semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Monday, February 6, 2017

Winter in Tokyo (4) : End

2/06/2017 05:51:00 AM 0 Comments


Sambungan kisah saya yang sebelumnya sudah saya posting. Tapi baru sekarang sempat posting. Tak mengapalah yang penting tetap berbagi dengan kamu semua. 


Cerita sebelumnya:
Winter in Tokyo (1) : Persiapan
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 1 (Kyoto)
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 2 (Gotemba/Mount Fuji/Owakudani Hall Valey/Ropeway)
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 3 (Kaminarimon/Shibuya/Shinjuku/Harajuku)
Winter in Tokyo (3) : Oleh-Oleh Khas


Kesimpulan

Dari awal datang hingga pulang, kebanyakan aktivitas kami adalah jalan dan jalan. Maksudnya jalan benaran pakai kaki. Sampai pegal sekali kaki saya. Maklum, jarang bergerak selama di Indonesia. Dan memang orang Jepang jalannya cepat-cepat meski sudah tua sekalipun. Saya yang muda merasa kalah. Tapi alhamdulillah saya kuat jalan (tanpa mengeluh capek meski sebenarnya capek sangat) dari pagi hingga malam di sana. Hebatnya, begitu bangun pagi sudah hilang itu capek. Wow!

Teman lain ada yang jalannya harus lambat-lambat loh padahal sih seumuran dengan saya sepertinya (katanya lecet mungkin karena badannya memang agak padat). Saya bersyukur sajalah masih diberi kekuatan biarpun tidak pernah olahraga dan dibilang kurus. Thanks to Allah. :) Saya juga tidak melihat orang gemuk di sana. Standarlah. Cenderung kurus-kurus sih. Mungkin karena banyak jalan kaki dan bersepeda. Padahal jalan dari stasiun ke luar termasuk jauh loh menurut saya. Hebat!

Buat yang mau menguruskan badan, recommended nih hidup di Jepang. :)

1. Di Jepang, saya tidak melihat orang bawa motor loh. Paling sepeda yang banyak berseliweran. Mobil pribadi juga jarang. Public transport di sana memang bisa diandalkan sih. Keretanya tepat waktu. Selama di sana saya mencoba subway, shinkansen, taksi dan bus kecil semacam metromini kalau di Jakarta yang kami pakai pada hari kedua ke Gotemba dan perjalanan pulang dari hotel menuju Haneda Airport (charter).

2. Oya, sewaktu naik kereta, saya terkagum-kagum. Kenapa? Karena orang-orangnya cakep-cakep. Oh God... hihihi. Biarpun sudah tua kelihatan kalau mereka cantik dan ganteng. Padahal kalau saya nonton drama Jepang, aktor aktrisnya tidak secantik dan ganteng Korea. Tapi orang biasa justru cantik dan ganteng. Dulu kala doktrinnya orang Jepang itu pendek dan hidung pesek. Nyatanya sekarang (saat saya melihat langsung di sana) tidak demikian. Hidungnya mancung-mancung. Dan tingginya mungkin samalah seperti orang Indonesia. Mungkin memang sudah banyak perubahan ya.

Kartu subway
Sebenarnya saya ingin menyimpan kartu ini buat kenang-kenangan.
Tapi apa daya, begitu kartu dipakai arus balik langsung masuk ke mesin.
Tak seperti di Indonesia yang bisa dibawa pulang dan dibuang. 😊

3. Orang Jepang itu kalem. Maksudnya saya sewaktu di kereta mereka tidak ada yang berisik. Tidak ada bunyi handphone atau orang ngobrol kencang-kencang apalagi ketawa-tawa. Selfie-selfie juga tidak ada. Saya perhatikan mereka baca koran, buku, atau hp. Hebat!

4. Di Kyoto, waktu saya dan teman saya melihat-lihat pernak-pernik, tiba-tiba ada yang menyapa kami. Hah? Kok bisa? Siapakah itu? Ternyata seorang lelaki muda readers, mana cakep lagi (uhuy 😊). Setelah kami mengobrol (dengan bahasa Inggris) ternyata dia bisa bahasa Indonesia dan ternyata lagi dia pernah tinggal di Malaysia. Oh pantesan. Bahkan dia cerita diberi nama muslim sama bapak yang ditumpanginya tinggal selama di sana. Dia menyapa kami karena dia lihat kami berhijab (Oh God... I am proud to be a muslim woman) dan dia tahu wajah-wajah kami ini wajah Indonesia (serumpun dengan Malaysia jadi tak beda jauh). Ramah kan orangnya?

5. Sewaktu saya pulang dari Kyoto mau kembali ke Tokyo, kan saya duduk di samping seorang pria (saya taksir usianya lebih muda dari saya). Sewaktu dia mau makan roti, dia tawarin ke saya loh padahal kan saya orang asing. Sewaktu dia mau turun lebih dulu (dia duduk dekat jendela) dia juga bilang "sumimasen". Sopan banget kan?

6. Sewaktu di toilet Shibuya mall, saya masuk salah satu kamar, bersih banget. Tidak ada bekas air menempel di dudukan toilet. Dan tidak ada petugas kebersihan toilet seperti di mall-mall Indonesia. Toiletnya juga sudah canggih sih. Banyak tombol pencetnya. Untuk lansia atau ibu yang membawa anak kecil juga kamar toiletnya tersendiri. Bedalah dengan di negara kita. :)

7. Saya perhatikan, orang Jepang tak suka pakai warna mencolok (terang). Selama di sana, di kereta subway atau di perbelanjaan, warna yang dipakai mayoritas adalah hitam atau coklat dengan turunannya. Penasaran, saya lihat-lihat juga tuh baju-baju atau jaket yang dijual di perbelanjaan memang warnanya warna itulah. :)

8. Orang Jepang banyak yang tak bisa bahasa Inggris. Sewaktu saya belanja beberapa kali, penjualnya tak bisa diajak bicara bahasa Inggris. Ada juga yang bisa tapi terbatas. Ya, setidaknya waktu bilang "take away" mengerti. Sewaktu di restoran Turki, penjualnya bisa bahasa Inggris. Memang bukan orang Jepang sih. :)

9. Beberapa kali belanja di tempat yang berbeda, tak ada tuh kembalian permen dan sejenisnya. Kembalian ya duit biarpun duit receh. Karena di sana ada pecahan terkecil 1 yen. Dan 1 yen itu laku. Tidak seperti di negara kita yang pecahan terkecilnya sudah tak laku.

Recehan yen - 1, 5, 10, 50, 100 yen (kanan ke kiri)
Yang bolong di tengah menunjukkan angka 5 (5 yen kuning dan 50 yen putih)

10. Oya, sepertinya uang saku saya kebanyakan nukarnya. Mungkin karena saya tidak banyak belanja mahal-mahal. Paling mahal adalah harga tiket PP Tokyo-Kyoto habis sekitar 2,7 juta. Sementara saya nukar 7 juta rupiah (6.542 yen) dan saya juga cuma sebentar di sana tidak extend. Jadi uang saya masih ada sisa sekitar 70 ribu rupiah (recehan yen). Tinggal segitu karena untungnya dipinjam teman saya yen-nya berapa ribu yen hehe. Alhamdulillah.

Saya masih menyimpan kartu kereta pasmo. Sipa tahu next time ke sana lagi bisa dipakai lagi. Ngarepdotcom. :)


Lanjut part 5 ya...


