semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Sunday, September 8, 2019

Cerita Wisuda S2 UI

9/08/2019 08:30:00 PM 5 Comments
Halo sobat! Saya kembali ingin berbagi dengan kalian. Kali ini saya ingin menulis tentang perjalanan saya akhirnya ikut wisuda. Alhamdulillah semua telah terlewati. Dan saya sudah kembali ke tempat kerja saya lagi.

Jadi, sekitar dua minggu lalu saya mengambil cuti selama 7 hari kerja mulai tanggal 26 Agustus sampai dengan 3 September 2019. Pada hari jumat sore sepulang kerja tanggal 23 Agustus saya langsung cabut menuju Kota Bengkulu menempuh perjalanan sekitar 5-6 jam dengan transportasi travel sampai sekitar pukul 22.00 wib. Sampai di Bengkulu saya singgah di Hotel Ham Tian. Sampai sana rupanya kamar yang paling murah meriah (150 ribu) sudah penuh jadi saya dapat kamar seharga 250 ribu. Ya sudahlah apa boleh buat. Saya memang tidak pesan terlebih dahulu.

Keesokan paginya, lebih tepatnya setelah sholat subuh saya dijemput teman kantor dan diantar ke bandara Fatmawati. Terima kasih banyak ya semoga Allah membalas kebaikanmu. :)

Subuh begitu memang belum ada transportasi di Bengkulu. Tadinya saya juga berpikir mau naik apa ke bandara. Bingung juga. Alhamdulillah ada teman yang tiba-tiba juga balik ke Bengkulu jadi dia yang menawarkan bantuan mengantar saya. Allah maha baik. Tidak direncana. Malah ada satu teman lagi yang juga ke Bengkulu yang bersedia mengantar juga padahal awalnya mau ke Bengkulunya di hari lain. Tapi jadinya bareng saya bertiga ke Bengkulu. Subhanallah.

Berhubung saya mengambil penerbangan setelah subuh jadi ya mau tidak mau buru-buru berangkat setelah sholat subuh walau badan masih lelah pegal-pegal. Saya memang sengaja mengambil penerbangan tersebut untuk mengejar waktu ke UI Depok untuk mengambil undangan dan toga. 

Sabtu, 24 Agustus 2019 - Pengambilan toga dan undangan

Hari itu adalah hari terakhir pengambilan undangan dan toga sampai pukul 15.30. Saya mempertimbangkan waktu jikalau ada macet dan sebagainya di perjalanan, delay pesawat atau apa pun itu. Perjalanan dari Jakarta ke Depok juga saya pertimbangkan sehingga saya lebih baik mempunyai cukup waktu luang. Dari Bandara Soetta saya ke kos dulu menaruh barang. Kemudian saya menge-print bukti pembayaran dan berangkat ke Stasiun Cikini. 

Turun di Stasiun Pondok Cina saya berjalan kaki menuju Annex Building Balairung UI lantai 2. Walau hari terakhir tapi rupanya masih banyak yang antri. Untungnya antrian S2 tak terlalu lama. Hanya menunggu giliran dari beberapa orang di depan saya, lalu tibalah giliran saya. Di kertas yang saya print tertulis rangkap 2 tapi ternyata hanya satu rangkap yang diminta dan bukti bayar asli. Jadi kelebihan saya menge-print. :(

Selesai urusan, saya pulang ke kos dan istirahat hingga keesokan harinya. Tubuh saya terasa begitu lelah dan pegal-pegal. Awalnya berencana ke Istiqlal pada hari minggu tapi batal. Istirahat saja di kos.

Senin hingga selasa saya mulai packing barang-barang saya. Kos saya habis per tanggal 2 September 2019. Tapi ya packing ala kadarnya karena kekurangan wadah. 

Rabu, 28 Agustus 2019 - Gladi Resik
saya ke UI Depok sekalian membawa baju wisuda karena hari itu adalah gladi resik. Untuk gladi resik saya pakai baju seadanya alias tidak pakai baju yang sudah saya siapkan dan juga tidak ke salon atau make up-an. Selesai acara gladi resik sudah tiba magrib karena fakultas saya dapat giliran akhir-akhir untuk salaman dengan rektor satu per satu.

Padahal justru hari ini yang penting karena salaman dengan rektor dan diambil foto satu per satu tapi saya datang seadanya saja. :D

Kelar gladi resik, saya langsung menuju masjid UI sekalian menunggu keluarga saya tiba di Depok. Lama saya duduk menunggu di depan masjid UI, eh tidak muncul-muncul juga. Sampai orang-orang yang tadinya duduk pun sudah pergi semua. Sampai saya ditegur security juga. Lampu mau dimatikan. Oh no! Saya disuruh pindah duduk yang kelihatan lampu agar kelihatan cctv. Sejujurnya saya merasa agak seram juga duduk sendirian sepi. Mana sebelah danau kan. Eh, alhamdulillah ada seorang bapak duduk di seberang saya. Saya lihat bapak tersebut menyetel tilawah quran di hp-nya. Lega. Tapi beberapa saat kemudian beliau berjalan dan menutup pintu luar masjid. Oh no!

Karena keluarga saya masih lama di perjalanan, akhirnya saya pindah duduk ke parkiran. Di sana masih ada 2 orang duduk bincang-bincang. Tapi tak lama kemudian, yang satu pergi. Ada orang lain yang melewati saya tapi melihat saya sebegitunya saya jadi seram. Takut orang jahat. :D

Sekitar pukul 22.00 keluarga saya datang. Alhamdulillah. Meluncurlah kami ke penginapan. :D

Kamis, 29 Agustus 2019 - Wisuda Fakultas

Tanggal 29 Agustus 2019 saya ikut wisuda fakultas di Balairung Budi Utomo Hotel Bumi Wiyata. Wisuda fakultas saya membayar 800 ribu rupiah untuk biaya wisuda termasuk snack dan makan siang, undangan 4 orang dan paket foto. Di acara wisuda ini, baik wisudawan S1-S3 digabung menjadi satu. Wisuda ini sifatnya tidak wajib. Jadi hanya orang tertentu yang bersedia ikut saja yang hadir. Untuk biaya yang dibayar juga bebas memilih paketnya. Menambah undangan dan paket foto adalah opsional. Pada acara wisuda ini wisudawan maju satu per satu bersalaman dengan dosen fakultas (tidak ada rektor) dan foto dengan memegang tabung simbolis. Tabung dikembalikan lagi. :D


Jumat, 30 Agustus 2019 - Free Day

Yay! Hari bebas! Saya memutuskan untuk jalan-jalan ke Dufan bersama 3 orang keponakan saya. Saya sih sudah berkali-kali ke Dufan, tapi keponakan saya ingin ke sana, jadi ya saya temani ke sana. Alhasil kakak-kakak dan ibu saya juga ikutan. Ya sudah, ramai-ramai ke sana. Padahal awalnya mereka punya rencana ke tempat lain. 

