semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Saturday, September 1, 2018

Summer in Beijing Day 1-2 (Tian An Men, Forbidden City, Temple of Heaven)

9/01/2018 09:52:00 PM 0 Comments
Tepat 2 hari sebelum keberangkatan, saya berobat ke klinik ditemani Ibu Kos (terima kasih Bu!). Hal ini dikarenakan saya merasa badan panas sampai 10 hari kok belum sembuh-sembuh. Selain itu juga nyeri tulang setiap demam. Dan ada batuk juga. Dari sebelum saya berangkat conference ke Danau Toba sampai hari itu belum sembuh. Khawatirnya ada indikasi penyakit lain. Saya diberi obat dan surat pengantar cek lab. Kalau belum sembuh harus cek lab dalam 2 hari. Herannya saya merasa panas dan nyeri tulang saat ke klinik tapi kata dokter temperatur saya normal 36 derajat. Tensi saya juga normal 110/70. Heran. Ya sudahlah minum obat dulu.

Di perjalanan ini, saya justru gabung dengan emak-emak atau nenek-nenek. Saya juga malah mengobrol dengan bapak-bapak atau kakek-kakek. Memang peserta tur ini mayoritas tua-tua. Hihi. Tak apalah yang penting menikmati perjalanannya dan juga happy. :D

Kalau saya pikir-pikir, tiap kali bepergian jauh kok selalu saja mengobrolnya dengan emak-emak atau bapak-bapak. Ketemunya begitu, bukan dengan yang muda-muda. Ya memang nyambung sih mengobrol dengan mereka. :D

Ok, berikut adalah perjalanan saya. Yuk simak!


Ketemu Artis Korea

Perjalanan saya menggunakan pesawat Air China. Berangkat pukul 00.30 dini hari. Pesawat delay dari jadwal sebelumnya sekitar 1 jam. Tiba di Beijing sekitar pukul 08.00 pagi. Setelah itu langsung naik bus jemputan menuju tempat wisata pertama hari itu yaitu Temple of Heaven. Kucel banget sumpah tak sempat mandi dan ganti baju Ya Allah karena check in hotelnya mulai malam harinya. :(

Oya saat saya berjalan menuju keluar bandara, saya melihat beberapa anak muda abege (perempuan) jeprat-jepret ke arah saya berjalan. Saya pikir siapa yang difoto? Saya melihat sih ada kertas bertuliskan nama Korea. Tapi saya tidak kenal. Artis kpop kah? Saya lihat si cowok yang difoto itu jalan saja mendorong troli dengan santai dan tak ada senyumnya sama sekali. Duh, jutek amat. Kecapekan kali ya. :D


Temple of Heaven

Tiba di Beijing, rombongan langsung menuju Temple of Heaven. Setelah mendapat penjelasan dari Tour Guide orang asli China (berbahasa Indonesia), di sini, kami diberi waktu bebas untuk berfoto sekitar 1 jam. Kala itu saya jalan sendirian. Saya menaiki tangga kuil tersebut dan berjalan-jalan ke sekitaran karena bangunan tidak hanya satu kuil tersebut. Di sini ramai pengunjung baik turis lokal maupun internasional. Saya lihat ada banyak bule.


Temple of Heaven

Detik-detik menuju waktu berakhir, entah kenapa saya berjalan menuju arah lain. Saya lihat banyak orang lewat begitu saja dan sepertinya tidak pakai tiket. Jadilah saya masuk. Saya ambil beberapa foto dan terus berjalan ke arah bangunan kuil yang lain. Lalu saya kembali. Rupanya saya tidak bisa keluar kalau tidak membawa tiket. Alamak. Tiket kan dipegang Tour Guide.

Tiket masuk Temple of Heaven - gegara tidak patuh jadi punya kenangan 

Jadilah saya terpaksa membeli tiket seharga 20 RMB. Saya baru sadar ternyata tiket dari Tour Guide hanya berlaku di sekitaran tempat awal saja. Jika ke tempat lain harus membeli lagi. Ya, karena memang tempatnya sangat luas. Kena deh saya. Mungkin saya satu-satunya peserta yang tidak patuh.

Saya kembali ke titik di mana rombongan awal berkumpul. Rupanya tinggal saya peserta terakhir yang ditunggu. Maaf. Sungguh maaf. :(


Tian An Men

Tian An Men - Ada gambar Mao Che Dong mejeng di depan. Itu di bawah payung adalah penjaga.
Di bawah terik matahari yang menyengat (sumpah panas sekali) kami berjalan-jalan di Tian An Men. Tian An Men ini jika dilihat dari depan bangunannya terlihat foto Mao Che Dong (benar tidak ini menulis namanya), pemimpin China masa lampau. Halaman Tian An Men luas sekali. Tempat wisata di China yang saya kunjungi memang pada umumnya luas-luas. Sanggup jalan kaki seluas itu? Tepar...


Forbidden City

Forbidden City

Setelah puas berfoto, kami menuju Forbidden City. Cukup jauh kami berjalan menuju Forbidden City. Forbidden City adalah komplek kediaman raja beserta ratu dan selirnya yang jumlahnya sangat banyak. Tempatnya pun sangat luas. Kami tidak mengunjungi semua tempat karena memang sangat luas dan tidak cukup waktu. Lelah pun juga betul. Apalagi sengatan matahari membuat kami kepanasan. Toh tipe bangunannya juga sama saja. 

Setelah kelelahan saking panasnya yang luar biasa dan seharian jalan kaki terus dari pagi hingga malam, akhirnya kami bisa beristirahat di hotel setelah santap malam. Waktunya meluruskan kaki dan punggung. Esok harinya sudah diwanti-wanti morning call pukul enam pagi.

Bersambung posting berikutnya ya! :)

Monday, August 27, 2018

Beijing (Cerita Awal Traveling dan Urus Visa)

8/27/2018 12:14:00 PM 14 Comments


Setelah paspor di tangan, apa yang akan dilakukan selanjutnya? Jalan-jalan donk ya. Hehe

Baiklah. Tanggal 17 Juli 2018 paspor saya ambil dan tanggal 18 Juli saya mulai action untuk liburan. Ke mana? Pilihan saya kali ini jatuh ke Beijing, China. Setelah searching beberapa itinerary dan budget, dan mumpung saya masih libur panjang, terpilihlah satu destinasi alias paket wisata super promo yaitu Consortium Mono Beijing dari Avia Tour selama 6 hari 5 malam seharga Rp. 6.380.000 (Syarat ketentuan berlaku). Murah kan?

Pilihan ini sudah melewati beberapa pertimbangan. Hal ini dikarenakan saya harus menyesuaikan jadwal saya. Dan ini pun saya mengorbankan 1 hari jadwal saya yang seharusnya saya ikuti. Karena memang paket consortium ini hanya ada sekali yaitu 16-21 Agustus 2018, tidak seperti paket lain yang pilihan tanggalnya banyak.

Saya sempat kepincut paket China Delight karena lebih lama (8 hari) dan juga destinasi lebih banyak tidak hanya Beijing tapi juga ke Shanghai, Suzhou, Huzhou, dan Guangzhou dan pastinya harga 2x lipat lebih mahal hehe. Tapi sayang sekali paket ini tidak mampir ke Summer Palace. Padahal ini wajib dalam agenda saya selain Great Wall. Jelas tujuan utama saya adalah menginjakkan kaki ke Great Wall. Jadi saya pikir ke Beijing saja cukuplah untuk saat ini (dengan beberapa pertimbangan) karena paket consortium sudah ada Summer Palace selain Great Wall tentunya di itinerary-nya.

Dan sejujurnya alasan lain yang mendasar adalah paket consortium ini bertepatan dengan jadwal haid, semoga pas sehingga saya pikir saya tidak perlu khawatir soal sholat (update 23/8/2018: prediksi meleset). Sementara China Delight durasinya lebih panjang dan ada waktu yang saya harus sholat. Sumpah saya takut jika sampai terjadi saya mengabaikan sholat karena jalan-jalan ini. Apalagi kemungkinan besar teman serombongan dan juga tour guide-nya bukan muslim. Bisa jadi saya satu-satunya muslim. Note: Ini bukan soal rasis ya. (update: ada 2 keluarga muslim selain saya)

Saya juga sempat melihat-lihat destinasi negara lain tapi sungguh sayang paket yang saya minati waktunya tidak match dengan jadwal saya sehingga tidak bisa saya ambil.


Kisah sedih (Peringatan: jangan dibaca jika tidak suka cerita sedih! Semoga ini tidak lebay)

Jadi, pada awalnya saya sudah merencanakan alias janjian jalan-jalan ke Thai setelah lebaran bersama salah seorang teman saya. Tapi ternyata dia batalkan begitu saja. Dan dia ikut tour ke Jepang. Nyesek tidak sih? Kalau ada di posisi saya sih nyesek. Tapi di posisi dia? Sepertinya dia enak-enak saja melakukan hal itu. Bagaimana saya tidak sedih. Janji pun tinggal janji. Bukan masalah tidak jadi ke Thai-nya sih karena pada dasarnya Thai bukan negara prioritas yang ingin saya kunjungi, tapi ini soal arti sebuah janji. Semudah itukah kau mengingkari. Dan alasan batalnya itu loh... Pelajaran berharga: ternyata komitmen itu susah ya. :(

Dan akhirnya saya yang terkecewakan ini pun merencanakan jalan-jalan sendirian tanpa teman yang saya kenal dengan ikut tur ini.


Kenapa pilih Beijing? 

Saat saya tanya salah seorang teman saya apakah dia berminat ke China, dia langsung menjawab dengan tegas, "No!"

Oh. But why? :(

Memang traveling ini urusan selera ya. Saya menyadari betul hal ini. Ada orang yang suka wisata alam/pantai, ada yang suka wisata kota, ada yang suka belanja, ada yang suka wisata budaya/sejarah, dan lain-lain. Perbedaan itu indah ya. :)

Saya termasuk yang suka wisata sejarah. Ketimbang ke tempat belanja, saya lebih suka ke tempat-tempat bersejarah. Dan China termasuk salah satu negara bersejarah di dunia yang punya banyak tempat-tempat peninggalan sejarah. Tentu, saya ingin melihat langsung. Karena selama ini saya hanya membaca di buku sejarah atau pun menonton film-filmnya.

