semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Saturday, September 15, 2018

Cara Membuat Sirup Cranberries

9/15/2018 11:35:00 AM 0 Comments

Halo Readers! Saya kembali hadir. Kali ini saya membagi cerita tentang membuat sirup cranberries. Kalian pasti pernah mendengar cranberries kan? Bukan cranberries nama band musik dari Amerika Serikat ya tapi ini nama salah satu buah bergizi tinggi (superfood).

Kamu mungkin sudah pernah dengar berbagai buah berry seperti strawberry, raspberry, blueberry dan blackberry. Buah-buahan ini memang tidak familiar di Indonesia karena memang tidak berasal dari Indonesia. Nah, jangan ketinggalan, ada juga cranberry. Buahnya kecil-kecil berwarna merah cantik. Rasanya? Asam dan juga sepet. Kalau asamnya sih saya suka tapi sepetnya itu yang tidak nahan.


Pertama saya coba rasanya, waduh batin saya. Enaknya diapakan ini. Dimakan mentah rasanya sangat tidak mungkin saya menghabiskan 500 gram sendirian. Lagipula, siapa yang mau buah rasa asam dan sepet seperti itu jika dikasih ke orang. Dibuang? Sayang... Harganya cukup mahal di kantong saya. 500 gram saya beli seharga 50 ribu rupiah.

Ya sudah, akhirnya saya coba blender. Dan ternyata nih, sepetnya tetap tidak hilang. Tidak tahan dengan sepetnya itu, saya cari alternatif lain. Mau diapakan ya baiknya? Akhirnya saya terpikir membuat manisan. Tapi ternyata malah jadinya sirup. Hehe.

Cara membuatnya cukup sederhana.

Bahan:
1. Cranberries sekitar 500 gram (sudah saya kurangi untuk satu kali jus)
2. Gula pasir secukupnya
3. Air
4. Lemon

Cara memasak:
1. Rebus cranberries beserta gula hingga matang (empuk).


2. Angkat buah cranberries 
3. Dinginkan sisa airnya
4. Sajikan sirup craberries dengan es batu dan perasan lemon.
Sirup bisa disimpan di freezer dalam waktu lama. 


Gampang kan cara membuat sirup cranberries. Rasanya bagaimana? Setelah menjadi sirup tidak terasa lagi sepetnya. Kalaupun masih ada sisa rasa sepet tidak banyak. Beda jauh dibandingkan dikonsumsi dalam bentuk jus. Mirip teh rosella jika kamu pernah mencoba. Warnanya juga cantik sekali kan merah mirip wine.

Selamat mencoba! :)


Friday, September 14, 2018

Buah Tin Segar dan Kering (Figs)

9/14/2018 05:35:00 PM 0 Comments
Apakah kalian penyuka buah? Sudah pernah mencoba buah tin? Buah tin atau ara ini (ada yang menyebut buah surga) punya segudang manfaat. Buah tin bisa kamu nikmati baik buah segarnya maupun dalam bentuk buah kering.


Di Indonesia memang tidak familiar kan ya buah tin ini. Saya sendiri juga tidak menemukan buah ini nongkrong di pasar-pasar atau pun supermarket. Tapi, buah ini belakangan mulai terdengar gaungnya di Indonesia. Ada yang mulai membudidayakannya. 

Kalau di luar negeri sih jangan heran ya buah ini cukup populer. Dalam bahasa Inggris buah tin disebut sebagai figs. Dan salah seorang teman saya orang UK suka dengan buah ini. Ya, maklum juga kalau di UK memang segalanya ada kali ya. :)

Buah tin kering (dried figs)
Saya pertama kali mencoba buah tin yang bentuk kering (dried figs). Warnanya putih. Kalau dimakan berasa menggigit pasir kecil-kecil (bijinya). Rasanya mirip kismis, asam manis.


Buah tin segar (fresh figs)
Setelah itu, saya penasaran ingin mencoba buah aslinya. Nah, saya beli 150 gram seharga 35 ribu. Mahal sekali ya. Isinya kecil-kecil sebanyak 8 buah. Lumayanlah. Yang saya beli ini yang jenis turkey brown. Ada jenis lain yang lebih besar tapi lebih mahal lagi. Yang saya beli adalah buah lokal dari perkebunan Subang. Langsung dipetik dari pohonnya sepertinya jika ada yang beli. Nah, ini saya beli online.


Rasanya bagaimana? Empuk, manis keasaman. Bisa dimakan langsung dengan kulitnya karena kulitnya ternyata tipis dan tidak keras alias empuk. Warna dalamnya (biji) agak kemerahan yang masih segar. Lewat semalam saja warna isinya sudah berubah menjadi coklat kalau tidak disimpan di dalam kulkas. Aromanya enak. Saya suka. 

Menurut saya sih tidak mengecewakan. Mungkin lain kali perlu coba jenis yang lain. :)

Sekian ulasan dari saya. Yuk coba buah tinnya

Tuesday, September 11, 2018

Summer in Beijing Day 6 (Solana, suvenir, internet, budget, komentar penulis)

9/11/2018 09:28:00 AM 0 Comments
 

Agenda di hari terakhir adalah ke Solana. Di sini saya hanya foto-foto. Tapi saya lihat beberapa peserta ada yang belanja. Sama seperti Wangfujing Street, barang-barang yang dijual di sini adalah branded. Sekitar jam 10 pagi baru buka. Apakah ada peserta yang beli? Tentu ada! :)

Kalau soal lokasi sih sudah pasti luas. Enak untuk jalan-jalan pagi sambil membawa anak kecil didorong pakai stroller. Tempatnya enak.





Begitu waktu habis, kami langsung makan siang di restoran dekat bandara lalu menuju bandara Beijing untuk kembali ke Indonesia.

Suvenir

Kamu bisa beli bermacam-macam suvenir di Beijing mulai dari yang kecil-kecil seperti gantungan kunci, magnet kulkas, boneka, dan lain-lain sampai barang branded. Makanan ringan juga banyak dijual.

Gantungan kunci seharga 5 yuan per item 
Sebenarnya saya tidak niat beli-beli tapi saya memang orang Indonesia asli yang tidak bisa tidak bawa apa-apa setelah bepergian jauh begini (baca: laper mata). Saya mau yang murah-murah saja dan saya mau membatasi diri supaya tidak kalap. Apakah saya berhasil?

Untuk gantungan kunci saya beli 10 item dapat bonus 1 (lumayan). Dan satu buah saya beli khusus gambar panda seharga 10 yuan untuk keponakan saya.