All pictures credit to Reana (taken by me)




Sunday, February 5, 2017

Winter in Tokyo (3) : Oleh-Oleh Khas

2/05/2017 05:02:00 PM 0 Comments
Setiap kali kita bepergian, sewaktu sampai di tempat asal, pertanyaannya adalah mana oleh-olehnya? Betul? Yang pernah bepergian pasti pernah mengalami kan? Pergi ke mana sajalah tak pula harus ke luar negeri.

Itulah budaya di negara kita. Budaya keakraban dan ramah tamah. Betul?

Sebenarnya ada sisi positifnya juga sih. Bagi yang membawa oleh-oleh, hitung saja sebagai sedekah. Nanti Allah yang akan mengganti berlipat-lipat. Setuju? Tidak pula harus dijadikan beban. Dan membawa oleh-oleh ini harus dalam rangka ikhlas dari hati. Bukan paksaan atau rasa tak enak hati. Biar Allah yang melihat niat kita. Nikmat berbagi itu tak ada duanya loh. Catet! Bersyukur berarti kita tangan di atas, bukan tangan di bawah. Ingat kan pepatah tua itu? Sipp :)

Dan kalaupun kita tak ingin membawa oleh-oleh juga tak mengapa sebenarnya tak ada norma tertulisnya juga. Jadi, kenapa juga harus merasa tak enak. Tak akan ditangkap polisi kok. Santai.

Sisi positif bagi yang menerima oleh-oleh adalah rasa bahagia. Ya iyalah gratisan san san... :)

Siapa yang tak suka gratisan? Saya juga suka hehe. 

Bagi yang sudah membaca posting saya sebelumnya pasti tahu apa saja yang saya beli. Saya sengaja sih beli yang keras-keras alias tidak bisa dimakan. Kalau yang bisa dimakan takut tak halal. Plus cari yang murah meriah mengingat harga di sana melambung tinggi. Dan cari yang ringan dibawa pulang alias tidak makan tempat.

1. Tokyo Tower


Beli di Tokyo Tower -
sebenarnya Tokyo Tower bukan merah warnanya
tapi karena saya suka merah jadi pilih yang ini 😊

2. Sarung Tangan

Ini beli di Daiso. Di sini murah-murah. Mungkin semacam Multi mart serbu gitu kalau di Indonesia.


3. Gantungan Kunci

Beli di Kyoto

Beli di Tokyo Tower

4. Magnet Kulkas

Beli di Kyoto

Beli di Tokyo Tower


5. Gantungan Kaca

Beli di Kaminarimon
6. Gantungan HP
Beli di Kaminarimon


7. Sumpit
Beli di Haneda Airport duty free shop pas mau pulang. Tidak niat beli-beli. Gara-gara waktu tunggu masih panjang dan uang yen masih sisa banyak, akhirnya beli juga. Ini akibat lihat-lihat. Laper mata. Maaf tak sempat foto. 😊
Beli sumpit niatnya mau dipakai karena saya juga pakai sumpit tupperware. Tapi saya tinggal di rumah ibu saya.

8. Bento
Beli di Haneda Airport duty free shop. Maaf tak sempat foto. Ini bentuknya lucu. Ada pasangan untuk cewek cowok loh. Cocok untuk bekal (anak saya nanti hehe in the future). Tapi saya cuma beli satu. Harganya lumayan.

9. Headset
Beli di Haneda Airport duty free shop.



10. Gantungan kunci Samurai titipan anak bos
Bos saya bilang, anaknya nitip samurai. Samurai? Pedang samurai? Akhirnya saya belikan gantungan pedang samurai. Lumayan besar ukurannya dibanding gantungan kunci lain yang saya beli. Cocoklah untuk anak lelaki abege. 😊

Beli di Kyoto


11. Keramik pajangan
Beli di Kyoto. Maaf tak sempat foto.


12. Lain-lain itu banyak sekali tapi saya tidak beli. Hehe.


Setelah di list ternyata banyak juga macam yang saya beli. Hehehe. Yang mahal cuma headset. Lainnya di bawah 100 ribu per item. Kalau gantungan kunci sekitar 40-50 ribu rupiah per item. Mahal sih memang kalau menurut saya. Yang paling murah justru sarung tangan itu. Sekitar 10 ribu saja per item.

Saya beli itu pakai hitungan. Berhubung mau dibagi-bagi ke saudara, ponakan dan teman dekat jadi banyak itemnya. Plus dipakai sendiri.

Jadi kalau traveling ke sana tak usah beli macam-macam. Apa-apa serba mahal. Kalau tak siap duit banyak. Makanya kalau saya traveling lagi juga niatnya traveling saja. Beli sekedarnya saja. Yang bermanfaat setelah dibawa pulang. Jangan nganggur. Sayang itu duit nganggur. Hehe 😊


All pictures credit to Reana (taken by me)


Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 3 (Kaminarimon/Shibuya/Shinjuku/Harajuku)

2/05/2017 02:23:00 PM 0 Comments
Gerbang masuk 


Sambungan kisah saya yang sebelumnya sudah saya posting. Tapi baru sekarang sempat posting. Tak mengapalah yang penting tetap berbagi dengan kamu semua. Jadi, beberapa posting ke depan adalah lanjutan kisah perjalanan saya ke Jepang ya. 


Cerita sebelumnya:
Winter in Tokyo (1) : Persiapan
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 1 (Kyoto)
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 2 (Gotemba/Mount Fuji/Owakudani Hall Valey/Ropeway)


3. Kaminarimon/Shibuya/Shinjuku/Harajuku


Kaminarimon ini ramai pengunjung. Ada rombongan anak sekolah usia TK atau SD kali. Duh, lucu-lucu banget mereka. Senang saya melihatnya. :)


Ini dia kuilnya

Di Kaminarimon ini yang biasa dilihat adalah kuil. Jadi melihat biksu lagi pada sembahyang deh. Jadi objek wisata. Foto-foto dan beli pernak-pernik (lagi). Di sini cuma sebentar sih. Kami lanjut ke Shibuya. Itu loh yang terkenal ada patung anjingnya. Ada yang pernah nonton filmnya? Ada versi Jepang maupun hollywood. Saya nonton yang hollywood. Ngantri loh kalau mau foto background patung tadi.

Memang sih persimpangan Shibuya ini ramai sekali. Ini persimpangan yang sering ada di drama-drama Jepang. Bagi yang suka nonton drama Jepang pasti tahu. Di Shibuya ini saya menemani teman saya tukar yen di sebuah bank. Eh lebih mahal sedikit dibanding waktu saya tukar di Indonesia (ya iyalah kurs kan bergerak terus). Setelah itu teman bilang ingin beli Kit Kat Green Tea dulu buat oleh-oleh.

Ini saya lagi jalan di persimpangan Shibuya pas lampu merah. Pakai hijab motif bendera Inggris. Wah baru sadar itu tali tasnya kebalik yang kanan. Hihi 😊


Di sini juga anaknya teman saya (si ibu tadi) beli sepatu booth. Murah-murah sih memang. Ya semoga saja memang dipakai. Tapi memang si ibu dan anak ini hobi jalan-jalan.

Dari Shibuya lanjut ke Shinjuku lalu Harajuku karena berdekatan. Tempat perbelanjaan juga sih di sana. Sembari yang lain masuk ke toko-toko, saya mencari tempat untuk sholat. Ketemulah tempat sepi. Jalan sih itu sebenarnya. Pas di depan sekolah anak sepertinya. Seperti biasa, saya gelar pashmina. Orang lewat tak ada yang reseh sih alhamdulillah bisa sholat dengan sempurna. Kalau tidak salah ingat saya masih menjaga wudhu sewaktu dari Shibuya. Sebelum ikut rombongan pergi, saya wudhu di toilet.

