semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Friday, August 16, 2013

Time is Over

8/16/2013 05:41:00 PM 0 Comments
Ini hari terakhir saya di rumah. Besok pagi harus sudah mudik balik ke tempat kerja saya. Ah akhirnya jatah cuti saya habis. Selalu saja terasa cepat sekali waktu berlalu ketika ada di rumah. So sad :(

Perjalanan panjang lewat jalur darat dari Batanghari Lampung Timur via Metro lalu Bandar Lampung-Bengkulu lalu nyambung lagi ke Mukomuko. Serasa hancur badan saya tiap kali mudik. Herannya, keseringan tiap kali sampai rumah Lampung saya tidak enak badan alias masuk angin plus pegal-pegal sehingga saya perlu istirahat cukup dan dikerokin (padahal tiap dikerokin ibu, saya selalu meronta-ronta kesakitan. Dulu waktu kecil ibu saya dimarah bapak karena saya menjerit-jerit. Hehe sudah besar begini pun saya masih sama).

Alhamdulillah-nya ketika sampai Mukomuko, hanya dengan istirahat saya sudah enakan besoknya ketika ngantor. Mungkin karena tidak ada siapa-siapa di sana sehingga Allah kasih

Thursday, August 15, 2013

Lomba Agustusan 2013

8/15/2013 10:40:00 AM 0 Comments
Sepertinya, saya akan banyak menulis random post. Termasuk tema hari ini juga random post. Mungkin sebaiknya saya bikin kategori random post ya. Jadi setiap random post bisa dibaca di sana. Oke, a good idea. 

Mumpung masih di rumah alias belum balik ke habitat (tempat kerja). Masih ada cukup waktu buat nulis random post sebanyak-banyaknya (niat banget sih hehe). Jadi, tema hari ini terinspirasi dari acara gerak jalan tahunan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus. 

Kalau tradisi di tempat saya tinggal ini biasanya gerak jalan dilakukan pada tanggal 16 Agustus. Tapi entah mengapa pada tahun ini jadi tanggal 15 Agustus alias hari ini. Pastinya saya tidak mau ketinggalan donk! Maksud saya buat nonton. Ya iyalah sudah sebesar ini ga mungkin lagi buat ikutan haha. Hmm, jadi teringat

Wednesday, August 14, 2013

Random Post

8/14/2013 09:46:00 AM 0 Comments

Hari ini sudah masuk lebaran ke-7. Hehe saya masih santai di rumah karena cuti. Meski ada telepon-telepon dari kantor sih kemarin-kemarin. Tapi saya masih belum mau memikirkan apa-apa soal kerjaan. Nanti sajalah kalau saya sudah resmi ke kantor lagi. :)

Memang sih banyak tagihan nih terutama penduduk. Saya baru menyelesaikan penduduk per kecamatan belum di break down ke desa. Sebelum lebaran kemarin saya banyak tagihan jadi belum sempat menghitung lebih lanjut. Oke mudah-mudahan nanti kelar dengan mudah.



Kalau ngomong soal kerjaan memang tidak ada habisnya. Pokoknya hidup hanya buat kerjaan kalau dituruti mah. Tapi saya tidak mau lagi begitu. Saya sudah bekerja lima tahun jadi saya juga harus memikirkan diri saya sendiri. Dalam artian, kerjaan tetep prioritas tapi diri saya lebih prioritas. :)

Hmm, banyak target saya yang belum tercapai. Saya harap akan menyusul satu per satu bisa terwujud. Amin ya Allah. Mudah-mudahan Allah kabulkan doa saya dan mempermudah segala urusan saya. Mudah-mudahan apa yang baik kelak bisa saya share ke readers semua. Amin

Btw, saat ini saya lagi demen EXO. Sekarang ini saya sudah tidak mengikuti

Friday, August 9, 2013

Edisi Lebaran 2013

8/09/2013 08:14:00 AM 0 Comments
Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Baru hari minggu (4/8/2013 14.00 WIB) sampai di rumah. Tahu-tahu sudah hari raya Idul Fitri hari kedua (jum’at 9/8/2013). Tapi tenang, kali ini saya mengambil cuti 5 hari (12-16/8/2013) jadi tidak akan kena surat peringatan seperti tahun lalu. L Alhamdulillah bisa lumayan bernafas ada di rumah. Hehe

Edisi lebaran kali ini saya mau bagi-bagi foto keponakan saya. Hmm, sudah jadi tante nih saya sejak lama. Keponakan saya sudah banyak. Kalau ngumpul, rame! Tapi saya senang tiap kali pulang semua kumpul. Sepi banget kalau pulang hanya ada ibu dan bapak. Iya sekarang ini rumah hanya dihuni ibu dan bapak karena saya anak bungsu malah jauh dari rumah.

Oke, ini dia hasil jepretan saya di hari pertama Idul Fitri. Saya share keponakan laki-laki saya dulu. Empat dari enam.

Yang kanan itu keponakan laki-laki yang pertama umur 20 tahun dan sebelahnya keponakan ke-5 umur 4 tahun

Ini dia fresh from the oven hehe keponakan laki-laki ke-6 umur 5 bulan. Baru ketemu lebaran ini tahu-tahu udah 5 bulan :)

Keponakan laki-laki ke-2 umur 15 tapi tampangnya 25 karena kumisan :)

Btw, saya ucapkan selamat hari raya Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin ya buat readers semua. :)

Sunday, April 21, 2013

Pulsa Nyasar

4/21/2013 08:43:00 AM 19 Comments
Sehabis rapat, saya cek hp. Ternyata ada 2 sms masuk. Sms pertama berisi:

Nomor anda telah diisi dengan nomor seri voucher 3041610075121569370 @10.08 am 16 April

Sms satu lagi dari provider pemberitahuan bahwa saya sudah mengisi ulang pulsa.

Saya baca sms tadi dengan seksama. Lalu saya cek pulsa. Ternyata benar bertambah dua puluh ribu rupiah. Masa aktif pun jadi bertambah. Saya heran. Kenapa bisa ada pulsa nyasar? Tumben. Seumur-umur pegang hp, baru kali inilah saya dapat pulsa nyasar. Apalagi nomor yang dikirimi pulsa adalah nomor yang tidak saya publish ke banyak orang. Dan memang nomornya sangat tidak cantik. Dari 2010 saya pegang nomor ini, saya tidak hapal-hapal juga sampai sekarang. Setiap kali isi pulsa harus lihat nomornya berapa. Tapi mungkin karena tidak cantik itulah ya ada peluang orang salah pencet nomor buat isi pulsa jadi ke nomor saya.

