semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Wednesday, May 9, 2012

Kembalikan Sesuatu Pada Tempatnya Please

5/09/2012 06:00:00 AM 4 Comments



Ada orang yang sembarangan mengambil barang lalu tidak dikembalikan.

Ada juga yang seenaknya mengambil barang lalu dikembalikan tapi tidak utuh lagi.




Kedua hal tersebut mungkin hal sepele. Tapi bagi saya, jujur saya katakan kalau saya sangat tidak suka. Sudah mengambil tanpa ijin, eh tidak dikembalikan pula. Adapun kalau dikembalikan, sudah tidak utuh lagi ataupun sudah berubah tempat.

Memang, hal-hal yang diambil keseringan adalah hal-hal kecil yang mungkin harganya tidak seberapa, tapi ketidakberadaan barang tersebut merusak sistem yang sudah berjalan atau merusak kelancaran.

Contoh kecil yang sering saya alami adalah kehilangan sandal jepit. Saya sengaja membeli 3 sandal sesuai fungsi dan demi kelancaran. Satu saya letakkan di depan supaya kalau sewaktu-waktu mau ke luar rumah atau pergi sholat berjamaah ke mushola tidak perlu ambil-ambil dulu ke belakang. Satu lagi saya taruh di belakang samping untuk ke kamar mandi. Saya mau ada sandal khusus untuk kamar mandi. Menurut saya ini vital. Nah sandal terakhir saya taruh di belakang khusus untuk ke jemuran baju.

Lalu yang terjadi sekarang adalah semuanya raib. Tidak hanya sekali dua kali saya beli. Akhirnya saya capek juga karena hilang terus.

Contoh lain adalah di kantor. Saya sering kehilangan alat-alat di atas meja saya macam stapler, cutter, pena, pensil, dll. Memang hanya alat-alat kecil, tapi penting sewaktu-waktu butuh.



Kasus 1

"Kamu pinjam penggaris saya?"

"Iya..."

Saya lihat penggaris sudah dikembalikan.

"Loh wadahnya kok ga ada?"

"Hehe iya ga tahu ke mana..."


Kasus 2

"Tipe-X ku kok ga ada ya. Kamu pinjam?"

"Iya..."

Lalu dia kembalikan

"Loh tutupnya ke mana kok ga ada?"

"Memang ga ada kok..."

Hufff


Kasus 3

"Stapler aku ke mana ya? Kemarin kamu pinjam kan?"

"Iya kemarin memang kupinjam tapi udah kukembalikan."

Stapler pun raib ga tahu ke mana.


Kasus 4

"Pensilku kok ga ada ya. Pensilku mana?"

"Sudah kukembalikan..."

Pensil di atas meja saya habis. Padahal setiap kali hilang, pasti saya meraut yang baru. Tapi entah kenapa hilang terus. Bagi saya, pensil adalah alat vital dalam kerjaan saya. Pensil lebih penting daripada pena. Tapi pena pun juga seringkali hilang.


Saya adalah tipe penghapal letak/posisi. Bukan berarti barang-barang itu saya hapal satu-satu letaknya ada di mana. Bukan! Dari sekian tumpukan map atau barang yang ada di atas meja saya, saya tahu letak dokumen A ada di sebelah kiri atas, dokumen B di sebelah kanan bawah. Maka itu ketika ada yang memindahkan barang saya, saya tahu. Jadi, seberantakan apapun meja saya, saya tahu letak-letak barang yang ada dan tahu jika ada yang memindahkan karena sudah berubah posisi.

Hal ini juga berlaku ketika saya menghapal pelajaran. Maka saya ingat posisi misal paragraf ini ada di halaman sebelah kiri atas dsb. Tapi jangan tanya soal keruangan. Saya paling sulit menghapal arah jalan. Kalau pergi ke tempat baru sendirian, mungkin saya tidak kembali lagi karena tersesat. Hehehe. Untungnya dalam kerjaan saya selalu dilengkapi sketsa peta, jadilah tidak ada masalah.


Maka itulah, saya heran dengan orang-orang yang dengan seenaknya tanpa dosa mengambil barang orang lain lalu tidak dikembalikan pula. Padahal jika sesuatu dikembalikan pada tempatnya maka urusan akan jadi mudah karena sesuai tatanan yang sudah berjalan. Kerjaan akan menjadi lancar, tidak tersandung hal-hal remeh temeh yang semestinya tidak ada. Contoh kecil lain adalah peletakan stempel. Stempel biasanya ada di atas meja Kasubbag TU. Nah, begitu saya butuh, seringkali tidak ada di tempat dan saya harus mencari-cari ke mana si stempel berada.

Jujur, saya tidak suka kondisi sembarangan seperti ini. Ayok kita belajar jadi pribadi yang teratur. Umm, jika demikian apa saya termasuk pribadi yang kaku? :)




Monday, March 26, 2012

Ungkap Kasus Ala CSI

3/26/2012 10:42:00 AM 0 Comments



Info. Malam tadi Kantor X mengalami perampokan. Perampok berjumlah 6 orang dan berhasil membawa sejumlah uang, 2 buah laptop, dan emas perhiasan 25 gram.

Begitu isi sms yang terkirim ke hp saya pada tanggal 24 Maret 2012 pukul 12.05 wib.

Perampokan. Lagi-lagi perampokan. Miris. Yang dirampok adalah kantor pemerintah yang merupakan kantor pusat. Berita perampokan tidak hanya baru sekali ini. Setelah sebelumnya kantor propinsi di tempat saya kerja (saya di kabupaten), lalu kantor propinsi di propinsi lain. Dan yang baru terjadi itu kantor kabupaten.

Sepertinya perampok itu memang sedang mengincar kantor kami. Sekali merampok berhasil, eh lagi lagi dan lagi. Meski saya tidak tahu apakah memang ada oknumnya yang terencana atau bagaimana, tapi perbuatan mereka jelas merugikan negara.

Rasanya baru setengah bulan yang lalu saya, bos, dan rekan kerja saya pergi menjenguk korban perampokan di propinsi, eh sudah terdengar kabar tidak mengenakkan lagi di tempat lain. Mendengar curhat si korban, seram sendiri ga terbayang kalau terjadi pada diri saya. Si korban sempat say goodbye dalam hati pada anaknya karena merasa sudah tidak mungkin bertemu lagi alias tewas. Tapi ternyata azalnya belum tiba.