Magnet kulkas
Magnet kulkas tidak sempat beli sebelumnya sewaktu di Bird Nest, tapi akhirnya kepincut juga ditawari ibu-ibu teman serombongan yang sedang beli. Tapi berhubung di mall jadi lebih mahal jatuhnya. Di Bird Nest cuma 5 yuan, di situ 10 yuan. Lumayan sekali selisihnya. Kata si Ibu, "Ambil saja yang sudah kita kunjungi." Tapi saya berhasil menahan diri beli dua saja. :)

Enak loh belanja sama ibu-ibu. Si Ibu ini tukang tampung. Jadi kalau saya maunya beli 1 saja, sisanya si Ibu yang beli untuk dapat harga lebih murah. Hihi. Terima kasih Ibu Acin.

Pembatas buku
Pembatas buku ini buru-buru sekali saya beli di Bird Nest, akhirnya saya ambil asal dan ya lihat saja potongannya tidak rata. Hehe. Tadinya mau dikasih ke seseorang tapi tak jadilah. :D

Saya tanya ke ibu-ibu yang bisa bahasa mandarin beberapa pembatas buku artinya apa. Si Ibu hanya bisa baca beberapa. Lalu saya disarankan mengambil yang gambar-gambar saja jangan yang tulisan. Wah, saya tak suka yang gambar. Saya sukanya tulisan. :)

Yang perlu kamu tahu

1. Tanggal yang ada di kemasan makanan ringan di Beijing adalah tanggal produksi bukan tanggal expired. Jadi, kamu tidak usah ragu jika melihat tanggalnya kok sudah lewat.

2. Toilet di Beijing tidak seperti toilet Indonesia yang ada selangnya untuk memancarkan air. Orang di sana hanya pakai tisu kering untuk bersih-bersih karena memang hanya tisu kering yang disediakan di kamar toilet. Sebagai orang Indonesia, kalau saya sih tidak srek alias afdol kalau tidak pakai air. Betul tidak? 

Tips: sediakan tisu basah atau botol kosong aqua atau tupperware untuk menampung air yang bisa dipakai untuk cebok.

Kalau peserta lain sih saya lihat bisa-bisa saja hanya pakai tisu kering. Ada juga beberapa orang yang sedia tisu basah. Saya tidak melihat peserta lain yang ribet menampung air seperti saya. Padahal sih saya sedia tisu basah dan kering tapi tisu basah malah tidak terpakai sama sekali. Hehe :) 

Toilet di restoran ada yang bersih ada yang tidak alias bau jadi siap-siap saja masker. Kalau di tempat umum seperti tempat wisata yang kami kunjungi saya tidak mencoba toiletnya sama sekali. Terus terang saya enggan karena toilet publik sangat ramai penggunanya. 

3. Jangan heran kalau kamu ketemu orang asli sana yang kasar saat kamu memasuki tokonya. Teman saya banyak yang mengalami. Ada yang diusir suruh keluar, ada yang marah, dan lain-lain.

4. Umumnya warga lokal tidak bisa bahasa Inggris. Jika kamu membeli dan menawar, mereka sedia kalkulator. Jadi kamu tetap bisa belanja. 

5. Kami diwanti-wakti oleh tour guide agar berhati-hati saat membeli barang di kaki lima. Siapa tahu uang kembaliannya palsu atau barangnya palsu. Di tempat tertentu juga kami diperingatkan berhati-hati jika belanja. Tour Guide tidak menjamin barangnya asli. Wah, rusuh banget deh ya.

6. Beijing kotanya sepi. Bagusnya adalah tidak polusi. Di sana banyak disewakan sepeda. Sepedanya memiliki barcode. Saya lihat beberapa sepeda tergeletak begitu saja di jalan dan aman-aman saja tidak hilang. Coba di Indonesia. Dalam hitungan menit sudah raib. :D


7. Saya lihat ada banyak jenis mobil lewat di jalan. Yang paling banyak saya lihat sih merk VW. Sepertinya saya tidak melihat merk ini eksis di Indonesia. Tour Guide bilang bahwa merk VW ini yang pertama investasi ke China. 

8. Ada banyak motor listrik lewat di jalan. Motor tersebut memang digalakkan supaya tidak polusi. Memang di sana disediakan jalur khusus untuk sepeda dan sepeda motor. Motor matic tetap ada kok saya lihat seliweran di jalan.

Komentar Penulis

1. Selama traveling ini kami selalu pindah-pindah restoran tapi entah kenapa kok menunya sama terus ya. Heran. Kalaupun ada beda ya satu dua menu saja. Saya juga sempat dibilang vegetarian oleh ibu-ibu yang duduk di sebelah saya gegara saya hanya makan nasi dan sayur. Sesekali saya makan telur dan ikan. Saya sempat diambilkan ayam oleh ibu tadi tapi saya tolak. Sumpah saya jadi tidak enak. Saya tahu ibu itu baik dan perhatian. Mungkin lebih ke kasian sama saya. Lauk banyak tapi tidak makan. Apalagi saya sekurus ini. Kok makannya sedikit. Maafkan saya Ibu... :(

Memang sih saya lihat mereka semua makannya pada lahap-lahap semua. Menggiurkan. Menunya banyak. 10 macam. Hanya saya yang mungkin terlihat sangat kasihan. :(

Saya sempat semeja dengan 2 keluarga yang muslim juga. Saya lihat mereka makan-makan saja dengan santai. Ya, urusan masing-masinglah ini. No offense. 

Saya pun tidak tahu bagaimana proses memasaknya. Bagaimana yang saya makan apakah ada jaminan halal? Saya pun sedia pop mie dari Indonesia. Setiap pulang ke hotel di malam hari saya makan pop mie. :(

2. Saya heran kenapa setiap masuk bangunan baik itu toko wajib maupun restoran kok aromanya sama. Terutama jika pertama kali masuk sebuah restoran saya mesti tutup hidung rapat-rapat. Rasanya saya mual mau muntah. :( Tapi kok peserta lain tahan-tahan saja?

Karena penasaran, saya tanya ibu peserta yang memang keturunan China. Kata beliau bau niyo. Entahlah benar tidak saya menulisnya. 

