Apakah kamu merasa sebagai orang yang jujur? Ya mungkin ga perfect jujurnya tapi paling tidak termasuk cenderung ke jujur.
Pernahkah kamu merasa kalau terlalu jujur itu malah ga baik? Mungkin dari kamu ada yang menjawab, "Loh kenapa?" atau ada juga yang menjawab, "Ya iyalah. Namanya sesuatu itu jangan terlalu. Yang sedang-sedang sajalah."
Well, kenapa saya menulis tema ini. Pastinya karena saya merasa sendiri. Terkadang memang lebih baik jangan terlalu jujur. Bukan berarti ga jujur ya. Tapi yang saya tekankan adalah jangan "terlalu". Kenapa? Karena saya pikir ketika saya percaya dengan seseorang dan jujur berkata apa yang ada dalam pikiran saya, apa yang pernah saya pikirkan, rupanya malah efeknya tidak baik.
Saya jadi merasa memang terkadang ada hal-hal yang cukup saya simpan menjadi rahasia saya sendiri. Tak perlu saya ungkapkan kepada orang lain. Jika ternyata di akhir membawa efek ga baik.
Kalau tahu bakal ga baik sih mana mungkin bakal diceritakan ya. Karena tidak tahu masa depan seperti apa makanya kita mengambil resiko baik perkataan maupun perbuatan yang kita lakukan di masa sekarang.
If I could turn back the time...
Mungkin ada yang bertanya, memang masalah apa sih sampai sebegitunya?
Friendship! Hampir saja hilang satu sahabat karena keterlaluannya saya. Terlalu jujur. Oh God...
*crying
Saya memang suka dengan kejujuran. Dan sahabat saya juga begitu. Jadi kami ini setipe. Tapi tanpa sadar, saya keterlaluan jujur mengungkapkan pemikiran saya tentang dia yang pernah lewat begitu saja. Sebenarnya bagi saya hal tersebut hal normal. Tiap orang pernah punya pemikiran buruk kan? Presumably.
Tapi bagi dia, ternyata bukan hal normal melainkan weird thing. Sumpah saya ga pernah kepikiran sejauh itu. Ga pernah kepikiran kalau pemikiran saya itu weird. Dan kalau begitu, saya juga weird donk sebagai personal? I feel bad about myself.
Dari situ, dia menyimpulkan bahwa saya tidak pernah bisa percaya padanya. Padahal seingat saya tak pernah ada sekalipun kalimat saya yang menyatakan persis saya tak pernah bisa percaya ataupun sekedar mengindikasikan seperti itu. Saya tantang dia membuktikan, dia pun ga bisa.
Dan berakhir pada kesimpulan dia ingin mundur dari persahabatan. Saat itu saya belum terima. We end our friendship like this? Why? Setelah beberapa adu argumen, well, kami tetap lanjut berteman. Dia minta jangan membahas hal yang sensitif seperti itu lagi.
Ok, untuk sementara ini saya iyakan. Tapi sepanjang hari ini saya terus berpikir apakah memang lebih baik untuk diakhiri saja. Bukan dia yang pergi, tapi saya yang pergi.
Sudah terlintas dua skenario kalimat yang ingin saya sampaikan ke dia. Oh God...
Jika saya berpikir bahwa segala sesuatu terjadi atas seijin-Mu, rasa-rasanya hmm... ga bisa ngomong apa-apa... Ngerasa bangetlah bahwa ada yang mengatur hidup saya. Siapa yang menggerakkan saya mengungkapkan pemikiran saya kalau bukan Engkau?
Tentu perselisihan ini terjadi atas seijin-Mu. Tak pernah terlintas sedikitpun bakal terjadi karena sebelumnya kami baik-baik saja. Pernah sekali kami berselisih adu argumen but then i was the one who apologized. Sempat terasa aneh saat mau komunikasi lagi tapi kemudian dia yang lebih dulu menyapa. Lalu kami kembali akrab.
Sebagai orang yang jarang sekali terlibat konflik, hal-hal seperti ini sangatlah mengganggu kehidupan pribadi saya. Terutama pikiran. Kerjaan? Ya, ikut terganggu juga jadi ga konsentrasi.