Di jalan depan sini saya menggelar pashmina


Setelah itu saya ikut melihat-lihat. Akhirnya saya beli sarung tangan murah di sini. Hehe.

Cerita selanjutnya:
Winter in Tokyo (3) : Oleh-Oleh Khas
Winter in Tokyo (4) : End

Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 2 (Gotemba/Mount Fuji/Owakudani Hall Valey/Ropeway)

2/05/2017 09:15:00 AM 0 Comments
Gunung Fuji


Sambungan kisah saya yang sebelumnya sudah saya posting. Tapi baru sekarang sempat posting. Tak mengapalah yang penting tetap berbagi dengan kamu semua. Jadi, beberapa posting ke depan adalah lanjutan kisah perjalanan saya ke Jepang ya. 

Cerita sebelumnya
Winter in Tokyo (1) : Persiapan
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 1 (Kyoto)


2. Gotemba/Mount Fuji/Owakudani Hall Valey/Ropeway

Kalau ke Gotemba ini bareng rombongan pagi-pagi. Naik bus sewaan untuk sampai ke sana. Sampai si sana ya foto-foto background-nya Gunung Fuji yang lagi ketutup salju. Jalan-jalan juga ke pertokoan. Karena di situ banyak juga outlet barang branded. Kalau saya sih tidak beli apa-apa di sini. Kalau teman saya (ibu-ibu) beli jaket tebal untuk musim dingin.

Itu pakai syal buatan sendiri yang pernah saya posting di blog ini
Red merino bulky scarf
Proud hehe 😊

Dari sini kami lanjut ke Owakudani. Naik kereta gantung adalah agenda pertama. Setelah itu baru kami berjalan kaki ke atas. Di sana ada telor hitam (balut belerang kayanya makanya hitam). Ya nyobain itu. Apa namanya ya lupa saya. Tapi saya benar-benar kehabisan tenaga jalan ke sana. Berasa mau pingsan. Tapi saya lihat ibu-ibu yang bareng saya itu enerjik sekali (anaknya saja kalah hehe) jadi saya terpicu juga harus bisa sampai ke atas. Memang saya belum sarapan juga sih (jangan ditiru). Mana anginnya kencang dan dingin. Wuihh...

Begitu sampai di atas alhamdulillah... :) Foto-foto lagi...

Setelah turun, biasalah jalan-jalan di pertokoan siapa tahu ada yang mau dibeli. Tapi saya tidak beli juga hehe. Saya sempatkan sholat zuhur di parkiran bus. Nah ini dia sulitnya kita sebagai muslim saat melancong ke negara bukan muslim. Karena kita punya kewajiban sholat 5 waktu sehari tidak boleh skip sekalipun, jadi ya sholat di mana saja yang bisa. Saya ambil wudhu dulu di toilet lalu sembari menunggu teman lain berkumpul, sholat di lantai parkiran menggelar pashmina. Alhamdulillah.

Acara selanjutnya adalah menuju Tokyo Tower. Kami naik ke atas. Di sana ternyata banyak pernak-pernik yang dijual. Saya beli gantungan kunci Tokyo Tower dan Sky Tree. Hehe.

Tiket masuk Tokyo Tower


Suasana di dalam Tokyo Tower atas

Ini foto-foto kota metropolitan Tokyo malam hari yang saya ambil dari Tokyo Tower.








Sky Tree - foto dari bawah cuma bisa dapat segini

Dari sini baru acara bebas. Saya ikut teman-teman jalan menuju Sky Tree. Tapi cuma di bawahnya saja karena sudah kemalaman tutup. Yah... Lanjut deh beli makan malam. Saya cuma berani beli di restoran Turki (chicken kariage). Oya, ini makanan khas Jepang dari gurita. Takoyaki!

Takoyaki 


Pulangnya saya, si ibu dan anaknya naik taksi ke hotel. Dan ternyata tidak mahal kok. Saya lupa berapa. Dan memang tidak jauh juga sih. :)

Cerita selanjutnya:
Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 3 (Kaminarimon/Shibuya/Shinjuku/Harajuku)
Winter in Tokyo (3) : Oleh-Oleh Khas
Winter in Tokyo (4) : End


All pictures credit to Reana

Saturday, February 4, 2017

Mau Produk Gratis Hometester?

2/04/2017 04:27:00 PM 0 Comments



Hai hai! Saya mau bagi-bagi info buat kamu yang suka gratisan. Hometester menawarkan produk sampel gratis dari berbagai merk untuk kamu coba. Kamu hanya perlu duduk di depan gadget, isi formulir dan tunggu produk datang ke rumah kamu.

Caranya mudah banget. Simak!
1. Register ke website https://hometesterclub.com
2. Pilih produk yang mau kamu coba, isi formulirnya
3. Tunggu sekitar 3 mingguan pemberitahuan via email jika kamu beruntung
4. Tunggu produk datang
5. Coba produk dan beri review. 

Kalau pengalaman saya sendiri sih saya dapat produk Dove Hairfall Treatment Shampoo and Conditioner plus Body Wash Deeply Nourishing. Lumayan kan? Saya memang suka dove sih wanginya enak segar. 

Itu pertama register dapat produk tersebut. Padahal saya pikir tidak dapat karena sudah lama dari saya register tidak ada kabar. Tak tahunya... tiba-tiba dapat email pemberitahuan. Lalu ada mbak yang telpon saya nanya sudah terima belum produknya. Saya bilang belum. Eh, besoknya paket datang. Si mbaknya telpon lagi. Saya bilang sudah terima. Cepat banget.

Kalau teman saya sudah berkali-kali dapat. Hoki banget mereka. Semoga saya juga dapat lagi. Hehe. Aamiin.

Senang kan gratisan? 😊

Winter in Tokyo (2) : Kisah Perjalanan 1 (Kyoto)

2/04/2017 10:57:00 AM 0 Comments



Sambungan kisah saya yang sebelumnya sudah saya posting. Tapi baru sekarang sempat posting. Tak mengapalah yang penting tetap berbagi dengan kamu semua. Jadi, beberapa posting ke depan adalah lanjutan kisah perjalanan saya ke Jepang ya. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik.

Cerita sebelumnya: Winter in Tokyo (1) : Persiapan


1. Kyoto
Ke Kyoto ini sebenarnya di luar agenda rombongan. Jadi, saya dan sobat saya merencanakan untuk jalan-jalan ke luar Tokyo begitu tiba di sana. Awalnya banyak yang kami rencanakan. Tapi karena waktu tidak memungkinkan, akhirnya kami hanya ke Kyoto. Sampai di Kyoto pun sudah mulai gelap jadi kami hanya berjalan-jalan di sekitaran stasiun. Tak apalah yang penting sudah sampai di Kyoto dan bisa melihat Kyoto secara langsung. :)

Jadi begitu kami bisa nitip barang di Hotel MyStays Asakusa Tokyo, kami langsung memutuskan pergi ke Kyoto. Kami berjalan kaki menyusuri salah satu jembatan yang menyebrangi Sumida River (sungai ini sering banget nongol di drama Jepang) menuju stasiun kereta api terdekat. Tapi sebelumnya mampir dulu ke 7 Eleven beli minuman mineral (1 botol ukuran Aqua 600 ml seharga 10.000 rupiah dan juga onigiri buat dimakan di kereta).