Budget

Paket consortium ini adalah paket murah. Berikut adalah rincian biayanya:
Harga paket: Rp. 6.380.000
Visa (diuruskan): Rp. 575.000
Tipping guide: Rp. 470.000
Tambahan biaya kamar karena sendirian sekamar (tak ada teman sharing): Rp. 1.650.000
Pajak 1%
Total: Rp. 9.165.750

Pengeluaran lain:
Biaya cetak foto visa Rp. 30.000
Biaya kirim dokumen passport Rp. 15.000
Biaya paket roaming Telkomsel 7 hari Asia Australia Rp. 250.000

Uang Saku
Untuk uang saku saya sedia 2000 Yuan. Saya beli 2x masing-masing 1000 yuan. Saya beli di Atrium Plaza Senen. 1 Yuan harganya Rp.2.160 di Money Changer Queen. Dan Rp. 2.145 per yuan di Money Changer Garuda.

Uang saku yang terpakai untuk belanja adalah sekitar 400 yuan. Jadi, masih ada sisa 1.600 yuan. Kalau sedang belanja di sana sih tidak terasa nilai uangnya karena beli misal harga 10 atau 20 yuan. Kecil sekali kan? Tapi coba kalau dikali 2000 rupiah jatuhnya jadi mahal. Nyesek. 

Saya sendiri sebenarnya tidak niat belanja-belanja selain suvenir kecil-kecilan saja untuk keluarga. Tapi habis juga 400 yuan dan itu senilai 800 ribuan. :D

Saya niatnya murni jalan-jalan saja ini. Pengalaman jalan-jalan sebelumnya kan beli-beli suvenir yang akhirnya cuma disimpan itu rasanya kok sayang. Jadi saya membatasi diri.

Uang China
Uang yang saya tukar adalah per 100 yuan. Tidak ada pecahan lebih kecil di 2 money changer. Tapi setelah belanja di sana dapat kembalian pecahan. Oya, saya mendapat uang 100 yuan 2 versi yatu seri 2005 dan 2015. Awalnya begitu sampai di kos sehabis menukar uang, saya cek kok beda seri jauh. Ini masih laku atau tidak. Tapi tidak mungkinlah ya money changer memberi uang yang sudah tidak laku. Akhirnya saya googling karena penasaran. Setelah sampai di sana saya belanja pakai yang seri 2005 terlebih dahulu dan tak ada masalah kok. :)

Berikut adalah uang kembalian yang saya dapat dari Beijing. Dapat pecahan juga. :)

Seri 2005 dan 2015

Bisa dilihat perbedaannya? Carilah 5 perbedaan! :D

Untuk 20 yuan hingga 5 yuan di bawah ini adalah seri 2005. Untuk uang 50 yuan tidak sempat foto karena sudah dipakai. Hehe. Ini yang tersisa saja di hari terakhir. Ternyata lumayan lengkap.




Berikut adalah uang 1 yi jiao kertas. Beda dengan 1 yuan ya. Saya juga baru paham saat di sana. Ini nilainya lebih kecil dari 1 yuan. Misal 20,1 yuan. Nah, yang 0,1 itulah yi jiao.



Berikut adalah uang koin 1 yuan yang sebelah kiri besar kekuningan. Sementara yang kanan yang lebih kecil dan berwarna putih perak adalah 1 yi jiao.




Internet
Saya pakai roaming Telkomsel Asia Australia 7 hari senilai Rp. 250.000. Setiba di Beijing paket aktif (sinyal langsung ganti) dan bisa digunakan untuk akses produk google maupun instagram, whatsapp. Alhamdulillah jadi tetap bisa whatsapp dan skype-an. :)

Cara aktifkan paket:
1. Dari aplikasi my telkomsel yang bisa di download di playstore. Tinggal beli saja.
2. Ketik *123# telpon lalu pilih roaming dan paket yang mau dibeli

Jangan lupa aktifkan juga roaming di setting hp kamu.

Tahu sendiri kan kalau produk google dan media sosial diblokir di China. Kalau mengandalkan wifi hotel dan vpn, berarti hanya bisa akses saat di hotel. Itu pun belum tentu lancar. Internet ini saya butuhkan sekali untuk mengecek jadwal sholat dan arah kiblat.

Sekian ulasan dari saya. Semoga bermanfaat! :)




Summer in Beijing Day 5 (Panda Zoo, Qian Men, Wangfujing Street)

9/11/2018 07:17:00 AM 0 Comments

Yuk simak perjalanan hari kelima saya di Beijing!

Toko wajib Jewellry

Saat masuk kemari, seperti biasa kami disuguhi produk. Produk apakah itu? Giok dan mutiara. Awalnya kami diberi penjelasan mengenai giok lalu diantar ke etalase. Peserta banyak yang berminat membeli liontin mutiara. Yang dibeli umumnya yang harganya 200 RMB dan 500 RMB. Itu harga sudah yang paling murah. Yang harganya 200 RMB, rantai terbuat dari perak sementara yang 500 RMB terbuat dari emas putih. Mutiaranya sendiri adalah mutiara air tawar. Di sini ada peserta yang sampai harus menggesek kartu kredit loh dan harus konfirmasi ke Indonesia (karena harga yang dibeli cukup mahal nampaknya). Hebat! :)


Panda Zoo

Sebenarnya sih namanya bukan Panda Zoo tapi Beijing Zoo kalau tidak salah. Kebun binatangnya berisi banyak binatang, tidak hanya panda. Tapi tujuan ke sini jelas mau lihat panda kan. Pandanya cuma ada 4 kalau tidak salah. Panda-pandanya adalah panda besar dan penampakannya kotor alias lusuh. Mungkin karena musim panas jadi belum sempat mandi. Pas kami datang, pandanya pada tidur. Dasar pemalas! Hihi :D

Posisi tidurnya itu loh... Ga nyaman banget kayanya

Nah, lagi duduk... kucel dan kotor banget kan?

Tapi memang panda itu lucu seperti bayi kalau lihat sedang duduk. Jadi gemas pengen peluk. Sayangnya tidak ada panda kecil di sini. Panda kecil adanya di Panda Zoo di kota lain. Padahal panda kecil itu yang lucu-lucu sekali. Pengen gendong rasanya saat lihat videonya di youtube. :D

Qian Men Old Beijing Street


Di sini kami diberi waktu untuk foto. Tapi bagi yang berminat bisa masuk ke dalam toko untuk membeli suvenir atau oleh-oleh. Harga di sini termasuk murah.


Wangfujing Street

Lagi, kami diberi waktu lumayan untuk berbelanja. Tahu sendiri kan orang kita suka belanja. Dan itu memang benar kok saya lihat sendiri. Meski tidak semua peserta ya. Di sini tempatnya luas, shopping mall barang branded. Saya sih sejujurnya tidak hobi wisata ke tempat belanja begini. Tidak ada yang ingin saya beli. Tapi di akhir-akhir sebelum kumpul di bus, saya masuk Miniso dan sempat membeli kacang almond, macadamia, dan pecan (karena sebelumnya saya memang mencari kacang dan ternyata nemu di sini detik-detik terakhir).



