semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana: random post

Follow Us

Showing posts with label random post. Show all posts
Showing posts with label random post. Show all posts

Thursday, May 22, 2025

Tembus 1000 Posting!

5/22/2025 08:24:00 PM 0 Comments



Postingan ke-1000: Sebuah Titik, Bukan Akhir

Terkadang, aku lupa bagaimana semuanya dimulai.

Di suatu malam tahun 2007, dengan koneksi lambat di warung internet, aku menulis satu paragraf. Satu kalimat, lalu kalimat lainnya. Tak pernah kukira, belasan tahun kemudian, akan ada 999 cerita yang mengikutinya.


Blog ini bukan tempat untuk menjadi siapa-siapa. Ia lahir dari keinginan untuk berbicara tanpa banyak suara. Untuk bercerita tanpa harus tampil. Untuk menulis tanpa perlu dikenal. Dan nyatanya, justru dari ketidaktahuan itu, cerita-cerita ini menemukan pembacanya sendiri.


Tanpa promosi. Tanpa sorak. Tanpa panggung.


Hanya lewat mesin pencari yang membawa kalian kemari—entah karena kata kunci yang tak sengaja kalian ketik, atau mungkin karena semesta tahu kalian butuh membaca sesuatu.


Hari ini, aku menulis postingan ke-1000. Rasanya seperti menulis di sebuah dinding kosong, tapi entah mengapa aku tahu kalian masih di sana. Membaca. Diam-diam, tapi hadir.


Untuk kalian yang sudah mengikuti sejak lama—terima kasih. Untuk kalian yang baru tiba—selamat datang. Untuk kalian yang tak sengaja tersesat di sini—mungkin memang harus begitu.


Tak ada perayaan besar. Tak ada foto. Hanya tulisan ini.


Sebuah titik, tapi bukan akhir.



Waktu itu, aku tidak punya niat muluk. Tidak berpikir akan punya pembaca, apalagi mencapai angka seperti ini. Aku hanya ingin menulis. Menyimpan sesuatu. Mencatat fragmen perasaan dan pikiran yang terus berdesakan di kepala.


Tulisan-tulisan awalku sangat sederhana—kadang hanya beberapa paragraf pendek, kadang curahan hati yang tidak tentu arah. Aku menulis untuk diriku sendiri. Bukan untuk popularitas. Bukan untuk validasi. Hanya untuk melepaskan sesuatu yang sulit dijelaskan dengan suara.


Lalu waktu berjalan. Satu demi satu tulisan terbit, tanpa strategi, tanpa target SEO, bahkan tanpa tahu apakah ada yang membaca. Aku hanya terus menulis. Dalam sunyi. Dalam diam. Hingga pada suatu titik, aku mulai sadar bahwa ada jejak-jejak kaki samar yang datang dan pergi.


Mereka datang dari Google—mencari sesuatu yang tak sengaja kutulis.


Dan sejak saat itu, aku tidak pernah benar-benar sendiri.


Blog ini tumbuh bersamaku.
Tahun-tahun berganti, hidupku berubah, cara pandangku berubah, dan gaya tulisku pun ikut berubah. Dulu aku menulis dengan alay, sekarang kadang lebih lugas. Dulu aku suka menyembunyikan maksud, sekarang aku belajar untuk lebih jujur. Tapi satu hal yang tidak pernah berubah adalah niatku menulis: aku ingin terus menghadirkan cerita—baik yang nyata maupun fiktif—yang mungkin bisa menyentuh seseorang di luar sana.


Lambat laun, satu genre mulai menonjol di blog ini: review novel dewasa romantis.


Bukan semata karena kontennya yang memang asyik, tapi karena di sanalah aku merasa bebas mengeluarkan apa yang ada di otakku. Menyampaikan sisi gelap, rapuh, dan kadang keliru dari manusia dalam sebuah review, tanpa harus menjelaskan atau membenarkan. Aku tidak pernah menyangka bahwa justru tulisan-tulisan itulah yang paling banyak dikunjungi, paling sering dibaca ulang, dan paling lama bertahan di hasil pencarian.


Aku tidak pernah mempromosikan blog ini. Tidak pernah share di media sosial. Tidak pernah menyebutkannya di dunia nyata. Semuanya berjalan karena satu hal: tulisan itu sendiri.


