Follow Us

Tuesday, July 17, 2018

Pengalaman Lolos International Paper Conference CITSM 2018 (Part 2)

Lanjutan cerita sebelumnya di Part 1...

Tugas saya selanjutnya adalah registrasi conference, merevisi paper, booking tiket pesawat dan hotel, dan presentasi di conference. Hal yang lebih dulu harus saya lakukan adalah registrasi conference. Kenapa demikian? Hal ini dikarenakan registrasi untuk early bird deadline lebih cepat yaitu 15 Juni 2018. Setelah itu biaya registrasi menjadi lebih mahal. Baiklah saya akan registrasi early bird. Saya saat itu posisi sudah pulang kampung karena tahu sendiri ya mau lebaran Idul Fitri.


Cerita hibah dana dari kampus

Jadi, pendanaan untuk conference ini tidak saya tanggung sendiri melainkan ditanggung kampus. Ceritanya saya mendapat dana hibah dari kampus. Kok bisa mendapat dana hibah bagaimana ceritanya? Baiklah akan saya ceritakan.

Awal mulanya, paper yang saya buat itu adalah paper tugas salah satu mata kuliah di semester satu namanya Manajemen Data. Nah, paper ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah tersebut (menjelang akhir semester deadline). Saya sudah pernah cerita sebelumnya di posting lain bahwa saya tidak mendapat partner untuk join pembuatan paper. Jadilah saya berpusing-pusing ria mengerjakan paper ini sendiri menjelang akhir semester (kejar deadline).

Bahkan saya tidak maju untuk presentasi progress paper ini karena merasa tidak pede/yakin padahal sih slide sudah saya buat. Tapi memang saat itu belum ada progress draft paper-nya. Tapi karena penasaran, jadilah setelah mata kuliah selesai saya konsultasikan ke dosen. Jadi, saya lanjutkan saja tanpa mendapat feedback/koreksi dari dosen. Saya hanya bertanya beberapa poin saja seputar paper saya. Lagipula saat itu sudah sore dan juga antri panjang teman lain.

Saat libur semester, feedback dari dosen tentang paper final yang dikirim ke dosen keluar. Saya lihat ada beberapa poin perbaikan untuk paper saya ini. Alhamdulillah-nya saya mendapat nilai perfect. Tidak menyangka. Baik sekali Bapak Dosen. Terima kasih.

Bapak dosen pun memberitahu bagi siapa yang ingin submit paper ke jurnal dipersilahkan merevisi paper lalu menghubungi beliau. Ada hibah dari kampus tetapi hanya sebagian saja (tidak bisa semua mahasiswa dapat). Salah satu teman saya menghubungi beliau dan kata beliau adalah beliau minta kirim paper revisi lalu akan beliau cek dulu, preferensi untuk yang nilai paper-nya tinggi terlebih dahulu. Nah, saat itu saya tidak menghubungi beliau karena tidak pede walau sebenarnya nilai saya perfect. Sampai akhirnya teman saya bilang bahwa dia berhasil mendapat hibah dari kampus dan namanya dimasukkan dalam daftar hibah.

Lalu saya juga mendengar rekan lain yang namanya dimasukkan dalam daftar hibah padahal teman saya tidak menghubungi Bapak Dosen. Ternyata dia temanya sama dengan teman saya tadi. Sementara tema saya kan beda.

Akhirnya saya beranikan diri untuk menghubungi Bapak Dosen bahwa saya ingin mencoba submit paper tapi saya tidak pede karena saya tidak tahu apakah paper saya ini ada tema yang cocok dengan tema yang diminta conference dan juga karena paper saya  sempat kena sesuatu hal yang tidak bisa saya ceritakan di sini. 

Tapi Bapak Dosen bilang tidak apa-apa dicoba saja. Akhirnya paper saya revisi dan kirim ke icoict dengan nama beliau sebagai author 2 dan dosen lain sebagai author 3 namun tidak lolos seleksi. Setelah itu saya dihubungi dosen lain (yang namanya dimasukkan dalam paper saya sebagai author 3) untuk mengirim ke citsm. Saat itu teman saya yang mendapat hibah bilang ke saya kalau saya mendapat hibah juga. Dia yang memberi kontak whatsapp saya ke Bapak Dosen. Saya sih percaya tidak percaya mendapat hibah karena kan bukannya nama-nama penerima hibah sudah dibuat daftarnya. Saya juga tidak diberitahu bahwa saya sebagai penerima hibah.

Dan kemudian setelah saya submit, saya dimasukkan ke grup whatsapp PITTA. Nah, selain saya di situ ada nama teman-teman saya penerima hibah. Begitu pengumuman, ternyata paper saya lolos. Saya hubungi Bapak Dosen kalau paper saya lolos dan selanjutnya beliau mengirim uang registrasi. Nah, berarti benar memang saya mendapat hibah. :)

Alhamdulillah...