Sampai sana, saya kaget karena saya salah perkiraan. Awalnya saya pikir tiket hari jumat alias weekday 195 ribu rupiah. Rupanya khusus hari itu menjadi 295 ribu rupiah sama seperti weekend tapi jam buka sampai pukul 23.00. Kalau hari biasa kan hanya sampai pukul 18.00. Yang bikin kaget itu begitu ditotal harga tiketnya menjadi 2 jutaan untuk 7 orang. Syok. Ya Allah, untung bawa duit lebih. :D

Lalu kami antri masuk untuk dicap tangan. Eh, rupanya ibu saya ditanya petugasnya beliau berapa umurnya. Ibu saya kekeh mengakunya usia 65. Hehe. Dan usia segitu rupanya gratis masuk Dufan. Ya Allah saya baru tahu. Jadi saya bisa refund tiket ibu saya. Alhamdulillah bisa untuk makan siang. :)

Tapi berhubung ibu saya tidak membawa KTP, saya harus membuat berita acara bahwa ibu saya berusia 65 tahun ke atas. Setelah itu saya antar ibu saya ke bagian pengecapan yang khusus untuk lansia. Beres deh. Yay! :D


Sabtu, 31 Agustus 2019 - Wisuda UI

Wisuda UI dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2019. Wisuda ini sifatnya juga tidak wajib. Tapi kalau mau ikut ya harus membayar senilai 900 ribu rupiah. Dalam paket wisuda ini kamu mendapat jatah 2 undangan, toga, dvd, piagam alumni dll. Pengambilan foto dan piagam tanggal 14-24 Oktober 2019. Kamu mendapat kertas nomor antrian yang harus kamu bawa saat pengambilan nanti (diberi setelah gladi resik). Jangan lupa bawa juga kertas print-out pengambilan. Wisuda ini dipisah antara S1 dan S2/S3. Jadi, yang saya ikuti waktu itu jadwal pagi pukul 9.00-11.00 wib untuk S2/S3/profesi.

Saya waktu itu terlambat masuk. Rupanya ada banyak yang terlambat juga pada berkumpul di belakang. Berhubung waktu itu sedang menyanyikan lagu-lagu jadi tidak diperbolehkan masuk dulu sampai selesai lagu dinyanyikan. Tapi hikmahnya terlambat ini saya justru ketemu teman seperjuangan saya yang selalu saling menyemangati saat penulisan karya akhir. Jadilah kami masuk barengan. Hehe. 

Wisuda ini saya benar-benar apa adanya. Tidak ada pakai make-up salon ataupun ambil paket foto studio. Padahal dapat selebaran sih. Awalnya kepikiran mau ambil tapi kemudian urung. Sebelumnya sudah lihat-lihat sepatu juga tidak jadi beli. Wisudawan lain cantik-cantik nyalon. Eh, saya tidak ada nyalon sama sekali. Teman saya pun tidak jadi nyalon karena sudah full katanya link yang saya kasih. :D

Selesai acara, saya berpisah dengan teman saya dan kami menuju keluarga masing-masing yang sudah menunggu. Sebelum pulang, kami foto-foto dulu. Banyak fotografer berseliweran di sana. Kamu yang tidak mengambil paket foto studio, tak usah khawatir. Bisa pakai jasa fotografer yang ada. Mereka ada yang menawarkan jasa paket foto dikirim ke rumah setelah jadi dan bisa diedit dulu biar hasilnya cantik.

Dan kamu juga bisa beli pernik-pernik UI di sebelah Balairung. Banyak yang jualan seperti payung, boneka, bantal leher dll. Oya, yang mau beli bunga untuk wisudawan juga banyak sekali yang jual di luar Balairung. Tapi kok mahal amat ya. :D

Sambil menunggu teman saya yang katanya mau datang dan sudah di KRL, saya pun mengobrol dulu dengan keluarga saya di parkiran. Saya sebenarnya cemas apakah bisa ketemu karena bapak saya ingin cepat pulang. Tapi alhamdulillah masih sempat. Terima kasih ya sobat sudah menyempatkan diri hadir. Terima kasih juga bingkisannya ya! Baraqallahu :)


Setelah itu, saya cabut bersama keluarga besar saya menuju Lampung tercinta. 

Saturday, August 17, 2019

Berjilbab tapi Kena Kutu Rambut? Hiyyy!!! Begini Cara Mengatasinya...

8/17/2019 08:04:00 PM 0 Comments
Halo Sobat! Buat Sobat-sobat wanita, adakah kalian yang pernah kena kutu rambut? Kenapa saya hanya menyebut sobat wanita? Ya karena biasanya yang dihinggapi kutu rambut itu para wanita. Jarang dengar kalau anak laki-laki kutuan. Apa karena rambut mereka pendek ya sehingga mungkin si kutu gampang kepanasan. Tidak seperti rambut wanita yang umumnya panjang sehingga kutu betah dan merasa adem kali ya.



Saya mengangkat tema ini gegara obrolan saya beberapa hari lalu dengan rekan wanita saya tentang seseorang yang buka salon yang punya pelanggan wanita berhijab lebar tapi oh ternyata kutuan si pelanggan tersebut. Nah, kemudian pikiran saya melayang ke masa-masa saya SD. Saya pernah kutuan. Waktu SD saya belum berhijab. Pada jaman dulu kala rasanya hal biasa anak kecil kutuan. Hehe.

Perantara Penularan

Yang mengherankan adalah saat saya sudah berhijab dan waktu itu saya posisi sudah bekerja, eh saya kena kutu lagi. Astaghfirullah. Syok saya. Dari mana datangnya? Saya tinggalnya ngekos sendirian. Memang sih saya ada beberapa kali tidur bareng atau sekamar teman saya saat di hotel karena pelatihan. Saya juga pernah menginap di kamar kos teman saya. Tapi si dia tidak kutuan. Kalau teman yang sehotel, masa iya dia kutuan. Tak ingin menuduh sih. Yang jelas saya sering tidur di hotel kalau pelatihan atau pun ketika singgah saat akan pulang kampung. Kalau saya baca artikel di liputan6 sih penyebab menularnya kutu harus ada perantara seperti rambut, handuk, sprei, helm, sisir, dll karena kutu tidak bisa terbang.

Rambut
Perantara rambut ini paling mudah menularkan kutu. Jangan menempel-nempel rambut orang yang kutuan hati-hati tertular karena gatalnya tidak ketulungan.

Handuk
Handuk yang dipakai untuk rambut sangat mungkin menularkan kutu jika kutu menempel di handuk. Atau mungkin telurnya menempel di handuk lalu pindah ke rambut kamu dan menetas. Waspadalah!