Selain itu, dari kecil saya suka nonton film/serial kungfu/pendekar atau pun kisah kerajaan (historikal). Jadi, tak ada alasan bagi saya untuk tidak berminat. :)

Ada kata bijak, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Analogi: Jadi, boleh donk jalan-jalan sampai ke negeri China? :)

Pokoknya saya punya impian untuk mengunjungi di mana keajaiban dunia berada atau pun tempat-tempat bersejarah lainnya di dunia. Aamiin.


Visa

Setelah saya searching tentang pengurusan visa China, sebenarnya caranya tidak ribet. Begitu pula persyaratan yang diminta juga tidak ribet. Saya sebenarnya ingin mengurus sendiri saja toh posisi saya sedang ada di Jakarta dan sedang libur panjang pula. Tapi saya baru teringat bahwa kurang dari 1 bulan dari pendaftaran saya sudah akan berangkat (jadwalnya tanggal 16 Agustus 2018).  Sementara ada yang bilang bahwa pengurusan visa sebaiknya 3 bulan sebelum keberangkatan, Nah, saya khawatir kenapa-kenapa ya karena mepet, jadi akhirnya saya putuskan untuk diuruskan agensinya saja. Padahal sih kalau normalnya 4 hari kelar. Masih lumayan lega sebenarnya waktunya sampai hari H. Ya sudahlah yang penting beres. Toh biayanya juga murah hanya 35 ribu setara jika saya 2x bolak-balik ke Visa Centre. :)

Berhubung saya diuruskan agensi, persyaratan yang diminta cukup fotokopi KTP, KK, tanda-tangan di halaman 4 formulir, dan paspor asli. Kalau mengurus sendiri perlu membawa dokumen asli selain fotokopi.

Foto visa di mana?

Awalnya saya pikir mau foto di mana ya yang bagus. Setelah searching akhirnya saya putuskan ke Myra Gallery di dekat Terminal Kampung Melayu. Pas di seberang kuil. Saat saya tiba di sana, saya disuruh ke lantai 2 untuk foto visa. Pegawainya langsung paham waktu saya bilang visa China. Di situ sudah sering membuat foto untuk visa. Setelah saya ada juga customer lain yang mau foto visa yaitu visa Korea.

Saya sendiri setelah foto, duduk menunggu saja di lantai 2. Petugasnya bilang jadinya 2 jam. Jadi ya daripada bolak-balik mending menunggu sambil utak-atik laptop. Tempatnya juga nyaman sih. :)

Oya, sekali foto visa dapat 6 lembar ukuran yang sama. Biaya 40 ribu saja. Lumayan ekonomis kan?

Note: tulisan berikutnya ini tidak penting jangan dibaca! 
Jadi, setelah customer visa Korea ada lagi customer lain seorang pria. Nah, orangnya ini mau foto biasa. Orangnya tanya apakah disediakan jas. Ya betul di situ disediakan jas dan dasi. Lalu orangnya bilang sendiri tanpa ditanya bahwa dia mau foto buat nikah. Hihi. Saya pun tersenyum tipis sambil terus mengetik. Btw, selamat ya mas! :)


Jalan-jalan ke mana saja?

Berikut adalah itinerary awal perjalanan saya. Sapa tahu bermanfaat buat kamu untuk referensi atau pun menarik minatmu untuk jalan-jalan ke sana. :)

Day 1 (16/8/2018):
Perjalanan Jakarta - Beijing

Day 2 (17/8/2018): 
Tian An Men dan Forbidden City
Temple of Heaven
Toko wajib: Jewelry

Day 3 (18/8/2018):
Ju Yong Guan Great Wall
Bird's Nest Stadium
Peking Roast Duck
Toko wajib: Baoshutang dan Foot Massage

Day 4 (19/8/2018):
Summer Palace
Xiu shui Market
The Place Mall
Qian Men Old Beijing Street
Solana Blue Harbor
Toko wajib: Latex

Day 5 (20/8/2018):
Panda Zoo
Bei Hai Park
Wangfujing Street
Toko wajib: Charcoal and Silk

Day 6 (21/8/2018):
Wangfujing Street
Kembali ke Indonesia

Agar postingan tidak terlalu panjang, lanjut ke posting berikutnya ya. :)

Bersambung...

Pengalaman Lolos International Paper Conference CITSM 2018 (Part 4)

8/27/2018 11:54:00 AM 18 Comments


Berikut adalah posting bagian akhir dari kisah perjalanan saya mengikuti conference CITSM 2018. Yuk simak!

Tanggal 6 Agustus 2018 pagi hari saya merasa tubuh saya lemah dan tidak enak badan intinya. Memang beberapa hari sebelumnya sudah terasa gejala flu seperti demam, pegal-pegal dan juga batuk. Mau bangun dari tempat tidur untuk bersiap-siap itu rasanya enggan sekali. Berat sekali. Sampai saya berkata dalam hati seandainya saja kehadiran saya bisa digantikan. Tapi sungguh tidak mungkin karena sudah hari-H dan juga tiket pesawat dan hotel sudah dipesan lunas semua.

Pukul setengah 8 pagi saya paksakan diri untuk bangun dan bersiap-siap. Saya baru packing saat itu. Tahu sendiri kondisi sebelumnya memang tidak enak badan. Berhubung tidak banyak juga yang disiapkan jadi tidak masalah. Saya pun hanya makan roti lalu pergi ke Bandara Halim Perdana Kusuma untuk pertama kalinya.

Rupanya, tidak sampai sejam sudah sampai, lebih dekat dari Soekarno Hatta. Hanya habis 60 ribu pakai taksi. Jika ke Soekarno Hatta biasa habis sampai 200 ribu. Sampai di sana saya menunggu tidak terlalu lama karena ternyata boarding lebih cepat setengah jam dari jadwal. Saya justru heran kenapa bisa begitu. Biasanya molor tapi kok ini malah lebih cepat.

Sampai di Bandara Silangit, Danau Toba, Sumatera Utara, saya seperti orang hilang sendirian. Jam 1 siang sudah sampai sementara bus jemputan pukul 3 sore. Peserta lain juga saya tidak tahu siapa yang satu pesawat dengan saya. Menyedihkan. Teman yang semula bareng saya ternyata dia ganti ke Kuala Namu tidak bilang-bilang ke saya. :(

Akhirnya saya menunggu di kursi luar. Begitu tak ada tanda-tanda bus jemputan, saya melipir ke booth travel. Saya pun harus menunggu penumpang lain jika mau murah. Karena kalau tidak, sewa satu mobil mahal. Alamak.

Jam setengah empat sore travel pun berangkat. Itu adalah travel terakhir alias saya naik mobil yang punya travel beserta 2 orang perempuan yang jadi penjaga travel dan 1 orang penumpang perempuan yang berbeda tujuan dengan saya. Di tengah jalan, saya diturunkan. Saya dioper ke mobil travel lain yaitu L300 yang isinya penuh penumpang lokal. Saya duduk paling belakang berisi 3 orang. Yang 2 orang sebelah saya perempuan semua ibu-ibu bawa anak keduanya. Sempit benar. Mana panas. Saat saya berangkat itu mobil jemputan panitia yang katanya pukul 3 masih belum nongol juga loh.

Dengan merogoh kocek 150 ribu rupiah saya pun berhasil sampai hotel. Itu pun saya jalan kaki dulu dari pinggir jalan ke dalam menuju hotel. Travel menurunkan saya di pinggir jalan itulah, tidak mau masuk. Alamak... Sudah seperti solo traveling ini saya. :(

Di depan hotel, sudah ada 2 orang perempuan yang mau masuk. Rupanya mereka peserta juga sama seperti saya. Kami pun berkenalan. Mereka adalah peserta dari BSI.

Hotel yang saya tempati, Grand Tamaro, ruangannya luas untuk yang deluxe. Dan tanpa AC sudah dingin sekali. Heran juga kenapa kamar deluxe tak ada AC?

Danau Toba dari Hotel Grand Tamaro


Si Mbak yang dari BSI, saat sarapan saya tanya apakah pake biaya sendiri atau dari kantor. Dia bilang, biaya sendiri. Kan mereka berdua sekamar di kamar standar. Kamar kami sempat ketukar. Hehe. Eh, begitu kami sampai di Hotel Inna Prapat, Si Mbak menyodorkan kertas SPPD ke panitia saat ditanya apakah ada SPPD. Hihi senyum saya dalam hati. Dikiranya saya tidak mengerti kali ya. :D

Oya, saat mau datang ke Hotel Inna Prapat untuk pembukaan, kedua orang ini santai benar. Saya tanya mau jalan kaki atau naik angkot? Mereka seperti bingung. Padahal sih jalan kaki dekat begitu bisa cek di google map. Akhirnya jalan kaki juga sih kami. Saya heran, saya merasa diri saya ini santai. Tapi ternyata masih ada yang jauh lebih santai.