Seandainya saja seperti di serial tv CSI (favorit saya CSI New York), mungkin pelakunya sudah ketemu. Seandainya saja sistem keamanan di Indonesia sudah secanggih itu ya. Saya senang nonton CSI karena cara-caranya yang ilmiah untuk mengungkap suatu kasus. Sama sekali berbeda dengan Detective Conan yah.

CSI ini mungkin lebih mirip dengan tayangan Murder di FoxCrime. Dulu saya suka sekali nonton Murder. Meski serem, tapi itu adalah kisah nyata dan telah terungkap oleh Detektif Le Noir lalu dibuat simulasi dalam tayangan Murder seolah-olah asli.

Dalam Murder, ditunjukkan bagaimana seorang detektif bekerja. Dari mulai datang ke TKP, lalu memotret tanpa boleh menyentuh apapun atau merusak apapun. Selanjutnya memberi nomor pada barang-barang bukti. Dan jangan lupa pakai sarung tangan agar tidak menghilangkan sidik jari. Selanjutnya adalah membawa barang bukti untuk diteliti atau analisis serta mendengar wawancara dengan saksi/orang yang dicurigai terlibat. Terakhir membuat kesimpulan.

Apabila salah membuat keputusan, maka orang tak bersalah yang akan dipenjarakan. Itu yang selalu diucapkan detektif Le Noir.

Semoga tak ada lagi korban-korban selanjutnya.



Thursday, March 15, 2012

Tertarik Bengkel Hati

3/15/2012 08:30:00 AM 0 Comments



Nikmat sehat seringkali lupa untuk disyukuri. Terkesan sepele namun vital. Kita baru merasa betapa berharganya 'sehat' setelah kita 'sakit'.

Bengkel Hati adalah salah satu tayangan favorit saya saat ini. Mengapa saya tertarik dengan Bengkel Hati? Karena dari tayangan ini saya mendapat banyak pelajaran. Setiap episode, saya mendapat pengetahuan baru soal penyakit yang diderita para jamaah atau penelepon, apa penyebabnya dan solusi penyembuhannya. Dari sini kemudian saya menilik ke kejadian-kejadian yang terjadi di dekat saya.

Maha Suci Allah yang mana dunia ada dalam genggaman-Nya. Kesimpulan daripada acara tersebut adalah akhlak. Yang mana apabila saya telaah, maka penyakit itu timbul akibat akhlak kita sendiri. Yang sering kali terjadi adalah akibat amarah/emosi (jengkel kalau bahasanya Ustadz Dhanu) dalam keluarga/pekerjaan entah itu dipendam atau dikeluarkan.

Amarah itu datangnya dari syetan. Maka itu kita harus pandai meredam/sabar. Dengan kata lain, kalahkan syetan. Jangan kita yang kalah hingga kita menuruti syetan jadi marah. Nah, akibatnya Allah akan menurunkan penyakit. Dari sini dapat direnungkan bahwa artinya Allah memberi 'ganjaran langsung' berupa penyakit tadi. Nah, ini baru ganjaran di dunia. Bagaimana dengan ganjaran yang diberikan di akhirat? Tak terbayang dalam benak saya. Bisa dibilang bahwa dari perilaku kita yang sepele saja kita bisa merasa begitu menderita akibat ganjaran penyakit, bagaimana dengan perilaku yang jauh lebih buruk daripada itu?

Tiap bagian tubuh kita berpotensi untuk sakit, meski itu cuma 'nyeri'. Memangnya siapa sih yang mau sakit, meski itu cuma nyeri? Semua pasti menjawab tak ada. Ya! Coba saja nyeri lutut tapi bertahun-tahun ga sembuh juga, pasti sangat tidak nyaman kan? Saya saja ketika mengalami masuk angin/flu sudah merasa sangat tersiksa. Serba tidak enak mau ngapa-ngapain. Bagaimana dengan penyakit yang sudah lebih berat, lebih lama pula sampai bertahun-tahun?

Seringkali saya dengar keluhan dalam acara tersebut sudah dialami bertahun-tahun. Ada yang sampai dua puluhan tahun belum sembuh-sembuh juga padahal sudah berobat ke mana-mana. Setelah rajin mengikuti acara itu atau berkonsultasi langsung, beberapa penyakit ada yang berkurang bahkan langsung sembuh. Kenapa bisa begitu?

Saya sempat berpikir, 'Ah kenapa bisa begitu? Tidak bisa dilogika. Kenapa bisa langsung sembuh hanya dengan ngobrol langsung via telepon beberapa menit? Ada apa gerangan?'. Saya bertanya-tanya demikian karena saya tipikal orang eksak yang dominan menggunakan otak kiri. Jadi saya menuntut logika.

Tapi kemudian saya menerawang ke kisah-kisah ajaib di tanah suci yang banyak dialami orang yang sudah pernah ke sana. Banyak kejadian yang memang tidak bisa dilogikakan. Iya karena kemampuan otak kiri manusia terbatas. Sementara kemampuan Allah itu tak terbatas. Apabila Allah sudah berkehendak maka terjadilah. Kun fayakun. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Jalannya sesuatu itu menurut Allah, bukan menurut logika manusia.

Kunci dari penyembuhan dalam acara tersebut adalah
1. Minta ampun dengan Allah (tobat)
2. Sholat lima waktu dan tahajud, minta kesembuhan dengan Allah
3. Perbaiki akhlak/perilaku

Intinya, kita harus senantiasa menjaga akhlak/perilaku kita. Jadilah orang yang sabar dan selalu menjalankan perintah-Nya. Jangan ada sedikitpun penyakit hati. Hati/pikiran kita harus senantiasa bersih.

Semoga kita selalu diberi kesehatan. Amin.