Memang sepenting itu? Iya buat saya. Orang lain mungkin berbeda.
Cukuplah membuat banjir air mata. Hehehe. Sehingga saya pun terpikir kalau saya terlalu sensitif saking mudah menangis. Meski ada yang bilang bahwa mudah menangis adalah pertanda memiliki hati yang lembut. Hati yang lembut akan mudah menerima kebenaran dibanding hati yang kaku, keras, sulit menerima kebenaran.
Entah ya, saya merasa kehilangan dia itu rasanya lebih menyedihkan ketimbang saat ada someone yang pursued then he vanished into thin air. :)
Ok, sekian cuap-cuap hari ini. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik.
Note: For you in this story, I know you would never read this. But this is my sincere feeling about our friendship. Hope you find this post one day.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNah, siapa tuh orangnya. Sepertinya bukan saya meski kita pernah bertengkar juga. :)
ReplyDeleteAt that time I was hurt not because you're too honest but because you judge me based on 1 occasion and I was disappointed.
I don't know who this person, I hope you guys could work it out. Either leave or stay together as friends.
Bukan kamu. Baru kejadian kok. Sepertinya kamu dan orang dalam story ini ada kesamaan say. Merasa terjudge. Padahal aku ga pernah bermaksud begitu. You n this one were hurt. Me2. 😢
DeleteThx. Kami langsung baikan dengan sendirinya. Hihihi.
Syukurlah kalo begitu. Aku memang orang yang sensitif. Sebagaimana aku memperlakukan seseorang, aku berharap diperlakukan yang sama.
DeletePada saat itu aku merasa dirimu tidak mempertimbangkan perasaanku saat mengucapkan hal yang aku pikir aku tidak begitu, sementara aku selalu berpikir berulang kali sebelum mengucapkan sesuatu yang kutau akan menyakitimu. Jadi intinya karena aku kecewa.
Sekarang semua sudah menjadi masa lalu. Memang karena tiap manusia berbeda, konflik tidak selalu bisa dihindari.
yang penting sekarang udah selesai kita udah kembali lagi. aku juga ga nyangka dirimu akan bersikap seperti dulu itu. terus terang aku sangat ga nyaman. dan sebagai orang yang sensitif juga tentu aku tahu kalau kamu menghindariku. sebegitunya dirimu menghadapi masalah dan kamu menganggap aku seperti biasa saja. Ya memang say karena aku sadar aku bukan anak kecil lagi. padahal juga aku ga pernah berniat untuk menyakiti atau gimana ya. terkadang memang seperti ada yang nggerakin untuk ngomong. dan ternyata ga tau menyakiti. maaf yang telah berlalu. semoga tak ada lagi selanjutnya.
DeleteIya, semoga ga ada lagi yang selanjutnya. Kita saling menjaga perasaan saja. Kiranya saat apa yang mau diungkapkan jika merasa itu akan emnyakiti hati orang lain bukankah lebih baik disimpan saja. Karena kita ga tau mungkin orang pun ada yang disimpannya untuk menjaga perasaan orang lain. Saat itu aku memang sedang revenge-mode, saat aku merasa Rela tidak memikirkan diriku, akupun tak mau memikirkan Rela, jadi aku menghindar. namun, setelah tenang aku berharap menyelesaikan masalah, justru rela yang menghindar. Mungkin karena kecewa juga dengan sikapku. Yang jelas kita sekarang udah sama-sama tahu dan semoga ke depan bisa menjalin pertemanan yang lebih baik. Karena seberapa pun miripnya sifat kita, selalu tetap ada banyak perbedaan yang mungkin baru kita ketahui. Aku juga minta maaf atas yang telah lalu.
DeleteMungkin dengan adanya sedikit konflik itu akan membuat persahabatan kita lebih kuat. Dan juga makin matang dalam berpikir dan bertindak.
DeleteTak ada yang sama meski kembar identik sekalipun. Wajar jika ada hal yang berbenturan di antara 2 manusia yg berbeda, hanya bagaimana cara menyikapinya saja.
Semoga persahabatan kita langgeng. Bagaimanapun juga kita saling menyayangi sebagai sahabat. Betul? 😊