Cerita sedih
Saat malam sebelumnya awalnya kan berencana mau keluar cari makan malam, eh kok mereka adem ayem tidak mampir ke kamar saya. Akhirnya saya yang ke kamar mereka. Terus apa kata mereka? Gelap. Mereka tidak berani. Dan saya lihat di mejanya mereka sudah makan pop mie. So sad... :(

Ya sudah saya pun tak keluar jadinya karena sendirian. Lalu teman saya di Hotel Inna tanya apa saya sudah makan. Akhirnya dia titipkan makan malam diantar ke hotel saya oleh security. So sweet.
Thank you :)

Hotel Inna Parapat


Hari pertama tanggal 7 Agustus 2018
Acara pembukaan lalu dilanjutkan dengan presentasi peserta di ruang masing-masing setelah makan siang. Saat itu saya hanya menonton rekan saya yang tampil hari itu dan juga peserta lain. Awalnya saya pikir presentasi bakal serius dan menegangkan, rupanya tidak. Mana ruangannya tidak kedap suara karena hanya disekat-sekat saja. Jadi, suara tumpang tindih dengan ruangan lain. :D

Hari kedua tanggal 8 Agustus 2018
Hari ini jadwal saya presentasi. Seharusnya saya mendapat giliran kedua tapi kenapa kok malah orang lain duluan yang tampil? Kemudian moderator mendatangi saya. Dia tanya apakah saya bisa tampil yang ketiga. Akhirnya saya tampil ketiga. Waktu saya akan presentasi, pointer tidak nyala. Hehe ya sudah akhirnya saya lihat di laptop. Dan setelah selesai ternyata ada komentar dan pertanyaan dari seorang profesor dari Malaysia. Beliau bilang topik saya bagus bisa untuk lanjut ke S3. Dalam hati saya, saya tidak kepikiran untuk mengambil S3 TI lagi, Pak. Huhuhu

Profesor tersebut menghampiri saya ke kursi belakang setelah saya presentasi. Kami mengobrol dan beliau bertanya email saya. Saat itu saya bilang ada. Lalu saya pikir mana mungkin beliau baca satu-satu di buku kumpulan abstrak. Lalu teman saya menyarankan saya menulis email saya di kertas. Waduh, saya tidak bawa kertas. Teman saya pun tidak. Lalu di akhir acara saya berikan kertas sobekan berisi email ke profesor tersebut. Dan sang profesor memberikan saya kartu namanya. Sungguh memalukan. Namun juga lucu. Mana kertas yang saya pakai adalah kertas bekas bon milik teman saya. :D

Siang hari langsung penutupan lalu ada acara jalan-jalan ke Samosir naik kapal di Danau Toba. Saya ikutan daripada bengong sendirian di kamar tak ada acara. Mana sudah jauh-jauh datang kan. Harga tiketnya 200 ribu rupiah sekitar 3 jam perjalanan supaya tidak kesorean. Lumayanlah refreshing. :D

Objek Wisata Samosir

Sekian kisah perjalanan saya. Sampai jumpa di posting berikutnya. :)






Wednesday, July 18, 2018

Pengalaman Lolos International Paper Conference CITSM 2018 (Part 3)

7/18/2018 05:58:00 PM 2 Comments
Lanjutan cerita Part 2...


Cerita revisi paper

Deadline revisi paper untuk camera ready adalah tanggal 15 Juli 2018. Reminder ada juga dikirim ke email peserta. Dan saya yang berniat untuk revisi setelah lebaran jadi molor tidak gerak-gerak sampai deadline 15 Juli 2018.

Betapa parahnya saya ini (jangan ditiru). Sejujurnya saya merasa struggle untuk bisa mengalahkan rasa malas untuk mulai revisi paper. Beberapa kali saya mendapat whatsapp Dosen apakah saya sudah revisi karena beliau ingin mengecek sebelum submit. Jawaban saya adalah belum. :(

Jadi, ceritanya selama pulang kampung kan saya tidak membuka laptop kecuali lagi butuh penting saja. Nah, sudah lama sekali kan saya tidak membuka laptop. Rasanya malas sekali untuk membuka laptop dan mulai merevisi paper.

Begitu mood saya datang untuk merevisi, eh, memang ada-ada saja yang membuat jadi lebih malas. Ternyata Ms. Office saya minta aktivasi. Waduh kok bisa sih di saat begini. Saat sedang butuh-butuhnya. Tepok Jidat.

Akhirnya saya mencoba alternatif online document. Tapi saya sangat tidak nyaman mengedit dengan online document. Hilang sudah kesabaran saya.

Tanggal 14 Juli 2018 saya download MS. Office. Setelah saya install kok terdeteksi virus oleh windows defender padahal firewall sudah saya matikan semua. Alamak jadi stres sendiri. Ya sudahlah saya tinggal tidur dulu dan esok paginya 15 Juli 2018 saya coba lagi. Tetap tidak bisa. Setelah saya googling beberapa artikel akhirnya berhasil. Alhamdulillah. Sempat tanya ke teman sih tapi sudah berhasil duluan. :D

Mulailah saya merevisi paper saya dari pagi hingga malam. Sekitar pukul 20.00 wib paper saya submit. Lega. Seperti hilang beban rasanya. Karena bagaimana pun saya membawa nama kampus. Mau tidur jungkir balik atau apa terserah deh setelah itu. :D



Btw, saya ingin liburan... ^__^


Cerita booking tiket pesawat dan hotel

Saya bilang ke teman saya asli dari Medan bahwa saya akan ke Medan. Berharap bisa ketemu karena sudah lama sekali tidak ketemu. Dia bertanya dalam rangka apa dan di mana lokasinya. Saya bilang conference di Danau Toba.

"Itu sih bukan Medan tapi Parapat," jawab teman saya.

Oh, salah ternyata haha. Dan kata dia Parapat jauh dari Medan sekitar 4 jam. Waduh... tak bisa ketemu donk kita. :(

Saya bilang juga ke teman saya yang lain yang tinggal di Sumatera Utara. Saya bilang mau ke Prapatan.

"Bukan Prapatan tapi Parapat," kata dia mengoreksi.

Ups. Maafkan salah sebut. Hehe :D
Habisnya saya baca di website citsm Hotel Inna Prapat. Jadi saya ingatnya Prapatan. My bad...

Untuk tiket pesawat akhirnya saya pilih bandara Silangit ketimbang Kuala Namu dengan pertimbangan Silangit lebih dekat ke Hotel Inna Prapat yaitu 2 jam. Sementara dari Kuala Namu butuh waktu 4 jam. Saya sudah terlalu sering perjalanan jauh jadi sudah cukup merasa lelah. Saya ambil rute terdekat saja. Akibatnya sih tak bisa ketemu teman karib saya jadinya. :)

Untuk hotel sendiri, miris ceritanya. Jadi, awalnya saya berencana sekamar berdua dengan teman saya yang juga lolos paper-nya. Kami yang sejurusan seangkatan ada tiga orang yang lolos paper ke citsm dan semuanya perempuan (setahu saya). Teman yang satu sudah booking hotel bersama keluarganya mau sekalian liburan. Sementara saya dengan teman saya satunya lagi booking satu kamar karena budget untuk sendiri sekamar tidak mencukupi jika menginap di Hotel Inna. Sementara kalau sekamar berdua akan masuk. Tapi beberapa hari kemudian teman saya mengabari bahwa dia akan pergi beserta anak dan suami sekalian liburan. Jadi kami harus pisah kamar dan cari hotel lain yang masuk budget untuk sendiri. So sad... T.T

Jadi, saya sendirian nih? Baiklah... hiks


Jemputan bus dan T-Shirt

Eh, ternyata ada jemputan bus loh baik dari Kuala Namu maupun Silangit. Alhamdulillah. Selain itu juga peserta mendapat T-Shirt. Peserta diminta mengisi formulir online-nya.


Jadwal presentasi

Kemarin 18/7/2018 saya mendapat email berupa jadwal presentasi. Dan saya mendapat jadwal di hari kedua 8/8/2018 di Room 1 Section 7 pukul 9.00 - 10.00. Di situ sudah dikategorikan per bidang paper-nya. Dan ternyata pesertanya banyak. Saya lihat ada sekitar 158 peserta. Wow!


Bersambung part 4..







Tuesday, July 17, 2018

Pengalaman Lolos International Paper Conference CITSM 2018 (Part 2)

7/17/2018 05:04:00 PM 0 Comments
Lanjutan cerita sebelumnya di Part 1...

Tugas saya selanjutnya adalah registrasi conference, merevisi paper, booking tiket pesawat dan hotel, dan presentasi di conference. Hal yang lebih dulu harus saya lakukan adalah registrasi conference. Kenapa demikian? Hal ini dikarenakan registrasi untuk early bird deadline lebih cepat yaitu 15 Juni 2018. Setelah itu biaya registrasi menjadi lebih mahal. Baiklah saya akan registrasi early bird. Saya saat itu posisi sudah pulang kampung karena tahu sendiri ya mau lebaran Idul Fitri.


Cerita hibah dana dari kampus

Jadi, pendanaan untuk conference ini tidak saya tanggung sendiri melainkan ditanggung kampus. Ceritanya saya mendapat dana hibah dari kampus. Kok bisa mendapat dana hibah bagaimana ceritanya? Baiklah akan saya ceritakan.

Awal mulanya, paper yang saya buat itu adalah paper tugas salah satu mata kuliah di semester satu namanya Manajemen Data. Nah, paper ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah tersebut (menjelang akhir semester deadline). Saya sudah pernah cerita sebelumnya di posting lain bahwa saya tidak mendapat partner untuk join pembuatan paper. Jadilah saya berpusing-pusing ria mengerjakan paper ini sendiri menjelang akhir semester (kejar deadline).

Bahkan saya tidak maju untuk presentasi progress paper ini karena merasa tidak pede/yakin padahal sih slide sudah saya buat. Tapi memang saat itu belum ada progress draft paper-nya. Tapi karena penasaran, jadilah setelah mata kuliah selesai saya konsultasikan ke dosen. Jadi, saya lanjutkan saja tanpa mendapat feedback/koreksi dari dosen. Saya hanya bertanya beberapa poin saja seputar paper saya. Lagipula saat itu sudah sore dan juga antri panjang teman lain.

Saat libur semester, feedback dari dosen tentang paper final yang dikirim ke dosen keluar. Saya lihat ada beberapa poin perbaikan untuk paper saya ini. Alhamdulillah-nya saya mendapat nilai perfect. Tidak menyangka. Baik sekali Bapak Dosen. Terima kasih.

Bapak dosen pun memberitahu bagi siapa yang ingin submit paper ke jurnal dipersilahkan merevisi paper lalu menghubungi beliau. Ada hibah dari kampus tetapi hanya sebagian saja (tidak bisa semua mahasiswa dapat). Salah satu teman saya menghubungi beliau dan kata beliau adalah beliau minta kirim paper revisi lalu akan beliau cek dulu, preferensi untuk yang nilai paper-nya tinggi terlebih dahulu. Nah, saat itu saya tidak menghubungi beliau karena tidak pede walau sebenarnya nilai saya perfect. Sampai akhirnya teman saya bilang bahwa dia berhasil mendapat hibah dari kampus dan namanya dimasukkan dalam daftar hibah.

Lalu saya juga mendengar rekan lain yang namanya dimasukkan dalam daftar hibah padahal teman saya tidak menghubungi Bapak Dosen. Ternyata dia temanya sama dengan teman saya tadi. Sementara tema saya kan beda.

