Follow Us

Saturday, March 3, 2018

Childhood Memory: Became So numb

Kalian yang membaca tulisan ini, pasti pernah menjadi anak-anak kan? Kalian pasti mempunyai kisah masa kecil masing-masing yang saya yakin masih kalian ingat dengan baik. Tentunya kalian juga mempunyai kisah menarik yang tak terlupakan di masa kecil. Paling tidak ada satu cerita saja yang paling berkesan. Entah itu kisah yang menyenangkan ataupun sebaliknya, kalian pasti punya. 

Saya pun sama. Saya juga punya kisah yang masih terus saya ingat. Suatu ketika di sore hari saya bermain dengan teman saya perempuan dua orang. Mereka kakak adik tapi hanya terpaut setahun saja jadi sama besarnya. Kami main di depan rumah saya.

Main apa? Jaman dulu ini kemungkinan besar saya tomboy. Tapi saya tidak pernah merasa tomboy. Saya selalu merasa sebagai perempuan normal hingga saat ini. Tapi mungkin ada jiwa maskulin? Entahlah ya. Hehe :)

Saya main koprol-koprolan di atas rumput. Hah? Serius? Iya serius. Kedua teman saya duluan koprol sambil awalnya lari-lari kecil. Berhubung kedua teman saya berhasil, lalu saya pun mencoba. Begitu saya mencoba koprol, tiba-tiba terdengar suara "krek" di telinga saya dengan jelas. Apa itu?

Saya merasakan kesakitan teramat sangat dan saya pun tak kuat untuk tidak menangis. Tangan kanan saya patah Readers. Kalian bisa bayangkan bagaimana sakitnya. Itu tangan saya bengkok. Tulangnya patah pas di tengah-tengah dan kelihatan benar menonjol. Saya menangis sambil duduk itu ya Allah... 


Singkat cerita saya dibawa ke sangkal putung untuk diperban. Tapi saya sebelumnya berobat ke mantri (jaman dulu di sana adanya mantri kesehatan -- istilah untuk male nurse atau perawat laki-laki ya sebenarnya kalau jaman sekarang) dulu. Ke tukang sangkal putung itu atas rekomendasi si mantri. Di tempat sangkal putung, tukang sangkal putungnya bapak-bapak tua. Bapak itu terkenal sebagai tukang sangkal putung. Eh, kalian tahu kan sangkal putung apa?

Oke, di sana sebelum tangan saya diperban, tangan saya diolesi minyak. Entah itu minyak apa tapi yang jelas tangan saya jadi adem semriwing dan tidak merasakan sakit sama sekali. Padahal sebelumnya sakit tak tertahankan. Saya heran kenapa bisa begitu? Otak anak-anak saya bertanya-tanya. Peristiwa ini sungguh tak terlupakan bagi saya.

Lalu tangan saya diukur-ukur dengan bambu. Wah saya pikir bakal diberi bambu tapi ternyata tidak. Tangan saya diperban biasa dan tidak boleh kena air sampai 3 bulan (kalau tidak salah ingat). Giliran dibuka perban, wow belang deh dengan kulit yang lain. Jadi putih... :)

Selama masa ini, saya kan sudah sekolah SD ya, saya pun struggle untuk bisa menulis. Saya latih tangan kiri untuk menulis. Sulit... :(

Tapi saya berhasil membuat tangan kiri saya lihai untuk bermain bola bekel. Bahkan lebih jago dari tangan kanan. Sampai sekarang kalau mau dites, saya masih bisa hehe. Justru tangan kanan terasa kaku. Tangan kiri lebih luwes.

Sedihnya saat sekolah adalah selain kesulitan menulis, saya tidak kuat mengangkat bangku untuk dinaik-turunkan setelah pulang sekolah untuk dibersihkan teman-teman ruangannya. Untungnya teman saya perempuan yang duduk di belakang saya berbaik hati membantu saya. Dia memang gempal badannya jadi tenaganya kuat. Terima kasih ya Sobat! Terharu... T.T

Biarpun saya mengalami kejadian sedemikian rupa, rupanya prestasi sekolah saya tidak terpengaruh. Saya tetap juara loh hihi. Bukan sombong ya ini :)

Oke, kembali soal sensasi dingin dan tak terasa sakit tadi (mungkin istilah bahasa Inggrisnya numb), saya bertanya-tanya apakah si bapak itu menggunakan jampi-jampi alias ilmu klenik? Ataukah memang semacam obat bius lokal?

Hmm... saya masih belum menemukan jawabannya... 

Adakah kalian yang tahu?






No comments:

Post a Comment

leave your comment here!