Sprei
Mirip-mirip dengan handuklah ya kalau di sprei. Bisa jadi kutu jalan-jalan di sprei lalu hinggap ke orang berikutnya yang tidur di situ.

Helm
Helm kan dipakainya di kepala, sangat besar kemungkinan bisa menularkan kutu jika ada kutu yang hinggap. 

Sisir
Biasakan pakai sisir pribadi ya. Sisir bisa jadi perantara penularan yang efektif karena sisir otomatis dipakai untuk menyisir rambut.

Tanda-tanda Kutuan
Kalau kutuan itu rasanya sangat gatal di kepala. Gatal sampai panas rasanya. Kalau digaruk-garuk terus nanti bisa lecet kulit kepalanya. Lalu terasa seperti ada yang jalan-jalan di kepala. Haduh kebayang tidak sih geli kok ada hewan di rambut. Nah, kalau kamu mengalami ciri-ciri di atas, cepat cek ya!

Cara Mengatasi

1. Cara Biasa
Cara biasa adalah cara untuk mengurangi jumlah kutu untuk sementara ya, tidak bisa permanen menghilangkan. Dengan kata lain, pertolongan pertama sebelum dimusnahkan secara permanen (obat yang ampuh dibeli).

Pakai Serit
Kalau di rumah, jaman dulu kala ibu dan kakak perempuan saya yang suka mencari kutu di rambut saya. Bisa diserit pakai sisir serit atau dicari langsung di rambut pakai tangan (istilah jawanya petan). Kalau ingat si kutu geli rasanya. Ya Allah...

Pakai serit cukup efektif untuk sementara mengurangi jumlah kutu dan gatal. Harus sering-sering diserit. Jangan lupa dibunuh kutunya beserta telur yang jatuh.

Dibersihkan saat keramas
Cara lain yang bisa sementara mengurangi kutu (bukan menghilangkan permanen ya) adalah dengan cara membersihkan saat keramas. Bagaimana caranya? Saat keramas kan pakai shampoo. Biasanya kutu pada pingsan atau mabuk. Nah, saat itu gunakan kain putih bersih lalu acak-acak rambut menggunakan kain tersebut yang sudah dibasahi, begitu dilihat si kutu sudah pada menempel di kain. Nah, tinggal dimusnahkan alias dibunuh.

2. Cara Ampuh

Kalau cara ampuh yang pernah saya lakukan adalah dengan menggunakan peditox. Cukup tuang cairan peditox ke kepala menyeluruh sampai basah lalu tutup kepala sebelum tidur. Buka setelah bangun tidur dan keramas. Sebaiknya jangan hanya satu kali supaya benar-benar hilang si kutu. Dengan pakai peditox, kutu mati. Telur juga ikut mati.


Nah, sekian sharing dari saya. Semoga bermanfaat! 

Thursday, August 15, 2019

Tak Kenal Tapi Diundang?

8/15/2019 12:08:00 PM 0 Comments
Halo Sobat! Pernahkah kamu diundang orang tak dikenal? Tahu-tahu undangan ada di atas meja. 

Saya sering loh mengalami hal begini baik ketika saya masih di Mukomuko maupun di Kaur. Jadi saya simpulkan kalau kebiasaaan orang Bengkulu tuh begitu. Kalau ada orang hajatan begitu ya, nama kita di kantor diminta untuk ditulis di undangan. Lah, kenal juga tidak. Buang-buang duit untuk mencetak kertas undangan sih kalau menurut saya. Satu kantor diberi undangan semua. 


Yang teman seinstansi saya saja, pilih-pilih yang diberi undangan personal. Karena memang tidak kenal semuanya. Tapi kalau orang pemda begini semua dikasih undangan kenal tidak kenal. Sesuatu hal yang aneh sih menurut saya. 

Saya sendiri merasa aneh kalau menghadiri acara hajatan yang saya tak kenal satu pun. Siapa kamu? Siapa saya juga kan? 

Maret lalu di rumah orangtua saya ada hajatan. Yang punya acara kakak saya. Yang dia undang ya orang-orang yang dikenal saja. Ada dicatat di buku siapa saja yang hadir. Bahkan orang yang dikenal tapi terlewat diundang justru hadir dengan sendirinya.

Saya pribadi sih tidak mengharap imbalan kembali ya jika saya menghadiri undangan atau sekedar menitipkan amplop/kado. Kebanyakan yang saya titip itu justru orang-orangnya sudah pergi dari Bengkulu. Saya sendiri kan bukan orang Bengkulu. Asal saya jauh dari Bengkulu. Jadi, ketika suatu saat saya diberi kesempatan, waktu dan keluasan punya hajat, kemungkinan sangatlah kecil mereka hadir karena jarak membentang. Dan kemungkinan juga tidak saya undang karena mereka entah ada di mana. Tapi bagi saya minimal ketika saya datang/titip itu saya kenal dengan orangnya.

Dulu, di Mukomuko, saya di sana sampai ibu kos saya menikahkan anaknya sebanyak tiga kali dan semua resepsian besar-besaran. Ketika saya sudah tidak menjadi anak kosnya pun saya tetap hadir karena saya kenal dengan ibu kos walau saya tidak kenal dengan anak yang dinikahkan.

Ya, itu sekelumit pandangan saya loh ya. Jika orang lain berpikir lain ya silahkan saja. 




Saturday, August 10, 2019

Berapa IPK-mu? Kepo deh...

8/10/2019 01:30:00 PM 0 Comments
Halo teman-teman, jika kamu pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, pernahkah ada yang bertanya berapa IPK kamu? Ada berapa orang yang bertanya demikian?

Apakah mereka ada kepentingan bertanya? Apakah sekedar ingin tahu alias kepo?

Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian melakukan hal yang sama ke orang lain?


Mungkin kita dengan orang lain punya pola pikir yang tidak sama. Dan tentu kita yang terlahir dengan orang tua yang berbeda, lingkungan yang berbeda, budaya yang berbeda, akan banyak perbedaan dalam diri kita dengan orang lain.

Saya sebagai pribadi merasa tidak suka ikut campur urusan orang lain. Apalagi kalau menurut saya adalah hal yang privasi, tentu saya harus tahu diri, harus jaga mulut ini. Ingat kata pepatah 'silent is golden, speak is silver'. Yang berarti bahwa diam lebih baik daripada bicara.

Yang ingin saya bahas kali ini adalah soal IPK. Adakah orang yang bertanya karena kepo? Entahlah saya tidak tahu tapi saya tipe yang tidak menanyakan nilai ke orang lain. Biarlah berapa pun (mau besar atau kecil) dia simpan sendiri, menjadi kebahagiaan dia sendiri ataupun perenungan dia sendiri untuk lebih baik. 