Tuesday, March 6, 2012

Menemukan Passion di Usia Dini Bercermin dari Junior Masterchef Australia

3/06/2012 02:26:00 PM 2 Comments


Saat ini saya mulai mengikuti tayangan kontes memasak anak-anak Junior Masterchef Australia 2. Saya terkagum-kagum dengan para kontestan yang masih usia 10-12 tahun. Melihat itu, kontan pikiran saya pun tergelitik, "Pada usia segitu dulu saya ngapain yah?" Hehehe

Jawabannya adalah saya masih asik dengan dunia anak-anak saya seperti main karet (lompat tali tapi pakai karet yang diikat simpul rantai), dakon, bola bekel, gobak sodor, bongkar pasang, dll. Sungguh berbeda sekali dengan anak-anak jaman sekarang yang sudah serba jaman internet. Apalagi dengan anak-anak kontestan Junior Masterchef Australia yang saya acungi jempol, di usia sebelia itu sudah pandai memasak menu-menu standar restoran/hotel bintang.

Bahkan saya perhatikan kalau di tiap presentasi, plating-nya bagus-bagus. Saya sendiri menyadari bahwa saya pasti kalah jika bertanding dengan mereka. Saya paling ga punya sense yang bagus dalam hal hias-menghias. Otak saya sama sekali tidak bisa kompromi untuk jadi kreatif seperti itu. Hehehe.

Pertanyaan saya, "Kapan mereka belajarnya dan bagaimana? Siapa yang mengajari? Apakah cukup hanya belajar dari ibu mereka?"

Mungkin itulah bedanya tinggal di negara berkembang dan negara maju. Di sana, di usia sebelia itu anak-anak sudah pada menemukan passion mereka, dalam bahasan kali ini khususnya di dunia kulineri. Memang sebaiknya orang tua bisa melihat minat dan bakat anak lalu memfasilitasinya mau ke arah mana sesuai minat dan bakatnya tersebut. Dengan demikian, anak-anak akan berkembang di dunianya tersebut.

Jadi, mau tak mau ini jadi cerminan tersendiri bagi saya kelak ketika saya jadi ibu bagi anak-anak saya. :)

Btw, dari sekian kontestan, ada satu kontestan yang menurut saya lucu dan menggemaskan. Harry! Hehehe. Umurnya baru 10 tahun. Hmm, saya memang suka melihat anak-anak kecil bule apalagi yang usia-usia di bawah 5 tahun, lucu-lucu. Dan saya suka mendengar suara mereka yang imut-imut itu dengan logat bulenya ngomong dalam bahasa Inggris. Cute :)

Oh God...

Monday, March 5, 2012

Pengemis dan Sedekah

3/05/2012 08:55:00 AM 0 Comments



Siapa yang ingin jadi pengemis? Hidup dari belas kasihan orang lain. Tiap hari keliling atau mangkal meminta-minta. Kalau sehari tidak dapat duit ya tidak makan. Kasarnya ngomong begitu.

Pengemis. Pasti tidak asing bagi kita mendengar kata tersebut. Apalagi yang hidup di Jakarta kemungkinan besar justru tiap hari melihat ada pengemis. Saya yang sudah lama tidak lagi tinggal di Jakarta melainkan di wilayah terpencil (hehehe) demi tugas negara (ceile) saja masih menyaksikan ada pengemis. Memang tidak sebanyak di Jakarta melainkan masih bisa dihitung dengan jari, tapi tetap saja masih ada.

Ketika saya di pasar, saya lihat ada pengemis yang mangkal maupun keliling meminta-minta pada pembeli atau penjual. Pasar yang saya ceritakan di sini adalah pasar tradisional. Di kecamatan tempat saya tinggal, pasar ini beroperasi tiap seminggu sekali pada hari Minggu. Tiap kecamatan berbeda-beda jadwalnya. Yah beginilah kehidupan di sini. Jangan harap nemu mall atau tempat-tempat hiburan menarik. Jadi bisa hemat donk yah? Ga ada tempat shopping? Hoho di sini harga-harga serba mahal jadi pengeluaran tetap besar. Karena kalau dari sini butuh waktu lama untuk ke kota. Ke Kota Bengkulu butuh waktu 7 jam. Begitu pula ke Kota Padang makan waktu yang sama. Jadi inilah penyebab mahalnya harga-harga barang. Mahal di jalan. :)

Kembali ke topik. Jadi beberapa kali saya ke pasar, pas begitu saya lagi jongkok sambil membuka dompet mau membayar belanjaan, eh ada tuh suara dari belakang saya, "Assalamu'alaikum...".

Saya tidak mengingat wajah-wajah orang yang biasa mengemis di pasar. Tapi saya ingat betul trend-nya di sini, bapak-bapak tua buta (entah bawaan dari lahir atau memang karena sudah uzur) digandeng tangannya sama laki-laki yang lebih muda dan sehat bugar tapi juga lusuh penampilannya. Nah ini yang sering datang langsung ke kantor saya makanya saya ingat. Hehe. Tapi yang saya temui di pasar juga punya ciri-ciri yang sama yakni bapak-bapak tua ditemani satu orang yang nuntun keliling tapi saya ingat beda orangnya.

Ada yang menarik bagi saya untuk mengangkat tema pengemis kali ini setelah setahun vakum alias zero post. Kenapa? Karena pengemis yang saya temui tadi langsung mendoakan begitu ada yang memberi uang ke ember kecilnya. Tidak seperti pengemis-pengemis lain yang pernah saya temui yang hanya mengucap terima kasih. Tapi mana tahu juga ya kalau mendoakan di saat yang kita tidak tahu/melihatnya langsung?

Padahal, berapa sih uang yang ditaruh? Mungkin tidak sepadan dengan uang yang dibelanjakan ke pasar saat itu alias uang receh. Tetapi doa pengemis itu? Mana kita tahu suatu saat doa dari pengemis itu diijabah oleh Yang Maha Kuasa. Entah barangkali kita selamat dari kecelakaan di jalan saat pulang dari pasar yang semestinya kita alami? Who knows? Karena salah satu fungsi sedekah adalah bisa menolak bala. Padahal kalau ditengok, berapa sih yang dikasih? Bisa jadi tidak sebanding dengan manfaat yang mungkin diperoleh. Toh hanya seminggu sekali. Artinya dalam sebulan ada 4 kali ke pasar. Dan itupun kalau selalu ketemu dengan si pengemis kan?