Sedikit iseng, saya ketik keyword "pulsa nyasar" di google. Ternyata memang banyak orang yang dapat pulsa nyasar. Sebagian dari mereka dihubungi oleh si pengirim diminta mengembalikan pulsa nyasar tersebut. Tapi sebagian lagi tidak. Nah, saya sampai hari ini belum juga dihubungi oleh si pengirim pulsa. Padahal sih saya tunggu-tunggu loh. Mau saya kembalikan. Tapi kalau sampai lewat seminggu tidak dihubungi juga, saya berencana buat
mengirim pulsa itu ke orang lain. Yah mau gimana lagi. Sms dari Mkios tidak ada tulisan nomor yang bisa dihubungi.

Mungkin bisa dibilang bahwa pulsa nyasar tadi itu rejeki bila ditilik dari sisi saya sebagai penerima. Namun buat si pengirim jelas itu kerugian. Namun bisa berarti sedekah juga. Malah bisa dilipatgandakan minimal 10x loh balasan bersedekah. Hehe.

Hmm, meski nominalnya tidak begitu besar (setidaknya begitu bagi saya - bukan berniat sombong ya) tapi bagi orang lain (khususnya si pengirim) bisa jadi itu sangat berharga. Karena itu saya tidak ingin bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Ah, wise banget saya ya. ^_^

Kenapa saya tidak mau memakai? Setidaknya, melalui ini saya bisa ungkapkan beberapa pendapat saya. Pertama, pulsa itu bukan milik saya. Saya anggap itu barang temuan. Ketika saya menemukan barang dan saya ambil untuk saya, saya khawatir kelak saya akan mendapat balasan yang lebih besar. Bisa jadi saya kehilangan sesuatu milik saya yang nilainya tidak sepadan dengan yang sudah saya ambil itu. Saya sudah pernah membuktikan dulu ketika masih kecil. Itu pelajaran berharga buat saya.

Kedua, ketika menemukan sesuatu saya diajari untuk menyerahkan kepada yang punya atau jika tidak tahu siapa yang punya maka sedekahkan. Barang itu bukan hak saya. Saya hanya diamanati buat menemukan barang itu (numpang lewat istilahnya). Update: sebaiknya kalau nemu barang apapun jangan diambil. Biarkan saja. Ini setelah saya belajar islam lebih dalam mungkin dibilang lebih baik dari dulu. Wah itu dulu yang ngajari saya gimana ya salah donk ya. Mungkin ga tau kali ya ilmunya belum mumpuni. Semoga dimaafkan :)

Ketiga, apabila saya anggap pulsa tadi adalah rejeki tak terduga lalu saya bisa bebas memakainya, ah entahlah saya merasa tidak srek saja. Kecuali ada pernyataan resmi, "Eh, ini pulsa spesial buat kamu loh..." Hmm, saya pikir bagaimana pun juga ada yang lebih butuh yaitu si pengirim pulsa.

Keempat, saya tidak kuasa menolak masa aktif yang bertambah. Itu adalah konsekuensi alias bonus akibat pengisian pulsa. Seandainya bisa, akan saya kirim juga deh. Jadi, paling tidak pulsanya saja yang bisa saya kirim. Tidak dengan masa aktifnya ya. Ah, masih tetap dapat untung saya ya. :)

Jadi, kira-kira begitulah pandangan saya. Orang lain boleh saja tidak sependapat dengan saya. No offense.

Kesalahan kirim pulsa nyasar tadi bisa terjadi dari kedua pihak. Maka itu pesan saya, buat pebisnis pulsa elektronik, dicek betul nomor yang akan dikirimi pulsa ya! Buat si pembeli pulsa, dicek juga nomor yang mau dikirimi.

Terima kasih sudah nyasarin pulsa ke hp saya! :)

Picture credit to Reana

Friday, April 19, 2013

Paket Buat Ibu dan Bapak

4/19/2013 10:44:00 AM 0 Comments



Tepatnya kemarin siang (18042013) saya sempatkan diri buat mengirim paket buat nyokap di Lampung sekalian jam istirahat siang. Begitu sampai rumah, saya langsung sms ke rumah. Saya bilang bahwa paket sudah saya kirim. Sampainya paling-paling seperti sebelumnya. Tak lama kemudian, ada sms balasan.

"Ya ditunggu. Aku juga baru kirim jajanan loh disuruh nyokap. Baru aja pulang nih. Katanya sih semingguanlah sampainya."

"Kirim jajan apa? Buat siapa?" tanya saya menyelidik.

"Keripik talas dan klanting buat kamu..."

"Oh tumben? Alhamdulillah... terima kasih. Tapi kok peyek sama kue bawangnya ga sekalian?" (Haha dikasih hati minta jantung nih saya)

"Iya kapan-kapan dibuatin ama nyokap..."


Hmm, ternyata di saat yang sama kami saling mengirim paket. Sungguh tak menyangka. Sejujurnya saya terharu. Seumur-umur saya jauh dari orang tua, baru kali ini saya dikirimi paket makanan. Dulu ketika kuliah, seringkali saya lihat teman saya dikirimi makanan tapi saya ga pernah sekalipun. Saya sih tidak pernah meminta buat dikirimi. Lagian saya bisa beli makanan apa saja kok di Jakarta kan melimpah. Cuman, ketika saya pulang, pasti deh saya dibawain macam-macam sampai ga semuanya bisa saya bawa karena keberatan. Dan makanan-makanan itu semua-muanya nyokap yang urus. Dari mulai bikinnya sampai ngemasnya. Saya terima beres. Apa yang saya minta, pasti dibuatin.

Nyokap saya tahu betul kalau saya suka yang gurih-gurih buat cemilan. Yang manis-manis suka juga sih tapi ga seberapa. Dan beruntungnya saya yang suka ngemil adalah karena nyokap saya pintar membuat makanan-makanan kecil. Bukan makanan modern yang aneh-aneh sih memang melainkan makanan-makanan tradisional rumahan ala kampung. Justru kalau makanan modern malah gampang tinggal beli saja di luar kan? :)

Mungkin hobi saya ngemil terbentuk karena nyokap saya yang suka bikin makanan kecil itu ya. Huah nyokap saya harus tanggung jawab nih! :)

Kembali ke paket. Jadi ceritanya sebelum paket ini, saya sudah mengirim paket buat bokap duluan. Ga pernah terpikir buat ngirim sih pada awalnya. Entah kesamber malaikat apa ya jadi deh akhirnya ngirim. hehe.