Tiba di stasiun, kami memutuskan menaiki shinkansen supaya cepat sampai. Biaya shinkansen ini terbilang sangat mahal tapi memang terbayar waktu tempuhnya jadi lebih cepat dibanding yang lain. Dua setengah jam sampai. Sekali jalan saja biayanya 13.000 Yen dari Tokyo ke Kyoto. Kalau di-rupiahkan sekitar Rp. 1.300.000 jika 1 Yen = Rp.100 (kalau kurs waktu itu 1 Yen = Rp. 107). Terbayanglah berapa kocek yang harus kami rogoh untuk bisa PP Tokyo-Kyoto dengan shinkansen. 

Yang lucu ketika naik shinkansen adalah kami memilih tiket unreserved ya alias tidak booking kursi. Baru tahu nih ternyata di sana ada dua macam tiket shinkansen yaitu reserved (booking kursi) dan unreserved (tidak booking kursi). Pastinya tiket unreserved lebih murah donk ya. Lumayanlah berhemat sekian Yen buat kami yang lagi melancong. Hehe.

Awalnya kami masuk-masuk saja ke gerbong enam dan begitu melihat kursi kosong kami duduki. Toh banyak kursi kosong. Begitu sedang asik-asiknya mengunyah makanan karena lapar belum makan sejak sampai dari Airport, eh tiba-tiba ada yang menggusur kami. Oke, kami pindah ke kursi lain. Tidak begitu lama kami duduk, eh ada lagi yang menggusur kami. Akhirnya kami berdiri dan pindah lagi ke kursi lain. Begitu sampai beberapa kali jadi malu sendiri. Dan akhirnya berdiri.

Sampai di Kyoto, saya baru sadar ternyata sarung tangan saya hilang satu yang sebelah kanan. Di shinkansen sepertinya. Mungkin saat pindah-pindah tempat duduk tak sadar terjatuh. Karena memang saya kantongi itu sarung tangan sebelah.


Di Kyoto kami cuma jalan-jalan di sekitaran stasiun. Sekedar mengambil foto. Kenang-kenangan. Hehe. Duduk-duduk sebentar di pinggiran jalan. Lalu jalan melihat oleh-oleh. Di sini saya beli gantungan kunci, magnet kulkas, keramik kecil untuk pajangan serta titipan anak bos saya, samurai. Sobat saya menyarankan beli sarung tangan sih tapi saya tidak beli. Padahal sih ada yang menarik. Tapi entahlah saya putuskan tidak jadi beli. Padahal lagi nih, cuacanya dingin. Jadilah saya masukkan tangan kanan ke saku jaket saja. Hehe.


Mengingat waktu tempuh ke Tokyo lumayan lama, dan hotel tutup jam 10 malam, lewat jam tersebut harus buka sendiri pakai kode (lupa catat kode). Jadilah kami segera mengejar kereta pulang. Dan benar saja saat kami sampai di hotel, sudah tutup.

Rencana awal pengen mencoba pakai yukata dan foto di Kyoto belum kesampaian. Ya Allah, semoga bisa ke sana lagi mewujudkan mimpi yang tertunda. Aamiin. :)


Saat mau kembali ke Tokyo numpang foto dulu meski muka kusut kucel dan kaki pegal tidak ketulungan. Plus numpang eksis pakai syal hitam rajutan sendiri hehehe 😊

Wednesday, February 1, 2017

Paranoid Nomor Asing

2/01/2017 10:54:00 AM 2 Comments



Siapa yang sering mendapat telpon nomor asing? Nomor yang tak ada di kontak maksud saya. Entah itu nomor hp ataupun telepon rumah. Kalau kamu merasa iya, berarti kamu tidak sendirian. Berikut beberapa pengalaman saya. Siapa tahu kamu juga sama.

1. Penipuan kartu kredit
Pernah saya ditelpon nomor asing yang mengaku dari bank tempat saya membuat kartu kredit (ceritanya operator kantor pusat gitu). Dia menanyakan macam-macam soal kesesuaian identitas hingga masa berlaku kartu kredit. Dia bilang konfirmasi. Operatornya ini laki-laki. Waktu itu posisinya saya baru terima kartu kredit seminggu. Dan kartu itu belum saya aktifkan. Untuk pengaktifan kartu saya harus via telpon memang tidak seperti jenis kartu lain yang diambil teman saya bisa via sms saja.

Nah, orang tadi itu menyuruh saya segera mengaktifkan saat itu juga. Kalau tidak, nanti kenapa gitu saya lupa. Bahkan nih orang bilang supaya saya aktifkan dulu, ditunggu 10 menit nanti ditelpon lagi. Oh God, niat banget ya. Maksa banget ya. Saat itu saya sudah hampir mau mengaktifkan loh tapi entah kenapa saya merasa ragu. Kok maksa banget gitu. Oya, saya tidak sempat cek nomor orang tadi itu benar operator resmi atau bukan.

Karena ragu ada yang tak beres, saya googling nomor resmi lalu saya telpon. Si operator resmi yang mengangkat perempuan. Saya bilang sejujurnya apa yang barusan saya alami. Lalu si dia memperingatkan saya untuk hati-hati lalu menawarkan mengganti kartu saya untuk dikirim ulang dengan yang baru. Padahal saya pengen tidak jadi punya kartu saja toh belum saya aktifkan tapi kata operatornya tidak bisa. Harus ganti baru. Oya, saya ini masih awam banget soal kartu kredit waktu itu. Jadi berasa bodoh bangetlah waktu si penipu itu menelepon.

Dan kartu kredit pun tak jadi saya aktifkan ya yang tadi. Saya tunggu sepuluh menit, coba telpon lagi ga tuh penipu. Eh, nelpon beneran loh agak lamaan dikitlah. Tapi tidak saya angkat. Seandainya saja saya jadi ngaktifin, alamak tertipu saya. Mengerikan. Allah masih melindungi saya. Thanks Allah.

Untuk teman-teman yang masih awam juga soal kartu kredit, setelah kita mengajukan dan menerima kartu kredit itu rentan sekali ditelpon oleh nomor asing yang berniat menipu. Kalau pun bukan penipu, ya agen asuransi. Sampai sebel banget saya ditelpon tiap hari oleh nomer yang sama. Sehari bisa sekian kali telpon. Niat banget ya. Mengganggu banget.

Jadi, itu kesalnya saya. Karena data pribadi pelanggan seperti diperjualbelikan oleh si bank.

2. Sales Asuransi/Voucher Hotel
Asuransi ini bisa karena mengajukan kartu kredit seperti yang saya bilang tadi (biasanya menawarkan produk asuransi seperti kesehatan dll. Biasanya nih orangnya ngotot banget menjelaskan tidak bisa distop kalau sudah ngomong. Jadi keseringan saya potong paksa dan matikan hp. Atau dari awal saya langsung tolak. Soalnya ya tadi itu kalau menjelaskan lama sekali dan tak bisa distop. Annoying).

Atau pun ada juga karena pernah membeli asuransi untuk keperluan membuat kartu member apa gitu. Karena saya pernah ditelpon oleh orang yang mengaku dari asuransi apa gitu ya lupa. Dia minta waktu untuk survei (tanya-tanya).

Saya tanya deh dari mana dapat data saya? Katanya sih itu bukan bagian dia soal data dari mana. Dia cuma bertugas untuk mensurvei saja. Saya pikir, ya bisa benar juga sih mbak ini kalau pun saya marah-marah rasanya tak bijak. Lalu saya pertegas lagi dari mana. Baru dia menjawab kata dia saya pernah membeli asuransi apa gitu. Seperti asuransi jadi member apa Matahari Club (MMC) misal. Oh ya ampun pikir saya. Itu mah jaman kapan saya memang pernah jadi member tapi tahun kapan. Sudah expired juga kartunya. Hehe.