Yah, saya menulis ini tidak bermaksud untuk menyesatkan pengemis agar selamanya jadi pengemis karena orang-orang jadi rajin memberi ke pengemis. Tapi di sini saya mencoba mengambil sudut pandang positif dari bersedekah. Anggap saja tiap hari Minggu kita turut membantu mereka makan enak. :)

Malah memang ada kan ya pengemis yang justru untung besar dari mengemis? Penghasilan tiap harinya saja bahkan bisa mengalahkan kita yang punya kerjaan tetap. :( Jadi mikir-mikir deh mau ngasih. Yah kalau kita mindsetnya begitu, lalu kapan akan sedekah?

Saya ingat bahwa suatu ketika di tahun 2010 saat saya hendak mengawasi petugas saya ke suatu tempat yang lumayan jauh dari kantor, saya sendirian bawa motor nyusul dia yang sudah lebih dulu sampai. Saya pun sampai dengan selamat dan bertemu dengannya. Tapi giliran saya mau parkir motor di pinggir jalan karena saya hendak turun ngawasi petugas saya itu, eh tiba-tiba saya jatuh ketimpa motor saya sendiri. Hanya karena hal sepele. Saya turun dari motor begitu saja lupa menstandarkan dulu.

Dari sana saya berpikir. Sebelumnya saya belum pernah jatuh begitu saja akibat lalai. Padahal kalau dikata mau jatuh, di perjalanan menuju ke situ tadi sangatlah memungkinkan untuk jatuh bagi saya yang amatiran dalam hal permotoran. Sebelum saya berangkat, petugas saya sudah mengingatkan via telepon agar hati-hati di jalan karena jalannya licin berlumpur dan membahayakan. Dan memang benar adanya. Saya cukup ngeri untuk bisa melewati dengan mulus. Apalagi di depan saya ada truk besar dan jalanan yang tidak begitu besar itu rusak parah.

Tapi yang saya tidak habis pikir kenapa Allah justru menjatuhkan saya karena hal demikian sepele itu? Tetep lecet-lecet sih tapi tidak parah. Sembuh hanya dengan obat luka luar. Setelah saya renungkan, mungkin hal ini terjadi karena sebelum berangkat ke sana saya membelikan petugas saya itu sebotol minuman dingin karena cuaca yang sangat menyengat, kala itu saya berpikir bahwa petugas saya pasti kepanasan. Lalu saya taruh minuman itu di bagasi motor. Dan kejadian saya jatuh itu terjadi sebelum saya sempat menyerahkan minuman itu.

Pada intinya, sekecil apapun uang yang diberi tetap bernilai sedekah. Dan manfaat dari sedekah itu akan kembali kepada kita. Kalau Ustadz Yusuf Mansur bilang akan dilipatgandakan 10x. Saya ingat persis ajaran beliau matematika sedekah 10-1=19. Semoga sudah paham semua maksudnya. :)

Monday, April 11, 2011

Menjemput Jodoh

4/11/2011 09:38:00 AM 11 Comments



06032011
Kali ini saya menulis berbau jodoh. Tumben! Haha Seperti biasa, diilhami kisah-kisah yang terjadi di sekitar saya, maka jadilah tulisan ini.


Kisah 1 : A

Selepas kuliah di Jawa Timur, A merantau ke Kota Bengkulu dan tinggal bersama kakaknya yang sudah lebih dulu menetap di situ. Sembari bekerja, A pun menanti sang pangerannya datang menjemput. Tapi apa di kata, ternyata itu sia-sia. Lalu A mendapat tawaran kerja di kabupaten Mukomuko (Bengkulu) untuk mengajar matematika di sekolah sekaligus pesantren. A pun mengiyakan lalu terbanglah ke Mukomuko.


Di sana, A sudah tidak memikirkan tentang soulmate-nya lagi. Kerja ya kerja. Itu saja. Apalagi mengingat para pengajar di sana jauh lebih muda dari padanya. Maka itu, tak terlintas sama sekali dalam pikirannya untuk menikah dengan salah satu dari mereka. Zero expectation. Lalu siapa yang sangka kalau ternyata salah satu dari mereka kini adalah soulmate-nya? Itulah misteri ilahi. :D


Kisah 2 : B

Barang siapa melanjutkan studi di sekolah kedinasan, maka ia harus siap ditempatkan kerja di mana saja di seluruh wilayah Indonesia begitu usai masa studi. Begitulah yang terjadi pada salah seorang rekan saya. Ditempatkan di Manado sama sekali bukanlah pilihannya. Maka berderai-derai air mata pun jatuh membasahi pipinya ketika pengumuman penempatan. Ya, tapi siapa yang sangka kalau ternyata air mata itu kini berubah jadi tawa bahagia. Karena ternyata di sanalah ia temukan soulmate-nya.


Kisah 3 : C

Berangkat dari Jogja ke Kota Bengkulu lalu menjadi kepala cabang sebuah bimbingan belajar dan meninggalkan seorang tunangan di Pulau Jawa sepertinya memang sudah menjadi pilihannya. Lalu apa dikata tatkala sang tunangan pun tak bersedia ikut bersamanya ke pulau Sumatera jikalau menikah nantinya? Maka berakhirlah hubungan mereka. Kini C sudah menemukan soulmatenya di Bengkulu. Lalu bagaimana dengan mantan tunangannya? Ternyata sang mantan pun sudah menemukan soulmate-nya. Dan menariknya, bersama suaminya ia tinggal di Sumatera Selatan. Padahal dulu sang mantan bersikukuh tak mau ke pulau Sumatera kan? Ya, itulah jodoh! :D


Kisah 4 : D

Meski sudah 1 tahun kuliah di salah satu universitas lokal, tapi D masih mencoba masuk salah satu sekolah kedinasan di Jakarta. Dan diterima! Begitu lulus kuliah, D menikah dengan teman seangkatan di sekolah dinas tersebut. Yah, memang soulmate-nya ada di sekolah kedinasan itu kan ya berarti? :D


Sebenarnya masih ada banyak kisah lainnya. Pada intinya, selalu ada arti tersendiri kenapa seseorang bisa ada di sini, di sana, dsb. Meski hikmah yang bisa dipetik tidak selalu berarti "karena jodohmu ada di situ maka kamu ada di situ", melainkan bisa juga karena sesuatu hal yang lain. Maka Allah yang lebih tahu mana yang terbaik buat hambaNya. Apa yang terbaik menurut manusia belum tentu terbaik menurut Allah kan? Tetap berprasangka baik saja pada Allah. :D

Monday, March 7, 2011

Menjemput Kematian

3/07/2011 11:24:00 AM 0 Comments




05032011


"Setiap yang bernyawa pasti akan mati."