Tak ada untung juga buat saya tahu tentang nilainya. Buat apa? OK. Mungkin itu saya. Saya tidak bisa menuntut orang lain sepemikiran dengan saya. Apakah saya cuek? Mungkin. Saya tidak suka mengurusi hidup orang lain. Mengurusi hidup saya saja sudah ribet.

Saya pulang kuliah, sudah beberapa orang yang bertanya. Ada yang saya jawab ada yang tidak. Tergantung situasi kondisi. Penting atau tidak untuk dijawab. Siapa yang bertanya.

Keluarga saya yang merupakan pendukung utama saya selama studi, mereka tak bertanya nilai saya. Yang mereka tanyakan adalah kapan selesai studi dan wisuda. :)

Saya menulis artikel ini karena mengalami sendiri dan terheran-heran bahwa ternyata ada orang yang sampai sebegitu keponya sampai membanding-bandingkan. Oh dunia... 

Wednesday, August 7, 2019

Ketika Pria Menangis, Apa Reaksimu?

8/07/2019 08:24:00 PM 2 Comments
Ketika seorang pria menangis di hadapanmu, apakah reaksimu? Akankah kamu ikut menangis bersamanya?

Haduh, kok drama Korea sekali sih pria menangis. Hey, jangan lupa pria kan manusia juga. Mereka punya air mata juga.

Apakah kamu menganggap pria menangis itu lemah? Kamu tidak suka pria lemah? Lah, lalu kenapa kamu suka drama Korea?



Di drama korea memang bukan pemandangan langka melihat tokoh pria menangis. Saya biasa saja loh melihatnya. Tidak menganggap cemen, tidak jantan atau semacamnya. Malah terharu bisa terbawa suasana saya. Hehe.

Saya kan jarang sekali berinteraksi dekat dengan pria ya jadi tidak ada pria yang secara nyata sampai menangis di depan mata. Tapi suatu ketika ada seorang pria yang memang sudah saya kenal dan mengobrol dengan saya via video call ya tiba-tiba meneteskan air mata ketika bercerita. Lah, kan saya jadi bingung. Saya harus bagaimana.


Melihat dia begitu sih saya sama sekali tidak menganggap dia lemah ataupun cengeng. Bagi saya dia adalah seorang pria yang punya sisi sensitif. Dia tetap maskulin. :)

Pria punya air mata juga kan? Bolehlah sekali-kali dikeluarkan. Biar lega. Hehe.

Biasanya sih pria yang bisa meneteskan air mata itu hatinya lembut. Haduh kok sok tahu sekali saya jadinya. Saya jadi ingat saya pernah punya teman pria yang menangis saat wisuda. Dia duduk di sebelah saya. Saya yang perempuan malah tidak menangis sama sekali. :D




Tuesday, August 6, 2019

Almond vs Pecan vs Macadamia vs Walnut vs Hazelnut vs Pistachio

8/06/2019 08:23:00 PM 2 Comments
Kalian penggemar kacang-kacangan? Jenis kacang apa saja yang sudah kalian coba? Yuk simak kacang-kacangan di bawah ini. Kalau jalan ke luar negeri saya sempatkan mencari kacang-kacangan.


Almond
Kalian pasti sudah tidak asing dengan kacang almond ya. Kalau kalian suka beli coklat biasanya ada pilihan berbagai kacang sebagai tambahan rasa coklat seperti almond dan cashew. Saya pribadi lebih suka almond ketimbang cashew.

Honey sugar almond

Butter creamy milk almond - Miniso

Kalau di coklat kan tahu sendiri beberapa biji saja almond yang nempel. Nah, saya coba makan yang memang versi almond utuh. Ada rasa honey sugar dan butter creamy milk. Saya beli rasa honey sugar sewaktu di Beijing karena ditawari tour guide lokal dan ingin mencoba karena saya penggemar kacang. Kalau butter creamy milk beli di Miniso Beijing dan online via shopee. Saya sih lebih suka yang butter creamy milk. Kalau sudah makan tak bisa berhenti. 1 kg almond butter creamy milk saya beli seharga 179.000 rupiah di shopee. 

Pecan
Kacang pecan biasa disebut kacang roti. Agak mirip kenari sih bentuknya tapi beda. Kacang ini memang enak sih rasanya. Hanya saja, mengupasnya itu yang agak sulit. Sering nempel di kulit sebagian. Tak bisa ditarik sekaligus. Aromanya enak saya suka. Saya tidak tahu ini aroma asli atau buatan. Saya pertama membeli pecan di Miniso Beijing.

Pecan - Miniso

Macadamia
Ini kacang mahal sekalilah ya. Tapi memang terbayar dengan rasanya yang enak. Dan mengupasnya juga perlu usaha lebih. Pakai plier ya Readers.

Macadamia - Miniso

Bentuknya bulat-bulat lucu. Tapi batoknya itu keras betul. Saya pernah coba gigit pakai gigi hanya sanggup 2 buah saja. Selebihnya ngilu... Ampun dah. :( Keren sekali sang Maha Pencipta.

Saya beli macadamia di Miniso Beijing.

Walnut
Saya beli walnut di toko oleh-oleh Beijing. Waktu itu saya beli karena penasaran itu kacang apa ya. Kata Bapak dari Sumbar, itu kacang kenari. Tapi bentuknya keriting dan ada daging serta kulit buahnya dibelah diantara kacang. Saya suka sih rasa kacangnya walau terkadang ada rasa sedikit pahit. Yang membuat penasaran adalah daging dan kulit buahnya itu kan kering, apa bisa dimakan. Ternyata bisa dimakan waktu saya coba. Masa iya cuma hiasan kan. Tapi saya cuma coba satu biji. Sisanya cuma kacangnya yang dimakan.

Walnut

Hazelnut
Hazelnut sulit ditemui di Indonesia. Ketika ke Turki saya mencoba beli hazelnut yang panggang kupas original. Saya sih tak terlalu suka tapi ibu dari Bandung yang duduk di bangku bus sebelah kiri saya suka rasa ini. Hehe. Tak sempat foto bungkusnya. Langsung dimakan saja.

Pistachio
Kalau kacang pistachio sih bertaburan di Indonesia ya terutama oleh-oleh haji. Saya suka kacang ini gurih asin. Tapi harganya memang mahal.

Nah, itu dia teman-teman kacang-kacangan yang saya buru kalau jalan-jalan. Pernah beli mede tapi kan mede juga bertaburan di Indonesia jadi tak usah dibuat review ya. Begitu pula kacang arab, banyak di Indonesia. Harga kacang arab lebih murah dibanding kacang-kacangan yang saya review di atas.

Apa kacang favoritmu?

Pictures credit to Reana.

Saturday, August 3, 2019

Cara Mengambil Uang Kiriman Western Union di Kantor Pos

8/03/2019 03:08:00 PM 0 Comments
Beberapa hari lalu saya mengobrol dengan kakak saya via telepon. Lalu dia bilang kalau dia kirim uang ke saya sebanyak 2 kali, Juni dan Juli. Lah, setahu saya tidak ada uang masuk ke rekening saya. Lalu saya cek rekening saat itu juga. Benar tidak ada transaksi masuk. Biasanya juga ada notifikasi sms kalau ada uang masuk.