Buah lokal

Tiba di hotel, saya mampir dulu ke mini market sebelah. Saya ingin melihat buah lokal. Yang ada adalah peach, kesemek dan ada satu lagi tidak tahu namanya. Akhirnya saya beli peach seharga 8 RMB.


Di kamar hotel, saya coba memakan semua peach. Yang ini jenis yang empuk. Rasanya manis seperti jambu bol. Lebih banyak air ketimbang jambu bol. Dan ada aroma khusus peach. Di Indonesia saya tidak nemu buah segar peach. Hanya pernah mencoba yang kalengan makanya ini saya coba yang segar. Kalau kesemek sih sudah pernah makan di Indonesia ada.

Bersambung day 6...


Summer in Beijing Day 4 (Summer Palace, Bei Hai Park, Xiu Shui Market, The Place Mall)

9/11/2018 06:48:00 AM 0 Comments


Berikut adalah perjalanan hari keempat di Beijing.

Toko wajib Baoshutang

Di toko ini kami diberi demo produk latex berupa bantal dan kasur. Petugas yang memberi penjelasan berbahasa Indonesia loh. Dua orang peserta yang disuruh memperagakan dapat scarf cuma-cuma. Ada demo demo telur tidak pecah walau ketindih badan di atas kasur latex. Wow. Benar telur asli itu bukan telur rebus. Hehe.

Baoshutang
Di sini kami juga bisa mencoba bantal dan kasurnya secara gratis. Tidur-tiduran di situ. Malah tidak boleh keluar dulu dari ruangan. Salah satu merk yang ditawarkan di sini adalah King Koil. Yang berminat, bisa membeli. Tak perlu khawatir kesusahan bawa, bisa dipaketkan. :)

Soal harga? Ya pastilah... Mahal. Tahu sendiri berapa kurs rupiah kita.


Toko wajib obat

Kami berkumpul di satu ruangan dan diberi penjelasan mengenai produk obat best seller China yang terdiri dari 8 macam. Setelah itu, ada pengecekan pembuluh darah gratis bagi yang berminat.

Obat yang ditawarkan di sini adalah herbal. Lagi-lagi harganya ya mahal.


Summer Palace

Summer Palace adalah tempat kediaman raja pada musim panas. Di tempat ini pemandangannya bagus. Mungkin karena ada danau dan juga jembatan. Pengunjung di sini ramai sekali. Mungkin karena hari libur. Di sini saya berjalan sendirian dan tidak mengambil foto diri saya sama sekali. Pokoknya saya berjalan mengeksplor wilayah ini.

Summer Palace

Saya sempat kepincut naik kapal tapi penjaga tiket seperti tidak paham saat saya tanya apakah kapalnya akan kembali lagi ke tempat awal dalam bahasa Inggris. Saya takut tidak balik lagi tapi ke tempat lain turunnya dan nanti malah saya sulit kembali dan waktu juga tidak cukup. Takut malah menyusahkan rombongan juga kalau saya ketinggalan atau tersesat karena tempatnya luas. Jadilah saya foto-foto saja dan menikmati keindahan alamnya. 

Lalu saya naik ke atas sebuah bangunan dekat loket kapal. Rupanya di dalamnya tempat orang jual suvenir. Saat saya masuk ke dalam, saya ditawari berfoto pakai baju tradisional ala Putri Huang Zhu begitu. Saat itu waktu kumpul sudah mepet tapi akhirnya berhasil foto juga karena sebentar langsung jadi. Tapi setelah itu saya menyesal. Kenapa? Karena harganya mahal. :D


Bei Hai Park

Bei Hai Park

Bei Hai Park ini adalah sebuah taman. Tidak jauh berbeda dengan Summer Palace, ada danau juga. Saya hanya jalan-jalan ke dalam. Ada kuil dan juga penjual suvenir. Ternyata di sini juga ada penyewaan baju tradisional untuk foto dan bisa bebas foto di sekitaran sebagai background.


Xiu Shui Market

Depannya sedang direnovasi

Masuk ke sini saya bosan. Kenapa? Karena bukan tujuan saya shopping. Ini tempat shopping semacam Mangga Dua. Akhirnya saya pun menunggu di luar saja.


The Place Mall

Sebelum kembali ke hotel, kami dipersilahkan untuk photo shop di depan The Place Mall yang ada LED besar sebagai background.



Bersambung day 5 ya! :)


Monday, September 10, 2018

Summer in Beijing Day 3 (Great Wall, Bird Nest Stadium)

9/10/2018 06:01:00 PM 0 Comments


Berikut adalah perjalanan hari ketiga saya di Beijing.

Foot Massage

Setelah sarapan, kami langsung menuju toko wajib pemerintah yaitu foot massage. Seharusnya kunjungan ke sini adalah di hari sebelumnya tapi karena sudah terlampau lelah, diubah menjadi hari ketiga. Kami digiring menuju suatu ruangan khusus untuk menerima foot massage gratis. Foot massage ini diperuntukkan usia di atas 20 tahun. Pertama-tama kami disuguhi ember berisi air hangat kecoklatan dan juga di dalamnya ada kantong seperti kantong teh celup. Nah, kantong tersebut rupanya obat dan diperintahkan untuk diinjak dengan kaki kiri. Tak tahu juga kenapa begitu. Mungkin ada filosofi khusus.

Air rendaman kaki

Setelah mendapat penjelasan dari shinshei (benar tidak namanya shinshei) berbahasa Indonesia, tak lama kemudian, terapis berdatangan untuk memijat. Awalnya, yang datang ke saya adalah terapis laki-laki tapi kemudian saya minta ganti perempuan. :D

Beberapa shinshei berdatangan menuju kursi-kursi kami, umumnya yang tua-tua yang didatangi, di sana ditanya-tanya.

Di situlah kami ditawari obat ada obat gosok dan juga obat yang untuk rendaman kaki. Harga? Mahal! Kalau di etalasenya di depan sih ada banyak jenis obat yang bisa dibeli.


Silk Factory

Setelah selesai foot massage, lanjut ke toko wajib pemerintah lainnya yaitu silk factory. Di sini kami mendapat penjelasan tentang asal bahan sutra dari kepompong  ulat sutra. Penjelasan diberikan dalam bahasa Inggris oleh seorang wanita muda yang bekerja di situ. Diperagakan juga satu kepompong jika diurai maka akan menjadi begitu lebar. Wow. Super sekali. Tuhan sang maha pencipta benar-benar keren. Tiada tandingannya.