Pasti kalimat di atas sangatlah tidak asing lagi. Ya! Tidak ada yang abadi di dunia ini. Kematian pasti akan menjemput setiap diri kita. Tak ada yang tau kapan waktunya, di mana dan bagaimana kejadiannya. Dan tanpa disadari bahwa dalam setiap hitungan detik ke depan, setiap diri kita maju menjemput kematian.

Semakin bertambahnya usia maka itu berarti bahwa jatah hidup kita semakin berkurang. Apakah kita sudah siap meninggalkan dunia ini? Bekal apa yang telah kita punya? Lalu bagaimana seandainya kita sendiri yang ditinggalkan lebih dulu oleh orang yang kita sayang, siapkah kita? Renungkanlah....

"Kematian tak akan menunggu sampai kau siap!"

Kenapa saya membahas tema kematian ini, tak lain karena saya baru saja melihat kejadian di depan mata saya. Saya menyaksikan seseorang menangis tersedu-sedu. Dan itu sungguh memilukan hati saya.

Betapa tidak? Ya! Pikiran saya langsung menerawang jauh bagaimana seandainya itu terjadi pada saya. Bagaimana seandainya saya ditinggalkan oleh orang tersayang saya, ibu saya atau bapak saya.

Sementara saya berada jauh di sini. Tak cukup satu hari perjalanan untuk sampai ke rumah orang tua saya di Lampung jika ditempuh jalan darat. Untungnya sekarang sudah ada bandara di kabupaten tempat saya kerja. Tapi tetap saja masih ribet. Kenapa? Dari kabupaten, berarti saya harus naik pesawat ke Kota Bengkulu. Dari Kota Bengkulu lanjut ke Jakarta lalu ke Lampung. Dan setelah itu saya masih menempuh jalan darat lagi sekitar satu setengah jam untuk sampai ke rumah.

Hal itu menjadi ketakutan tersendiri bagi saya setiap kali bayangan itu menyelinap dalam pikiran saya. Ini bukan pertama kalinya saya merasa demikian. Setiap kali saya mendengar berita kematian yang menimpa orang-orang di sekitar saya, bayangan itu selalu saja hinggap dengan cepat.

Lalu saya ingin merealisasikan rencana saya pulang dengan segera. Saya ingin melihat orangtua saya. Jika saya tunda, saya tidak ingin saya menyesal di kemudian hari jika terjadi sesuatu. Itu saja! Jadi, setiap ada kesempatan, sebisa mungkin saya harus pulang. Meski saya tahu benar bahwa kesempatan itu sangat langka. Apalagi mengingat perjalanan yang makan waktu lama pula.

Sejujurnya saya sangat iri dengan teman-teman yang bisa tinggal dengan orangtuanya ketika masa kerja seperti ini. Beruntung sekali mereka. Ya meskipun tidak serumah dengan orangtua, paling tidak masih bisa pulang sekali dalam seminggu saja itu pun sudah sangat berarti menurut saya.


Tuesday, November 23, 2010

Egois Tinggi Meski Tak Lagi Muda

11/23/2010 08:14:00 AM 2 Comments




(ditulis selepas sholat Idul Adha)

Seperti tahun lalu, inilah Idul Adha kedua di sini... Yaa lagi-lagi tidak di rumah. Sepertinya selama 8 tahun ini baru sekali di tahun 2008 aku Idul Adha di rumah...
Kemarin alias Kamis minggu lalu baru saja pulang gimana mau balik lagi kan? Sementara tar malem mesti ke Bengkulu ada pertemuan...

Hmm tadi kan sholat di masjid deket MAN seperti tahun lalu... Nah, hal biasa kan datang sebelom sholat dimulai? Sekitar 06.45 aku jalan kaki ke masjid. Nah, begitu aku masuk, masih banyak ruang kosong di barisan-barisan depan sekitar 3 shaf... tapi kok sudah terbentang sajadah2 gitu di sana ya... emang ada orangnya alias sudah di-cup-in atau memang itu sajadah dari masjid dan belum ada yang nempatin aja atau ga ada yang mau di duduk di sana? Well, aku pun akhirnya memilih di shaf ke-4 paling ujung kanan. Dan di situ pun aku lihat sudah ada sajadah terbentang juga. Bodo ah kalo emang ada orangnya toh ga muncul-muncul... aku pun duduk sambil menunggu waktu sholat tiba.

Tak lama kemudian datanglah 2 orang wanita ke dekatku, yang satu sekitar 40an dan satu lagi 70an. Sepertinya ibu dan anak. Lalu sang anak menitipkan Emak-nya itu padaku. Pada mulanya aku tidak mengerti 2 orang itu bicara apa padaku. Meski sudah 2 setengah tahun aku di sini tapi masih belum mengerti juga bahasa Mukomuko yang dituturkan penduduk asli. Yah, harap maklum saja karena keseharianku yang paling dominan kan di kantor sementara bahasa sehari-hari di kantor adalah bahasa Bengkulu. Aku cuma bisa menangkap bahwa sang anak bilang, "Boleh kan numpang Emak di sini?"
"Boleh", kataku.
Ya jelas boleh-boleh saja kan? Ini kan rumah Allah, siapa pun boleh menempati shaf yang ada untuk beribadah pada-Nya.

Aku pun bergeser ke kanan (semakin ujung), sementara wanita yang semula di sebelah kiriku pun bergeser untuk Emak tersebut. Finally, sajadah yang semula ada di situ tertimpa sajadah Emak. Setelah itu pun Emak duduk. Lalu Emak minta aku ambilkan tas mukena yang ada di depannya. Ku ambilkan lalu kuserahkan ke tangannya.

"Kacomato!", katanya.

Oh ternyata minta kacamata. Ok, kuambilkan dari tasnya. Kemudian, di depan terlihat petugas yang mengumpulkan infaq datang.

"Amplop Emak!", teriaknya.