Tapi entahlah itu benar dari asuransi yang MMC punya atau bukan. Lalu dia terus mengajukan pertanyaan. Dan saya bilang, saya tidak mau disurvei. Orangnya ngotot tetap berargumen macam-macam. Lalu saya bilang, "Itu hak saya". Terdiamlah dia. Lalu minta maaf dan menutup telpon. Apakah saya terlalu kejam? Entahlah. Saya hanya merasa terganggu dan sama sekali tidak nyaman.

Jadi selain asuransi tadi itu, ada juga penawaran voucher hotel spa dll. Itu biasanya dari kartu kredit tadi.

3. Disangka Pelanggan Listrik
Saya mengalami disangka seseorang yang mau memasang meteran listrik elektrik di Prabumulih Sumatera Selatan. Kok? Padahal saya di Bengkulu. Ini ceritanya saya beli nomor baru. Sudah ada 8 bulan kali saya pakai. Eh tahu-tahu dapat telpon tadi itu. Dikiranya Bapak siapa gitu oleh si petugas PLN. Bahkan si petugas nanya-nanya jadinya saya itu siapa dan di mana. Lah, penting apa ya? Pakai salam kenal segala loh. Ampun deh. Hehe.

Besok-besoknya ditelpon lagi saya tapi yang bicara orang lain. Memastikan kali ya. Orangnya menyebutkan nomor saya segala loh. Dan memang benar itu nomor saya. Saya jadi berpikir bahwa nomor saya ini nomor daur ulang. Tapi kenapa bisa dalam waktu berdekatan gitu ya. Maksud saya kalau pemilik nomor saya sebelumnya adalah orang Prabumulih, dan nomor ini didaftarkan dalam pengajuan listrik, lalu tak aktif, alangkah cepatnya nomor ini didaur ulang oleh Telkomsel?

4. Disangka Teman TKW
Ada nomor asing menelpon saya disangka teman seorang TKW. Ya ampun apa-apaan ini.

5. Disangka Teman Seseorang
Kalau ini sih saya tahu-tahu dapat pesan instant whatsapp dari seseorang tidak dikenal. Dikiranya siapanya gitu. Padahal sih ya sama sekali tidak tahu. Pernah juga ditelpon, tapi saya bilang tidak kenal.

6. Dibilang Nomor Saya adalah Nomor Seseorang yang Sedang Menelepon
Kalau ini kejadian jaman kuliah dulu ditelpon seseorang yang mengaku pemilik nomor saya. Lah kok bisa? Saya tidak percaya karena saya jelas-jelas beli nomor baru. Tak tahu apakah jaman dulu juga daur ulang nomor ya. Lagian apa pentingnya coba telpon nomor yang pernah jadi nomornya, kalau memang benar nomornya? Mau apa?

7. Ditelpon Akrab Disangka Orang Dikenalnya
Pernah nih tiba-tiba ada yang menelepon, eh laki-laki. Dia bilang hai bla bla bla ini nomorku yang baru. Akrab gitulah seolah memang seorang yang penting atau spesial mungkin. Lalu saya bilang, kamu siapa? Dia balik tanya saya siapa. Terus langsung dia matikan. Hihi. :)

8. Di-SMS Ngajak Kenalan
Ini awalnya orangnya sms berkali-kali ngasih perhatian gitu kali ya ala-ala abege hehe. Ini siapa sih pikir saya. Kok sms terus ya. Saya balas dan akhirnya mengaku dia siapa. Tapi saya tetap merasa tidak kenal. Tidak pernah punya kenalan atau teman dengan nama demikian berasal dari wilayah yang dia sebutkan. Lama-lama eh ternyata dia mau ngajak kenalan lebih lanjut. Ya ampun. Dan akhirnya juga ketahuan kalau dia dapat nomor saya sewaktu saya membuat kacamata di sebuah optik. Nah dia ini adalah orang yang membuat kacamata saya. Ya Allah Ya Rabbi, memang tak disangka-sangka ada-ada saja ya. Hehe

Oke, ini beberapa saja yang saya ceritakan. Jadi kalau dulu saya terima telepon nomor asing saya angkat ya karena takutnya penting dari orang yang saya belum punya nomornya di kontak. Tapi sekarang, belajar dari pengalaman-pengalaman nyebelin itu, saya cenderung tidak mengangkat biar lebih aman. Kalau memang benar penting atau mendesak, jika telpon tak diangkat, akan konfirmasi sms orangnya. Gitu saja pikiran sederhana saya.

Pegal jari-jari saya mengetik tema ini. Hihi. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik. Yuk Share! :)

Friday, January 27, 2017

Terlalu Jujur? No!

1/27/2017 02:23:00 PM 7 Comments



Apakah kamu merasa sebagai orang yang jujur? Ya mungkin ga perfect jujurnya tapi paling tidak termasuk cenderung ke jujur.

Pernahkah kamu merasa kalau terlalu jujur itu malah ga baik? Mungkin dari kamu ada yang menjawab, "Loh kenapa?" atau ada juga yang menjawab, "Ya iyalah. Namanya sesuatu itu jangan terlalu. Yang sedang-sedang sajalah."

Well, kenapa saya menulis tema ini. Pastinya karena saya merasa sendiri. Terkadang memang lebih baik jangan terlalu jujur. Bukan berarti ga jujur ya. Tapi yang saya tekankan adalah jangan "terlalu". Kenapa? Karena saya pikir ketika saya percaya dengan seseorang dan jujur berkata apa yang ada dalam pikiran saya, apa yang pernah saya pikirkan, rupanya malah efeknya tidak baik.

Saya jadi merasa memang terkadang ada hal-hal yang cukup saya simpan menjadi rahasia saya sendiri. Tak perlu saya ungkapkan kepada orang lain. Jika ternyata di akhir membawa efek ga baik.

Kalau tahu bakal ga baik sih mana mungkin bakal diceritakan ya. Karena tidak tahu masa depan seperti apa makanya kita mengambil resiko baik perkataan maupun perbuatan yang kita lakukan di masa sekarang.

If I could turn back the time...

Mungkin ada yang bertanya, memang masalah apa sih sampai sebegitunya?

Friendship! Hampir saja hilang satu sahabat karena keterlaluannya saya. Terlalu jujur. Oh God...
*crying

Saya memang suka dengan kejujuran. Dan sahabat saya juga begitu. Jadi kami ini setipe. Tapi tanpa sadar, saya keterlaluan jujur mengungkapkan pemikiran saya tentang dia yang pernah lewat begitu saja. Sebenarnya bagi saya hal tersebut hal normal. Tiap orang pernah punya pemikiran buruk kan? Presumably.

Tapi bagi dia, ternyata bukan hal normal melainkan weird thing. Sumpah saya ga pernah kepikiran sejauh itu. Ga pernah kepikiran kalau pemikiran saya itu weird. Dan kalau begitu, saya juga weird donk sebagai personal? I feel bad about myself.

Dari situ, dia menyimpulkan bahwa saya tidak pernah bisa percaya padanya. Padahal seingat saya tak pernah ada sekalipun kalimat saya yang menyatakan persis saya tak pernah bisa percaya ataupun sekedar mengindikasikan seperti itu. Saya tantang dia membuktikan, dia pun ga bisa.

Dan berakhir pada kesimpulan dia ingin mundur dari persahabatan. Saat itu saya belum terima. We end our friendship like this? Why? Setelah beberapa adu argumen, well, kami tetap lanjut berteman. Dia minta jangan membahas hal yang sensitif seperti itu lagi.