Dan hari ini, setelah 17 tahun berjalan, aku menulis postingan ke-1000.
Aku masih menulis dengan blog yang sama. Masih di Blogspot. Masih tanpa sorotan. Tapi aku tahu, tulisan-tulisanku sudah menemani banyak orang—dalam senyap, dalam malam yang hening, dalam momen-momen paling pribadi.


Aku ingin bilang: terima kasih.
Untuk kalian yang diam-diam membaca. Yang tersesat lalu betah. Yang mengutip diam-diam. Yang mungkin tidak pernah meninggalkan komentar, tapi selalu kembali. Terima kasih.


Aku tidak tahu sampai kapan blog ini akan terus berjalan. Tapi hari ini, aku tahu satu hal: menulis telah menjadi bagian dari hidupku. Bukan sekadar aktivitas, tapi cara untuk memahami diri sendiri dan dunia di sekitarku.


1000 tulisan bukan akhir. Hanya sebuah titik. Titik yang menjadi jembatan menuju tulisan berikutnya.


Karena selama masih ada satu hal yang belum terucap, blog ini akan tetap hidup.


Kata yang Bertahan

Aku tidak menulis novel. Aku tidak pernah merasa sebagai seorang “penulis besar”. Aku hanya menulis apa yang aku lihat, aku dengar, aku rasakan. Aku bercerita tentang hari yang biasa, tentang drama yang mengganggu pikiran, tentang novel yang meninggalkan bekas, tentang lagu yang entah kenapa terasa seperti sedang bicara langsung padaku.


Blog ini tumbuh tanpa peta. Tidak ada branding. Tidak ada promosi. Hanya posting demi posting. Satu per satu. Bertahun-tahun.


Dan ternyata, ada yang datang.
Ada yang membaca.
Ada yang kembali.


Postingan demi postingan, aku melihat angka-angka itu naik perlahan. 10 views. 30. 100. Bahkan tanpa aku tahu siapa mereka, dari mana asalnya, atau kenapa mereka membaca. Hanya lewat jejak Google, lewat kata kunci tak terduga, mereka tiba di sini—dan beberapa dari mereka tinggal.


Aku tidak pernah menyangka review-review ringan tentang novel, lagu, buku, atau film bisa menarik begitu banyak perhatian. Tidak pernah menyangka bahwa cerita keseharian yang menurutku biasa saja ternyata bisa terasa dekat bagi orang lain.


Mungkin karena aku tidak pernah berusaha menjadi “influencer”.
Aku hanya ingin menjadi manusia.


Blog ini bukan tempat untuk pamer. Ia rumah.
Tempat aku bisa menulis tanpa khawatir harus sempurna. Tempat aku bisa bercerita tanpa harus menjelaskan segalanya. Tempat aku menyimpan sebagian dari hidup—dan ternyata, hidup yang kecil itu tidak seremeh yang aku kira.


Hari ini, aku menulis postingan ke-1000. Bukan akhir. Tapi titik kecil yang menandai perjalanan panjang yang tidak pernah kurencanakan.


Dari 2007 hingga kini.
Dari satu paragraf iseng sampai lebih dari 1,5 juta kunjungan.
Dari tulisan tanpa niat, sampai ada yang diam-diam menunggu postingan baru.


Untuk kalian yang membaca, sekali lagi aku ingin bilang: terima kasih.

Terima kasih sudah hadir.
Sudah membaca.
Sudah ikut diam-diam menumbuhkan blog ini, tanpa aku tahu siapa kalian.


Blog ini akan terus hidup, selama aku masih punya rasa ingin bercerita.
Karena menulis, ternyata, adalah cara terbaikku untuk tidak hilang.


— Reana






Sunday, May 4, 2025

Manfaat Mendengarkan Suara Hujan di Malam Hari untuk Ketenangan Jiwa

5/04/2025 07:49:00 PM 0 Comments
Pengen dengar suara hujan. Kamu pernah begitu ga ya? Terkadang saya suka ingin dengar suara hujan. Kalau pas malam begini ya. 

Saya merasa suara hujan itu syahdu kalau malam hari. 

Kalau hujan turun, suara suara lain jadi tak terdengar. Yang terdengar hanya suara hujan. Saya sering kangen pengen dengar suara hujan. Adakah kamu yang sama seperti saya?

Kalau malam hujan, jakarta langsung terasa adem. Mungkin cuma perasaanku saja yang adem. Yah tak apalah setidaknya secara psikologis adem.