Ok, kemudian dia bilang pengambilannya di kantor pos cukup dengan membawa ktp dan nomor pin. Sesimple itu. Saya dikasih nomor pin sebanyak 10 digit. Pikiran saya sih kemungkinan Western Union ini. Saya sih belum pernah mendapat kiriman uang selain transfer bank ya.

Baiklah saya search google dulu. Saya baca-baca tentang pengambilan uang western union dan juga batas waktu pengambilan. Ada artikel yang menyebutkan batas pengambilan 45-60 hari. Nah, saya khawatir juga kan kalau sudah hangus. Kala itu tanggal 26 juli 2019 malam saya mendapat informasi dari kakak saya. Keesokan harinya kan sabtu saya ke kantor pos Salemba UI yang paling dekat selepas sholat zuhur. Sampai sana rupanya tutup. Kantor pos tutup jam 13.00 ya kalau sabtu ternyata.

Saya kemudian kepikir ke kantor pos 24 jam. Tapi kemudian urung. Saya kembali ke kantor pos Salemba UI pada hari senin tanggal 29 Juli 2019. Sampai di sana saya mengeposkan surat untuk sahabat pena saya di Denmark. Sekalian saya tanya tentang pengambilan uang. Pak Pos bilang kalau ktp bukan ktp setempat (Jakarta) harus ada identitas pembanding seperti sim atau paspor. Nah, untungnya saat itu saya bawa sim. Kemudian saya fotokopi sekali saja karena mereka minta cukup satu. Batas pengambilan adalah satu bulan. Lewat itu hangus alias kembali ke pengirim bisa dikirim ulang. Lah, berarti sudah hangus donk yang juni.

Saya diminta mengisi formulir yang berisi identitas penerima dan pengirim. Saya isi sesuai ktp untuk identitas saya. Nah, untuk nama pengirim saya isi sesuai yang dibilang kakak saya saat saya tanya. Saat dicek oleh petugas, rupanya nama pengirim salah. Mereka tidak mau memberikan uangnya ke saya. Saya diminta bertanya atau minta resinya.


Berhubung kakak saya tak merespon saat itu juga saat saya telpon, ya sudahlah formulir dan fotokopi ktp sim saya ambil lagi dan pulang. Setelah itu, siangnya saya pulang kampung.

Di kampung, saya masih belum mendapat info nama pengirim tapi saya coba ke kantor pos terdekat. Saya diberi satu pin lagi yang merupakan kiriman lainnya karena memang dari informasi kakak saya mengirim dua kali tapi kemarin di Jakarta saya baru diberi satu pin.

Di kantor pos terdekat, saya datang tanggal 2 Agustus 2019 tapi malang, stok uang kosong. Petugas bilang besok pagi (sabtu) atau siangnya (jumat) saya diminta telpon untuk konfirmasi sudah bisa ambil atau belum. Baiklah, saya mengikuti saran pak pos tersebut. Saya simpan nomor pak pos dan siang harinya pukul 2 siang saya whatsapp. Rupanya dibalas belum ada. Oke, saya tidak ke kantor pos lagi siang itu. Tapi pagi hari tadi saya kembali ke kantor pos karena sudah lewat hari saya pikir sudah ada. Wajar kan? Kan pak pos sendiri yang bilang mau minta tambahan. Beliau juga tanya berapa besarannya.

Berhubung saya harus menelan kekecewaan lagi karena stok masih kosong, saya jadi emosi deh. Masa pak pos bilang senin nanti bisa beliau mau minta tambahan stok. Lah, senin saya sudah tidak di sini lagi. Beliau juga bilang pengambilan tidak harus ke sana tapi bisa ke tempat lain A atau B. Beuh, enak sekali bilang begitu. Kalau memang tidak bisa memberi pelayanan ya bilang saja dari kemarin alihkan saya untuk mengambil ke tempat lain. Saya kan ke situ karena di situ yang terdekat. Bikin emosi saja. Padahal saya jarang sekali emosi orangnya. Pak pos pun minta maaf ke saya. Ya sudahlah akhirnya saya putuskan ke tempat lain yang lebih jauh. Kalau tidak bisa juga, saya ke tempat lain lagi atau tidak usah diambil saja karena esok hari saya sudah pergi ke tempat yang aksesnya sulit.

Di kantor pos yang saya datangi, saya bermodalkan google map untuk search lokasi karena memang belum pernah kesitu. Di sana pelayanan ramah. Saya ditanya sih kenapa ambilnya di situ. Ya saya ceritakan apa adanya.

Saya isi formulir sebanyak 2x karena pengambilan 2x (ada 2 MTCN -- ini loh yang dibilang no pin oleh kakak saya yaitu MTCN). Nomor pelanggan di formulir diisi dengan nomor MTCN. Syarat yang dibutuhkan hanya fotokopi ktp 4x (kalau satu MTCN cukup 2x fotokopi ktp). Walau ktp saya bukan ktp situ tidak masalah dan tidak perlu identitas pembanding. Kok aturannya beda-beda? 

Pak pos bilang, biasanya kalau sudah pernah dibuka tidak bisa diambil (kan sudah pernah dibuka di jakarta yang satu MTCN). "Tapi saya coba dulu ya," kata Pak Pos.

OK. Saya tunggu beliau memproses. Rupanya semua uangnya masih bisa diambil, berarti belum hangus. Sudah lewat satu bulan sih untuk yang juni. Alhamdulillah, masih rejeki. Saya penasaran, saya tanya pak pos emang siapa nama pengirimnya? Ternyata tebakan saya benar.

Kemudian saya ditanya apakah saya mau asuransi untuk satu bulan ke depan sebanyak 5 ribu. Untuk apa? Saya bilang tak usahlah. Mending masukkan kotak amal kan?

OK. Sekian cerita saya. Jadi, kalau kamu baru pertama kali mengambil uang kiriman western union akan diminta mengisi formulir yang nantinya identitasmu itu didaftarkan oleh pak pos. Untuk pengambilan selanjutnya akan lebih mudah.


Friday, August 2, 2019

Menyusun Karya Akhir dan Cerita Sidang S2 MTI UI

8/02/2019 11:45:00 AM 55 Comments
Halo teman-teman! Di tahun 2019 ini saya merasa sangat tidak produktif menulis blog. Tapi kali ini saya mencoba kembali menulis. Semoga bermanfaat!