Well, kuambilkan dari tasnya. Oh ternyata masih kosong. Kusodorkan saja padanya. Emak pun merogoh uang dari bajunya lalu diserahkan padaku. Ok, aku pun langsung berdiri dan jalan ke depan. Tapi telat! Sang pengumpul sudah ke shaf Bapak-bapak. Akhirnya kutitipkan pada ibu-ibu di shaf paling depan. Beres!

Tak berapa lama, shaf diminta bergeser ke depan. Aku pun bergeser ke depan. Begitu pula Wanita di samping Emak. Kudekatkan mulutku ke kuping Emak, kubilang agar Emak pindah dari sajadahnya dulu biar kupindahkan sajadahnya ke depan. Hmm, Emak memang sudah renta. Sekedar memindahkan badannya dari sajadah saja sudah susah. Tak bisa dibandingkan dengan aku dan wanita sebelah Emak yang masih muda dengan begitu mudahnya bergerak.

Beberapa menit kemudian, datanglah seorang ibu (kutaksir sekitar 40an) dan seorang anaknya (sekitar 12 tahun) tiba-tiba marah-marah dengan Emak. Yah, tak enaklah kata-katanya. Apalagi menyuruh Emak pindah. Jangankan pindah dengan sendirinya, berdiri sendiri saja Emak sudah tak mampu. Harus aku bantu untuk berdiri.

"Ambo la letak sajadah di siko!"

Ibu itu bersungut-sungut mengutuk Emak yang tak tahu apa-apa.

"Ambik duso!"

Lalu ibu itu pindah ke depan setelah mengambil sajadahnya dengan muka masam.

Astaghfirullah. Sebegitunya sih. Seorang ibu usia 40-an marah-marah dengan Emak yang sudah tua renta hanya gara-gara sajadah yang sudah di-cup-in ditempati Emak. Yaela buk, sudah tahu mau sholat Idul Adha pastilah jamaah itu banyak yang datang. Siapa cepat dia dapat! Kenapa mesti nge-cup sajadah seperti itu tak lebih seperti anak kecil. Jika mau duduk di situ, ya duluan dunk datangnya. Memang aneh aku liat. Huhhh, kebangetan deh. Ga panteslah orang sedewasa itu masih bertingkah seperti itu. Egois sekali. Sepertinya memang umur tak selalu menentukan kedewasaan seseorang. *duh kenapa aku malah ngomel-ngomel gini nih hihi

Memang aku merasakan pemandangan yang aneh tatkala aku memasuki masjid dan melihat sajadah-sajadah kosong di antara shaf-shaf dan tak ada yang menempati sehingga shaf belakang penuh duluan. Lalu satu per satu sajadah itu terisi. Dan aku pun tak tahu apakah sajadah itu ditempati oleh orang yang nge-cup tempat atau memang murni orang yang baru datang. Mungkin hal seperti ini tak terjadi di barisan pria ya. Kulihat pria tertib. Lagian, ide nge-cup dan pakai marah-marah memang hanya ada pada wanita kali ya. Pria mana cocoklah marah-marah seperti itu. Hehe. Salut deh sama cowo!

Selamat Idul Adha!

Tuesday, October 26, 2010

Rejeki Ga akan ke Mana

10/26/2010 10:48:00 PM 4 Comments



Rejeki ga akan ke mana. Seringkali aku mendengar kalimat satu itu meluncur dari bibir seseorang. Sepertinya sangat populer.

Aku sendiri memang tak cuma sekali merenungkan kejadian di sekitarku entah itu teman yang mengalami atau bahkan diriku sendiri. Dan ternyata memang benar adanya! Hmmm...

Sebuah contoh, seorang teman di tempat lain (Riau) yang bekerja di bidang yang sama denganku baru saja sms kalau dia bakal ikut workshop di medan. Well, beberapa hari yang lalu kami sempat memperbincangkan soal workshop ini lewat YM. Berhubung kami sama-sama berasal dari Lampung, jadi aku berharap dia bakal ikut juga mewakili instansinya sehingga kami bisa ketemu nantinya. Berhubung yang berhak ikut adalah level kepala seksi atau yang mewakili/biasa bertanggung jawab di seksi apabila belum ada kepala seksinya, nah posisi dia adalah staf sementara kepala seksi sudah ada jadi tak ada harapan. Tapi karena setelah lewat hari ternyata si kepala seksi berhalangan hadir, maka temanku itu yang mewakili untuk tanggal 1-6 November 2010. "Rejeki ga akan ke mana". Begitu katanya di sms. Yaa, apabila memang sudah tertulis rejeki itu untuk seseorang, maka tak akan tertukar.

Contoh lain, masih soal workshop. Seorang teman seangkatan penempatan Bengkulu yang kini bertugas di kabupaten Lebong juga sempat membicarakan soal workshop ini padaku lewat telepon. Berhubung temanku ini ada di seksi yang berbeda denganku jadi tak ada kesempatan untuk ikut. Dia bilang ingin ikut, lumayan jalan-jalan. Hihi. Nah, beberapa hari kemudian, bosnya meminta dia untuk ikut mewakili kasubbag tata usaha yang seharusnya juga hadir karena sang kasubbag sedang diklat. Dan dia pun memberitahuku. Hmmm, lagi-lagi rejeki ga akan ke mana...

Masih ada lagi seputar workshop. Seorang teman yang sebulan lalu masih sekantor denganku tapi sekarang bertugas di Kota. Apabila dia masih di kantorku, maka dia pun akan berangkat bersamaku dan kasubbag TU ke Lampung mengikuti workshop. Nah, berhubung dia pindah ke Kota yang sudah ada kepala seksinya, maka itu tidak mungkin. Tapi ternyata lagi-lagi rejeki ga akan ke mana. Meski sudah ada kepala seksi, tapi tetap dia yang berangkat. Lagi-lagi karena suatu alasan yang menyebabkan sang kepala seksi tidak bisa hadir.