Kalau pakai dana pribadi tekor juga nih... :D


Kesulitan-kesulitan menjelang registrasi

Saya diberitahu dosen pada tanggal 12 Juni 2018 bahwa biaya registrasi conference sudah ditransfer ke rekening saya. Jadi, saat itu saya tengah mengalami kesulitan. Bukan kesulitan keuangan ya Readers (alhamdulillah) tapi maksud saya adalah tablet saya tidak ada sinyalnya sama sekali di kampung. Dan masalahnya adalah bukan pada sinyalnya melainkan pada tablet saya. Herannya pada saat di kota (seperti Jakarta atau Metro kalau di tempat kampung saya) sinyal ada. Tapi kalau pakai paket data baterai jadi cepat panas dan habis. Menyusahkan saya kan ini sewaktu dibawa keluar. Pas saya butuh untuk pesan gojek misal pas di luar eh baterai habis. 

Anehnya lagi, kalau di tempat yang bertingkat tidak mau konek internet padahal sih sinyal ada penuh. Terus kalau pakai wifi si tablet mau konek dan baterai awet. Saya jadi pusing dan gemas dengan tingkah si tablet saya ini. Alamak pertanda saya butuh hp baru ini. :(

Jadi gegara tingkah tablet saya ini, saya terpaksa minta hotspot keponakan untuk konek internet. Susah deh jadinya hidup saya tanpa internet kalau keponakan saya pas pergi. Mana saat itu saya lagi butuh-butuhnya koneksi internet untuk registrasi karena sudah mau deadline. Bagaimana coba?

Saking butuhnya, akhirnya saya hubungi keponakan saya yang lain (dari Banten) yang akan mudik lebaran ke rumah orangtua saya. Pas sehari sebelum deadline (14 Juli 2018) keponakan saya datang dengan membawa sebuah hp baru pesanan saya. Alhamdulillah... seberkas sinar datang :)

Kesulitan lain adalah betapa stressnya saya ketika saya harus memasukkan syarat berupa scan hasil print-out semacam pernyataan yang harus saya tandatangani sementara kondisi saya tidak bisa melakukan printing di rumah. Saya kembali membuka printer lama saya yang sudah lama tidak dipakai. Saya sudah belikan tinta baru tapi kok keponakan saya belinya tidak ada suntikannya. Lah terus bagaimana ini mau memasukkan tinta. Lalu saya ke warnet terdekat (satu-satunya yang buka menjelang lebaran) untuk print eh ternyata komputer warnet tidak mendeteksi hard disk saya. Mau saya kirim via email, eh internet warnet tersebut sedang gangguan. Alamakkk. Saya pun pulang dengan perasaan kecewa. :(

Tak habis akal, keesokan harinya saya pergi ke Kota Metro ditemani keponakan saya. Rencana adalah mencari tempat print. Di pinggiran jalan Metro kok saya tidak nemu yang buka. Lalu saya sampai ke pasar. Saya nemu satu tempat yang masih buka tapi rupanya tidak melayani print karena sebenarnya sudah tutup. Lah kok masih buka? Aneh...

Ya sudahlah akhirnya saya pergi membeli tinta lagi berharap nanti pulang si printer mau dipakai. Setelah itu saya pulang. Di perjalanan pulang saya sempatkan berjalan menuju daerah Kampus yang biasanya banyak tempat print. Memang tidak rejeki ya itu semua tempat print tutup. Memang sih itu 1 hari menjelang lebaran. Benar-benar ujian puasa ya. :(

Saya lanjut jalan pulang ke rumah. Saya mencoba mampir ke satu warnet yang masih buka di pinggir jalan. Eh, tidak bisa print kata penjaganya. :(

Sampai di rumah saya mencoba pakai printer saya tapi sungguh malang si printer tidak mau print. Wah, rusak berarti padahal sih masih hidup. Huh sedih... T_T

Sumpah. Dari situ saya merasa sedih. Betapa sulitnya hidup di kampung. Padahal sih itu cuma mau print 2 lembar tapi kok sesulit itu. :(

Padahal sih ya mungkin memang momennya sedang tidak tepat. Jangan salahkan kampung.

Masih belum menyerah nih saya ceritanya. Saya mulai berpikir beberapa alternatif. Satu, siapa ya tetangga terdekat yang bisa saya tumpangi print. Dua, siapa teman jarak jauh yang bisa saya mintai tolong print dan scan sekalian lalu kirimkan ke saya hasilnya. Lah, bagaimana saya menghubungi teman dan kirim file kalau saya tidak bisa konek internet.

Sebenarnya saya sudah kepikiran siapa nama yang masuk kandidat. Tapi saya berpikir itu momennya sehari sebelum lebaran loh. Menyusahkan orang saja saya nanti. Saya tidak mau. Akhirnya hal itu saya urungkan. Cukuplah hal itu hanya sebatas pemikiran yang ada di otak saya. :(

Saya pikirkan alternatif lain yaitu saya otak-atik saja langsung file-nya di laptop. Baiklah saya mulai action begitu saya terima hp baru dari keponakan untuk konek internet. Dan setelah rangkaian perjuangan menyedihkan yang saya lewati tadi, terbayar sudah. File berhasil saya kirim tanpa menyusahkan siapa-siapa (cukup diri sendiri saja yang susah). Alhamdulillah :)

Dan setelah kesulitan ada kemudahan... 

Bersambung part 3...


No comments:

Post a Comment

leave your comment here!