Akhirnya saya beranikan diri untuk menghubungi Bapak Dosen bahwa saya ingin mencoba submit paper tapi saya tidak pede karena saya tidak tahu apakah paper saya ini ada tema yang cocok dengan tema yang diminta conference dan juga karena paper saya  sempat kena sesuatu hal yang tidak bisa saya ceritakan di sini. 

Tapi Bapak Dosen bilang tidak apa-apa dicoba saja. Akhirnya paper saya revisi dan kirim ke icoict dengan nama beliau sebagai author 2 dan dosen lain sebagai author 3 namun tidak lolos seleksi. Setelah itu saya dihubungi dosen lain (yang namanya dimasukkan dalam paper saya sebagai author 3) untuk mengirim ke citsm. Saat itu teman saya yang mendapat hibah bilang ke saya kalau saya mendapat hibah juga. Dia yang memberi kontak whatsapp saya ke Bapak Dosen. Saya sih percaya tidak percaya mendapat hibah karena kan bukannya nama-nama penerima hibah sudah dibuat daftarnya. Saya juga tidak diberitahu bahwa saya sebagai penerima hibah.

Dan kemudian setelah saya submit, saya dimasukkan ke grup whatsapp PITTA. Nah, selain saya di situ ada nama teman-teman saya penerima hibah. Begitu pengumuman, ternyata paper saya lolos. Saya hubungi Bapak Dosen kalau paper saya lolos dan selanjutnya beliau mengirim uang registrasi. Nah, berarti benar memang saya mendapat hibah. :)

Alhamdulillah...

Kalau pakai dana pribadi tekor juga nih... :D


Kesulitan-kesulitan menjelang registrasi

Saya diberitahu dosen pada tanggal 12 Juni 2018 bahwa biaya registrasi conference sudah ditransfer ke rekening saya. Jadi, saat itu saya tengah mengalami kesulitan. Bukan kesulitan keuangan ya Readers (alhamdulillah) tapi maksud saya adalah tablet saya tidak ada sinyalnya sama sekali di kampung. Dan masalahnya adalah bukan pada sinyalnya melainkan pada tablet saya. Herannya pada saat di kota (seperti Jakarta atau Metro kalau di tempat kampung saya) sinyal ada. Tapi kalau pakai paket data baterai jadi cepat panas dan habis. Menyusahkan saya kan ini sewaktu dibawa keluar. Pas saya butuh untuk pesan gojek misal pas di luar eh baterai habis. 

Anehnya lagi, kalau di tempat yang bertingkat tidak mau konek internet padahal sih sinyal ada penuh. Terus kalau pakai wifi si tablet mau konek dan baterai awet. Saya jadi pusing dan gemas dengan tingkah si tablet saya ini. Alamak pertanda saya butuh hp baru ini. :(

Jadi gegara tingkah tablet saya ini, saya terpaksa minta hotspot keponakan untuk konek internet. Susah deh jadinya hidup saya tanpa internet kalau keponakan saya pas pergi. Mana saat itu saya lagi butuh-butuhnya koneksi internet untuk registrasi karena sudah mau deadline. Bagaimana coba?

Saking butuhnya, akhirnya saya hubungi keponakan saya yang lain (dari Banten) yang akan mudik lebaran ke rumah orangtua saya. Pas sehari sebelum deadline (14 Juli 2018) keponakan saya datang dengan membawa sebuah hp baru pesanan saya. Alhamdulillah... seberkas sinar datang :)

Kesulitan lain adalah betapa stressnya saya ketika saya harus memasukkan syarat berupa scan hasil print-out semacam pernyataan yang harus saya tandatangani sementara kondisi saya tidak bisa melakukan printing di rumah. Saya kembali membuka printer lama saya yang sudah lama tidak dipakai. Saya sudah belikan tinta baru tapi kok keponakan saya belinya tidak ada suntikannya. Lah terus bagaimana ini mau memasukkan tinta. Lalu saya ke warnet terdekat (satu-satunya yang buka menjelang lebaran) untuk print eh ternyata komputer warnet tidak mendeteksi hard disk saya. Mau saya kirim via email, eh internet warnet tersebut sedang gangguan. Alamakkk. Saya pun pulang dengan perasaan kecewa. :(

Tak habis akal, keesokan harinya saya pergi ke Kota Metro ditemani keponakan saya. Rencana adalah mencari tempat print. Di pinggiran jalan Metro kok saya tidak nemu yang buka. Lalu saya sampai ke pasar. Saya nemu satu tempat yang masih buka tapi rupanya tidak melayani print karena sebenarnya sudah tutup. Lah kok masih buka? Aneh...

Ya sudahlah akhirnya saya pergi membeli tinta lagi berharap nanti pulang si printer mau dipakai. Setelah itu saya pulang. Di perjalanan pulang saya sempatkan berjalan menuju daerah Kampus yang biasanya banyak tempat print. Memang tidak rejeki ya itu semua tempat print tutup. Memang sih itu 1 hari menjelang lebaran. Benar-benar ujian puasa ya. :(

Saya lanjut jalan pulang ke rumah. Saya mencoba mampir ke satu warnet yang masih buka di pinggir jalan. Eh, tidak bisa print kata penjaganya. :(

Sampai di rumah saya mencoba pakai printer saya tapi sungguh malang si printer tidak mau print. Wah, rusak berarti padahal sih masih hidup. Huh sedih... T_T

Sumpah. Dari situ saya merasa sedih. Betapa sulitnya hidup di kampung. Padahal sih itu cuma mau print 2 lembar tapi kok sesulit itu. :(

Padahal sih ya mungkin memang momennya sedang tidak tepat. Jangan salahkan kampung.

Masih belum menyerah nih saya ceritanya. Saya mulai berpikir beberapa alternatif. Satu, siapa ya tetangga terdekat yang bisa saya tumpangi print. Dua, siapa teman jarak jauh yang bisa saya mintai tolong print dan scan sekalian lalu kirimkan ke saya hasilnya. Lah, bagaimana saya menghubungi teman dan kirim file kalau saya tidak bisa konek internet.

Sebenarnya saya sudah kepikiran siapa nama yang masuk kandidat. Tapi saya berpikir itu momennya sehari sebelum lebaran loh. Menyusahkan orang saja saya nanti. Saya tidak mau. Akhirnya hal itu saya urungkan. Cukuplah hal itu hanya sebatas pemikiran yang ada di otak saya. :(

Saya pikirkan alternatif lain yaitu saya otak-atik saja langsung file-nya di laptop. Baiklah saya mulai action begitu saya terima hp baru dari keponakan untuk konek internet. Dan setelah rangkaian perjuangan menyedihkan yang saya lewati tadi, terbayar sudah. File berhasil saya kirim tanpa menyusahkan siapa-siapa (cukup diri sendiri saja yang susah). Alhamdulillah :)

Dan setelah kesulitan ada kemudahan... 

Bersambung part 3...


Pengalaman Lolos International Paper Conference CITSM 2018 (Part 1)

7/17/2018 02:13:00 PM 0 Comments
Perhatian! Posting ini sudah saya tulis sejak 2/6/2018 namun baru sekarang saya publish. Semoga tak mengurangi makna ya. Selamat membaca! :)


Memasuki pertengahan bulan ramadhan... bagaimana puasanya Readers? Lancar? Alhamdulillah masih bisa menjalani ibadah puasa di tahun ini ya. 

Lama tidak menengok blog ini, ternyata lama juga saya tidak posting. Ok, saya akan coba kembali posting.

Belakangan ini (akhir Mei) memang saya sedang sibuk uas jadi baru bisa berlega-lega ria sekarang-sekarang inilah memasuki bulan Juni karena saya libur panjang hingga Agustus. 

Readers, saya kan pernah cerita tentang plagiarisme ya. Adakah kalian sudah membaca? Nah, di sana kan saya cerita tentang paper saya yang tidak lolos conference. Setelah itu, saya diminta dosen pembimbing merevisi paper saya tersebut dan di-submit ke conference lain yang deadline terdekat yaitu CITSM 2018 (The 6th International Conference on Information Technology for Cyber and IT Service Management).  

Kalau boleh jujur ya, sebenarnya saya sudah tidak berminat untuk submit ke internasional conference. Tidak masuk jurnal internasional juga tidak apa-apa. Bisa masuk ke jurnal nasional pun jadilah yang penting tujuan utama saya untuk menggugurkan kewajiban publikasi ke jurnal sebagai syarat lulus terpenuhi. Tak perlu juga yang "wah" jurnalnya. Asal bisa masuk dan menggugurkan kewajiban tadi sudah cukup. Saya tidak mau muluk-muluk.

Lagipula, masuk jurnal international itu biayanya mahal. Lulus conference juga mahal biaya pendaftaran masuknya (jutaan) karena nantinya juga setelah presentasi di conference, paper akan masuk jurnal internasional juga. Kemarin, yang pertama saya submit adalah ke icoict itu kalau lolos bayar 4 juta rupiah dan conference-nya di Bandung. Sementara yang saya submit selanjutnya adalah citsm biaya pendaftaran 2 juta rupiah (untuk kategori mahasiswa) kalau lolos dan acara conference-nya di Parapat, Sumatera Utara. Sama juga kalau dihitung-hitung dengan biaya akomodasi ke sana ya. :D


Cerita awal submit

Lanjut cerita tadi...
Pada bulan Maret, saya dinotifikasi dosen beberapa kali via whatsapp untuk submit. Tapi saya ini sudah terlanjur malas (jangan ditiru) dan juga lelah karena sedang sibuk-sibuknya kuliah dan tugas. Kok rasa-rasanya seperti tidak ada waktu untuk revisi (halah alasan). Tahu sendiri ya kalau revisi itu momok sekali (buat saya ini loh ya). Sampai tiba gilirannya deadline tanggal 31 Maret 2018. 