Akhirnya selesai juga kuliah di MTI UI. Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah dan saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu saya dalam perjalanan menuju kelulusan. Tak bisa saya sebutkan satu per satu kepada semua pihak yang telah memberi dukungan baik materiil maupun immaterial. Saya juga mengucapkan selamat kepada teman-teman seperjuangan yang lulus bersama. Sampai jumpa di prosesi wisuda ya! Masih lama sih wisuda 31 agustus. Semoga saya diizinkan cuti.

Sebenarnya ada yang saya pikirkan karena saya harus sudah masuk kerja kembali sebelum saya wisuda. Tapi mau bagaimana lagi. Awalnya saya masuk per 1 agustus tapi kemudian saya nego menjadi 5 Agustus. Alhamdulillah ada waktu bagi saya untuk pulang ke kampung halaman bertemu keluarga selama 6 hari. Awalnya hanya bisa satu hari di rumah jika harus masuk tanggal 1.

Kenapa baru tanggal 29 Juli saya pulang kampung? Saya menyelesaikan segala kewajiban saya dulu ke UI setelah dinyatakan lulus sidang yaitu berkas administrasi ke sekretariat dan permintaan perpustakaan yang semua itu butuh waktu. Foto saja saya sampai 5 kali bolak-balik sekretariat karena tidak memenuhi keinginan sekretariat. 😊

Di awal hingga pertengahan tahun 2019 ini saya fokus menulis karya akhir. Ceilee fokus. Hehe. Kegiatan kuliah saya memang hanya tinggal menulis karya akhir. Saya wara-wiri Salemba-Depok bimbingan ke dosen. Mungkin sampai bosan itu stasiun Pondok Cina dan juga jalanan serta pohon-pohon yang saya lewati menjadi saksi ketika saya berjalan kaki pergi pulang ke Fasilkom UI Depok. :D

Saya memang selalu berjalan kaki. Entah kenapa tidak kepikiran naik ojek online. Hanya beberapa kali terakhir saja memilih naik ojek karena kondisi fisik yang tidak sehat ataupun alasan lain seperti mengejar waktu.

Selain bimbingan, untuk sidang saya mendapat jatah tempat di Depok. Waktu itu 26 Juni 2019 saya berangkat pagi ke Stasiun Cikini. Sampai di Fasilkom pukul 8.00 pagi kira-kira, masih ada satu jam menuju sidang. Sampai di ruangan ternyata masih dikunci. Eh, petugas yang biasa buka kunci tidak tahu kalau ada jadwal sidang untuk MTI. Kalau ruangan sebelah sih sudah dibuka dan ramai, sidang skripsi sepertinya. Sebelum sidang, teman saya datang satu orang, dia membawa anaknya. Terima kasih ya atas dukungan dan doanya. Wah, sampai bawa anak segala. I appreciated that. Ketika giliran dia sidang, saya gantian hadir di Salemba. 


Begitu selesai sidang, saya harus merevisi karya akhir saya lalu mengejar tanda tangan dosen penguji dan pembimbing. Bolak-balik Salemba Depok adalah hal yang menjadi rutinitas saya selama menyusun karya akhir hingga selesai semua urusan. Jujur, commuter itu lelah. Saya selalu merenung kenapa ya setiap kali tiba di kos kok saya merasa lelah. Hmm, mungkin karena saya selalu jalan kaki dari stasiun pondok cina ke fasilkom. 😊

Urusan terakhir saya adalah ke perpustakaan yaitu mencetak karya akhir sesuai permintaan, menyerahkan CD dan unggah file. Sebelum semua itu dilakukan perlu edit format dulu dan ternyata makan waktu. Jadi, saya ini tidak bisa multitasking memenuhi kewajiban saya ke UI. Saya selesaikan satu per satu. Setelah semua urusan ini kelar, baru saya penuhi kewajiban saya ke kantor yaitu meminta SKL (surat keterangan lulus), menulis laporan studi, dan laporan selesai. SKL saya baru keluar tanggal 26 Juli pukul 5 sore. Hari senin tanggal 29 juli barulah saya kirimkan semua laporan ke kantor. Siang harinya saya meluncur ke bandara Soetta untuk pulang kampung. Ternyata masih ada salah untuk laporan selesai jadi harus saya perbaiki dan kirim pdf-nya keesokan hari karena kalau hari itu tidak memungkinkan. Berhubung di rumah tak bisa print dan scan, apa boleh boleh buat harus keluar rumah pagi-paginya.

Setiap orang ada ujiannya masing-masing

Ketika menyusun karya akhir, betapa saya menyadari jika setiap orang ada ujiannya masing-masing. Ada yang harus lanjut ke semester berikutnya dikarenakan berbagai kendala seperti pengambilan data yang belum terpenuhi sampelnya, topik yang mungkin berat sehingga tidak bisa selesai satu semester, mungkin ada keinginan dosen pembimbing yang belum terpenuhi atau segala macamnya. Pada intinya kita mengikuti arahan dosen pembimbing maunya apa. Tapi kembali lagi disesuaikan kemampuan kita. Kita juga harus mengutarakan ke dosen jika ada kesulitan supaya ada jalan keluar.

Untuk teman-teman yang masih lanjut ke semester berikutnya, saya doakan semoga lancar dan bisa lulus dalam satu semester depan. Aamiin.

Bagaimana saat malas menyerang?

Kita harus membuat target kapan ketemu dosen pembimbing. Kita harus memotivasi diri kita sendiri untuk bergerak ketemu dosen. Jika kita menuruti malas yang menyerang, percayalah kita tidak akan selesai karena tidak pernah ketemu dosen pada akhirnya. Sepengetahuan saya, dosen di UI mudah ditemui untuk bimbingan bahkan ketika sedang ke luar negeri pun bisa bimbingan online. Yang penting kita selalu ada progress.

Percayalah saya juga mengalami yang namanya sindrom malas. Memang menyebalkan sekali ini sindrom. Bagaimana tipsnya saat malas menyerang? Kalau saya cepat buat janji dengan dosen, sehingga mau tidak mau saya harus mengerjakan dan ada hasil yang dibawa sebelum bertemu dosen.

Saya tahu bagaimana rasanya menyusun karya akhir sendirian. Memang butuh motivasi. Terkadang saya sedang malas, eh tetiba dapat telepon atau whatsapp teman saya menanyakan hal tentang karya akhir. Lalu saya pun termotivasi untuk mengerjakan. Ada pula teman yang selalu memberi reminder kalau waktu sudah mau habis saya harus cepat mengerjakan.

Saya juga teringat keluarga yang sudah menanyakan kapan saya wisuda. Hehe. Jadilah itu sebagai motivasi agar cepat selesai. Lagipula buat apa berlama-lama jika bisa diselesaikan dalam satu semester? Jika berniat dan beraksi pasti bisa!

Jika ada teman sebimbingan yang dikenal akan lebih memotivasi sih menurut saya. Bisa janjian ketemu dosen bareng. Bisa diskusi apabila topik sama. Tapi kalau tidak ada ya harus jadi single fighter. Hehe. Apa-apa serba sendiri. Semua dilalui sendiri.