Kalau malam hari hujan itu tidur terasa nyaman banget. Bedalah rasanya dibanding kalau tak hujan. Sekali lagi mungkin ini perasaanku saja. Jika kamu tak merasakan yang sama ya tak apa juga. 

Kalau hujan itu rasanya memang enaknya tiduran. Bablas tidurlah. Hehe. Asal jangan ada suara petir ya. Soalnya di jakarta sini sering ada petir menggelegar sama kayak di kampung saya. Berhubung saya ini penakut dengan suara petir jadi berasa tidak tenang saja kalau ada petir. 

Ngomongin hujan jadi membayangkan hujan itu seperti makhluk yang turun ke bumi. Seperti rahmat allah turun dari langit berhamburan ke bumi. 

Wah jadi berimajinasi nih saya. Iya loh sobat kadang kalau dipikir mengagumkan banget ada hujan turun dari langit. Walau itu dianggap fenomena biasa saja karena sudah hukum alamnya begitu dan secara sains bisa dijelaskan kenapa bisa turun hujan. Tapi tetap saja loh kalau dipikir itu bisa ada air sebanyak itu turun dari langit adalah fenomena yang luar biasa. 

Air yang tak habis-habis seperti itu jatuh dari langit, seolah langit menyimpan lautnya sendiri. Saya suka membayangkan, mungkin langit menangis juga, tapi tangis yang lembut, menenangkan, bukan karena sedih, tapi karena rindu atau mungkin karena ingin memeluk bumi. Hujan jadi semacam bentuk cinta yang turun perlahan—dingin, tapi menenangkan.

Kadang, saya berdiri di balik jendela, hanya memandangi tetesan hujan yang membasahi atap. Diam saja. Tanpa musik, tanpa suara apapun, kecuali hujan itu sendiri. Rasanya seperti dunia sedang berhenti sejenak untuk memberi waktu bernapas. Kalau kamu pernah merasa lelah tapi tidak tahu kenapa, coba deh dengarkan hujan. Diam-diam saja, biar hujan yang bicara.

Malam ini saya berharap hujan turun. Bukan hanya karena ingin tidur nyenyak, tapi karena saya ingin merasakan bahwa saya tidak sendiri. Bahwa di balik segala kesunyian, ada sesuatu yang terus turun, menyapa, dan membawa pesan-pesan yang hanya bisa dimengerti oleh hati yang tenang.

Pelajaran yang bisa dipetik dari perenungan tentang hujan ini adalah:

1. Menemukan ketenangan dalam hal-hal sederhana:
Hujan yang sering dianggap biasa ternyata bisa membawa ketenangan dan makna, jika kita mau berhenti sejenak dan merasakannya. Kadang, ketenangan tak perlu dicari jauh-jauh, cukup dari suara alam yang hadir tanpa diminta.


2. Mensyukuri keajaiban yang tampak biasa:
Meski sains bisa menjelaskan hujan, tetap saja ia adalah salah satu bentuk keajaiban Tuhan. Ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan rasa kagum terhadap hal-hal yang sudah akrab dalam hidup kita.


3. Belajar berdamai dengan kesendirian:
Suara hujan di malam hari bisa menjadi teman yang sunyi tapi akrab. Ia mengajarkan bahwa kesendirian tidak selalu buruk. Ada kalanya sunyi justru membawa kita kembali ke diri sendiri dan memberi ruang untuk merenung.


4. Tak semua orang merasakan hal yang sama, dan itu tak apa:
Ada pengakuan bahwa tidak semua orang merasa nyaman dengan hujan. Ini bentuk penghargaan atas perbedaan, dan pengingat bahwa setiap orang punya cara sendiri untuk merasa tenang atau bahagia.


Oke sampai segini dulu ya sobat. Sampai jumpa di posting berikutnya.



Kadang, kehangatan bukan berasal dari api, tapi dari senyum yang tak disadari.

Sunday, April 20, 2025

Receh

4/20/2025 10:50:00 PM 0 Comments
Halo Sobat! Lama rasanya saya tidak curcol ya. Belakangan saya lagi fokus mengejar 1000 posting sehingga banyak posting refleksi yang saya post. Posting baru saya tersebut bisa berjumlah 1000 posting kalau kelar ya. Mulai dari "Seri Spektrum Rasa," "Seri Spiritual" dan lainnya. Tapi ini sesuatu yang baru sih karena saya posting berseri yang dalam satu tema bisa jadi hingga 30 judul. Setelah vakum terlalu lama kini mulai bangkit lagi untuk mengurus blog ini. Hehe seperti bangkit dari tidur panjang lalu dapat energi full power. Emangnya energizer ya. Kayaknya emang casnya sudah penuh sih ini. 