Berhubung aku ada di region Bengkulu, maka aku mewakili instansiku ke Lampung. Hmm, nantinya bakal reunian dengan teman-teman dari Bengkulu, Sumsel dan Lampung seangkatan yang mewakili. Alhamdulillah yang terpilih adalah Lampung hingga aku bisa pulang ke rumah barang sejenak. Insya Allah. Thx God! ^_^


Friday, October 22, 2010

Beautiful Islamic English Song : MAHER ZAIN

10/22/2010 08:31:00 AM 1 Comments
Thanks God nemu great songs-nya Maher Zain. Easy listening dan pas dengan selera musikku. Hmmm, mungkin karena musiknya bergenre pop RnB jadi lebih bisa diterima. Dan suaranya pun merdu, sepintas seperti mendengar Kris Allen (1st winner American Idol 2009) yang nyanyi ~ berhubung suka dengan suaranya Kris Allen jadi suka juga hihi. Selain itu, suaranya juga mengingatkanku akan Ryan Tedder (vokalis One Republic) yang juga aku suka banget dengan sentuhan RnB-nya yang kental.

Lalu lyrics? Coba selami sendiri akan lebih tahu. ^_^

Thank You Allah masuk list pertama lagu favoritku. Hmmm, benar-benar mirip Kris Allen. Suka deh ada sentuhan pianonya di tengah lagu. So beautiful!

If you ask me about love
And what i know about it
My answer would be
It’s everything about Allah
.... (Always be there ~ Maher Zain)

Urutan kedua ditempati Always Be There. Wahh merasuk ke hati banget ketika ikut nyanyi jadi merinding (*wanna cry) karena lyrics-nya indah sekali. Barulah Allahi Allah Kiya Karo di urutan ketiga disusul The Choosen One di posisi ke-empat.

Awaken cukup mengingatkanku akan Ryan Tedder. Hmm, seperti salah satu lagunya di album Dreaming Out Loud nampaknya.

Overall, dari 15 lagu yang terangkum dalam album Thank You allah menurutku bagus. Hanya saja itu list yang jadi favoritku.

Bagi yang mencari lagu islami berlirik english lainnya, masih ada sejumlah nama mendunia lainnya seperti Hamza Robertson, Native Deen, Bukhatir, 786.

Wednesday, October 6, 2010

Obrolan Pagi

10/06/2010 03:10:00 PM 2 Comments
Hmm... sekarang lagi demen denger lagu SAKURA nya MONKEY MAJIK. Easy listening aja sih ga ada alasan lain yang lebih valid hehehe. Sebelumnya sih suka Aishiteru yang jadi theme song-nya dorama Aishiteru yang berkisah tentang anak SD kelas 3 membunuh anak kelas 1 yang baru dikenalnya. Yaa inilah human drama yang pantas diambil sebagai pelajaran khususnya mendidik anak bagi orang tua.

Membunuh bukan berarti karena dia adalah anak nakal. Bagaimana jika alasan yang mendasari adalah karena CINTA? Yaaa bayangkanlah cinta seorang anak kecil yang masih polos terhadap ibunya membuatnya menjadi seorang pembunuh. Hmmm, masuk akal ga ya?

Oke, lupakan dulu masuk akal atau ga nya. Kita bicara penyebab. Jadi, anak kecil itu tidak suka jika orangtuanya dihina. Anak kecil yang belum punya pemikiran yang matang seperti orang dewasa saja merasa demikian, apalagi orang dewasa?

Hmm, jadi cerita drama Aishiteru deh. Btw, flash disk aku (eh, salah flash disk kantor maksudnya yang di seksi aku gitu) ga kedetect di kompie. Wew, kena virus kali ya? (duh ga ngerti masalah ginian ni payah jadinya-kesel cuma bisa make aja). Mobilitasnya tinggi sih colok sana-sini. Emang sih aku pegang 2 flash disk kantor. Tapi yang ini 8 gb sayanglah. Trus satunya dah full. Finally pake punya pribadi sih. That's ok.

Sebenarnya sih tiap seksi diberi flaskdisk untuk kemudahan dan supaya tidak pakai punya pribadi lagi. Yah, mungkin punyaku sudah ga fungsi lagi yang satu masih mendinglah barangnya ada. Nah, punya seksi sebelah malah barangnya udah raib satu. Hohoho. Memang itu fasilitas kantor, tapi untunglah bukan termasuk Barang Milik Negara. Aku sebagai pengelola (halah apaan sih) menyayangkan keteledoran tersebut. Padahal pelakunya diri sendiri toh? (lebay).

Alhamdulillah aku sudah punya penerus sebagai pengelola barang untuk tahun depan 2011. Hihihi anak baru (adik tingkat jaman kuliah) yang kini sekantor denganku yang jadi sasaran. Sorry ye duhai adikku! lanjutkanlah perjuanganku! ^_^

Memang sudah kuajukan sejak dia datang ke kantor tapi ya masih tetap aku juga yang ngerjain sampai akhir taon ini. SK ku belum berakhir ternyata. Well, mudah-mudahan mulai taon depan bukan aku lagi yang bikin laporan. Amin.

Bukannya ku menyerah karena merasa pekerjaan itu sulit, tapi lebih tepatnya karena pekerjaan itu sebenarnya bukan jatah pekerjaanku tapi kurangkap karena keterbatasan SDM di kantor. So, seringkali pekerjaan utamaku tak ter-handle lagi ketika di saat yang sama ada tagihan laporan. Duh, pinter-pinter manage waktu donk ah? Hhhhaaaa ga semudah itu untukku. Apa sih yang ga mungkin? Hmm, ... *thinking

Tuesday, August 24, 2010

Miss You Sobat...

8/24/2010 04:48:00 AM 2 Comments



Sebuah sms masuk:
Punya no ini (menunjuk sebuah provider) ga?

Kubalas:
Ada say... mo nelpon ya? hehe tar ya kukirim... tapi sms dulu kalo mo ngobrol...

Sebuah balasan pun langsung masuk
Iya, telpon sekarang.

Kembali kubalas:
Tunggu aku sampe rumah ya... tar ku sms...

Berhubung kami sms-an menjelang jam pulang kantor, jadilah ngobrol pun ditunda dulu sampai ku siap sampai di rumah. Tak lama, paling 5 menitlah untuk jarak sekitar 1 km saja dari kantor.

Ok, selanjutnya acara ngobrol pun tak terelakkan lagi. Hhaaaa

Banyak pula yang kami bahas. Maklum sudah lama tak bertemu dan tak ngobrol. Entah seperti apa dia yang sekarang. Tak terasa sudah hampir 3 tahun kami jalani kehidupan kami masing-masing. Palingan cuma di jejaring sosial saja kami bertegur sapa. Yaa kehidupan kerja rupanya sudah menyita sebagian besar waktu kami. Hmm...