Ok, untuk sementara ini saya iyakan. Tapi sepanjang hari ini saya terus berpikir apakah memang lebih baik untuk diakhiri saja. Bukan dia yang pergi, tapi saya yang pergi.

Sudah terlintas dua skenario kalimat yang ingin saya sampaikan ke dia. Oh God...

Jika saya berpikir bahwa segala sesuatu terjadi atas seijin-Mu, rasa-rasanya hmm... ga bisa ngomong apa-apa... Ngerasa bangetlah bahwa ada yang mengatur hidup saya. Siapa yang menggerakkan saya mengungkapkan pemikiran saya kalau bukan Engkau?

Tentu perselisihan ini terjadi atas seijin-Mu. Tak pernah terlintas sedikitpun bakal terjadi karena sebelumnya kami baik-baik saja. Pernah sekali kami berselisih adu argumen but then i was the one who apologized. Sempat terasa aneh saat mau komunikasi lagi tapi kemudian dia yang lebih dulu menyapa. Lalu kami kembali akrab.

Sebagai orang yang jarang sekali terlibat konflik, hal-hal seperti ini sangatlah mengganggu kehidupan pribadi saya. Terutama pikiran. Kerjaan? Ya, ikut terganggu juga jadi ga konsentrasi. 

Memang sepenting itu? Iya buat saya. Orang lain mungkin berbeda.

Cukuplah membuat banjir air mata. Hehehe. Sehingga saya pun terpikir kalau saya terlalu sensitif saking mudah menangis. Meski ada yang bilang bahwa mudah menangis adalah pertanda memiliki hati yang lembut. Hati yang lembut akan mudah menerima kebenaran dibanding hati yang kaku, keras, sulit menerima kebenaran.

Entah ya, saya merasa kehilangan dia itu rasanya lebih menyedihkan ketimbang saat ada someone yang pursued then he vanished into thin air. :)

Ok, sekian cuap-cuap hari ini. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik.



Note: For you in this story, I know you would never read this. But this is my sincere feeling about our friendship. Hope you find this post one day.

Monday, December 5, 2016

Kesal Pulsa Telkomsel Terpotong Padahal Internet Tak Aktif? Begini Caranya!

12/05/2016 04:03:00 PM 46 Comments

Kamu pelanggan Telkomsel? Tidak pakai internet tapi pulsa terpotong terus tanpa kamu sadari?

Adakah rekan-rekan yang mengalami hal yang sama seperti saya? Saya pengguna kartu Simpati Telkomsel dari tahun 2010. Pada awalnya saya memang menggunakan paket internet dengan kartu tersebut. HP yang saya gunakan adalah Samsung Galaxy S1. 



Permasalahan

Pada tahun 2015 tepatnya november saya berhenti menggunakan paket internet di HP tersebut karena saya beralih ke tablet. Yang sering saya rasakan adalah saya heran mengapa pulsa saya cepat sekali habis. Padahal saya tidak pakai macam-macam. Paling cuma SMS. Tak pernah lagi internetan. Paket data juga sudah saya matikan. Dan saya mengisi minimal 50 ribu. Keseringan 100 ribu. 

Tanda tanya kan? Ke mana pulsa saya? Memang, semenjak tak aktif internet, tiap hari ada SMS dari 3636 begini:

Saat ini anda menggunakan internet dengan tarif normal. Untuk tarif lebih hemat, beli paket flash melalui *363# atau http://tsel.me/n1s

Lalu kecurigaan saya ada pada sms tersebut. Walau saya belum pernah mengecek langsung sebelum dan setelah ada sms tersebut masuk. Selain itu, cukup mengganggu sih karena tiap tengah malam itu sms berdering. 

Kenapa saya curiga dari sms tersebut, Saya tidak pakai koneksi internet 3G/HSDPA lagi. Pilihan di HP saya hanya ada 2G (tidak ada pilihan non aktifkan mobile data seperti di tablet). Jadi saya pilih 2G siapa tahu bisa mengatasi hal tersebut. Tapi kenyataannya ya pulsa tetap cepat sekali habis padahal tidak pakai internet sama sekali. Sebal? Iya banget!

Baru saja, saya ngobrol dengan teman kantor, dia bertanya apakah saya mengalami dapat sms 3636 tadi. Wah ternyata saya tidak sendirian. Dia bilang, kalau pakai HP yang memang tidak ada fasilitas internet seperti HP Nokia jaman dulu yang cuma bisa sms dan telpon, tidak ada. Tapi begitu ganti HP yang ada fasilitas internet jadi begitu.

Caranya?

Lalu saya googling. Cari nomor pelanggan Telkomsel. Setelah itu teman saya yang telpon ke:

0807 1 811 811

Hasilnya adalah penonaktifan GPRS. (Lah coba dari mana tahu harus begitu caranya.  Setahu saya paket data sudah off. Tepok jidat.) Caranya?

Tekan *363*212# call

atau

SMS ke 3636 dengan format GPRS spasi OFF

Lalu saya mencoba yang cara pertama. Muncul tulisan apakah akan menonaktifkan GPRS. Tekan 1 (lanjut). Setelah itu dapat SMS berbunyi:

Terima kasih, permintaan penutupan akses GPRS Anda berhasil diproses.

Dan sinyal 2G pun hilang.

Bagi teman-teman yang merasa dirugikan sama seperti saya, boleh coba cara di atas. Semoga bermanfaat. :)

Wednesday, November 9, 2016

Cara Membuka File Epub di Android

11/09/2016 08:26:00 PM 0 Comments


Kamu-kamu penggemar novel pasti sudah tahu dong file epub? Yang hobi baca ebook biasanya nih koleksi file-nya banyak kan. Kalau pdf pasti sudah kenal semua. Nah, selain pdf ada file lain lagi yaitu epub.

Epub merupakan singkatan dari electronic publication. Epub sebenarnya bukan ekstensi file baru karena epub sudah ada sejak tahun 2007. Sampai saat ini sudah rilis hingga versi 3.

Kamu tidak perlu bingung untuk membuka file ini. Jika kamu pengguna android, banyak aplikasi playstore untuk membuka. Nah, yang mau saya rekomendasikan adalah aplikasi android Cool Reader.

Kenapa Cool Reader? Simpel saja karena saya juga pakai itu. Menurut saya aplikasinya cukup bagus.



Menunya ada banyak. Bisa search kata. Untuk melihat halaman per halaman tinggal geser layar sentuh kamu.


Tampilan halaman 

Membaca ebook novel jadi mudah. Bisa di mana saja tidak perlu berat membawa buku.

Monday, November 7, 2016

Cara Mengupas Buah Delima (Pome Granate)

11/07/2016 09:45:00 PM 0 Comments


Siapa yang tak kenal buah delima? Sebutan bahasa Inggrisnya pome granate. Buah yang sangat cantik penampakannya dari luar. Pink kemerahan dan bulat besar mulus. Ada mahkotanya di atas. Begitu dibuka kulitnya, eh, isinya biji semua. Tapi warna merahnya itu bikin ngiler (saya bilang merah karena belinya yang merah, varian lain ungu dan putih). Persis batu permata. Eh, batu permata yang mirip delima kali ya makanya disebut batu delima. Hehe.

Jadi, ceritanya sore tadi saya jalan ke Hypermart Bengkulu. Di bagian buah saya lihat ada 2 rak buah delima. Langsung deh saya beli satu. Niatnya pengen mencoba karena saya belum pernah makan. Sekedar tahu saja ada buah delima. Dari dulu saya sering lihat padahal tapi saya tak tahu kalau itu delima. Saya pikir itu buah apaan sih. Buah atau sayuran? Saya kira itu yang sering jadi sesaji ritualnya orang China pas sembahyang. Hehe.