Kadang saya mikir apa saya terlalu effort ya. Apa ini jadi kayak proyek ambisius ya? Tapi memang energi saya sedang berlebih. Lagi dapat mood-nya juga makanya saya manfaatkan momen ini untuk posting sebanyak-banyaknya. 

Saya memang punya target posting 1000 posts sudah sejak lama tapi tidak tercapai-capai justru saya banyak vakum beberapa tahun belakangan. Banyak draf dan ide-ide mangkrak tak terselesaikan dan akhirnya saya tuntaskan di kebangkitan saya ini. Karena saya tahu diri saya yang moody ini makanya ketika lagi dapat mood itu harus benar-benar saya manfaatkan. Karena ketika mood bagus, saya bisa benar-benar produktif melebihi target. Kenapa bisa begitu? Karena saya senang menjalaninya.



Saya kepikiran juga untuk bikin ebook dari posting berseri saya lumayan juga ya. Satu seri saja bisa jadi 1 buku untuk 400 judul. Kalau mau dipecah per tema dibuat ebook bisa jadi banyak. Tapi saya berpikir biarlah saya posting di blog saja dulu. Karena untuk saat ini saya berpikir bahwa setiap 1 artikel yang saya post pasti ada yang view. Sementara kalau dibuat ebook belum tentu ada yang membaca. Mengapa? Karena ebook itu tak lain seperti buku (ya iyalah kan memang buku tapi elektronik ga ada fisiknya). Sehingga untuk membaca itu perlu fokus dan niat. Sementara blog itu hanya page per page. Singkat. Suka-suka pembaca di bagian mana ia menemukan konten yang ia cari. Peluang ditemukan lebih besar.

Untuk saat ini saya masih menargetkan kebermanfaatan tulisan yang bisa diakses kapan saja di mana saja dan oleh siapa saja. Intinya, ada 1 saja yang membaca itu sudah membuat bahagia. Di situlah letak keberhasilan dari karya yang dibuat. Mungkin manfaatnya tidak langsung bisa dilihat secara kasat mata dalam jangka pendek tapi bisa mempengaruhi pola pikir atau mengubah mindset dalam jangka panjang yang pada akhirnya bisa mengubah perilaku menjadi lebih baik. Panjang kan ya rentetannya. Tak mengapa. 

Sebagai penulis memang saya membantu jiwa-jiwa yang sedang membutuhkan jawaban. Dan jawaban itu mungkin ada di tulisan-tulisan saya. Sehingga mereka yang entah dari mana asalnya bisa menemukan tulisan-tulisan saya di blog ini. Insha Allah mereka akan kembali lagi jika dirasa tulisan saya ada manfaatnya buat mereka. Dan setiap tulisan akan menemukan pembacanya. Seperti gembok menemukan kuncinya. Laksana jiwa menemukan pasangan jiwanya. Yaelah apaan ini metaforanya. :) 
 
Intinya saya hadir di sana melalui tulisan, untuk orang-orang yang membutuhkan.

Untuk tema spiritual sih memang ada kemajuan ya. Di posting lawas saya posting spiritual hanya sedikit. Nah di seri spiritual kali ini saya siapkan 400 judul ditambah dari "Seri Rencana Allah Sempurna" 100 judul. Jadi total 500 judul belum termasuk posting independen lain yang tidak saya buat berseri. Jadi, ada kemajuan yang signifikan. Motivasinya adalah supaya kalimat "sampaikanlah walau 1 ayat" tercapai. Hehehe. Walaupun kontennya receh, tak mengapa ya sobat. Sebatas inilah kemampuan saya. Harap maklum. Tapi saya berharap semoga dari konten-konten receh saya tersebut ada sesuatu yang bisa dipetik. Untuk jiwa-jiwa yang letih yang butuh pencerahan semoga bisa menemukan tulisan-tulisan tersebut.

