Follow Us

Friday, November 1, 2013

Seberapa Baikkah Saya?




Sengaja sekali kali ini saya menuliskan judul 'Seberapa Baikkah Saya?' Terinspirasi dari hasil penilaian diri yang saya dapat dari teman-teman kantor pada hari Rabu lalu (30/10/2013) pada acara motivasi diri yang dipimpin oleh bos saya.

Pada awalnya saya memilih agar sesi penilaian diri ini diungkapkan langsung oleh orang-orang bersangkutan terhadap yang dinilai supaya jelas dan langsung selesai saat itu juga. Dengan begitu ada sisi positif yang bisa diambil yaitu belajar menerima kritik dan berlapang dada atau berjiwa besar. Tapi rupanya ada yang tidak setuju karena takutnya ada apa-apa alias rasa tidak enak dan sebagainya di belakang nanti. Jadilah penilaian itu akhirnya ditulis di selembar kertas A4 dikelilingkan ke semua orang. 

Penilaian fokus pada kekurangan saja. Didapatlah 30 poin kekurangan untuk saya. Padahal jumlah peserta hanya 23 orang. Berarti ada yang menulis lebih dari satu. Dan dari 30 poin itu banyak poin yang isinya sama. 

Pada awalnya, saya tidak menyangka kalau bakal dapat banyak poin. Selama ini saya sudah merasa menjadi orang baik. Keep on the right the track gitulah istilahnya kalau dalam soal pekerjaan. Tapi rupanya apa yang saya nilai dengan apa yang orang lain nilai tidaklah sama. Yah benar sekali bahwa gajah di pelupuk mata tak tampak tapi kuman di seberang laut tampak.

Kalau saya cermati, ada poin-poin yang menurut saya tidaklah prinsip jadi menurut saya it's not a big deal alias tidak perlu berpusing ria untuk memperbaiki diri. Saya misalkan adalah penilaian bahwa saya pendiam. Well, saya tidak akan heran kalau orang yang saya kenal mengatakan saya pendiam. Sudah terlalu banyak yang bilang saya begitu. Saya bertanya, "Apakah pendiam itu suatu kekurangan?"

I don't think so! Lalu buat apa ada jargon 'Talk less do more'? 
Sungguh saya suka dengan jargon itu. Saya ini tipikal yang seperti itu. Lagipula, ada juga pepatah 'silent is golden, speak is silver'. Lagi-lagi saya bertanya, "Kenapa ada pepatah seperti itu jika itu tidak baik?"

Bukankah diam itu lebih baik daripada kita salah bicara lalu menyakiti orang lain?

Saya pikir, asal saya tidak membuat masalah dengan orang lain, everything will be fine! ;)

Sementara untuk poin lain, saya pikir saya perlu klarifikasi dari orang yang menulis. Karena apa? Itulah buruknya bahasa tulis. Bisa diinterpretasikan macam-macam bagi yang membaca. Salah jeda saja sudah salah makna. Bahasa tulis justru membuat kita bertanya-tanya dan menduga-menduga siapa orangnya yang menulis. Malah jadi prasangka kan? Itulah mengapa saya lebih suka diungkapkan langsung seberapa menyakitkannya pun.

Cuma, sekali lagi saya menganggap orang-orang yang menulis itu tidak begitu mengenal saya. Jadi, saya tidak mengambil pusing. :D

Karena bagi saya tulisan-tulisan itu absurd. Arahnya ke mana saya tidak tahu. Ini bukannya saya berkeras hati tidak mau menerima kritik. Bukan! Justru saya senang jika ada kritikan membangun buat saya. Hanya saja, bukan hanya saya yang merasa bahwa tulisan-tulisan itu memang absurd. Teman saya juga berpikir demikian tentang penilaian buat dia.

Nah, saya dapat tambahan penilaian dari bos saya. Jadi, saya terpilih menjadi peserta yang dijadikan contoh bagaimana menilai. Dan bos saya memberi penilaian ke saya. Sejak beliau mengatakan kata sakti 'pendiam', saya langsung tahu kalau itu ditujukan ke saya. Well, saya tak menyangka saya yang akan dinilai dan saya pun butuh klarifikasi tentang penilaian-penilaian beliau tersebut. Hanya saja waktu tidak memungkinkan lagi. Sudah sangat mepet. Ya sudahlah. :(

Untuk menghibur diri, saya yakinkan pada diri saya bahwa Allahlah yang tahu seberapa baik saya, seberapa kurang saya. Cukuplah Allah saja yang jadi penilai paling adil buat saya. Jika sudah Allah yang jadi penilai, apakah kita masih perlu penilai yang lain?

Selamat beristirahat semuanya ya readers! Waktu sudah menunjukkan pukul 23:17 WIB tapi saya masih betah cuap-cuap. :)

Sampai ketemu di posting berikutnya!




No comments:

Post a Comment

leave your comment here!