Taukah kau sobat, bahagia rasanya bisa kembali mendengar tawamu yang lucu itu... ^_^
Teringat masa-masa kita dulu sering ngobrol sebelum kita sama-sama terlelap.



Sunday, August 22, 2010

Aku Berbahagia Untukmu...

8/22/2010 08:01:00 PM 2 Comments


Minggu sore, sekitar pukul tiga, puasa ke-12, di kamar kos.

Ketika kusedang bersemangat mengentri data kerjaan.
Dering hp bergemuruh di samping kiriku.
Segera ku pause sebuah lagu yang sedang mengiringiku (Futatsu no kuchibiru ~ EXILE).

Kuangkat hp, kulihat sebuah nama yang lama kukenal.
Nama itu bahkan tidak pernah mampir dalam ingatanku kala itu.
"Ya! Paling-paling orang kantor yang meneleponku." Perkiraanku begitu.
Akhirnya kami pun asyik ngobrol seolah banyak sekali hal yang perlu kami bagi.

Dari sekian lama obrolan pembuka kami, ternyata oh ternyata ada sesuatu penting yang harus kutahu. Hmm...

Dia: "Ada tulisanmu yang kusuka"
Aku: "Hah? Yang mana?" *Otak langsung searching
Dia: "Aku suka yang Contem... *terbata-bata
Aku: "Contem... Contemplation of Sorry, I Love You?"
Dia: "Ya!"

Sungguh tak kusangka. Di luar dugaan. Padahal judul ini sungguh tak terlintas sama sekali dalam pikiranku. Heran juga. Ku malah berpikir kalau tulisan singkatku itu tidak ada yang membaca. hehehe. Aku masih ingat waktu itu pertama kali menulisnya di sebuah agenda tahunan berwarna pink keungu-unguan dari sebuah majalah lokal ibukota. Saking sukanya Sorry I Love You, jadi merenung setelah nonton dan jadilah tulisan itu. Ga nyangka ternyata sobatku yang telah hidup bersama selama 4 tahun dulu mengalami seperti apa yang kutulis dalam tulisanku itu. ^_^

Dia: "Padahal itu dah lama banget. Aku baru sadar."
Aku: "Heeh aku tulis waktu kita masih kuliah"
Dia: "Kamu sudah jauh berpikir waktu itu. whoaaa selangkah lebih maju dariku"
Aku: "Wahaha lebay..."
Dia: "Aku sukaaaaaa aku mengalaminya sekarang..."
Bla bla bla

Dia: "Kapan pulang?"
Aku: "Tanggal 3 malam insya Allah"
Dia: "Balik lagi?"
Aku: "20 September sampe sini. Kamu?"
Dia: "28 pulang, balik lagi 1 Oktober"
Aku: "Woooow lama amat. Kok bisa? Enak banget..." *ngiri ups
Dia: "Cuti..."
Aku: "Loh tempatku ga bisa cuti sekalian abis lebaran"
Dia: "Tempatku bisa..."

Dan aku pun langsung bisa menebak kenapa. Bla bla bla...

Hmm, aku cuma bisa bilang, "Aku ikut berbahagia untukmu sobat..."

Semoga Allah memberkahi langkahmu...
*Kau tahu bahwa kau selangkah lebih maju dariku kini...



IRIS

8/22/2010 11:35:00 AM 2 Comments

Sudah tiba ramadhan... Sudah puasa ke-12. Wah, sudah mau setengah bulan ternyata... Artinya, waktu pulang pun semakin dekat. Alhamdulillah. Mudah-mudahan aku bisa berkumpul lagi dengan keluargaku ya Allah. Amin...

Hmm, betapa menyedihkan ya. Tinggal di kos cuma bertiga. Tapi sudah 2 bulan yang lalu teman yang satu pergi, dan akhir bulan ini pun yang satu lagi bakal pergi juga. So, aku harus nyetok film banyak-banyak nih.

Well, ngomong soal film, sudah beberapa lama ini aku lagi semangat nonton setelah lama vakum. Semenjak kerja memang tidak sama lagi dengan masa kuliah dulu. Sering, hunting sudah lama, eh setengan tahun atau setahun barulah ditonton. Begitu pula dengan buku. Sampai-sampai teman yang lain sudah baca, eh yang punya malah belum. Begitulah... butuh mood...hehe

Sunday, August 8, 2010

Sunday Oh Sunday

8/08/2010 10:01:00 AM 0 Comments
Trouble!!! Whoaaaa nabrak kaki orang! Kasusnya nabrak bukan menginjak. Hmmm, baru saja tadi terjadi saat sampai di persimpangan pasar. Tepat kaki orang yang sedang menginjak rem dalam posisi berhenti ku tabrak dari arah berlawanan. Aku sedang posisi belok pelan-pelan dan kondisi rame sementara orang yang dari arah berlawanan itu berhenti di depanku. Ya sudah terjadilah...

Aku langsung diam. Sementara orang itu pun diam saja. Aku terdiam beberapa menit karena barangkali ada yang mesti aku ganti dan berurusan dengan orang itu. Tapi kulihat orang itu hanya diam lalu melaju pergi. Masih heran... Padahal kulihat ada sesuatu yang jatuh begitu kutabrak. Entahlah semacam besi pijakan rem. Apa orangnya ga tahu? Apa memang besi itu sudah ada di situ sejak sebelum kejadian?

Setelah kurenungi, kenapa tadi aku sama sekali tidak mengucap 'maaf'? Duh... parah...

Lalu kubilang pada teman yang kubonceng tadi bahwa aku ga bilang maaf.

"Tadi aku dah bilang maaf berkali-kali..."

????

Hehe aku yang tidak sadar alias ga dengar nampaknya. Ya sudahlah setidaknya sudah terwakili oleh temanku.

Hhhaaa jadi pengalaman di sini. Yup! Memang beginilah amatiran. Setidaknya sudah lumayan teruji dengan menjadi pengawas pencacahan di lapangan. Lewat jalan yang nurut ukuran aku serem. Alhamdulillah bisa kulewati dengan selamat. Patah sudah underestimate terhadap diri sendiri. ^_^