk cinta paling penting sebelum mencintai orang lain. Bahwa ketulusan memang indah, tapi harus ditempatkan pada hati yang tepat.
Kini, kita tidak menyesal pernah terlalu tulus. Karena dari sanalah kita tahu siapa yang layak dan siapa yang tidak. Dari situ, kita belajar menjadi lebih bijak dalam mencintai. Bukan menjadi dingin, hanya lebih berhati-hati. Bukan trauma, hanya lebih sadar bahwa tidak semua orang punya hati yang sama.
Kalau kamu sedang merasa terlalu tulus ke orang yang salah, peluk hatimu. Maafkan dirimu. Kita tidak bodoh. Kita hanya sedang belajar.
Dan suatu saat, ketulusan kita akan menemukan rumah yang tepat.
“Pada akhirnya, yang tulus akan bertemu dengan yang benar-benar menghargai.”
No comments:
Post a Comment
leave your comment here!