Kepompong ulat sutra. Kecil ya?

Demo satu buah kepompong. Biarpun kecil tapi bisa meregang sampai selebar itu. Mantap!

Kami juga ditawari produk-produk sutra seperti seprei beserta sarung bantal. Produk di situ diklaim sebagai produk asli. Ya karena mereka kan toko wajib pemerintah masa iya mau kasih barang abal-abal ya.


Great Wall

Perjalanan menuju Great Wall dilakukan setelah makan siang di restoran.  Yay! Akhirnya sampai juga di Great Wall. Yang dulunya cuma lihat di buku sejarah SD, sekarang bisa menginjakkan kaki. :)

Sesampai di sini, kami foto rombongan. Lalu kami diberi waktu untuk menaiki Great Wall. Cuaca kali ini sangat mendukung. Sewaktu pagi, gerimis. Dan saat siang matahari tidak terik. Biarpun begitu, tetap ngos-ngosan menaiki tangga. Saking panjangnya, tidak mungkin semua dilewati. Saya pun hanya sampai 2 pos. Setelah itu saya putuskan foto-foto saja. Karena saya pikir akan sama saja rutenya dari pos ke pos. :)

Ramai sekali. Susah cari spot sepi. Ini lagi beruntung. :) 

Saat itu ramai sekali pengunjung yang menaiki tangga baik lokal maupun bule. Anak-anak kecil maupun bayi pun ikutan naik tangga. Nenek-nenek pun tak mau kalah ikutan juga. Hebat! Mana tangganya curam loh. Dan tidak sama tingginya tiap anak tangga. Ada yang pendek, ada yang tinggi.

Satu hal yang saya pelajari di sini. Kalau saya pribadi merasa, kalau saya naik tangga itu lebih berat ketimbang turun, lebih butuh banyak energi, lebih ngos-ngosan. Nah, kalau nenek-nenek justru kebalikannya. Bisa naik tapi takut tak bisa turun. Sumpah, saya baru tahu ini. :)

Saatnya kami ngumpul di bus, 2 orang peserta tersesat. Mereka tidak tahu jalan pulang. Satu peserta mengaku melihat bus rombongan tapi tidak tahu bagaimana caranya turun ke sana. Sementara satu peserta lagi harus membayar 20 RMB setelah deal tawar-menawar dengan orang sana yang mau mengantar pakai mobil. Apes deh si Ibu. Untungnya si Ibu bisa bicara mandarin.


Bird Nest Stadium

Kunjungan ke Bird Nest ini hanya untuk photo shop. Toh memang kami tidak bisa masuk. Sesampai di sini, barulah terasa kota. Kenapa saya bilang demikian. Karena selama saya di sana, saya merasa Beijing itu sepi kotanya. Baru di sinilah terasa ramai pengunjung.

Bird Nest Stadium malam hari. Susah nyari spot sepi untuk foto.

Di suasana malam, Bird Nest terlihat cantik karena lampu warna-warninya menyala. Tapi kami tidak bisa berlama-lama di sini karena Bird Nest tutup sekitar pukul 9 malam. Oya, masuk ke sini gratis.

Kalian jangan heran kalau mencium bau pesing saat jalan di pelataran Bird Nest. Saya juga heran kok bisa sih di tempat umum seperti itu orang buang air sembarangan. Ampun deh.

Setelah puas berfoto, saya menuju toko suvenir di sekitaran sini. Saya mampir ke Art and Craft Supermarket. Di toko ini suvenir cukup murah dibanding tempat lain.



Bersambung day 4...



Saturday, September 1, 2018

Summer in Beijing Day 1-2 (Tian An Men, Forbidden City, Temple of Heaven)

9/01/2018 09:52:00 PM 0 Comments
Tepat 2 hari sebelum keberangkatan, saya berobat ke klinik ditemani Ibu Kos (terima kasih Bu!). Hal ini dikarenakan saya merasa badan panas sampai 10 hari kok belum sembuh-sembuh. Selain itu juga nyeri tulang setiap demam. Dan ada batuk juga. Dari sebelum saya berangkat conference ke Danau Toba sampai hari itu belum sembuh. Khawatirnya ada indikasi penyakit lain. Saya diberi obat dan surat pengantar cek lab. Kalau belum sembuh harus cek lab dalam 2 hari. Herannya saya merasa panas dan nyeri tulang saat ke klinik tapi kata dokter temperatur saya normal 36 derajat. Tensi saya juga normal 110/70. Heran. Ya sudahlah minum obat dulu.

Di perjalanan ini, saya justru gabung dengan emak-emak atau nenek-nenek. Saya juga malah mengobrol dengan bapak-bapak atau kakek-kakek. Memang peserta tur ini mayoritas tua-tua. Hihi. Tak apalah yang penting menikmati perjalanannya dan juga happy. :D

Kalau saya pikir-pikir, tiap kali bepergian jauh kok selalu saja mengobrolnya dengan emak-emak atau bapak-bapak. Ketemunya begitu, bukan dengan yang muda-muda. Ya memang nyambung sih mengobrol dengan mereka. :D

Ok, berikut adalah perjalanan saya. Yuk simak!


Ketemu Artis Korea

Perjalanan saya menggunakan pesawat Air China. Berangkat pukul 00.30 dini hari. Pesawat delay dari jadwal sebelumnya sekitar 1 jam. Tiba di Beijing sekitar pukul 08.00 pagi. Setelah itu langsung naik bus jemputan menuju tempat wisata pertama hari itu yaitu Temple of Heaven. Kucel banget sumpah tak sempat mandi dan ganti baju Ya Allah karena check in hotelnya mulai malam harinya. :(

Oya saat saya berjalan menuju keluar bandara, saya melihat beberapa anak muda abege (perempuan) jeprat-jepret ke arah saya berjalan. Saya pikir siapa yang difoto? Saya melihat sih ada kertas bertuliskan nama Korea. Tapi saya tidak kenal. Artis kpop kah? Saya lihat si cowok yang difoto itu jalan saja mendorong troli dengan santai dan tak ada senyumnya sama sekali. Duh, jutek amat. Kecapekan kali ya. :D


Temple of Heaven

Tiba di Beijing, rombongan langsung menuju Temple of Heaven. Setelah mendapat penjelasan dari Tour Guide orang asli China (berbahasa Indonesia), di sini, kami diberi waktu bebas untuk berfoto sekitar 1 jam. Kala itu saya jalan sendirian. Saya menaiki tangga kuil tersebut dan berjalan-jalan ke sekitaran karena bangunan tidak hanya satu kuil tersebut. Di sini ramai pengunjung baik turis lokal maupun internasional. Saya lihat ada banyak bule.