Memang bukan buah asli Indonesia sih jadi wajar ya kalau belum tahu. Ini buah asal Iran. Tapi banyak berkembang di China (tuh kan apa kata saya tadi) dan Asia Tenggara.

Hayo siapa yang belum pernah makan juga?

Harga?
Ternyata harganya cukup mahal ya. 1 kg harganya 79.900 rupiah. Saya beli 0,448 kg seharga 35.795 rupiah. Beli satu saja buat menghilangkan penasaran sih.



Cara mengupas?
Pikir saya, ini gimana cara ngupasnya. Pasti butuh pisau buat motong. Ok, saya siapkan pisau. Bagaimana caranya?

Cara motong apa saja tidak masalah sih bagi saya. Tidak prinsip. Yang penting tujuan akhir tercapai. Si biji-biji delima bisa dinikmati dan tidak rusak.

Cara 1. 
Potong bagian kulit atas yang ada mahkotanya melingkar. Jangan kena biji. 
Buat guratan-guratan dengan mengiris kulit sesuai jumlah kulit tipis dalam delima. Persis durian dalamnya.
Tarik kulit potongan-potongan tadi.
Biji delima tak rusak dan bisa langsung dinikmati.

Di belah 2 horizontal
Tampak guratan kulit tipis seperti durian
Ada polanya


Cara 2. 
Belah delima jadi dua secara horizontal dengan pisau.
Satu belahan, renggangkan kulitnya lalu balik sehingga kulit di atas dan biji menghadap tangan. Pukul-pukul sehingga bijinya rontok di tangan kita. Sediakan alas untuk menampung biji yang jatuh.

Penampakan biji lebih dekat

Cara 3.
Belah dua horizontal dengan pisau.
Satu belahan, belah manual dengan tangan.  Ikuti garis kulit tipisnya. Tidak keras kok ternyata. Biji delima bisa langsung dimasukkan ke mulut seperti makan anggur.

Biji menggerombol sangat menggoda apalagi warnanya merah. Nyam nyam.


Cara makan?
Langsung dimakan dengan bijinya. Segar. Bijinya tidak keras kok. Mau dibuat jus atau campuran es buah juga bisa. 

Rasa?
Manis-manis asam. Agak sedikit aneh aromanya. Mungkin karena belum terbiasa sih tapi segar kok karena saya penyuka buah asam. Jadi bisa saya nikmati.

Manfaat?
Daging buah mengandung vitamin A, C, E, asam folic, ion kalium. Biji mengandung flavonoid, sejenis antioksidan. Buah ini bermanfaat untuk kesehatan dan kecantikan.

Yang belum, yuk coba... 😊





Sunday, November 6, 2016

Cara Mengecek Broken Link di Blog

11/06/2016 05:33:00 PM 0 Comments
Dua hari lalu saya baru saja mengecek broken link di blog ini. Ternyata ada banyak! Ya ampun sempat bikin saya frustasi. (Haha lebay dikit).

Memang sudah bertahun-tahun saya tidak pernah mengecek kesehatan blog ini. Kalau banyak ditemukan bad request 400, not found 404, itu pertanda blog tidak sehat kan? Siapa yang suka berkunjung ke blog demikian? Contoh simpel saja, sewaktu saya klik sebuah link situs di google search ternyata not found 404, otomatis saya tutup itu situs dan cari yang lain. Kalau posisinya ada di blog kita, rugi kan kita sebagai blogger tidak jadi dapat visitor. Selain itu terkesan kalau blog tidak terurus dan jauh dari kata profesional serta kurang bermutu.

Penyebab dan cara mengatasi broken link?

Kalau saya pelajari kasus di blog ini di antaranya:

1. External link
Ternyata ada banyak sekali external link di blog ini terutama posting lawas. Kebanyakan external link sudah tidak valid ketika dibuka. Kemungkinan link sudah dihapus pemiliknya atau ganti alamat. 
Cara mengatasi: dihapus saja

2. Internal link
Sering saya memberi tautan dari satu post ke post lainnya. Ternyata ada kesalahan penulisan. Kalau seperti ini murni kesalahan saya.
Cara mengatasi: perbaiki link atau dihapus saja

3. Link di 'edit html'
Rupanya ada juga kesalahan di link edit html. Seperti pada menu navigasi ternyata saya ada kesalahan penulisan link di edit html sehingga muncul 404.
Cara mengatasi: perbaiki link

4. Perubahan judul post
Ini yang sempat bikin saya pusing. Saya tidak paham letak kesalahan ada di mana. Saya cari di edit html tidak ketemu tapi di report 404 di 2 posting saya ada. Setelah saya telusuri ternyata saya pernah merubah judul dan tanpa saya sadari link judul berubah sehingga muncul 404. 
Cara mengatasi: buka edit post sesuai judul lalu perbaiki link judul di sisi kanan post.

5. Video youtube - hapus link saja

Cara mengecek?

Berhubung saya pengguna blogger dan belum ada plugin untuk mengecek maka saya pakai situs pihak ketiga.

1. Broken link check (www.brokenlinkcheck.com)
Ada 30 broken link yang bikin stres. Di antara penyebabnya nomor 1-4. Situs ini cukup baik untuk mengecek broken link yang memang link-nya langsung tampil di blog. Tapi tidak semua terdeteksi. Soalnya external link yang sudah tak valid masih ada yang terlewat dari situs ini jadi ada yang saya hapus langsung setelah saya tes link-nya karena saya ingat posting apa.

2. Dead link checker (www.deadlinkchecker.com)
Setelah brokenlinkcheck, saya pakai ini untuk melengkapi. Ternyata masih ada yang terlewat dari brokenlinkcheck. Ditemukan bad request untuk link youtube (penyebab nomor 5). Memang saya buat link youtube di beberapa posting tapi entah kenapa di template yang baru ini tidak mau muncul di preview. Ternyata deadlinkchecker bisa mendeteksi. Selain itu, masih ada sisa 2 bad request 404 yang tidak bisa saya temukan source-nya. Karena saat saya buka sourcenya mengarah ke alamat blog saya dan tentu saja bisa dibuka tak ada masalah. Jadi saya biarkan. 



3. V3 aligator
Saya coba ini juga tapi untuk situs ini lebih ke webmaster kali ya. Banyak error edit html yang kodenya duplikat misal sehingga melanggar pedoman robot.txt. 
Saya tidak begitu mengerti dan malas ribet jadi saya biarkan dulu.

4. Dr link check
Sayangnya cuma bisa 1000 link per blog. Padahal link blog saya lebih dari 1000.

Ok, sekian sharing saya hari ini.






Trik Cara Bermain Rubik Cube 3x3 untuk Pemula

11/06/2016 02:32:00 PM 0 Comments


Siapa yang tak kenal permainan satu ini? Rubik cube merupakan sebuah permainan yang sangat digemari baik anak-anak maupun dewasa di seluruh dunia. Rubik diciptakan oleh Erno Rubik, seorang arsitek asal Hungaria secara tak sengaja. Kenapa tak sengaja? Awalnya beliau bermaksud membuat alat peraga tiga dimensi untuk memudahkan mahasiswanya memahami materi tapi tak disangka justru sebuah permainan mendunia yang tengah beliau ciptakan. 