Jadi, paket buat bokap itu berisi 3 lembar baju batik yang saya minta supaya jangan disimpan melainkan dipakai buat sholat jumat atau yasinan. Ketika ikut pelatihan instruktur daerah untuk suatu sensus di Bengkulu, ada panitia yang menawari batik. Ga ada niat membeli sih awalnya. Tapi akhirnya beli. hehe. Kala itu ketika melihat batik, saya langsung terpikir bokap saya. Pokoknya hanya bokap saya yang ada. Padahal ada juga kakak laki-laki saya. Sampai-sampai teman saya bertanya, "Banyak amat mbak buat siapa?"

Karena itulah saya pun pulang ke kabupaten membawa oleh-oleh batik. Semula si ingin saya bawa pas pulang kampung nanti lebaran. Tapi masih lama ya sekitar 4 bulan. Nah, daripada kenapa-kenapa (saya takut terjadi sesuatu entah pada diri saya atau bokap saya sehingga kita tidak diberi umur buat bertemu), maka itulah saya putuskan buat dipaketkan saja. Alhamdulillah tenang sudah sampai rumah dengan selamat. Hanya saja ada yang tidak benar. Belakangan saya baru tahu kalau ternyata si pengantar paket minta bayaran sepuluh ribu. Dan hebatnya nyokap saya yang baik hati itupun memberikan begitu saja. Aihh itu tidak benar! Saya tidak suka ada praktik hal-hal begituan.

Ketika saya memberi sesuatu pada bokap, ternyata nyokap pun ingin juga meski tidak terkata pada saya. Dari sinilah saya mengambil kesimpulan berharga. Saya adalah anak kedua orang tua saya. Saya adalah anak bokap dan nyokap. Saya bukan anak satu orang saja. Saya bukan anak bokap saya saja. Saya bukan anak nyokap saya saja. Saya anak keduanya. Tanpa keduanya mana mungkin saya ada kan? Jadi pesan saya, berkasih sayanglah pada kedua orang tuamu. Jangan buat salah seorangnya cemburu karena rasa sayangmu yang tak sama. Mungkin kelak ketika kita beralih peran menjadi orang tua buat anak-anak kita, kita akan tahu betul bagaimana rasanya.

Oya, saya bercerita tentang ini sama sekali tidak bermaksud riya. Tapi mudah-mudahan bisa membuka hati dan pikiran teman sekalian. :)


Monday, April 15, 2013

Latest Update from Admin

4/15/2013 09:42:00 AM 4 Comments



Kangen blog ini. Sudah lama sekali tidak meninggalkan tulisan apa pun. Ternyata sudah hampir setahun saya vakum. Ah, kemana saja saya selama ini?

Menilik masa-masa yang telah lalu, saya bernostalgia dengan membaca beberapa tulisan saya di blog ini. Tidak ada niat apa pun. Hanya sekedar sedikit iseng melihat-lihat seberapa culun saya dulu. Hihi

Ya! Sekarang sudah memasuki tahun 2013. Blog ini berdiri tahun 2007. Kala itu adalah tahun keempat saya kuliah di Jakarta. Dan saat ini sudah lima tahun saya bekerja di Bengkulu. Tepatnya sudah memasuki tahun keenam. Berarti, sudah tua juga ya blog saya ini. Hehehe.

Tak dipungkiri kalau blog ini mengikuti perjalanan hidup saya sampai selama itu. Dari mulai posting yang culun-culun ala kadarnya sesuka hati saya, sampai detik ini di posting ini. ^_^

Rasanya menyenangkan bisa kembali menulis, meski itu hanya ocehan-ocehan tak bermakna. Haha.

Oya, ternyata saya baru saja berulang tahun! Tepatnya akhir bulan lalu. Biasanya saya menuliskan sesuatu di blog ini ketika memasuki hari ulang tahun saya. Tapi rupanya kali ini saya terlupa. 0_~
Apa karena usia sudah semakin tua? haha
Atau karena kesibukan tersendiri?
Atau sudah punya mainan lain yang lebih seru?
Aha whatever lah... ^_^

Yang jelas kali ini saya menyempatkan diri untuk menulis.

Oke, blog saya ini memang sudah lama tidak saya urus. Tapi saya masih terus dapat notifikasi kok setiap kali ada komen masuk jadi saya cukup update lah dengan blog saya ini. Dalam artian tidak benar-benar saya tinggalkan. Tapi ya saya hanya sekedar membaca komen yang masuk, tidak sempat saya balas. Mohon maaf ya buat komen-komen yang berharap saya balas tapi belum dibalas-balas juga. Hehehe terima kasih sudah kesasar ke blog ini. One day mudah-mudahan saya bisa menyempatkan waktu untuk membalas mana yang perlu saya balas.

Sebenarnya akhir-akhir ini saya cukup terganggu dengan komen-komen ga penting yang masuk ke postingan saya. Spam namanya ya. Komen-komen berbahasa inggris dengan identitas anonymous dan di ujung-ujung kalimatnya promo alamat website. Kemarin-kemarin saking banyaknya komen ga jelas itu sampai membuat email saya terblokir alias diminta ganti password. Aneh kan masa saya tidak pernah mengirim posting blog bisa jadi ada satu postingan ke blog berupa link ga jelas. Trus melalui email ada banyak banget notifikasi failure bahwa saya sudah mengirim link ga jelas ke kontak-kontak yang ada. Huah memalukan saya saja. Ini ulah siapa? Cape deh...

Mungkin sebaiknya saya beri kata kunci buat yang komen ya untuk menghindari spam.

Oke, sekian dulu kabar dari saya ya. Saya ingin mengabarkan pada dunia kalo i am still alive! Next time maybe akan saya tulis tema yang lebih jelas daripada ini. Hehe ^_^

Salam kangen buat semua yang sudah menyempatkan diri buat membaca postingan saya! Semangat!



Monday, June 11, 2012

Cuek is the Best?

6/11/2012 09:09:00 AM 0 Comments



Hari Minggu yang cerah. Sepulang dari pasar, saya putuskan untuk mencuci motor di tempat langganan saya. Setiba di sana, sepi. Hanya ada satu motor yang sedang dicuci. Tapi ada 2 orang lelaki yang sedang duduk. Tampaknya adalah pelanggan yang sedang menunggui motornya tersebut.