Oya, sebenarnya pada awalnya saya memang mengincar untuk submit ke citsm. Tapi karena icoict itu deadline lebih dulu, jadi saya coba-coba submit ke icoict (aji mumpung alias ambil kesempatan waktu mana yang duluan). Dan ternyata tidak lolos (alhamdulillah ya). Dan sisi baiknya adalah saya jadi merevisi paper saya tersebut. Selalu ada hikmah yang bisa dipetik dari setiap kegagalan. Uhuk-uhuk. :)

Pada awalnya citsm sudah deadline saat menunggu icoict pengumuman. Tapi rupanya diperpanjang deadline-nya (tak menyangka). Jadi saya coba submit ke citsm. Dan saya submit itu injury time sekitar sejam sebelum deadline. Jadi ceritanya saya pulang kampus sekitar pukul 19.30 pm wib. Di kamar, saya langsung buka laptop dan merevisi paper saya. Niat banget ya. Kepepet lebih tepatnya sih. Menunggu detik-detik deadline. :)

Revisi itu tidak bisa sebentar ya (bagi saya loh ini). Apalagi saya harus memangkas dan mengubah-ubah kalimat supaya tidak terdeteksi plagiarisme. Butuh waktu... 

Mana format harus disesuaikan dengan permintaan penyelenggara dan lain-lain. Harus dikoreksi juga kan? Butuh waktu...

Registrasi dulu sebelum submit juga butuh waktu... perlu koneksi internet lancar apalagi injury time

Syukurnya saya memang sudah registrasi jauh hari sebelum ikut icoict malah...

Awal saya submit, kok tidak bisa ya. Apa masalahnya? Ternyata email yang saya masukkan di pendaftaran easy chair tidak sama dengan yang saya masukkan sekarang. Ok, setelah saya ubah baru bisa submit. Alhamdulillah.

Nomor pendaftaran saya adalah 214. Mungkin nomor terakhir ya. Hehe

Setelah submit, saya tidak kirim notif ke dosen karena biasanya kan otomatis masuk ke email dosen yang didaftarkan. Jadi, dosen kembali bertanya ke saya apakah saya sudah jadi submit. Saya jawab sudah. Tapi kata dosen kok tidak masuk ke email dosen. Loh kok bisa? Padahal sudah saya masukkan.

Dosen kembali bertanya, dan saya jawab yang sama, kata beliau saya disuruh mengecek di easy chair.


Cerita pengumuman

"Apakah sudah ada notif diterima atau tidak?" tanya Pak Dosen.

"Belum, Pak."
Padahal sih sudah lewat jadwal pengumuman. Seharusnya kan tanggal 25 Maret. Nah itu sudah tanggal 30 belum ada pengumuman. Dan saya cek jadwalnya di website tidak ada perubahan jadwal.

Keesokan harinya, saya lagi berkutat dengan tugas yang deadline siang itu, eh dapat notif dari citsm. Loh ini pengumuman baru hari itu tanggal 31 Maret? Ok, saya buka email di tablet saya. Duh, diterima tidak ya. Saya sih terus terang tidak berani berharap. Karena apa?

1. Kalau baca-baca di syarat-syarat pendaftaran sih citsm kelihatannya lebih ketat ketimbang icocit. Lah icoict saja saya tidak lolos apalagi ini pikir saya.

2. Di sana disebutkan bahasa Inggrisnya itu sebaiknya diperiksa dulu oleh native speaker. Lah saya tidak pakai diperiksa native speaker segala. Memang sih, sebelum submit ke icoict dulu saya sempat meminta teman saya native speaker untuk mengecek paper saya. Tapi ya itu karena jarak jauh, dia tidak mengoreksi apa-apa jadinya. Dia cuma bilang sudah ok dan dia juga bilang tidak menyangka saya yang bukan native speaker bisa menulis begitu. Lah, bukan itu yang saya harapkan padahal. Saya butuh koreksinya kata per kata. Haduh bagaimana sih dia. :(

3. Di syaratnya tertulis kalau konversi ke pdf-nya direkomendasikan menggunakan pdf converter yang disediakan penyelenggara. Nah, waktu itu saya tidak bisa masuk dengan password yang disediakan. Sudah expired begitu ceritanya. Mungkin karena saya pakai setelah masa extended jadi tidak di-update lagi oleh penyelenggaranya. Jadi, karena sudah injury time, ya sudahlah wallahualam pakai converter lain yang penting submit dulu. Lolos tidak lolos urusan belakangan.

4. Beberapa hari setelah submit, saya coba baca lagi pdf saya. Lah ternyata kok ini judul Bab III hilang. Kalau isinya sih ada tapi nyambung bab II. Astaghfirullah... Inilah penyebab utama yang menurut saya akan menggagalkan paper saya untuk diterima. 

Jadi, setelah email terbuka saya baca donk ya. Dan jreng jreng.....

accepted!

Huhuhu ini benar?

Di sana tertulis bahwa paper saya diterima. Tapi ada revisinya di beberapa bagian. Alhamdulillah. Untuk nilai -1 (weak reject) di review 1. Dan review 2 nilainya 2 (accepted).

Setelah itu saya beritahu dosen saya dan memohon maaf karena belum sempat mengecek email beliau di easy chair eh sudah pengumuman duluan jadi tidak masuk ke email beliau notifnya.

Saya kirim screenshot. Eh, ternyata kata dosen email yang saya masukkan salah. Tidak salah sih tapi harusnya bukan email itu yang dimasukkan tapi email lain yang pakai cs. Kalau email yang saya masukkan jarang dibuka. Yah, Bapak Dosen, mana saya tahu. :(

Baiklah. Saya akan forward dan memperbaiki email beliau di easy chair. Eh, belum sempat memperbaiki email beliau, dapat review 3. Saya tanya teman saya yang juga lolos, dia tidak terima review 3. Hmm, berarti sudah bagus punya dia cukup sampai review 2. Sementara punya saya, jadi tambah banyak revisi. Hiks.

Tugas saya selanjutnya adalah merevisi paper. Conference nanti akan diselenggarakan di Inna Prapat Hotel, Danau Toba Parapat, Sumatera Utara tanggal 7-9 Agustus 2018. Bismillah... 

Semangat!

Bersambung part 2 dan 3...

Wednesday, July 11, 2018

Membuat e-Passport Ternyata Mudah dan Cepat

7/11/2018 12:01:00 PM 0 Comments
Kemarin, 10 Juli 2018 saya ke kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Pusat untuk membuat e-Passport. Alhamdulillah akhirnya saya buat juga. Karena awalnya sempat diajak teman ke luar negeri akhir tahun 2017 silam namun sayang 3 bulan lagi paspor saya expired sehingga saya tidak bisa ikut. Sementara syarat-syarat ada di kampung. Jadi, setelah liburan semester bulan Januari 2018 saya pulang kampung dan saya bawa persyaratan yang dibutuhkan. Eh, ternyata kalau sudah punya paspor sebelumnya tidak perlu syarat-syarat yang banyak itu. Cukup membawa fotokopi ktp, fotokopi paspor, dan paspor asli. 




Yang saya lakukan untuk membuat e-paspor adalah sebagai berikut:

1. Registrasi antrian melalui whatsapp.
Kantor Imigrasi Jakpus tidak menggunakan sistem antrian melalui aplikasi seperti kantor lain melainkan menggunakan whatsapp. Pada tanggal 29 Juni 2018 saya mencoba registrasi. Caranya:

Ketik #tgllayanan kirim ke 0812 9900 4406

Rupanya antrian penuh sampai 11 Juli 2018. Alamakkk! Padat benar ya. 
Tanggal 1 Juli saya coba lagi dan jawabannya tetap sama. Kuota penuh sampai 11 Juli.
2 Juli saya coba lagi. Jawabannya kuota penuh sampai 12 Juli.
3 Juli saya coba lagi. Jawabannya adalah tanggal layanan yang bisa dipilih tanggal 13 Juli. Huaaa akhirnya. :)

Lalu saya ketik #NAMA#TGLLAHIR(DDMMYYYY)#TGLLAYANAN(DDMMYYYY)

Contoh #REANA#01012000#13072018

Setelah itu akan ada balasan konfirmasi penjadwalan layanan. Dan saya diminta untuk membalas dengan mengetik kode persetujuan. Entah kenapa saya tidak langsung mengetik kode persetujuan tapi malah membalas dengan format yang sebelumnya. Dan alhasil sistem menjawab dengan kuota antrian penuh hingga tanggal 13 Juli 2018. Yahhh salah. :(

Saya kembali mengetik #tgllayanan pun hasilnya sama. Kuota antrian penuh.
Setengah jam kemudian saya coba lagi ketik #tgllayanan. Alhamdulillah dapat antrian tanggal 10 Juli. Kali ini tidak disia-siakan. Langsung saya balas kode persetujuan dan akhirnya mendapat kode booking. Di situ tertera jam kedatangan. Sebaiknya datang sejam lebih awal.

Jadi ceritanya nih, saya janjian dengan teman saya. Dia mau ambil paspor. Dia cerita kalau dia libur kerja tanggal 10 dan 18 Juli. Kalau tanggal 10 kan tidak mungkin karena sudah penuh. Nah awalnya kan saya dapatnya tanggal 13 Juli. Saya bilang dulu ke dia bagaimana. Dia kerja sih tapi dia mau tanggal segitu (bisa tukar shift dengan temannya). Yah, ternyata saya salah balas dan antrian penuh lagi. Baru setelah itu saya coba-coba lagi dapat tanggal 10. Wow! Kok bisa pas sekali dia libur. Tidak menyangka. Memang rejeki tak ke mana ya. :D

Tips: 
a. Kirim whatsapp registrasi jauh-jauh hari dari tanggal yang diinginkan karena kemungkinan penuh sangat besar.
b. Kalau kuota penuh, sering-sering saja ketik ulang. Kalau ada antrian orang yang batal kita bisa dapat antrian tersebut.

2. Konfirmasi kehadiran
Setelah mendapat kode booking. Kita diharuskan membalas konfirmasi kehadiran pada tanggal yang ditentukan sistem. Saat itu saya harus konfirmasi pada tanggal 7 Juli 2018. Batas konfirmasi pukul 24.00 ya jangan lupa. Keesokannya saya mendapat balasan konfirmasi kehadiran.

3. Mengisi formulir
Pengisian formulir tergantung tujuan kamu membuat paspor. (1) Apakah membuat paspor baru? (2) Apakah paspor biasa kamu yang masa berlakunya masih ada mau diganti dengan e-paspor? (3) Apakah paspormu habis masa berlaku dan ingin diganti menjadi e-paspor?