Cerita Sidang

Beberapa hari sebelum sidang sempat stres karena cerita teman ada angkatan sebelumnya yang tidak lulus dan harus lanjut ke semester berikutnya. Wah, segitunya pikir saya. Jadi seram kan. Ketika jadwal sidang keluar, berasa tidak siap. Ya Allah... Alhamdulillah terlewati juga sudah. Dan saat sidang yang sejam itu tidak terasa cepat sekali selesai. Tidak seseram yang dibayangkan. Asal kita mengerjakan sendiri pasti bisa menjawab pertanyaan. Dan yang saya tidak menyangka, penguji saya adalah dosen yang dulu namanya menjadi penulis 2 dan 3 saat paper saya keterima conference tahun 2018. 

Minta tanda tangan penguji juga tidak sulit. Satu dosen penguji ternyata mau pergi ke luar kota pas saya datang. Pas sekali saya datang saat itu. Alhamdulillah. 

Intinya banyak berdoa semoga dimudahkan oleh Allah.

OK. Sekian dulu cerita dari saya. Semangat ya teman-teman!


Wednesday, July 31, 2019

Jalan-Jalan ke Devoyage Bogor

7/31/2019 01:44:00 PM 0 Comments
Pada hari minggu tanggal 28 Juli 2019 lalu saya bikin acara perpisahan dengan teman saya ke Bogor. Bukan perpisahan sih tapi jalan-jalan sebelum saya balik ke kampung. Ketemu lagi entah kapan. :)



Rencana cuma ke Bogor. Sewaktu sampai di Stasiun Bogor dia bilang ingin ke Devoyage. Saya sendiri malah belum pernah dengar. Ternyata jauh ke sana. Macet pula. Panas. Kami naik ojek online tarifnya 23 ribu berangkat (dipotong voucher jadi 13 ribu). Setelah sampai sana masih harus bayar tiket masuk 40 ribu karena weekend (weekdays 30 ribu). Tidak boleh bawa makan minum pula.

Begitu masuk ternyata tempatnya tidak luas. Hanya spot foto-foto saja. Cocoklah untuk anak-anak atau abege. Ya, sebelum ke Eropa aslinya, ke replikanya dulu. Hehe. :)

Cihuy! Ada yang lagi mendayung berdua. So sweet. Tarik maanggg...






Ramai loh pengunjungnya. Jangan salah. Tua muda hadir. Apalagi hari gini tua muda hobi selfie. Ya kan? Tapi panasnya itu yang bikin saya tidak betah berlama-lama. Bogor panas banget ya. 







Saya yang berencana makan siang di dalam pun urung. Akhirnya saya hanya beli es krim durian seharga 20 ribu lalu duduk sebentar menghabiskan es krim. Selepas sholat zuhur, jalan sebentar lalu pulang ke stasiun. Kami pun makan di stasiun. :)

All pictures credit Reana.

Sunday, July 28, 2019

Saat Ketemu Lagi Teman Masa Muda - Inilah yang Terjadi!

7/28/2019 08:06:00 AM 0 Comments


Yuk simak cerita saya bersama teman-teman saya awal januari 2019 silam. Kami bertemu karena mereka bertandang ke rumah saya begitu tahu saya pulang kampung. Saya senang sekali mereka datang, sungguh tidak menyangka. Oya, mereka semua hadir ke reuni alumni SMP akhir desember lalu sementara saya tidak bisa hadir karena saya masih di Jakarta dan baru pulang awal januari. Mereka datang ke rumah saya begitu tahu saya pulang. That's so sweet! :)



A
Lulus SMK, merantau ke Malaysia. Pulang kemudian menikah. Saya sempat menghadiri pesta pernikahannya walau tidak mendapat undangan. Saat itu, saya sedang pulang kampung. Saya diajak sahabat saya untuk hadir. Kemudian dia sempat bertandang ke rumah saya sekali beberapa tahun kemudian. Dan kemarin tiba-tiba dia whatsapp saya. Dia pun datang ke rumah saya silaturahmi. Dia pun bercerita bahwa pernikahannya yang saya hadiri dulu kala gagal. Namun dia langsung mendapat gantinya. Bayangkan saja tidak sampai setahun dia menikah lagi. Setahun menikah dua kali. Saya pun bertanya apa rahasianya. Hehe. Kok bisa begitu cepatnya. Maksud saya kok bisa langsung klik begitu kenal lelaki baru. Dia sudah dikaruniai seorang anak perempuan dari pernikahannya yang kedua yang saat ini sudah sekolah SD. Pekerjaan teman saya ini adalah sebagai ibu rumah tangga.

B
Sudah mempunyai dua orang anak. Satu anak sudah masuk SMP dan satu lagi baru berusia 3,5 tahun. Teman saya ini datang menyusul A ke rumah saya. Sejak dulu memang sudah tinggi besar. Saat ini makin subur. Alhamdulillah. Pertanda hidup bahagia ya kan? Hehe. Teman saya ini juga seorang ibu rumah tangga. Sebelumnya pernah berjualan makanan namun berhenti karena mempunyai anak kecil. Saat ini hanya mengurus rumah dan sambilan tanam-menanam sayuran di kebun serta beternak ikan untuk mengisi waktu luang. Dulu saya sempat SMP SMA bareng dia. Bahkan dari SD saya sudah tahu dia karena kami satu desa. Dan dia sering menjadi perwakilan sekolahnya untuk kompetisi-kompetisi pelajaran antar sekolah. Jadi saya dulu sering ketemu dia saat kompetisi walau saya tidak pernah mengobrol. Hanya sekedar tahu.

C
Bisa dibilang kami tidak pernah mengobrol sewaktu saya sekolah bareng di SMP. Sewaktu saya masuk SMP saya masih ingat loh kalau dia itu adalah teman TK saya. Saya ingat dengan wajahnya dan juga namanya. Padahal kami tidak pernah ketemu begitu selesai TK hingga akhirnya sekolah bareng di SMP. Nah, tetiba dia bertandang ke rumah saya (ortu saya) bareng A dan B awal januari 2019 lalu. Kami mengobrol dan anehnya saya tidak ingat kalau kami sekelas sewaktu kelas 2 SMP. Ya Allah kok saya bisa lupa ya. Saat kami ketemu itu dia menjadi ibu rumah tangga.

D
Nah, D menyusul ke rumah saya juga. Kami tentu sudah kenal dari SMP. Dia juga sudah beberapa kali main ke rumah saya. Saya juga sudah pernah ke rumahnya dulu kala. Saat kami ketemu kemarin itu dia sudah menikah tentunya dan mempunyai satu orang anak. Pekerjaan dia adalah sebagai ibu rumah tangga.