Oke, saya turun dari motor lalu berjalan mengambil kursi kosong di arah depan untuk saya duduki sembari menunggu motor saya dicuci. Berhubung tidak antri, jadi tidak akan lama nunggu. Yes! Kesempatan seperti ini jarang karena biasanya antrian banyak.

Lalu saya pun duduk dan melepas helm. Lalu saya mengeluarkan hp. Maksud saya mengeluarkan hp tidak lain adalah browsing-browsing biar ga mati gaya nunggu motor tapi ternyata sinyal tidak mendukung. Yasudahlah. Saya pun diam.

"Mbak orang statistik ya?"
Tiba-tiba ada orang bertanya. Saya pun mengalihkan pandangan saya ke arah orang tersebut.

"Iya, kok tahu?"
Hahaha pertanyaan standar. Tapi cukup ngetrend yah kemarin-kemarin. Pastinya sih tidak akan ada gombal-gombalan ala OVJ kok di sini. :)

Orangnya tersenyum. Saya jadi bertanya-tanya kenapa orang ini senyum. Saya menduga-duga barangkali orang ini pernah jadi petugas survei/sensus di kantor saya sehingga tahu saya.
Iya saya berpikir positif saja seperti itu. Ya iyalah... kan ga mungkin saya mengira orang ini "stalker".  Sok keren banget saya. Hehe.

Obrolan berlanjut.
"Tunggu! Kok tadi tahu saya statistik dari mana? Saya kan ga pernah bilang-bilang?"

"Saya pernah semobil sama mbak."

"Kapan?" tanya saya.

"Juni 2011"
What? Otak saya langsung mikir. Gile, itu kan setahun yang lalu.  Sekarang kan sudah Juni 2012. Hebat juga ingatannya! Bravo!

"Itu pertama kalinya saya ke Mukomuko."
"Oh baru ya," jawab saya. Saya bilang baru karena saya sudah dari 2008 di sini. Saya sudah jauh lebih lama kan? *tuing tuing*

Obrolan kembali berlanjut.

"Mbak tinggal di mana di sini?"
"Saya di Bandar Ratu...", jawab saya.

"Oh masih di belakang apa itu..."
Glek. Kok tahu? Saya merasa makin aneh.

"Loh kok tahu lagi?"
"Iya waktu itu saya ikut nganterin mbak dulu."

"Itulah mbak ga nyadar diperhatiin. Kita kelang satu bangku waktu itu duduk di tengah. Karena mbak diam aja, saya jadi canggung mau ngobrol."

Seingat saya, saya selalu duduk di belakang sih selama ini kalau perjalanan dari Mukomuko ke Bengkulu atau sebaliknya. Hehehe.

.........................


Huaah dunia begitu sempit. Saya ini bukan tipe penghapal wajah orang. Apalagi orang asing yang baru sekali ketemu, setelah lama tidak ketemu terus ketemu lagi, maka lupa begitu saja. Pernah juga ada penumpang travel perempuan menyapa saya duluan dan saya lupa! Ternyata kita pernah satu travel dan ngobrol-ngobrol dulunya. Berangsur-angsur saya ingat kejadiannya.

Yang terekam di otak saya adalah kejadiannya, bukan wajah orangnya. Hehe.

Begitu pula dengan nama, kalau hanya sekali ketemu lalu bertemu lagi setelah sekian lama maka saya pun tidak ingat siapa namanya. :)

Yang saya garisbawahi dari cerita singkat di atas adalah kok bisa ya orang itu masih ingat? Padahal kejadiannya sudah lama loh setahun yang lalu. Yang saya heran adalah ingat wajah. Padahal kan itu travel malam hari, otomatis tidak jelas wajah-wajah orang yang ada di travel. Kalau saya sih cuek saja dengan penumpang lain yang setravel karena mereka saya anggap orang-orang yang hanya sekali saya temui. Tidak akan ketemu lagi. Numpang lewat gitu deh.

Lagian perjalanan malam kan enaknya buat tidur. Kan lampu juga mati. Jadi mana sempat ngapalin wajah orang hehehe.

Yah, itulah saya. Saya cenderung cuek jadi orang. Karena saya menganggap itu bukan hal penting untuk diingat-ingat. Jadi buat apa saya menghabiskan energi saya untuk itu?

Apa saya harus merubah kecuekan saya ini? Tapi saya merasa cuek saya ini masih wajar. Saya bedakan kapan saya harus cuek dan tidak. Saya cenderung cuek untuk hal-hal yang saya anggap tidak penting atau tidak ada sangkut pautnya dengan saya.

Umm, tapi bisa jadi hal yang saya anggap tidak penting, eh ternyata penting bagi orang lain kan ya? Oh dunia...

Wednesday, May 30, 2012

Lampu Merah

5/30/2012 03:50:00 PM 2 Comments



Adanya lampu merah bisa dibilang suatu kemajuan untuk ukuran kabupaten baru tempat saya tinggal sekarang. Bagus juga upaya pemda untuk menertibkan lalu lintas. Meski baru di satu titik, tapi saya mencoba mengambil sisi positif upaya pemda tersebut di mana di titik itu memang sebelumnya lumayan sering terjadi kecelakaan. Memang sih jalanan hitungannya sepi kendaraan sementara jalan yang dibangun kini ukurannya cukup lebar. Jadi sebenarnya belum perlu ada lampu merah (menurut penilaian saya). :)

Yang saya keluhkan adalah beberapa pengendara sepeda motor di sini seperti tutup mata bahwa kini sudah ada lampu merah. Khususnya jalur yang bertuliskan "BELOK KIRI IKUTI LAMPU". Ketika saya sedang menunggu lampu merah, eh seenak-enaknya saja orang nyelonong belok kiri. Duh, apa gunanya donk dibuat lampu merah?

Tidak bisakah kita membiasakan diri untuk menertibkan diri? Di sini juga ada poin "menghargai orang lain" sesama pengguna jalan. Dan juga menghormati pemerintah yang sudah berupaya membuat peraturan guna kebaikan bersama.

Entahlah kalau memang sudah tabiat orang kita yang susah diatur, susah diajak tertib, maju. Padahal saya sungguh mendambakan ketertiban, keteraturan di negara ini. Yah meski itu cuma hal-hal kecil dulu tak ada masalah. Bukankah sesuatu dimulai dari yang kecil? Dalam artian tidaklah instan. Pencapaian sesuatu dimulai dari yang kecil-kecil dan dimulai dari diri sendiri. Setuju?

