Follow Us

Friday, March 2, 2018

Terencana vs Tidak Terencana



Sekitar sebulan lalu saya pergi ke Gramedia Matraman dengan teman saya sekosan. Kami pergi dari sekitar jam 10 pagi sampai siang habis zuhur. Karena siang adalah waktunya jam makan siang,  saya bilang ke teman saya kalau saya mau mampir beli makan dulu nanti di perjalanan menuju kosan. Teman saya bilang dia tidak mau beli makan. Oke tak apa, saya sendiri saja yang beli.



Kami cukup naik angkot M01 menuju lampu merah Pasar Kenari lalu berjalan kaki pulang. Sampai di deretan orang jual makanan, saya berhenti di satu tempat, dan dia masuk ke tempat sebelah lain sebelah saya, warung makan. Rupanya, pelayanan di tempat saya beli agak lama jadi saya harus menunggu. Sementara dia sudah selesai lebih dulu dan mendatangi saya. Saya bilang ke dia:

"Katanya ga mau beli makan tadi?"

"Emangnya segala hal harus sesuai rencana?" balasnya bernada yang menurut saya tidak enak. Bisa jadi saya saja yang sensitif sih ya.

Jleb! Menohok rasanya. Tapi saya tidak merasa tersinggung ataupun marah. Malah hal itu menjadi perenungan buat saya.

"Ya nggak sih," jawab saya spontan.

Saat itu otak saya berpikir dan memahami bahwa kami berbeda. Dan saya bisa menerima itu.

Saya paham bahwa dalam hidup kita ini tidak selalu sesuai rencana antara harapan dan kenyataan. Karena saya yakin di sana ada campur tangan Tuhan. Itu pertanda bahwa hidup kita ada yang mengatur.

Saya juga bisa menerima bahwa kita bisa sewaktu-waktu berubah. Hal ini bisa terjadi pada siapa pun. 

Untuk kasus yang saya ceritakan tadi, saya memang sudah berencana beli makan di perjalanan pulang menuju kos sementara dia tidak. Tapi pada kenyataannya dia beli juga. Dari sini saya menyimpulkan (atas dasar pemikiran yang dangkal) bahwa saya terbiasa dengan rencana

Saya terbiasa merencanakan dalam otak saya bahwa saya akan melakukan ini, ini dan ini untuk hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari saya. Dan itulah yang kemudian saya kerjakan. Bahkan hal kecil seperti beli makan, saya sudah merencanakan dan kemudian merealisasikan. Saya ingin beli ini dan itu, sudah saya pikirkan. Saya menargetkan sampai tanggal sekian, saya harus selesai revisi paper, submit, mengerjakan tugas ini dan itu yang kemudian sukses saya kerjakan. 

Dan saya adalah tipe orang yang ketika merencanakan sesuatu ya saya berusaha untuk menepati. Bukan tipe labil yang mudah sekali goyang atau membatalkan rencana. Kecuali jika memang ada sesuatu di luar rencana itu bukan kuasa saya.

Selama ini sih saya tidak pernah merasa bahwa saya tipe orang yang terencana. Tapi saya jadi merenungi. Penting tidak sih? Hehe

Seperti ketika saya berencana untuk kembali ke sini setelah liburan panjang kemarin, awalnya saya memasang target pulang tanggal sekian karena sudah berencana pindah kamar dan pas sekalian ada rencana jalan dengan teman-teman. Ternyata, rencana jalan itu gagal. Ok, saya terima. Saya pun memutuskan tidak jadi pulang tanggal tersebut. Buat apa pulang terlalu cepat jika tidak ada yang dikerjakan. Kemudian saya set tanggal pulang mendekati jadwal masuk kuliah. Rupanya, tiba-tiba ada email akan ada semacam penjelasan topik karya akhir selama 5 hari di kampus. Waduh, itu penting kan. 

Saya pun menimbang-nimbang bagaimana sebaiknya. Email waktu itu hari jumat seingat saya sementara jadwal penjelasan topik mulai senin. Oh no! Mepet! Karena saya mesti pesan tiket pesawat dan mempersiapkan segala halnya. Atas pertimbangan yang matang akhirnya saya memutuskan kembali ke rencana awal saya pulang sesuai rencana awal. Saya lebih bisa bernafas. Saya punya banyak waktu untuk bersiap diri alias tidak terburu-buru.

Kala itu saya merasa bahwa saya ini harus berjalan sesuai rencana. Jika terdistrak maka tidak ikhlas menjalankannya. Meskipun sebenarnya saya tidak sekaku itu juga.

Memang sih saya tahu perubahan rencana itu hal biasa. Tapi tetap lebih baik semua sesuai rencana. Biar hati pun juga enak menjalaninya. Ikhlas begitu ya. :)

Bagaimana denganmu? Adakah yang setipe dengan saya?








No comments:

Post a Comment

leave your comment here!