Temple of Heaven

Detik-detik menuju waktu berakhir, entah kenapa saya berjalan menuju arah lain. Saya lihat banyak orang lewat begitu saja dan sepertinya tidak pakai tiket. Jadilah saya masuk. Saya ambil beberapa foto dan terus berjalan ke arah bangunan kuil yang lain. Lalu saya kembali. Rupanya saya tidak bisa keluar kalau tidak membawa tiket. Alamak. Tiket kan dipegang Tour Guide.

Tiket masuk Temple of Heaven - gegara tidak patuh jadi punya kenangan 

Jadilah saya terpaksa membeli tiket seharga 20 RMB. Saya baru sadar ternyata tiket dari Tour Guide hanya berlaku di sekitaran tempat awal saja. Jika ke tempat lain harus membeli lagi. Ya, karena memang tempatnya sangat luas. Kena deh saya. Mungkin saya satu-satunya peserta yang tidak patuh.

Saya kembali ke titik di mana rombongan awal berkumpul. Rupanya tinggal saya peserta terakhir yang ditunggu. Maaf. Sungguh maaf. :(


Tian An Men

Tian An Men - Ada gambar Mao Che Dong mejeng di depan. Itu di bawah payung adalah penjaga.
Di bawah terik matahari yang menyengat (sumpah panas sekali) kami berjalan-jalan di Tian An Men. Tian An Men ini jika dilihat dari depan bangunannya terlihat foto Mao Che Dong (benar tidak ini menulis namanya), pemimpin China masa lampau. Halaman Tian An Men luas sekali. Tempat wisata di China yang saya kunjungi memang pada umumnya luas-luas. Sanggup jalan kaki seluas itu? Tepar...


Forbidden City

Forbidden City

Setelah puas berfoto, kami menuju Forbidden City. Cukup jauh kami berjalan menuju Forbidden City. Forbidden City adalah komplek kediaman raja beserta ratu dan selirnya yang jumlahnya sangat banyak. Tempatnya pun sangat luas. Kami tidak mengunjungi semua tempat karena memang sangat luas dan tidak cukup waktu. Lelah pun juga betul. Apalagi sengatan matahari membuat kami kepanasan. Toh tipe bangunannya juga sama saja. 

Setelah kelelahan saking panasnya yang luar biasa dan seharian jalan kaki terus dari pagi hingga malam, akhirnya kami bisa beristirahat di hotel setelah santap malam. Waktunya meluruskan kaki dan punggung. Esok harinya sudah diwanti-wanti morning call pukul enam pagi.

Bersambung posting berikutnya ya! :)

Monday, August 27, 2018

Beijing (Cerita Awal Traveling dan Urus Visa)

8/27/2018 12:14:00 PM 14 Comments


Setelah paspor di tangan, apa yang akan dilakukan selanjutnya? Jalan-jalan donk ya. Hehe

Baiklah. Tanggal 17 Juli 2018 paspor saya ambil dan tanggal 18 Juli saya mulai action untuk liburan. Ke mana? Pilihan saya kali ini jatuh ke Beijing, China. Setelah searching beberapa itinerary dan budget, dan mumpung saya masih libur panjang, terpilihlah satu destinasi alias paket wisata super promo yaitu Consortium Mono Beijing dari Avia Tour selama 6 hari 5 malam seharga Rp. 6.380.000 (Syarat ketentuan berlaku). Murah kan?

Pilihan ini sudah melewati beberapa pertimbangan. Hal ini dikarenakan saya harus menyesuaikan jadwal saya. Dan ini pun saya mengorbankan 1 hari jadwal saya yang seharusnya saya ikuti. Karena memang paket consortium ini hanya ada sekali yaitu 16-21 Agustus 2018, tidak seperti paket lain yang pilihan tanggalnya banyak.

Saya sempat kepincut paket China Delight karena lebih lama (8 hari) dan juga destinasi lebih banyak tidak hanya Beijing tapi juga ke Shanghai, Suzhou, Huzhou, dan Guangzhou dan pastinya harga 2x lipat lebih mahal hehe. Tapi sayang sekali paket ini tidak mampir ke Summer Palace. Padahal ini wajib dalam agenda saya selain Great Wall. Jelas tujuan utama saya adalah menginjakkan kaki ke Great Wall. Jadi saya pikir ke Beijing saja cukuplah untuk saat ini (dengan beberapa pertimbangan) karena paket consortium sudah ada Summer Palace selain Great Wall tentunya di itinerary-nya.

Dan sejujurnya alasan lain yang mendasar adalah paket consortium ini bertepatan dengan jadwal haid, semoga pas sehingga saya pikir saya tidak perlu khawatir soal sholat (update 23/8/2018: prediksi meleset). Sementara China Delight durasinya lebih panjang dan ada waktu yang saya harus sholat. Sumpah saya takut jika sampai terjadi saya mengabaikan sholat karena jalan-jalan ini. Apalagi kemungkinan besar teman serombongan dan juga tour guide-nya bukan muslim. Bisa jadi saya satu-satunya muslim. Note: Ini bukan soal rasis ya. (update: ada 2 keluarga muslim selain saya)

Saya juga sempat melihat-lihat destinasi negara lain tapi sungguh sayang paket yang saya minati waktunya tidak match dengan jadwal saya sehingga tidak bisa saya ambil.


Kisah sedih (Peringatan: jangan dibaca jika tidak suka cerita sedih! Semoga ini tidak lebay)

Jadi, pada awalnya saya sudah merencanakan alias janjian jalan-jalan ke Thai setelah lebaran bersama salah seorang teman saya. Tapi ternyata dia batalkan begitu saja. Dan dia ikut tour ke Jepang. Nyesek tidak sih? Kalau ada di posisi saya sih nyesek. Tapi di posisi dia? Sepertinya dia enak-enak saja melakukan hal itu. Bagaimana saya tidak sedih. Janji pun tinggal janji. Bukan masalah tidak jadi ke Thai-nya sih karena pada dasarnya Thai bukan negara prioritas yang ingin saya kunjungi, tapi ini soal arti sebuah janji. Semudah itukah kau mengingkari. Dan alasan batalnya itu loh... Pelajaran berharga: ternyata komitmen itu susah ya. :(

Dan akhirnya saya yang terkecewakan ini pun merencanakan jalan-jalan sendirian tanpa teman yang saya kenal dengan ikut tur ini.