Yang saya heran adalah seringkali yang saya lihat nyelonong begitu saja itu pengendara berplat merah. Duh, di wilayahnya sendiri saja begitu coba. Ck ck ck.

Sering saya mendengar kalimat "Peraturan dibuat untuk dilanggar". Hmm saya tidak setuju dengan kalimat itu. Saya menganggap itu pembenaran diri buat orang-orang yang mau seenaknya saja melanggar peraturan. Lah untuk apa dibuat peraturan donk kalau hanya untuk dilanggar?

Sebagai muslim, kita punya pedoman yaitu Al Quran. Nah, apakah juga untuk dilanggar?
Memang, peraturan seperti lampu merah adalah peraturan yang dibuat manusia dalam rangka menertibkan lalu lintas. Jelas berbeda dengan Al Quran yang bukan buatan manusia. Tapi kan manusia sebagai pemimpin boleh donk ya bikin peraturan untuk kebaikan bersama. Duh, kenapa saya jadi jauh nyangkut-nyangkut ke sini nih. Nyambung ga nih. Okelah saya ga mau berlarut-larut ngomongin ini.

Btw, kenapa dari tadi saya nyebutnya lampu merah yah? Padahal kan lampunya ada 3 warna. Hehe.


Friday, May 25, 2012

Bersepeda Yuk...!

5/25/2012 08:05:00 AM 2 Comments



Belum lama ini saya merasa ada trend baru di sini. Hmm, pemandangan yang tidak biasa saya lihat. Selama 4 tahun saya hidup di sini, baru sekaranglah saya melihat mulai banyak orang bersepeda. Padahal semula, saya tidak melihat orang dewasa bersepeda. Paling hanya anak-anak kecil yang main-main sepeda. Pemandangan yang biasa saya lihat adalah orang-orang berkendaraan mobil atau sepeda motor.

Bahkan dulu ketika awal-awal di sini saya (dan satu orang teman saya) jalan kaki ke kantor. Alhasil, saya jadi tidak nyaman sendiri karena memang selain tidak ada orang lain yang jalan kaki, saya tidak suka dengan mata orang-orang lewat berkendara sepeda motor itu. Mereka lewat dari arah belakang saya tapi sempat-sempatnya menoleh ke belakang (arah saya dan teman saya) seolah-olah tidak pernah melihat orang jalan kaki saja. Lucunya, ketika saya jalan sendirian pulang kantor pernah ada yang menawari tumpangan ke saya. Eh, tidak cuma saya tapi juga teman saya satu lagi itu pernah mengalami juga ketika berangkat ke kantor. Mungkin iba kali ya lihat orang jalan kaki hari gini. Hehehe

Nah, kembali soal sepeda tadi. Mungkin mulai banyaknya sepeda akhir-akhir ini ada hubungannya dengan Pemda. Tiap hari Jumat, di sini digalakkan bersepeda ke kantor untuk pegawai Pemda. Bahkan kepemilikan sepeda semakin dipermudah dengan adanya pemberian kredit sepeda oleh Pemda bagi pegawai Pemda tentunya. Tapi brosurnya mampir juga ke kantor saya meski kantor saya bukanlah Pemda.

Tentu saja penggalakan bersepeda jumat itu tidak berlaku di kantor saya hehehe. Biar begitu, bos saya sudah punya sepeda baru. Begitu pula beberapa teman saya sekantor juga sudah ada yang beli sepeda baru. Hmm, kena imbas rupanya.

Ah, tapi saya sudah lebih dulu beli sepeda. Tepatnya setahun lalu, ketika itu saya merasa kesulitan menemukan sepeda. Di tempat saya tinggal ternyata tidak ada yang menjual sepeda, padahal di sinilah kecamatan inilah ibukota kabupaten berada. Akhirnya saya cari ke dua kecamatan tetangga. Seperti yang pernah saya ceritakan, kabupaten tempat saya tinggal ini jauh dari ibukota. Makan waktu sekitar 7 jam untuk ke kota Bengkulu begitu pula ke Padang. Dan para pedagang di sini rata-rata mengambil stok barang justru dari Padang.

Jadi, kemudahan pembelian sepeda dari Pemda itu tidaklah berpengaruh bagi saya. Coba sudah ada dari setahun lalu ya.... :(

Atau saya yang terlalu cepat?

Hmm, kala itu saya merasa kangen bersepeda. Rasanya sudah terlalu lama tidak pernah tahu rasanya naik sepeda seperti apa. Hehe

Wednesday, May 9, 2012

Kembalikan Sesuatu Pada Tempatnya Please

5/09/2012 06:00:00 AM 4 Comments



Ada orang yang sembarangan mengambil barang lalu tidak dikembalikan.

Ada juga yang seenaknya mengambil barang lalu dikembalikan tapi tidak utuh lagi.




Kedua hal tersebut mungkin hal sepele. Tapi bagi saya, jujur saya katakan kalau saya sangat tidak suka. Sudah mengambil tanpa ijin, eh tidak dikembalikan pula. Adapun kalau dikembalikan, sudah tidak utuh lagi ataupun sudah berubah tempat.

Memang, hal-hal yang diambil keseringan adalah hal-hal kecil yang mungkin harganya tidak seberapa, tapi ketidakberadaan barang tersebut merusak sistem yang sudah berjalan atau merusak kelancaran.

Contoh kecil yang sering saya alami adalah kehilangan sandal jepit. Saya sengaja membeli 3 sandal sesuai fungsi dan demi kelancaran. Satu saya letakkan di depan supaya kalau sewaktu-waktu mau ke luar rumah atau pergi sholat berjamaah ke mushola tidak perlu ambil-ambil dulu ke belakang. Satu lagi saya taruh di belakang samping untuk ke kamar mandi. Saya mau ada sandal khusus untuk kamar mandi. Menurut saya ini vital. Nah sandal terakhir saya taruh di belakang khusus untuk ke jemuran baju.

Lalu yang terjadi sekarang adalah semuanya raib. Tidak hanya sekali dua kali saya beli. Akhirnya saya capek juga karena hilang terus.

Contoh lain adalah di kantor. Saya sering kehilangan alat-alat di atas meja saya macam stapler, cutter, pena, pensil, dll. Memang hanya alat-alat kecil, tapi penting sewaktu-waktu butuh.



Kasus 1

"Kamu pinjam penggaris saya?"

"Iya..."

Saya lihat penggaris sudah dikembalikan.