Bicara soal receh, sesuatu yang menurut saya enteng, ga penting, remeh, receh, ga keren atau apapunlah sebutannya rupanya bisa berbeda pandangan buat orang lain. Dan hal kayak gini seringkali membuat saya tidak percaya diri dengan kemampuan diri saya sendiri loh. Dan itu ada di "pikiran". Masalahnya ada di "pikiran". Cara pandang saya yang mungkin berbeda. Apakah standar saya yang berbeda sehingga saya merasa demikian? Saya jadi merenung dengan kejadian ini.

Jadi sebenarnya kita tidak perlu menganggap enteng, receh dan sebagainya itu karena apa yang kita anggap receh belum tentu receh menurut orang lain dan sebaliknya. Kadang orang justru mencari sesuatu yang receh yang tidak terlalu berat untuk dicerna. Karena hidup sudah terlalu berat ya hehe. Ngapain nyari yang berat lagi. Intermezzo ya sobat. Kadang juga apa yang kita anggap receh eh malah memiliki value/nilai menurut orang lain. Terkadang memang kitanya saja yang tidak bisa melihat value dari sesuatu yang kita anggap receh sementara orang lain justru bisa. Aneh bin ajaib.

Jadi intinya kita tidak boleh meremehkan apapun itu. Setuju? 


#867

#Menuju 1000 posting


Sunday, March 30, 2025

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriyah

3/30/2025 07:30:00 PM 0 Comments


Halo Sobat! Alhamdulillah kita sampai pada malam hari raya idul fitri 1446 H. Setelah 30 hari berpuasa ramadhan, hari yang ditunggu tiba juga. Terima kasih ya allah saya masih bisa menyaksikan hari raya idul fitri tahun ini bersama keluarga saya di kampung. Semoga tahun-tahun selanjutnya juga masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk menyambut idul fitri. Semoga selalu Engkau limpahkan keberkahan dan kebaikan kepadaku dan keluargaku. Aamiin. Doa yang sama juga saya panjatkan untuk para pembaca blog saya ini ya allah. Aamiin.

Semoga blog saya makin berkembang. Dan saya diberikan kekuatan dan ide-ide yang cemerlang untuk menulis di blog ini sehingga saya bisa menyajikan konten yang baik dan berkualitas yang bisa bermanfaat untuk pembaca blog saya sekalian dan menjangkau pembaca yang lebih luas. 

Akhir kata, selamat hari raya idul fitri! Minal Aidin wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin sobatku semuanya di seluruh dunia yang menjangkau blog saya. Terima kasih banyak sudah meluangkan waktu untuk mampir maupun kesasar dan berkenan membaca tulisan-tulisan saya yang receh ini. 🙏 😊🫠

Sunday, July 28, 2019

Saat Ketemu Lagi Teman Masa Muda - Inilah yang Terjadi!

7/28/2019 08:06:00 AM 0 Comments


Yuk simak cerita saya bersama teman-teman saya awal januari 2019 silam. Kami bertemu karena mereka bertandang ke rumah saya begitu tahu saya pulang kampung. Saya senang sekali mereka datang, sungguh tidak menyangka. Oya, mereka semua hadir ke reuni alumni SMP akhir desember lalu sementara saya tidak bisa hadir karena saya masih di Jakarta dan baru pulang awal januari. Mereka datang ke rumah saya begitu tahu saya pulang. That's so sweet! :)



A
Lulus SMK, merantau ke Malaysia. Pulang kemudian menikah. Saya sempat menghadiri pesta pernikahannya walau tidak mendapat undangan. Saat itu, saya sedang pulang kampung. Saya diajak sahabat saya untuk hadir. Kemudian dia sempat bertandang ke rumah saya sekali beberapa tahun kemudian. Dan kemarin tiba-tiba dia whatsapp saya. Dia pun datang ke rumah saya silaturahmi. Dia pun bercerita bahwa pernikahannya yang saya hadiri dulu kala gagal. Namun dia langsung mendapat gantinya. Bayangkan saja tidak sampai setahun dia menikah lagi. Setahun menikah dua kali. Saya pun bertanya apa rahasianya. Hehe. Kok bisa begitu cepatnya. Maksud saya kok bisa langsung klik begitu kenal lelaki baru. Dia sudah dikaruniai seorang anak perempuan dari pernikahannya yang kedua yang saat ini sudah sekolah SD. Pekerjaan teman saya ini adalah sebagai ibu rumah tangga.