Kalau kamu punya paspor biasa yang masih berlaku dan ingin diganti menjadi e-paspor maka kamu harus membeli formulir di kiri kantor imigrasi seharga 8 ribu rupiah. Bilang saja ke petugas di sana. Ada tempat untuk fotokopi dan juga membeli surat pernyataan. Jalan saja ke kiri kantor imigrasi nanti pasti ketemu. 

Kalau saya kan masa berlaku paspor biasa sudah habis tepatnya Februari 2018. Dan berhubung paspor saya pembuatannya di atas tahun 2009 maka saya tidak perlu membeli formulir tersebut. Saya langsung mengambil formulir di dalam kantor imigrasi lantai 1. Lalu saya isi formulir dan siapkan persyaratannya yaitu fotokopi ktp, fotokopi paspor lama dan disertakan paspor lamanya. Kode booking saya tulis di map. Setelah itu saya antar ke meja yang ada petugasnya. Dari situ saya mendapat kode antrian yaitu 2-124. Saya dipersilakan naik ke lantai 2.

4. Wawancara, foto, dan sidik jari
Lantai 2 merupakan tempat bagi pengunjung untuk wawancara dan juga mengambil paspor yang sudah jadi. Wawancara di sebelah kanan dan mengambil paspor di sebelah kiri. Pengunjung akan dipanggil sesuai nomor antrian. Nah kalau saya masih cukup lama dipanggil karena antrian saya nomor 124 sementara saat itu baru sampai antrian 20-an. :)

Pukul 12 siang kurang beberapa menit saya selesai wawancara. Cepat sekali wawancaranya. Apa saja yang ditanya? Petugasnya kala itu Bapak-Bapak di meja nomor 5 yaitu Bapak Wisnu. Saya ditanya lahir di mana, sudah pernah ke Jepang ya ngapain, PNS tahun berapa, mau ke mana, dan lain-lain. Saya tidak diminta apa-apa lagi. Kalau teman saya diminta surat keterangan kerja (tergantung petugas kali ya). Jadi buat kamu siap-siap saja. Padahal sih saya juga sudah siap-siap. Hihi alahamdulillah.

Setelah itu foto dan sidik jari (10 jari). Harus ditekan ya pas sidik jari supaya kedeteksi. Saya berkali-kali tidak masuk terutama pas kelingking. 

Selesai, saya mendapat tanda bukti berkas permohonan paspor. Di situ tertera nomor permohonan yang harus saya ketik dan ketik ke nomor whatsapp yang juga tertera di situ keesokan harinya.

5. Pembayaran
Tanggal 11 Juli 2018 saya ketik petunjuk di bukti berkas permohonan paspor. Saya mendapat balasan kode MPN G2. Kode tersebut merupakan kode yang harus kita masukkan ketika melakukan pembayaran melalui ATM. Untuk mendapat petunjuk pembayaran ketik #bayar.

Nah, tadi pun saya melakukan pembayaran senilai 655.000 rupiah.
Pembayaran diberikan waktu 7 hari. Kalau sudah membayar tinggal menunggu notifikasi pengambilan selama 5 hari kerja.


Nah, mudah kan?


Update: Selasa 17/7/2018

6. Pengambilan
Hari ini saya kembali ke kantor Imigrasi Jakarta Pusat untuk mengambil paspor. Sehari sebelumnya yaitu kemarin Senin (16/7/2018) saya mendapat notifikasi via whatsapp bahwa paspor sudah bisa diambil mulai satu hari kerja setelah pesan notifikasi itu diterima. Syarat pengambilan yaitu membawa bukti pembayaran dan identitas diri.

Tadi saya datang sekitar pukul 10.30 wib. Saya langsung naik ke lantai 2. Yang saya lakukan adalah

1. Berjalan menuju arah kiri untuk mengambil nomor antrian di mesin. Caranya tinggal memasukkan 6 digit nomor terakhir yang ada di lembar bukti pembuatan paspor. Setelah itu struk antrian keluar dari mesin.

2. Menunggu nomor antrian dipanggil. Nomor saya 6-138. Antrian tadi baru 6-128. Tak terlalu jauh.

3. Begitu dipanggil saya langsung ke depan (ada di samping mesin untuk mengambil nomor antrian) menyerahkan bukti pembayaran, nomor antrian, dan lembar bukti pembuatan paspor. Kartu identitas tidak dicek oleh petugas padahal sih sudah saya siapkan.

4. Tandatangan dan menulis nama di blanko yang diberi petugas.

5. Menulis nama dan nomor paspor lalu tanda tangan.

6. Selesai. Pulang!

Yay! Paspor saya sudah jadi. Mari jalan-jalan! :)




Tuesday, May 8, 2018

Writer's Series: The Story of Us The Jakarta Post

5/08/2018 11:10:00 AM 0 Comments
Hari Sabtu tanggal 5 Mei 2018 lalu saya mengikuti mini conference bertajuk Writer's Series: The Story of Us yang diselenggarakan oleh The Jakarta Post. Acara berlokasi di Upper Room Annex Building lantai 10 belakang Pullman Hotel.


Saya ikut acara ini karena mendapat info dari teman saya. Dia bilang yang tahun lalu materinya seru. Berhubung saya libur untuk tanggal tersebut akhirnya saya registrasi terlebih dahulu dengan mengisi link yang dikasih teman saya.

Tiba hari sabtu, saya pergi ke sana sendirian. Tiba di dekat Annex Building, bingung masuknya dari mana. Ternyata saya tidak sendirian. Ada beberapa perempuan yang juga sama bingung. Akhirnya kami barengan masuk ke dalam. Rupanya ada jalan kecil sebelah kiri di pinggiran jalan tempat mobil masuk. 

Saya ketemu teman saya di bawah gedung lalu kami mengantri lift. Sudah ada petugas yang mengatur antrian masuk lift. Awalnya saya tidak mengenali kalau teman saya sudah ada di situ menunggu saya, tepatnya menunggu temannya yang sedang sarapan di luar, duh geer sekali saya. Tiba-tiba dia menyapa saya. Hihi

Lama tak berjumpa, kami pun cipika-cipiki. Asyiiikkk. :D

Kemudian kami naik ke lantai 10. Di sana kami tanda tangan sesuai nama sewaktu registrasi. Jalan-jalan sebentar lalu menuju ruang utama tempat acara. Dekorasi ruangannya bagus. Sudah begitu, dingin sekali AC-nya. Untunglah saya membawa jaket walau tipis lumayan untuk menghalau udara dingin seharian karena acara berlangsung dari jam 9.00 - 17.00 wib. 

Dari awal hingga akhir acara dipandu menggunakan bahasa Inggris. Pembicaranya ada banyak sekali dan semuanya berbahasa Inggris pastinya. Mayoritas didatangkan dari luar negeri. Ada yang dari India, Inggris, USA, Hongkong, Filipina, dan lain-lain. Ada yang strory telling, ada yang dialog, drama, dan lain-lain.

Di awal-awal acara peserta penuh tapi menjelang sore, menyusut dengan sendirinya. Oya, di tengah-tengah acara saya mengantuk sekali. Astaghfirullah. Kan lampunya gelap ya berasa nonton konser begitu, hanya panggung yang diberi sorot cahaya. Syukur juga sih tidak ada yang melihat saya tertidur beberapa kali. Hihi.

Saya tidak sempat mengabadikan apa pun di sana. Baterai HP saya sudah tidak bisa kompromi lagi. Bahkan untuk pulangnya saya dipesankan teman saya ojek online pakai HP-nya. Bikin susah orang saja saya ini.
Satu-satunya foto yang sempat diambil 

Mana saya dan teman beda arah pula. Saya ke kiri dan dia ke kanan. Saya tunggu-tunggu mana ya si Bapak ojek kok tidak muncul-muncul. Ada sih beberapa motor yang diam di pinggir jalan, tapi tidak ada yang platnya sama seperti yang saya ingat tadi sewaktu pesan. Saya kepikiran mau naik taksi sajalah ya kalau lebih lama lagi tidak datang karena waktu sudah magrib itu. Eh, tiba-tiba teman saya muncul waktu saya menengok ke belakang. Dia bilang Bapak ojek menelepon. Lah ternyata si Bapak sudah lama diam di situ di pinggir jalan. Dan ternyata lagi, platnya beda nomor. Ya ampun... tidak pakai jaketnya pula. 

Sesampai saya di kos, teman saya menghubungi saya. Ternyata dia kehilangan hp-nya yang satu lagi, hp jadul kesayangan yang banyak kenangannya. Ya Allah... gegara sayakah ini? :(

Semoga mendapat ganti yang lebih baik ya Sobat...

Friday, May 4, 2018

Jangan Sekolah Tinggi-Tinggi, Cowok Takut... Nikah Dulu!

5/04/2018 12:33:00 PM 0 Comments
Semalam, saya kuliah malam. Usai kuliah sekitar pukul 9 malam lebih saya pulang berjalan kaki seperti biasa. Jam sekian jalanan yang biasa saya lewati sudah sepi kendaraan lewat. Orang berjualan pun sudah banyak yang bubar.



Entah kenapa tiba-tiba saya ingin makan sesuatu begitu sampai di kos. Saya yang awalnya jalan di sebelah kiri kemudian menyeberang ke sebelah kanan jalan karena di sana ada penjual nasi goreng. Saya pun memutuskan untuk membeli mie rebus saja. Di dekat tukang nasi goreng itu tiba-tiba ada seorang bapak yang menyapa saya, "Pulang, Mbak."

"Iya, Pak," jawab saya ramah sambil tersenyum tipis ke arah si Bapak.

Lalu saya duduk menunggu pesanan saya di pinggir jalan. Eh, si Bapak mendekati saya dan mengajak ngobrol. Apa yang diobrolkan? Biasalah ya pertanyaan seperti kuliah di mana dan lain-lain. Si Bapak juga bercerita tentang dirinya.

Awalnya saya pikir si Bapak adalah penjual warung di pinggir jalan itu tapi ternyata adalah pemilik rumah pinggir jalan yang sekian lama ada tulisan "dijual".

Kami terus mengobrol sampai pesanan saya selesai dimasak. Si Bapak bilang, "Jangan sekolah tinggi-tinggi, Mbak, cowok takut."

"Takut gimana, Pak?"

"Kalau cowoknya S1 takut, Mbak, mau deketin. Minder."