"Loh wadahnya kok ga ada?"

"Hehe iya ga tahu ke mana..."


Kasus 2

"Tipe-X ku kok ga ada ya. Kamu pinjam?"

"Iya..."

Lalu dia kembalikan

"Loh tutupnya ke mana kok ga ada?"

"Memang ga ada kok..."

Hufff


Kasus 3

"Stapler aku ke mana ya? Kemarin kamu pinjam kan?"

"Iya kemarin memang kupinjam tapi udah kukembalikan."

Stapler pun raib ga tahu ke mana.


Kasus 4

"Pensilku kok ga ada ya. Pensilku mana?"

"Sudah kukembalikan..."

Pensil di atas meja saya habis. Padahal setiap kali hilang, pasti saya meraut yang baru. Tapi entah kenapa hilang terus. Bagi saya, pensil adalah alat vital dalam kerjaan saya. Pensil lebih penting daripada pena. Tapi pena pun juga seringkali hilang.


Saya adalah tipe penghapal letak/posisi. Bukan berarti barang-barang itu saya hapal satu-satu letaknya ada di mana. Bukan! Dari sekian tumpukan map atau barang yang ada di atas meja saya, saya tahu letak dokumen A ada di sebelah kiri atas, dokumen B di sebelah kanan bawah. Maka itu ketika ada yang memindahkan barang saya, saya tahu. Jadi, seberantakan apapun meja saya, saya tahu letak-letak barang yang ada dan tahu jika ada yang memindahkan karena sudah berubah posisi.

Hal ini juga berlaku ketika saya menghapal pelajaran. Maka saya ingat posisi misal paragraf ini ada di halaman sebelah kiri atas dsb. Tapi jangan tanya soal keruangan. Saya paling sulit menghapal arah jalan. Kalau pergi ke tempat baru sendirian, mungkin saya tidak kembali lagi karena tersesat. Hehehe. Untungnya dalam kerjaan saya selalu dilengkapi sketsa peta, jadilah tidak ada masalah.


Maka itulah, saya heran dengan orang-orang yang dengan seenaknya tanpa dosa mengambil barang orang lain lalu tidak dikembalikan pula. Padahal jika sesuatu dikembalikan pada tempatnya maka urusan akan jadi mudah karena sesuai tatanan yang sudah berjalan. Kerjaan akan menjadi lancar, tidak tersandung hal-hal remeh temeh yang semestinya tidak ada. Contoh kecil lain adalah peletakan stempel. Stempel biasanya ada di atas meja Kasubbag TU. Nah, begitu saya butuh, seringkali tidak ada di tempat dan saya harus mencari-cari ke mana si stempel berada.

Jujur, saya tidak suka kondisi sembarangan seperti ini. Ayok kita belajar jadi pribadi yang teratur. Umm, jika demikian apa saya termasuk pribadi yang kaku? :)




Monday, March 26, 2012

Ungkap Kasus Ala CSI

3/26/2012 10:42:00 AM 0 Comments



Info. Malam tadi Kantor X mengalami perampokan. Perampok berjumlah 6 orang dan berhasil membawa sejumlah uang, 2 buah laptop, dan emas perhiasan 25 gram.

Begitu isi sms yang terkirim ke hp saya pada tanggal 24 Maret 2012 pukul 12.05 wib.

Perampokan. Lagi-lagi perampokan. Miris. Yang dirampok adalah kantor pemerintah yang merupakan kantor pusat. Berita perampokan tidak hanya baru sekali ini. Setelah sebelumnya kantor propinsi di tempat saya kerja (saya di kabupaten), lalu kantor propinsi di propinsi lain. Dan yang baru terjadi itu kantor kabupaten.

Sepertinya perampok itu memang sedang mengincar kantor kami. Sekali merampok berhasil, eh lagi lagi dan lagi. Meski saya tidak tahu apakah memang ada oknumnya yang terencana atau bagaimana, tapi perbuatan mereka jelas merugikan negara.

Rasanya baru setengah bulan yang lalu saya, bos, dan rekan kerja saya pergi menjenguk korban perampokan di propinsi, eh sudah terdengar kabar tidak mengenakkan lagi di tempat lain. Mendengar curhat si korban, seram sendiri ga terbayang kalau terjadi pada diri saya. Si korban sempat say goodbye dalam hati pada anaknya karena merasa sudah tidak mungkin bertemu lagi alias tewas. Tapi ternyata azalnya belum tiba.

Seandainya saja seperti di serial tv CSI (favorit saya CSI New York), mungkin pelakunya sudah ketemu. Seandainya saja sistem keamanan di Indonesia sudah secanggih itu ya. Saya senang nonton CSI karena cara-caranya yang ilmiah untuk mengungkap suatu kasus. Sama sekali berbeda dengan Detective Conan yah.

CSI ini mungkin lebih mirip dengan tayangan Murder di FoxCrime. Dulu saya suka sekali nonton Murder. Meski serem, tapi itu adalah kisah nyata dan telah terungkap oleh Detektif Le Noir lalu dibuat simulasi dalam tayangan Murder seolah-olah asli.

Dalam Murder, ditunjukkan bagaimana seorang detektif bekerja. Dari mulai datang ke TKP, lalu memotret tanpa boleh menyentuh apapun atau merusak apapun. Selanjutnya memberi nomor pada barang-barang bukti. Dan jangan lupa pakai sarung tangan agar tidak menghilangkan sidik jari. Selanjutnya adalah membawa barang bukti untuk diteliti atau analisis serta mendengar wawancara dengan saksi/orang yang dicurigai terlibat. Terakhir membuat kesimpulan.

Apabila salah membuat keputusan, maka orang tak bersalah yang akan dipenjarakan. Itu yang selalu diucapkan detektif Le Noir.

Semoga tak ada lagi korban-korban selanjutnya.



Thursday, March 15, 2012

Tertarik Bengkel Hati

3/15/2012 08:30:00 AM 0 Comments



Nikmat sehat seringkali lupa untuk disyukuri. Terkesan sepele namun vital. Kita baru merasa betapa berharganya 'sehat' setelah kita 'sakit'.

Bengkel Hati adalah salah satu tayangan favorit saya saat ini. Mengapa saya tertarik dengan Bengkel Hati? Karena dari tayangan ini saya mendapat banyak pelajaran. Setiap episode, saya mendapat pengetahuan baru soal penyakit yang diderita para jamaah atau penelepon, apa penyebabnya dan solusi penyembuhannya. Dari sini kemudian saya menilik ke kejadian-kejadian yang terjadi di dekat saya.