B
Sudah mempunyai dua orang anak. Satu anak sudah masuk SMP dan satu lagi baru berusia 3,5 tahun. Teman saya ini datang menyusul A ke rumah saya. Sejak dulu memang sudah tinggi besar. Saat ini makin subur. Alhamdulillah. Pertanda hidup bahagia ya kan? Hehe. Teman saya ini juga seorang ibu rumah tangga. Sebelumnya pernah berjualan makanan namun berhenti karena mempunyai anak kecil. Saat ini hanya mengurus rumah dan sambilan tanam-menanam sayuran di kebun serta beternak ikan untuk mengisi waktu luang. Dulu saya sempat SMP SMA bareng dia. Bahkan dari SD saya sudah tahu dia karena kami satu desa. Dan dia sering menjadi perwakilan sekolahnya untuk kompetisi-kompetisi pelajaran antar sekolah. Jadi saya dulu sering ketemu dia saat kompetisi walau saya tidak pernah mengobrol. Hanya sekedar tahu.

C
Bisa dibilang kami tidak pernah mengobrol sewaktu saya sekolah bareng di SMP. Sewaktu saya masuk SMP saya masih ingat loh kalau dia itu adalah teman TK saya. Saya ingat dengan wajahnya dan juga namanya. Padahal kami tidak pernah ketemu begitu selesai TK hingga akhirnya sekolah bareng di SMP. Nah, tetiba dia bertandang ke rumah saya (ortu saya) bareng A dan B awal januari 2019 lalu. Kami mengobrol dan anehnya saya tidak ingat kalau kami sekelas sewaktu kelas 2 SMP. Ya Allah kok saya bisa lupa ya. Saat kami ketemu itu dia menjadi ibu rumah tangga.

D
Nah, D menyusul ke rumah saya juga. Kami tentu sudah kenal dari SMP. Dia juga sudah beberapa kali main ke rumah saya. Saya juga sudah pernah ke rumahnya dulu kala. Saat kami ketemu kemarin itu dia sudah menikah tentunya dan mempunyai satu orang anak. Pekerjaan dia adalah sebagai ibu rumah tangga.

Kalau saya tidak salah ingat, hampir semuanya bersuamikan supir. Yang satu orang lagi petani kalau tidak salah. Ada yang setiap hari suaminya pulang dan ada yang tidak bagi yang supir (jarak jauh). Selain pekerjaan suami yang mirip, mereka mempunyai kesamaan yaitu sebagai ibu rumah tangga.

Ketika mengobrol dengan mereka, saya tentu merasa bahagia karena sudah lama tidak bertemu. Mereka juga saya lihat sudah bahagia dengan kehidupan mereka masing-masing. Ada yang memang dulunya menikah cepat ada pula yang tidak. Tapi intinya mereka semua sudah mempunyai kehidupan yang sempurna sebagai seorang istri dan ibu. Mereka semua datang ke rumah saya membawa anak masing-masing loh. :)

Yang menjadi perenungan saya adalah mereka termasuk yang beruntung sebagai seorang istri karena ada suami yang menafkahi mereka. Mereka tak perlu bekerja namun sudah ada yang rela banting tulang demi mereka. Kenapa saya bilang beruntung? Betapa tidak! Di luar sana banyak wanita-wanita tidak beruntung dalam kehidupan rumah tangganya. Ada yang harus menjadi tulang punggung karena suami tak bertanggung jawab, ada pula yang harus bekerja agar ekonomi keluarga terangkat (membantu suami) sampai ke luar negeri menjadi asisten rumah tangga. Perjuangan tidak mudah kan bagi istri-istri yang mengalami hal demikian.

Teman saya A,C,D tetap bisa menikmati media sosial meski tinggal di desa. Akses internet butuh biaya kan? Hanya B yang tidak mempunyai media sosial. Saya menghargai pilihan B. Menurut saya, pilihan B cukup bagus untuk keutuhan rumah tangga. Kita tahu sendiri hari gini siapa yang bisa lepas dari internet kan? Dan media sosial bisa menjadi salah satu pemicu keretakan rumah tangga jika terlena.

Kenapa teman-teman saya itu bisa hanya mengandalkan suami alias menjadi ibu rumah tangga saja? Kesimpulan yang bisa saya tangkap adalah karena mereka harus bisa merasa "cukup" dengan berapapun besaran penghasilan suami. Apalagi hidup di desa tentu tidaklah seperti di kota yang banyak godaannya. Di desa masih ada kecenderungan hidup sederhana. Apalagi dengan memasak sendiri di rumah. Di desa juga tidak ada tempat makan yang wah seperti di mall. Jadi hidup bisa lebih hemat.