Rubik original karya beliau adalah rubik 3x3. Meskipun banyak sekali modifikasi rubik dari 4x4, 5x5, 6x6, 7x7 dan seterusnya, pyraminx, megaminx dan lain-lain, namun rubik 3x3 tetap menjadi yang terfavorit hingga saat ini. Kompetisi tingkat dunia pun diselenggarakan tiap tahun. Rekor dunia tercepat untuk rubik 3x3 tahun 2016 adalah 5,25 detik (kalau ga salah). Wow! 

Berapa rekor kamu?

Siapapun yang bisa menyelesaikan rubik itu kesannya smart, jenius, keren, cakep. Benar tidak sih? Hayo ngaku... hihi

Walaupun tak tahu yang sebenarnya jenius atau tidak, smart atau tidak tapi kalau bisa main sih keren ya? Apalagi cuma sekian detik. Kok bisa? Bisa donk. Mereka latihan dari kecil. Sudah hapal itu letak-letaknya. Formulanya. Bahkan ada yang dengan mata tertutup. 

Sebagian artis terkenal saja bisa loh. Sebut saja Luhan mantan anggota boygroup Korea Selatan, EXO. Bahkan Si Amir Khan aktor India pemeran film Three Idiots itu pun bisa loh saya pernah nonton di youtube. Wow sempat ya?

Saya saja pernah coba main punya keponakan saya, puyeng. Ini gimana sih kok susah amat. Haha. 

Kali ini saya sengaja membuat posting bertema rubik bertujuan untuk mengajak kamu belajar main rubik. Silahkan tonton tutorialnya di youtube ada banyak. Kok tutorial segala? Iya, karena ada formula khusus alias algoritma dalam menyelesaikan rubik di tiap ukuran yang berbeda-beda. Dan yang menjadi basic-nya adalah ukuran 3x3.

Apakah saya sudah bisa? Iya, walaupun masih pemula. Masih nyontek-nyontek algoritma haha. Saya belajar niatnya karena penasaran ingin bisa. Ingin mengajari keponakan saya (dan my future babies 😊). Jadi saya tidak ada niat ikut kompetisi ataupun biar kelihatan smart. Buat apa? Wong saya bukan abege lagi. Hehe.

Biarpun saya pemula, saya sudah punya satu murid loh. Rekan sekantor saya. Hihi. Niat dia belajar sangat mulia loh. Katanya nih biar dibilang keren sama anak gadisnya. Pastinya ya dia ingin mengajari anaknya itu. Rubik saya masih dipinjam tuh saat nulis ini.

Rubik yang bagus seperti apa?
Rubik yang beredar di pasaran didominasi merk China seperti Yongjun, Moyu dll. Tak masalah sih buat saya yang penting harga terjangkau dan barangnya bagus. Bagus itu seperti apa? Kalau pengalaman saya sih yang licin putarannya, semua sisinya halus, tidak kasar, enteng, tidak longgar, tidak mudah pop out, stiker tak mudah copot. Yang non stiker ada tapi lebih mahal.

Beli di mana?
Cari di toko mainan biasanya ada. Kalau tidak, cari online banyak. Di Shoppee atau Tokopedia banyak yang jual.

Bocorannya donk cara mainnya gimana?
Ok, saya kasih ringkasannya ya. Ini cara pemula. Lebih jelasnya belajar di youtube untuk algoritmanya.

1. Hapalkan posisi ke-6 warna sisi kubus yang berbeda. Biasanya posisi warna tak berubah. Misal jika kita ambil warna putih sebagai base ada di bawah, maka atas adalah kuning. Kemudian berurutan sisi samping berlawanan jarum jam adalah merah (menghadap kita), hijau, orange, biru. Merah berlawanan dengan orange, dan hijau berlawanan dengan biru.

Selesaikan layer per layer (ada 3 layer)
2. Buat satu sisi putih jadi (otomatis satu layer paling bawah jadi). Bisa dengan diputar-putar saja sendiri karena saya berhasil bikin satu sisi putih tanpa algoritma atau kalau kesulitan bisa dengan panduan berikut.
Buat cross x atau tanda plus pada sisi putih. Diputar-saja sendiri pasti bisa. Selesaikan keempat sudut putih. Ada algoritma untuk sudut biar mudah.

3. Selesaikan layer 2 pakai algoritma.

4. Selesaikan sisi paling atas layer 3 jadi (kuning) tanpa memperhatikan layer 3 yang belum jadi. Pakai algoritma.

5. Selesaikan layer 3. Pakai algoritma.

Nah, mudah kan?

Karena penasaran, saya sudah coba juga (dan berhasil tentunya)
yang 4x4 dan 5x5 serta tetraminx (diamond sering disebutnya kalau orang barat) dan trajber octahedron. Mau yang 6x6 tapi mahal sangat ya tuhan seperempat juta. Wow. Apalagi ke atas-atasnya. Makin tak terjangkau. 

Target selanjutnya ingin belajar pyraminx, megaminx, square 1, skewb, rubik snake. ☺

Modifikasi lain rubik masih banyak sih kalau memang kamu penggemar puzzle. Asal duitnya juga ada. 😊

Picture credit to Reana

Bosan Jadi Pegawai?

11/06/2016 09:41:00 AM 2 Comments


Kamu yang menjadi pegawai, pernahkah kamu merasa bosan menjadi pegawai?

Sering terbersit dalam pikiran saya untuk mengakhiri status sebagai pegawai. Dengan alasan bahwa saya ingin bebas. Tidak ingin terikat aturan. Tidak ingin diatur. Tidak ingin mengatur. Saya yang mengatur diri saya sendiri. Saya bisa fleksibel melakukan apapun yang saya mau. Saya juga tetap bisa menghasilkan uang tanpa harus terikat jam kerja. Saya bisa kerja di mana pun dan kapan pun. Tidak harus di kantor.

Apakah saya terlalu naif? Banyak loh yang menginginkan posisi saya sekarang.

Apakah juga ini pertanda saya kurang bersyukur? Banyak loh di luar sana yang kesulitan mencari pekerjaan/nafkah.

Timbulnya niat pasti karena didukung sesuatu hal yang menyebabkan. Betul. Banyak hal yang saya lalui dan alami selama menjadi pegawai 6 tahun 6 bulan ini. Dari adaptasi hidup di wilayah pelosok kabupaten baru, 7 jam dari ibukota propinsi yang minim fasilitas, adaptasi hidup dengan orang-orang berbeda karakter dan latar belakang yang silih berganti, pergantian kepemimpinan, pergantian kebijakan dan aturan, sulitnya hidup jadi perantauan yang tidak ada sanak saudara mengajarkan saya untuk tidak ambil pusing memikirkan di manakah tempat singgah sehingga saya terbiasa menginap dari satu hotel ke hotel lain, dsb. Lelahnya perjalanan sekedar hanya ke ibukota seringkali membuat batin saya menangis. Tujuh jam perjalanan dengan biaya yang tidak sedikit itu seringkali membuat saya mabuk dan masuk angin. Sebenarnya saya sudah tidak tahan lagi tapi saya harus bagaimana?

Mungkin, kecuekan saya inilah yang telah membuat saya bertahan dengan kondisi apapun yang saya alami hingga saat ini. Saya tidak mau ambil pusing. Sesulit apapun yang terjadi, ya sudahlah jalani saja. Mungkin hati ini pedih ketika mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan namun begitu waktu berlalu, ya sudahlah akan biasa kembali. Mungkin karena sudah terbiasa sehingga kulit sudah tebal. Telinga sudah tebal. Meski sudah terlupa seiring waktu, namun tetap singgah dalam memori. Tidak terhapus.

Ya Allah, tunjukkanlah saya jalan keluar yang baik... Aamiin...


Note: tulisan ini sudah ada di draft dari 27 november 2014.