"Kok takut sih, Pak. Saya sih biasa-biasa saja."

"Kalau saya, Mbak, ga takut sama cewek cantik tapi takut sama cewek pinter."

Bla bla bla...

Ya Allah, jika cowoknya takut ya artinya bukan jodoh. Simpel. Logis. :)



Sunday, April 29, 2018

Dosen Tamu Kontributor Wikipedia Bahasa Indonesia

4/29/2018 12:24:00 PM 0 Comments
Jumat, tanggal 27 April 2017 ada dosen tamu yaitu Bapak Ivan Lanin, kontributor wikipedia bahasa Indonesia yang merupakan alumni MTI UI 2012. Kesan saya dan beberapa teman wanita setelah kuliah selesai adalah suka! Dan kami berlima memberi penilaian 5 semua untuk 7 item pertanyaan. Tumben sekali sudah jam 21.30 tapi kok tidak terasa ya. Hmm, mungkin karena pemaparannya menarik sehingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Menurut kami, inilah kuliah dosen tamu yang paling tidak membosankan. :)


Dari awal saya masuk kelas, teman duduk sebelah saya adalah teman wanita yang pertama saya kenal di sini. Eh, ternyata dia cerita kalau dia sudah tahu dengan si Bapak dosen tamu yang akan masuk. Bahkan dia sudah follow akun twitter-nya. Wow.

"Jadi kamu sudah ngefan begitu ceritanya?" tanya saya.
"Iya," jawabnya sambil tersenyum.
Waduh saya tidak menyangka ini. Ada fans Bapaknya di sebelah saya. Hihi

Beberapa waktu kemudian, Si Bapak datang dan taraaa... duduk di depan kami persis. Teman saya bilang, "Wangi banget... Dari baru masuk saja sudah wangi..."

"Oya?" Haduh maaf sekali sepertinya penciuman saya terganggu. Peringatan keras nih buat kaum Adam, kalau kalian wangi, kaum Hawa suka. :)

Sepanjang materi disampaikan, saya sih suka. Sambil kembali mengingat pelajaran bahasa Indonesia masa sekolah dulu. Ternyata belajar bahasa Indonesia itu menyenangkan. Tentunya kalau pemaparnya asyik dalam menyampaikan ya.

Jaman sekolah dulu perasaan saya jaman SD selalu disuruh mengarang. Mengarang bebas begitu tidak ada panduan mengarang yang baik dan benar itu bagaimana. Setiap ujian juga ada mengarang. Ujian nasional pun ada mengarang seingat saya. 

Sekian sharing saya hari ini. :)


Ditulis di Burker King Salemba


Saturday, April 28, 2018

Nomor HP Terblokir gegara Belum Registrasi? Begini Cara Mengatasinya!

4/28/2018 01:26:00 PM 0 Comments
Halo Readers, apakah kalian pernah mendapat SMS berbunyi seperti gambar di atas yang berisi peringatan untuk segera registrasi kartu HP? Jika iya, segeralah lakukan registrasi atau kartu kamu akan diblokir seperti kartu saya. Sebenarnya peringatan untuk registrasi ini sudah lama ya sejak tahun 2017 tapi saya abai sampai akhirnya diblokir juga. :)

Apa akibatnya jika nomor HP terblokir?

Tidak asyik kalau kartu kamu diblokir. Hari begini susah hidup tanpa internet. Kalau nomor kamu diblokir, kamu tidak bisa SMS atau pun akses internet dengan paket internet hp tentunya ya. Tapi masih bisa menerima SMS masuk. Dan kalau dipakai di tempat yang ada hotspot/wifi masih bisa akses internet juga sih. Setidaknya itu yang saya alami.

Sekitar hari Senin tanggal 23 April 2018, saya mendapat pemberitahuan bahwa nomor hp saya terblokir. Nomor itu adalah nomor yang saya gunakan untuk internet. Kala itu saya coba registrasi tapi ternyata gagal terus karena no KK saya salah. 

Saya memang 3 kali ganti KK. Dan yang saya masukkan pertama adalah KK pertama, gagal. Lalu KK kedua gagal juga. Lalu saya cari KK ketiga soft file-nya rupanya tidak ketemu di hard disk. Padahal seingat saya sudah saya scan semua dokumen penting. Hmm, mungkin di laptop yang sebelumnya atau hard disk yang tertinggal di rumah. Saya lihat di web simpeg, ternyata tidak saya arsipkan di sana. Bagaimana ini ya KK tidak ada di saya saat ini di Jakarta.

Lalu saya hubungi teman kantor lama saya untuk mengecek siapa tahu ada di file box atau scan di komputer. Ternyata tidak ada juga. Setelah itu saya hubungi orang rumah untuk mengecek di dokumen penting saya, eh tidak ketemu juga sudah dibongkar satu tas. Lah ke mana gerangan? Saya ingat betul sewaktu pulang kampung kemarin saya beres-beres, ada di sana.

Lalu saat itu saya teringat bahwa sewaktu berangkat ke Jakarta setelah libur semester saya membawa beberapa dokumen penting yang niatnya mau dipakai untuk membuat e-passport.  Itu ada di map coklat terpajang di file box berwarna merah di atas meja. Ya Allah... astaghfirullahaladzim... Hihi menyusahkan orang saja saya ini. :D

Dan pagi ini saya langsung registrasi. Berhasil!

Cara registrasi jika nomor kamu terlanjur terblokir seperti di bawah ini. Ini yang saya lakukan untuk nomor Telkomsel.

Ketik *444# call

Maka akan muncul:


Pilih 1. Registrasi

Setelah itu kamu akan diminta memasukkan NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan nomor KK.

Jika NIK dan Nomor KK yang kamu masukkan adalah benar, maka akan ada SMS sebagai berikut.



Yay! Nomor pun tidak lagi terblokir! Selamat! :D

Sebenarnya nomor saya yang terblokir ini adalah nomor yang usianya lebih muda ketimbang nomor saya yang satunya. Tapi herannya nomor saya yang satunya kok belum terblokir. Nomor itu masih bisa saya pakai SMS. Dan nomor itu juga sebelumnya gagal registrasi karena salah KK. 

Ok, sekian sharing saya hari ini. Dan jujur hidup saya ini terasa susah saat tidak bisa connect internet sewaktu di luar kos. Saat butuh menghubungi teman, eh tidak bisa. Haduh...


Wednesday, April 25, 2018

Islamic Book Fair Tidak Gratis

4/25/2018 10:20:00 PM 0 Comments
Hari Sabtu lalu (21/4/2018) saya pergi ke Islamic Book Fair di JCC. Book fair ini diadakan selama 5 hari saja yaitu tanggal 18-22 April 2018. Sudah lama sekali saya tidak datang ke book fair. Awalnya saya berencana pergi dengan teman satu kos tapi si dia ada acara. Akhirnya saya pergi dengan teman saya yang lain yang ternyata free di hari Sabtu. Alhamdulillah.



Semula kami janjian pukul 10 pagi tapi kemudian saya ada tes hingga jam 12 siang, jadinya kami undur. Setelah sholat zuhur saya langsung cabut. Kami janjian naik transjakarta saja dan ketemu di halte Matraman 1. Dari situ kami naik bus tujuan Grogol. Ternyata nih ya kami salah rute. Karena arah Grogol berhenti di halte Grogol 1. Seharusnya kami ke arah Harmoni baru ke Grogol dari situ.

Oke, kami turun di Grogol 1 lalu keluar menuju Grogol 2. Barulah dari Grogol 2 kami naik bus menuju JCC. Antriannya yang paling ujung kata petugasnya.

Alhamdulillah sampai juga di JCC. Dan wow ternyata ramai sekali subhanallah. Dan herannya kali ini harus beli tiket masuk sebesar lima ribu rupiah. Padahal jaman dulu gratisan. Hehe.

Ok, kami masuk dan lumayan susah bernafas di dalam saking ramainya. Jalan juga susah harus sabar. Kami berputar-putar melihat-lihat. Akhirnya saya membeli 2 buku terbitan Ummul Quro dan 1 buku terbitan Maghfiroh. Setelah itu saya sholat ashar. Musholla terbuka ada paling ujung tapi kok saya herannya kenapa musiknya kencang sekali? Padahal banyak orang sholat di situ. Ada acara nonton bareng juga di situ. Heran sungguh... :)

Selesai sholat, teman kos saya ternyata nitip dibelikan bukunya Salim A Fillah  berjudul Baraqallahu Laka Bahagianya Merayakan Cinta via whatsapp. Dia bilang mau buat kado temannya. Harga 70 ribu dan ada si penulis di situ bisa minta tanda tangan sekalian. Astaghfirullah. Ini saya sudah mau pulang. Lelah rasanya kaki saya. Teman saya juga sudah pusing. :)

Saya bilang saya tidak janji. Dia arahkan saya ke Pro U Media dari musholla lewat lorong bla bla bla. Dia memohon dengan sangat agar saya belikan karena tadi dia hanya beli satu padahal ternyata 2 orang temannya yang akan menikah. Dia sudah pulang duluan. Ya Allah... kami memang sempat janjian ketemu di sini setelah dia selesai acaranya tapi rupanya tidak jadi ketemu dan dia pulang duluan.

Saya pun keluar musholla sambil berjalan melihat-lihat di mana letak stand Pro U Media. Kok ya tidak ketemu-temu. Setelah saya berbelok ketemu juga. Saya langsung mencari itu buku. Syukurlah tidak perlu waktu lama untuk menemukan buku itu di antara para pengunjung. Mana ustadnya? sepertinya sudah tidak ada. Begitu saya bayar buku itu, loh kok harganya 90 ribu?

Saya whatsapp teman saya. Harganya 90 ribu sudah kubeli harus mau.

Sampai di kos, dia pun kegirangan hehe alhamdulillah. Rupanya harga 90 ribu itu karena hard cover hihi. Baiklah...

Kalau teman saya malah dititipi bukunya Ust. Adi Hidayat. Tapi ternyata antrinya panjang pas kami lewat pulang.