Kenapa pilih Beijing? 

Saat saya tanya salah seorang teman saya apakah dia berminat ke China, dia langsung menjawab dengan tegas, "No!"

Oh. But why? :(

Memang traveling ini urusan selera ya. Saya menyadari betul hal ini. Ada orang yang suka wisata alam/pantai, ada yang suka wisata kota, ada yang suka belanja, ada yang suka wisata budaya/sejarah, dan lain-lain. Perbedaan itu indah ya. :)

Saya termasuk yang suka wisata sejarah. Ketimbang ke tempat belanja, saya lebih suka ke tempat-tempat bersejarah. Dan China termasuk salah satu negara bersejarah di dunia yang punya banyak tempat-tempat peninggalan sejarah. Tentu, saya ingin melihat langsung. Karena selama ini saya hanya membaca di buku sejarah atau pun menonton film-filmnya.

Selain itu, dari kecil saya suka nonton film/serial kungfu/pendekar atau pun kisah kerajaan (historikal). Jadi, tak ada alasan bagi saya untuk tidak berminat. :)

Ada kata bijak, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Analogi: Jadi, boleh donk jalan-jalan sampai ke negeri China? :)

Pokoknya saya punya impian untuk mengunjungi di mana keajaiban dunia berada atau pun tempat-tempat bersejarah lainnya di dunia. Aamiin.


Visa

Setelah saya searching tentang pengurusan visa China, sebenarnya caranya tidak ribet. Begitu pula persyaratan yang diminta juga tidak ribet. Saya sebenarnya ingin mengurus sendiri saja toh posisi saya sedang ada di Jakarta dan sedang libur panjang pula. Tapi saya baru teringat bahwa kurang dari 1 bulan dari pendaftaran saya sudah akan berangkat (jadwalnya tanggal 16 Agustus 2018).  Sementara ada yang bilang bahwa pengurusan visa sebaiknya 3 bulan sebelum keberangkatan, Nah, saya khawatir kenapa-kenapa ya karena mepet, jadi akhirnya saya putuskan untuk diuruskan agensinya saja. Padahal sih kalau normalnya 4 hari kelar. Masih lumayan lega sebenarnya waktunya sampai hari H. Ya sudahlah yang penting beres. Toh biayanya juga murah hanya 35 ribu setara jika saya 2x bolak-balik ke Visa Centre. :)

Berhubung saya diuruskan agensi, persyaratan yang diminta cukup fotokopi KTP, KK, tanda-tangan di halaman 4 formulir, dan paspor asli. Kalau mengurus sendiri perlu membawa dokumen asli selain fotokopi.

Foto visa di mana?

Awalnya saya pikir mau foto di mana ya yang bagus. Setelah searching akhirnya saya putuskan ke Myra Gallery di dekat Terminal Kampung Melayu. Pas di seberang kuil. Saat saya tiba di sana, saya disuruh ke lantai 2 untuk foto visa. Pegawainya langsung paham waktu saya bilang visa China. Di situ sudah sering membuat foto untuk visa. Setelah saya ada juga customer lain yang mau foto visa yaitu visa Korea.

Saya sendiri setelah foto, duduk menunggu saja di lantai 2. Petugasnya bilang jadinya 2 jam. Jadi ya daripada bolak-balik mending menunggu sambil utak-atik laptop. Tempatnya juga nyaman sih. :)

Oya, sekali foto visa dapat 6 lembar ukuran yang sama. Biaya 40 ribu saja. Lumayan ekonomis kan?

Note: tulisan berikutnya ini tidak penting jangan dibaca! 
Jadi, setelah customer visa Korea ada lagi customer lain seorang pria. Nah, orangnya ini mau foto biasa. Orangnya tanya apakah disediakan jas. Ya betul di situ disediakan jas dan dasi. Lalu orangnya bilang sendiri tanpa ditanya bahwa dia mau foto buat nikah. Hihi. Saya pun tersenyum tipis sambil terus mengetik. Btw, selamat ya mas! :)


Jalan-jalan ke mana saja?

Berikut adalah itinerary awal perjalanan saya. Sapa tahu bermanfaat buat kamu untuk referensi atau pun menarik minatmu untuk jalan-jalan ke sana. :)

Day 1 (16/8/2018):
Perjalanan Jakarta - Beijing

Day 2 (17/8/2018): 
Tian An Men dan Forbidden City
Temple of Heaven
Toko wajib: Jewelry

Day 3 (18/8/2018):
Ju Yong Guan Great Wall
Bird's Nest Stadium
Peking Roast Duck
Toko wajib: Baoshutang dan Foot Massage

Day 4 (19/8/2018):
Summer Palace
Xiu shui Market
The Place Mall
Qian Men Old Beijing Street
Solana Blue Harbor
Toko wajib: Latex

Day 5 (20/8/2018):
Panda Zoo
Bei Hai Park
Wangfujing Street
Toko wajib: Charcoal and Silk

Day 6 (21/8/2018):
Wangfujing Street
Kembali ke Indonesia

Agar postingan tidak terlalu panjang, lanjut ke posting berikutnya ya. :)

Bersambung...

Pengalaman Lolos International Paper Conference CITSM 2018 (Part 4)

8/27/2018 11:54:00 AM 18 Comments


Berikut adalah posting bagian akhir dari kisah perjalanan saya mengikuti conference CITSM 2018. Yuk simak!

Tanggal 6 Agustus 2018 pagi hari saya merasa tubuh saya lemah dan tidak enak badan intinya. Memang beberapa hari sebelumnya sudah terasa gejala flu seperti demam, pegal-pegal dan juga batuk. Mau bangun dari tempat tidur untuk bersiap-siap itu rasanya enggan sekali. Berat sekali. Sampai saya berkata dalam hati seandainya saja kehadiran saya bisa digantikan. Tapi sungguh tidak mungkin karena sudah hari-H dan juga tiket pesawat dan hotel sudah dipesan lunas semua.

Pukul setengah 8 pagi saya paksakan diri untuk bangun dan bersiap-siap. Saya baru packing saat itu. Tahu sendiri kondisi sebelumnya memang tidak enak badan. Berhubung tidak banyak juga yang disiapkan jadi tidak masalah. Saya pun hanya makan roti lalu pergi ke Bandara Halim Perdana Kusuma untuk pertama kalinya.