Maha Suci Allah yang mana dunia ada dalam genggaman-Nya. Kesimpulan daripada acara tersebut adalah akhlak. Yang mana apabila saya telaah, maka penyakit itu timbul akibat akhlak kita sendiri. Yang sering kali terjadi adalah akibat amarah/emosi (jengkel kalau bahasanya Ustadz Dhanu) dalam keluarga/pekerjaan entah itu dipendam atau dikeluarkan.

Amarah itu datangnya dari syetan. Maka itu kita harus pandai meredam/sabar. Dengan kata lain, kalahkan syetan. Jangan kita yang kalah hingga kita menuruti syetan jadi marah. Nah, akibatnya Allah akan menurunkan penyakit. Dari sini dapat direnungkan bahwa artinya Allah memberi 'ganjaran langsung' berupa penyakit tadi. Nah, ini baru ganjaran di dunia. Bagaimana dengan ganjaran yang diberikan di akhirat? Tak terbayang dalam benak saya. Bisa dibilang bahwa dari perilaku kita yang sepele saja kita bisa merasa begitu menderita akibat ganjaran penyakit, bagaimana dengan perilaku yang jauh lebih buruk daripada itu?

Tiap bagian tubuh kita berpotensi untuk sakit, meski itu cuma 'nyeri'. Memangnya siapa sih yang mau sakit, meski itu cuma nyeri? Semua pasti menjawab tak ada. Ya! Coba saja nyeri lutut tapi bertahun-tahun ga sembuh juga, pasti sangat tidak nyaman kan? Saya saja ketika mengalami masuk angin/flu sudah merasa sangat tersiksa. Serba tidak enak mau ngapa-ngapain. Bagaimana dengan penyakit yang sudah lebih berat, lebih lama pula sampai bertahun-tahun?

Seringkali saya dengar keluhan dalam acara tersebut sudah dialami bertahun-tahun. Ada yang sampai dua puluhan tahun belum sembuh-sembuh juga padahal sudah berobat ke mana-mana. Setelah rajin mengikuti acara itu atau berkonsultasi langsung, beberapa penyakit ada yang berkurang bahkan langsung sembuh. Kenapa bisa begitu?

Saya sempat berpikir, 'Ah kenapa bisa begitu? Tidak bisa dilogika. Kenapa bisa langsung sembuh hanya dengan ngobrol langsung via telepon beberapa menit? Ada apa gerangan?'. Saya bertanya-tanya demikian karena saya tipikal orang eksak yang dominan menggunakan otak kiri. Jadi saya menuntut logika.

Tapi kemudian saya menerawang ke kisah-kisah ajaib di tanah suci yang banyak dialami orang yang sudah pernah ke sana. Banyak kejadian yang memang tidak bisa dilogikakan. Iya karena kemampuan otak kiri manusia terbatas. Sementara kemampuan Allah itu tak terbatas. Apabila Allah sudah berkehendak maka terjadilah. Kun fayakun. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Jalannya sesuatu itu menurut Allah, bukan menurut logika manusia.

Kunci dari penyembuhan dalam acara tersebut adalah
1. Minta ampun dengan Allah (tobat)
2. Sholat lima waktu dan tahajud, minta kesembuhan dengan Allah
3. Perbaiki akhlak/perilaku

Intinya, kita harus senantiasa menjaga akhlak/perilaku kita. Jadilah orang yang sabar dan selalu menjalankan perintah-Nya. Jangan ada sedikitpun penyakit hati. Hati/pikiran kita harus senantiasa bersih.

Semoga kita selalu diberi kesehatan. Amin.

Tuesday, March 6, 2012

Menemukan Passion di Usia Dini Bercermin dari Junior Masterchef Australia

3/06/2012 02:26:00 PM 2 Comments


Saat ini saya mulai mengikuti tayangan kontes memasak anak-anak Junior Masterchef Australia 2. Saya terkagum-kagum dengan para kontestan yang masih usia 10-12 tahun. Melihat itu, kontan pikiran saya pun tergelitik, "Pada usia segitu dulu saya ngapain yah?" Hehehe

Jawabannya adalah saya masih asik dengan dunia anak-anak saya seperti main karet (lompat tali tapi pakai karet yang diikat simpul rantai), dakon, bola bekel, gobak sodor, bongkar pasang, dll. Sungguh berbeda sekali dengan anak-anak jaman sekarang yang sudah serba jaman internet. Apalagi dengan anak-anak kontestan Junior Masterchef Australia yang saya acungi jempol, di usia sebelia itu sudah pandai memasak menu-menu standar restoran/hotel bintang.

Bahkan saya perhatikan kalau di tiap presentasi, plating-nya bagus-bagus. Saya sendiri menyadari bahwa saya pasti kalah jika bertanding dengan mereka. Saya paling ga punya sense yang bagus dalam hal hias-menghias. Otak saya sama sekali tidak bisa kompromi untuk jadi kreatif seperti itu. Hehehe.

Pertanyaan saya, "Kapan mereka belajarnya dan bagaimana? Siapa yang mengajari? Apakah cukup hanya belajar dari ibu mereka?"

Mungkin itulah bedanya tinggal di negara berkembang dan negara maju. Di sana, di usia sebelia itu anak-anak sudah pada menemukan passion mereka, dalam bahasan kali ini khususnya di dunia kulineri. Memang sebaiknya orang tua bisa melihat minat dan bakat anak lalu memfasilitasinya mau ke arah mana sesuai minat dan bakatnya tersebut. Dengan demikian, anak-anak akan berkembang di dunianya tersebut.

Jadi, mau tak mau ini jadi cerminan tersendiri bagi saya kelak ketika saya jadi ibu bagi anak-anak saya. :)

Btw, dari sekian kontestan, ada satu kontestan yang menurut saya lucu dan menggemaskan. Harry! Hehehe. Umurnya baru 10 tahun. Hmm, saya memang suka melihat anak-anak kecil bule apalagi yang usia-usia di bawah 5 tahun, lucu-lucu. Dan saya suka mendengar suara mereka yang imut-imut itu dengan logat bulenya ngomong dalam bahasa Inggris. Cute :)

Oh God...

Monday, March 5, 2012

Pengemis dan Sedekah

3/05/2012 08:55:00 AM 0 Comments



Siapa yang ingin jadi pengemis? Hidup dari belas kasihan orang lain. Tiap hari keliling atau mangkal meminta-minta. Kalau sehari tidak dapat duit ya tidak makan. Kasarnya ngomong begitu.