Saya sendiri merasakan ketika hidup di kota, pergi ke mall ketika akhir pekan hanya untuk sekedar refreshing atau membeli makan cukup menjadi hiburan. Kita tahu sendiri jika makan di mall minimal merogoh kocek 50 ribu rupiah. Belum lagi jajan yang lain atau menonton misal. Boros!

Pada intinya, bersyukur dengan kehidupan masing-masing menjadi kunci untuk tetap bertahan dalam keadaan. Salah satu teman saya berkata mungkin hanya dia yang sanggup diberi kehidupan seperti yang dia jalani sehingga Allah berikan kehidupan itu padanya. Dia hanya di rumah tidak pergi kemana-mana.

Tentu saya yang mendengar cerita mereka mau tak mau jadi membandingkan dengan kehidupan saya. Jika saya berkata jujur, tentu saya banyak ketertinggalan dibanding mereka. Namun juga ada hal-hal yang saya peroleh tapi mereka tidak. Itulah plus minus kehidupan. Mungkin mereka beruntung di satu hal tertentu, saya tidak. Tapi saya mendapatkan keberuntungan di sisi yang lain yang mereka tidak dapatkan.

Mereka sudah settle dengan kehidupannya (meski saya tidak tahu seberapa settle-nya kehidupan mereka) sementara saya belum. Mereka menetap sementara saya masih nomaden. Saya berpindah-pindah dari berbagai lokasi, saya bepergian kesana kemari, mungkin mereka tidak mengalami itu. Susah senang yang saya alami mereka tidak mengalami begitu pula sebaliknya.

Salah satu dari mereka ada yang bertanya apa saya tidak ingin menikah. :)

What a question, dear!

Tentu dengan nada guyon. Dan saya tentu tidak marah. :D

Terima kasih sudah perhatian. Doakan saja ya teman-temanku yang baik hatinya. :)


Tuesday, April 29, 2014

Good News or Bad News?

4/29/2014 06:55:00 PM 0 Comments


Kemarin pagi pukul 10.38 WIB tiba-tiba HP saya berdering pertanda sebuah sms masuk. Saya buka. Dan waaaa langsung tersenyum saya. Hehe saya mendapat sms dari kakak saya.

Dek, tadi ibu ngirim makanan ringan. Sudah kupaketkan ya...

Asyiiikkk. Dapat paket makanan. Pas banget stok cemilan saya lagi menipis. Alhamdulillah :)

Pagi-pagi sudah dapat good news. Rasanya senang aja gitu. Meskipun bukan good news tingkat tinggi. Yah, sekedar bukti sayang seorang ibu yang anak gadisnya jauh merantau. It's enough! Tak perlu pula hal-hal high class atau mahal, just a simple stuff with a simple way, it would be so precious to me. 

Wednesday, August 14, 2013

Random Post

8/14/2013 09:46:00 AM 0 Comments

Hari ini sudah masuk lebaran ke-7. Hehe saya masih santai di rumah karena cuti. Meski ada telepon-telepon dari kantor sih kemarin-kemarin. Tapi saya masih belum mau memikirkan apa-apa soal kerjaan. Nanti sajalah kalau saya sudah resmi ke kantor lagi. :)

Memang sih banyak tagihan nih terutama penduduk. Saya baru menyelesaikan penduduk per kecamatan belum di break down ke desa. Sebelum lebaran kemarin saya banyak tagihan jadi belum sempat menghitung lebih lanjut. Oke mudah-mudahan nanti kelar dengan mudah.



Kalau ngomong soal kerjaan memang tidak ada habisnya. Pokoknya hidup hanya buat kerjaan kalau dituruti mah. Tapi saya tidak mau lagi begitu. Saya sudah bekerja lima tahun jadi saya juga harus memikirkan diri saya sendiri. Dalam artian, kerjaan tetep prioritas tapi diri saya lebih prioritas. :)

Hmm, banyak target saya yang belum tercapai. Saya harap akan menyusul satu per satu bisa terwujud. Amin ya Allah. Mudah-mudahan Allah kabulkan doa saya dan mempermudah segala urusan saya. Mudah-mudahan apa yang baik kelak bisa saya share ke readers semua. Amin

Btw, saat ini saya lagi demen EXO. Sekarang ini saya sudah tidak mengikuti