Rupanya, tidak sampai sejam sudah sampai, lebih dekat dari Soekarno Hatta. Hanya habis 60 ribu pakai taksi. Jika ke Soekarno Hatta biasa habis sampai 200 ribu. Sampai di sana saya menunggu tidak terlalu lama karena ternyata boarding lebih cepat setengah jam dari jadwal. Saya justru heran kenapa bisa begitu. Biasanya molor tapi kok ini malah lebih cepat.

Sampai di Bandara Silangit, Danau Toba, Sumatera Utara, saya seperti orang hilang sendirian. Jam 1 siang sudah sampai sementara bus jemputan pukul 3 sore. Peserta lain juga saya tidak tahu siapa yang satu pesawat dengan saya. Menyedihkan. Teman yang semula bareng saya ternyata dia ganti ke Kuala Namu tidak bilang-bilang ke saya. :(

Akhirnya saya menunggu di kursi luar. Begitu tak ada tanda-tanda bus jemputan, saya melipir ke booth travel. Saya pun harus menunggu penumpang lain jika mau murah. Karena kalau tidak, sewa satu mobil mahal. Alamak.

Jam setengah empat sore travel pun berangkat. Itu adalah travel terakhir alias saya naik mobil yang punya travel beserta 2 orang perempuan yang jadi penjaga travel dan 1 orang penumpang perempuan yang berbeda tujuan dengan saya. Di tengah jalan, saya diturunkan. Saya dioper ke mobil travel lain yaitu L300 yang isinya penuh penumpang lokal. Saya duduk paling belakang berisi 3 orang. Yang 2 orang sebelah saya perempuan semua ibu-ibu bawa anak keduanya. Sempit benar. Mana panas. Saat saya berangkat itu mobil jemputan panitia yang katanya pukul 3 masih belum nongol juga loh.

Dengan merogoh kocek 150 ribu rupiah saya pun berhasil sampai hotel. Itu pun saya jalan kaki dulu dari pinggir jalan ke dalam menuju hotel. Travel menurunkan saya di pinggir jalan itulah, tidak mau masuk. Alamak... Sudah seperti solo traveling ini saya. :(

Di depan hotel, sudah ada 2 orang perempuan yang mau masuk. Rupanya mereka peserta juga sama seperti saya. Kami pun berkenalan. Mereka adalah peserta dari BSI.

Hotel yang saya tempati, Grand Tamaro, ruangannya luas untuk yang deluxe. Dan tanpa AC sudah dingin sekali. Heran juga kenapa kamar deluxe tak ada AC?

Danau Toba dari Hotel Grand Tamaro


Si Mbak yang dari BSI, saat sarapan saya tanya apakah pake biaya sendiri atau dari kantor. Dia bilang, biaya sendiri. Kan mereka berdua sekamar di kamar standar. Kamar kami sempat ketukar. Hehe. Eh, begitu kami sampai di Hotel Inna Prapat, Si Mbak menyodorkan kertas SPPD ke panitia saat ditanya apakah ada SPPD. Hihi senyum saya dalam hati. Dikiranya saya tidak mengerti kali ya. :D

Oya, saat mau datang ke Hotel Inna Prapat untuk pembukaan, kedua orang ini santai benar. Saya tanya mau jalan kaki atau naik angkot? Mereka seperti bingung. Padahal sih jalan kaki dekat begitu bisa cek di google map. Akhirnya jalan kaki juga sih kami. Saya heran, saya merasa diri saya ini santai. Tapi ternyata masih ada yang jauh lebih santai.

Cerita sedih
Saat malam sebelumnya awalnya kan berencana mau keluar cari makan malam, eh kok mereka adem ayem tidak mampir ke kamar saya. Akhirnya saya yang ke kamar mereka. Terus apa kata mereka? Gelap. Mereka tidak berani. Dan saya lihat di mejanya mereka sudah makan pop mie. So sad... :(

Ya sudah saya pun tak keluar jadinya karena sendirian. Lalu teman saya di Hotel Inna tanya apa saya sudah makan. Akhirnya dia titipkan makan malam diantar ke hotel saya oleh security. So sweet.
Thank you :)

Hotel Inna Parapat


Hari pertama tanggal 7 Agustus 2018
Acara pembukaan lalu dilanjutkan dengan presentasi peserta di ruang masing-masing setelah makan siang. Saat itu saya hanya menonton rekan saya yang tampil hari itu dan juga peserta lain. Awalnya saya pikir presentasi bakal serius dan menegangkan, rupanya tidak. Mana ruangannya tidak kedap suara karena hanya disekat-sekat saja. Jadi, suara tumpang tindih dengan ruangan lain. :D

Hari kedua tanggal 8 Agustus 2018
Hari ini jadwal saya presentasi. Seharusnya saya mendapat giliran kedua tapi kenapa kok malah orang lain duluan yang tampil? Kemudian moderator mendatangi saya. Dia tanya apakah saya bisa tampil yang ketiga. Akhirnya saya tampil ketiga. Waktu saya akan presentasi, pointer tidak nyala. Hehe ya sudah akhirnya saya lihat di laptop. Dan setelah selesai ternyata ada komentar dan pertanyaan dari seorang profesor dari Malaysia. Beliau bilang topik saya bagus bisa untuk lanjut ke S3. Dalam hati saya, saya tidak kepikiran untuk mengambil S3 TI lagi, Pak. Huhuhu

Profesor tersebut menghampiri saya ke kursi belakang setelah saya presentasi. Kami mengobrol dan beliau bertanya email saya. Saat itu saya bilang ada. Lalu saya pikir mana mungkin beliau baca satu-satu di buku kumpulan abstrak. Lalu teman saya menyarankan saya menulis email saya di kertas. Waduh, saya tidak bawa kertas. Teman saya pun tidak. Lalu di akhir acara saya berikan kertas sobekan berisi email ke profesor tersebut. Dan sang profesor memberikan saya kartu namanya. Sungguh memalukan. Namun juga lucu. Mana kertas yang saya pakai adalah kertas bekas bon milik teman saya. :D

Siang hari langsung penutupan lalu ada acara jalan-jalan ke Samosir naik kapal di Danau Toba. Saya ikutan daripada bengong sendirian di kamar tak ada acara. Mana sudah jauh-jauh datang kan. Harga tiketnya 200 ribu rupiah sekitar 3 jam perjalanan supaya tidak kesorean. Lumayanlah refreshing. :D

Objek Wisata Samosir

Sekian kisah perjalanan saya. Sampai jumpa di posting berikutnya. :)