Pengemis. Pasti tidak asing bagi kita mendengar kata tersebut. Apalagi yang hidup di Jakarta kemungkinan besar justru tiap hari melihat ada pengemis. Saya yang sudah lama tidak lagi tinggal di Jakarta melainkan di wilayah terpencil (hehehe) demi tugas negara (ceile) saja masih menyaksikan ada pengemis. Memang tidak sebanyak di Jakarta melainkan masih bisa dihitung dengan jari, tapi tetap saja masih ada.

Ketika saya di pasar, saya lihat ada pengemis yang mangkal maupun keliling meminta-minta pada pembeli atau penjual. Pasar yang saya ceritakan di sini adalah pasar tradisional. Di kecamatan tempat saya tinggal, pasar ini beroperasi tiap seminggu sekali pada hari Minggu. Tiap kecamatan berbeda-beda jadwalnya. Yah beginilah kehidupan di sini. Jangan harap nemu mall atau tempat-tempat hiburan menarik. Jadi bisa hemat donk yah? Ga ada tempat shopping? Hoho di sini harga-harga serba mahal jadi pengeluaran tetap besar. Karena kalau dari sini butuh waktu lama untuk ke kota. Ke Kota Bengkulu butuh waktu 7 jam. Begitu pula ke Kota Padang makan waktu yang sama. Jadi inilah penyebab mahalnya harga-harga barang. Mahal di jalan. :)

Kembali ke topik. Jadi beberapa kali saya ke pasar, pas begitu saya lagi jongkok sambil membuka dompet mau membayar belanjaan, eh ada tuh suara dari belakang saya, "Assalamu'alaikum...".

Saya tidak mengingat wajah-wajah orang yang biasa mengemis di pasar. Tapi saya ingat betul trend-nya di sini, bapak-bapak tua buta (entah bawaan dari lahir atau memang karena sudah uzur) digandeng tangannya sama laki-laki yang lebih muda dan sehat bugar tapi juga lusuh penampilannya. Nah ini yang sering datang langsung ke kantor saya makanya saya ingat. Hehe. Tapi yang saya temui di pasar juga punya ciri-ciri yang sama yakni bapak-bapak tua ditemani satu orang yang nuntun keliling tapi saya ingat beda orangnya.

Ada yang menarik bagi saya untuk mengangkat tema pengemis kali ini setelah setahun vakum alias zero post. Kenapa? Karena pengemis yang saya temui tadi langsung mendoakan begitu ada yang memberi uang ke ember kecilnya. Tidak seperti pengemis-pengemis lain yang pernah saya temui yang hanya mengucap terima kasih. Tapi mana tahu juga ya kalau mendoakan di saat yang kita tidak tahu/melihatnya langsung?

Padahal, berapa sih uang yang ditaruh? Mungkin tidak sepadan dengan uang yang dibelanjakan ke pasar saat itu alias uang receh. Tetapi doa pengemis itu? Mana kita tahu suatu saat doa dari pengemis itu diijabah oleh Yang Maha Kuasa. Entah barangkali kita selamat dari kecelakaan di jalan saat pulang dari pasar yang semestinya kita alami? Who knows? Karena salah satu fungsi sedekah adalah bisa menolak bala. Padahal kalau ditengok, berapa sih yang dikasih? Bisa jadi tidak sebanding dengan manfaat yang mungkin diperoleh. Toh hanya seminggu sekali. Artinya dalam sebulan ada 4 kali ke pasar. Dan itupun kalau selalu ketemu dengan si pengemis kan?

Yah, saya menulis ini tidak bermaksud untuk menyesatkan pengemis agar selamanya jadi pengemis karena orang-orang jadi rajin memberi ke pengemis. Tapi di sini saya mencoba mengambil sudut pandang positif dari bersedekah. Anggap saja tiap hari Minggu kita turut membantu mereka makan enak. :)

Malah memang ada kan ya pengemis yang justru untung besar dari mengemis? Penghasilan tiap harinya saja bahkan bisa mengalahkan kita yang punya kerjaan tetap. :( Jadi mikir-mikir deh mau ngasih. Yah kalau kita mindsetnya begitu, lalu kapan akan sedekah?

Saya ingat bahwa suatu ketika di tahun 2010 saat saya hendak mengawasi petugas saya ke suatu tempat yang lumayan jauh dari kantor, saya sendirian bawa motor nyusul dia yang sudah lebih dulu sampai. Saya pun sampai dengan selamat dan bertemu dengannya. Tapi giliran saya mau parkir motor di pinggir jalan karena saya hendak turun ngawasi petugas saya itu, eh tiba-tiba saya jatuh ketimpa motor saya sendiri. Hanya karena hal sepele. Saya turun dari motor begitu saja lupa menstandarkan dulu.

Dari sana saya berpikir. Sebelumnya saya belum pernah jatuh begitu saja akibat lalai. Padahal kalau dikata mau jatuh, di perjalanan menuju ke situ tadi sangatlah memungkinkan untuk jatuh bagi saya yang amatiran dalam hal permotoran. Sebelum saya berangkat, petugas saya sudah mengingatkan via telepon agar hati-hati di jalan karena jalannya licin berlumpur dan membahayakan. Dan memang benar adanya. Saya cukup ngeri untuk bisa melewati dengan mulus. Apalagi di depan saya ada truk besar dan jalanan yang tidak begitu besar itu rusak parah.

Tapi yang saya tidak habis pikir kenapa Allah justru menjatuhkan saya karena hal demikian sepele itu? Tetep lecet-lecet sih tapi tidak parah. Sembuh hanya dengan obat luka luar. Setelah saya renungkan, mungkin hal ini terjadi karena sebelum berangkat ke sana saya membelikan petugas saya itu sebotol minuman dingin karena cuaca yang sangat menyengat, kala itu saya berpikir bahwa petugas saya pasti kepanasan. Lalu saya taruh minuman itu di bagasi motor. Dan kejadian saya jatuh itu terjadi sebelum saya sempat menyerahkan minuman itu.

Pada intinya, sekecil apapun uang yang diberi tetap bernilai sedekah. Dan manfaat dari sedekah itu akan kembali kepada kita. Kalau Ustadz Yusuf Mansur bilang akan dilipatgandakan 10x. Saya ingat persis ajaran beliau matematika sedekah 10-1=19. Semoga sudah paham semua maksudnya. :)