Ok, sekian cerita saya. :)

Tuesday, April 3, 2018

Review Buku: Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana

4/03/2018 11:13:00 AM 2 Comments
Akhirnya selesai sudah saya membaca buku karangan Ryan Filbert yang dilabeli sebagai best seller nasional. Buku ini pertama dicetak Oktober 2013 dan yang saya baca sudah cetakan ke-9 November 2017. Sebelum saya beli bukunya, saya sudah pernah nonton channel youtube-nya sebenarnya. Kenapa juga masih beli bukunya? Buang-buang duit saja...


Ya tentu saja saya ingin mendapat ilmunya lebih dalam. Kalau membaca buku itu mendapat lebih banyak pengetahuan karena lebih detail. Kalau kamu berminat untuk investasi reksa dana, buku ini bagus untuk pemula supaya tidak tersesat.

Di buku ini dipaparkan strategi investasi reksa dana yang terdiri dari 4 macam ditambah 1 macam strategi khusus dari hasil penelitian si empunya tulisan. Di bagian lembar-lembar menuju akhir dijelaskan perbandingan antara kelima strategi tersebut khususnya di reksa dana saham. Mana hasil yang terbaik (yang memberikan return terbesar) bisa dilihat di bukunya langsung ya. :D

Untuk strategi saya bocorkan khusus untuk pembaca blog saya.

1. Lump-sum
Membeli reksa dana di awal dengan jumlah besar lalu biarkan saja hingga bertahun-tahun.

2. Dollar cost averaging (DCA)
Investasi reksa dana secara berkala dengan jumlah tetap pada awal atau akhir bulan misal sebanyak 1 juta rupiah. Lakukan terus menerus secara disiplin hingga bertahun-tahun.

3. Constant share (CS)
Membeli unit reksa dana dengan jumlah unit yang sama secara berkala berapapun harga per unitnya. Jadi jumlah unit yang dibeli konstan terus tiap bulan misal. 

4. Value averaging (VA)
Ini adalah cara investasi yang dikatakan rumit karena menghitung pertumbuhan yang konstan tiap bulan. Contohnya bisa dilihat di bukunya.

5. Strategi kelima ini dinilai memberikan return yang lebih baik dibanding DCA dan CS. 
Silahkan baca bukunya ya. :D

Sekian review dari saya hari ini. Semoga bermanfaat. :)

Monday, April 2, 2018

Review Buku: Rezeki Level 9

4/02/2018 10:09:00 PM 0 Comments
Hari ini saya kembali ke Gramedia sepulang kuliah, tepatnya sepulang UTS MSSI. Saya naik angkot seperti biasa tapi sungguh heran saya bisa salah turun (padahal sebelumnya tidak pernah begini). Begitu sampai di seberang Klinik Pramitha saya merasa sepertinya saya sudah lewat. Akhirnya ketika ada penumpang turun saya ikut turun. Saya cek google map ternyata masih di depan beberapa meter lagi letak halte Tegalan. Jadilah saya jalan kaki sore-sore. :D


Sampai di sana saya membeli satu buah buku yaitu Rezeki Level 9 yang sedang diskon 15 persen sampai 30 April. Alhamdulillah. :D

Kali ini saya akan coba membuat review. 

Judul: Rejeki Level 9
Penulis: Andre Raditya
Cetakan pertama: Agustus 2016
Cetakan yang saya beli: Cetakan kelima November 2017
Dicetak oleh: PT Gramedia
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Jumlah halaman: 156

Dari cover-nya, buku ini mirip buku-bukunya Ippho Santosa. Berhubung judulnya juga membahas tentang rejeki, awalnya saya pikir bukunya Ippho juga. Eh, ternyata bukan. Saya kira demikian karena saya penikmat karya-karyanya Iphho Santosa. :D

Buku ini menceritakan tentang 9 level rejeki. Di sana dibahas mulai dari level 1 hingga level 9. Penasaran? Apa sajakah itu? 

1. Rejeki yang dijamin 
Rejeki yang diberikan karena sifat Ar Rahman Allah seperti napas, umur, waktu, berdetaknya jantung, mengalirnya darah, terbitnya matahari, pergantian siang dan malam, dan lain-lain. Semua itu berjalan teratur meski kita tidak memedulikannya.

2. Rejeki yang dipaksa
Sebab diperolehnya rejeki ini karena dipaksa seperti hutang, pinjam, kredit dan lain-lain.

3. Rejeki yang diupayakan
Rejeki ini diperoleh karena adanya upaya yang dilakukan seperti jika rajin belajar maka akan menjadi pintar, jika rajin bekerja maka karirnya bagus dan lain-lain.

4. Rejeki yang diminta
Rejeki yang datangnya karena diminta melalui doa.

5. Rejeki dari pertukaran
Datangnya rejeki ini karena adanya transaksi seperti jika butuh uang maka jual apa yang dipunyai, tukar keahlian dengan uang dan lain-lain.

6. Rejeki yang dijanjikan
Rejeki yang ini sudah tertulis di kalimat Allah misal sedekah akan diganti 700x lipat, shalat dhuha 6 rekaat sehari  akan dipenuhi kebutuhannya pada hari itu, dan lain-lain.

7. Rejeki keikhlasan
Rejeki ini dicontohkan bagi orang-orang yang ikhlas dalam melakukan sesuatu seperti penjaga masjid yang ikhlas membersihkan masjid bisa berangkat umroh dan haji tanpa biaya, seorang suami yang ikhlas menafkahi keluarganya dipermudah urusannya, dan lain-lain.

8. Rejeki yang disyukuri
Dengan adanya rasa syukur dari tiap rejeki yang diterima maka Allah akan menambah nikmat. 

9. Inilah rejeki yang dituliskan dalam judul.
Berhubung ini rejeki yang menjadi inti dalam buku ini, maka saya tidak akan membocorkannya. Biarlah teman-teman yang berminat/penasaran untuk membeli bukunya langsung. :D

Untuk rejeki level 9 ini saya sudah pernah dengar ceritanya loh sebelum saya baca buku ini. Hihi alhamdulillah. Jadi tidak kaget lagi. 

Selain deskripsi 9 level rejeki, buku ini juga menyebutkan penghalang masing-masing level rejeki. Rejeki level 1 sampai 8 mempunyai 1 penghalang namun rejeki level 9 mempunyai 2 penghalang. Wow!

Mau tahu? Nih, saya bocorkan. Penyebab pertama adalah dosa dan penyebab kedua adalah sombong.

Selain bahasan tadi, masih ada bahasan lain di buku ini. Jika kamu tertarik, silahkan baca saja bukunya ya! :D

Menurut penilaian saya, buku ini bagus untuk menambah wawasan dan keimanan. :)

See you next posting!



Sunday, April 1, 2018

Investasi Leher ke Atas Yuk!

4/01/2018 07:37:00 PM 3 Comments
Kemarin Sabtu tanggal 31 Maret 2018 saya agendakan diri untuk pergi ke Gramedia Matraman. Niat hati tentu untuk refreshing setelah UTS (ujian tengah semester) pada hari kamisnya yang melelahkan. Melelahkan bagaimana maksudnya? Mata kuliah pada hari kamis yaitu DTPL (Dinamika Tim Perangkat Lunak) mengharuskan membuat catatan di dua lembar kertas polio untuk dibawa saat UTS. Dan ternyata effort-nya itu luar biasa karena saya mencatat kecil-kecil. Satu halaman saya bagi tiga bagian dan satu garis saya buat menjadi 2 baris tulisan. Dengan demikian, 6 bab bisa saya masukkan semua dengan jatah 2 kolom per bab. 

Butuh waktu 6 jam untuk menulis di 2 lembar kertas polio tersebut yang berisi 6 bab. Wow! Pegal rasanya... Tahu sendiri jaman sekarang ini menulis tangan sudah mulai digantikan dengan laptop. :D Meski sebenarnya saya masih selalu menulis di kertas juga tiap pelajaran sih. Salah saya sendiri juga kenapa kecil-kecil menulisnya. Soalnya kalau tidak semua saya masukkan nanti menyesal kalau yang tidak saya tulis itu ternyata keluar di UTS. Soalnya dulu pernah ketika ada miskomunikasi asdos, saya menulis sepentingnya saja karena kertas cuma 1 lembar tidak cukup. Tak tahunya boleh lebih dari 1 lembar. Dan ternyata lagi sedihnya ada yang keluar tapi hanya rumus umumnya yang saya tulis detailnya tidak. Rugilah saya. Hehe :D


Ok, kembali ke Gramedia. Di sana saya akhirnya membeli 5 buah buku padahal seminggu sebelumnya sudah membeli 2 buah buku. Pemborosan? Mungkin iya kalau dilihat dari sisi uang yang dikeluarkan. Tapi menjadi tidak ketika dilihat dari ilmu yang bisa diambil. Memang butuh modal untuk mendapat ilmu. :D

Dalam rangka investasi leher ke atas kenapa tidak? 

Dan ternyata sedang ada diskon loh jadi alhamdulillah dapat diskon sebesar 44 ribu dari 3 buku yang saya beli. Kemudian satu buku lagi dapat diskon 15 persen. Lumayan berhemat sekian ribu rupiah. Kena marketing nih saya ya. :D Saya sih tidak tahu malah awalnya kalau sedang ada diskon.



Sampai tanggal 30 April masih ada program diskon lagi. Dan ada buku yang menjadi wishlist saya itu yang belum sempat saya beli kemarin. Hihi.




Selesai membeli buku, saya turun ke bawah untuk membeli minum. Nah saya mencoba Dum Dum Thai Tea varian rasa lime green tea seharga Rp. 20.000. Ternyata enak loh ya saya suka. Green tea -nya itu terasa sekali kepekatannya. Pahit-pahit enak segar. Saya memang justru suka rasa pahit dari teh. Yang enak dari teh ya rasa pahitnya itu. Tehnya hijau mirip teh hijau dari Jepang. 

Dum Dum Thai Tea - Lime Green Tea
Varian lain ada banyak tapi lagi-lagi saya pilihnya yang green tea, sama seperti saat saya di Chatime juga belinya green tea. Padahal saya sudah disuruh berhenti minum teh hijau oleh kakak saya karena saya sudah kurus nanti kekurusan kalau minum teh hijau. Lah saya minum teh hijau bukan karena mau menguruskan badan sebenarnya. Saya biasa minum teh hijau merek Cap Botol di kosan karena rasanya lumayan pahit ketimbang teh biasa. Dan menurut saya enak. 

Ok, sampai jumpa!