Kalau saya tidak salah ingat, hampir semuanya bersuamikan supir. Yang satu orang lagi petani kalau tidak salah. Ada yang setiap hari suaminya pulang dan ada yang tidak bagi yang supir (jarak jauh). Selain pekerjaan suami yang mirip, mereka mempunyai kesamaan yaitu sebagai ibu rumah tangga.

Ketika mengobrol dengan mereka, saya tentu merasa bahagia karena sudah lama tidak bertemu. Mereka juga saya lihat sudah bahagia dengan kehidupan mereka masing-masing. Ada yang memang dulunya menikah cepat ada pula yang tidak. Tapi intinya mereka semua sudah mempunyai kehidupan yang sempurna sebagai seorang istri dan ibu. Mereka semua datang ke rumah saya membawa anak masing-masing loh. :)

Yang menjadi perenungan saya adalah mereka termasuk yang beruntung sebagai seorang istri karena ada suami yang menafkahi mereka. Mereka tak perlu bekerja namun sudah ada yang rela banting tulang demi mereka. Kenapa saya bilang beruntung? Betapa tidak! Di luar sana banyak wanita-wanita tidak beruntung dalam kehidupan rumah tangganya. Ada yang harus menjadi tulang punggung karena suami tak bertanggung jawab, ada pula yang harus bekerja agar ekonomi keluarga terangkat (membantu suami) sampai ke luar negeri menjadi asisten rumah tangga. Perjuangan tidak mudah kan bagi istri-istri yang mengalami hal demikian.

Teman saya A,C,D tetap bisa menikmati media sosial meski tinggal di desa. Akses internet butuh biaya kan? Hanya B yang tidak mempunyai media sosial. Saya menghargai pilihan B. Menurut saya, pilihan B cukup bagus untuk keutuhan rumah tangga. Kita tahu sendiri hari gini siapa yang bisa lepas dari internet kan? Dan media sosial bisa menjadi salah satu pemicu keretakan rumah tangga jika terlena.

Kenapa teman-teman saya itu bisa hanya mengandalkan suami alias menjadi ibu rumah tangga saja? Kesimpulan yang bisa saya tangkap adalah karena mereka harus bisa merasa "cukup" dengan berapapun besaran penghasilan suami. Apalagi hidup di desa tentu tidaklah seperti di kota yang banyak godaannya. Di desa masih ada kecenderungan hidup sederhana. Apalagi dengan memasak sendiri di rumah. Di desa juga tidak ada tempat makan yang wah seperti di mall. Jadi hidup bisa lebih hemat.

Saya sendiri merasakan ketika hidup di kota, pergi ke mall ketika akhir pekan hanya untuk sekedar refreshing atau membeli makan cukup menjadi hiburan. Kita tahu sendiri jika makan di mall minimal merogoh kocek 50 ribu rupiah. Belum lagi jajan yang lain atau menonton misal. Boros!

Pada intinya, bersyukur dengan kehidupan masing-masing menjadi kunci untuk tetap bertahan dalam keadaan. Salah satu teman saya berkata mungkin hanya dia yang sanggup diberi kehidupan seperti yang dia jalani sehingga Allah berikan kehidupan itu padanya. Dia hanya di rumah tidak pergi kemana-mana.

Tentu saya yang mendengar cerita mereka mau tak mau jadi membandingkan dengan kehidupan saya. Jika saya berkata jujur, tentu saya banyak ketertinggalan dibanding mereka. Namun juga ada hal-hal yang saya peroleh tapi mereka tidak. Itulah plus minus kehidupan. Mungkin mereka beruntung di satu hal tertentu, saya tidak. Tapi saya mendapatkan keberuntungan di sisi yang lain yang mereka tidak dapatkan.

Mereka sudah settle dengan kehidupannya (meski saya tidak tahu seberapa settle-nya kehidupan mereka) sementara saya belum. Mereka menetap sementara saya masih nomaden. Saya berpindah-pindah dari berbagai lokasi, saya bepergian kesana kemari, mungkin mereka tidak mengalami itu. Susah senang yang saya alami mereka tidak mengalami begitu pula sebaliknya.

Salah satu dari mereka ada yang bertanya apa saya tidak ingin menikah. :)

What a question, dear!

Tentu dengan nada guyon. Dan saya tentu tidak marah. :D

Terima kasih sudah perhatian. Doakan saja ya teman-temanku yang baik hatinya. :)


Wednesday, July 24, 2019

Jalan-Jalan ke Turki (Tulip Festival - Spring) Day 7-9 plus Komentar Penulis

7/24/2019 10:22:00 PM 0 Comments


Menuju detik-detik kepulangan yaitu perjalanan ke Ankara dan Istanbul kemudian tiba di Jakarta.

Mausoleum Attaturk
Hari Terakhir kami tiba di Ankara kemudian menuju Mausoleum Attaturk. Kami diperbolehkan masuk untuk foto di dalam satu per satu. Ada penjaganya loh. Diatur dan mengantri yang mau foto di dalam. Di dalam cuma replika sih bukan kuburan asli.


Nah, itu dia replika kuburannya.

Di sinilah kami ketemu banyak penduduk lokal tepatnya anak-anak sekolah. Ramai sekali pas kami datang sampai toilet ditutup. Hehe kata tour guide memang begitu kalau ada anak-anak sekolah berkunjung. Jadi kami tidak mengantri toilet di situ. Senang loh ketemu anak-anak sekolah di situ. Tak ada yang jelek ya Allah... Ramah pula anak-anak itu. Mungkin kami terlihat beda ya bagi mereka.


Salt Lake
Mampir ke Danau Garam sembari pulang ke Istanbul. Foto-foto dan belanja penghabisan. Serius! Di sinilah saya habiskan sisa lira saya. Soalnya kalau dibawa pulang akan sulit dijual apalagi kalau receh kan tidak laku biasanya.



Komentar tentang Turki

1. Negaranya cantik sekali saat musim semi. Ketika saya melewati jalan-jalannya pemandangan kebanyakan perbukitan. Jalan raya di Turki tidak rata alias perbukitan tapi pertamanannya bagus sekali. Banyak bebungaan yang tumbuh di pinggiran jalan. Sakura juga ada loh di sini.


2. Tidak macet seperti di Indonesia. Ada sebenarnya macet di waktu tertentu tapi tidak separah Indonesia. 

3. Tidak polusi. Cocok untuk berjalan kaki.

4. Pemandangannya cantik tidak hanya alamnya tapi juga manusianya. :)

5. Toilet bersih. Semua ada air untuk tempat-tempat yang kami singgahi. Musholla juga tersedia di tempat-tempat kami singgah. Jadi tak perlu khawatir kalau jalan-jalan ke sana.

6. Jeruk sunkist dan delima melimpah. Godaan berat ini untuk saya pecinta buah masam. Satu cangkir kecil jus jeruk/delima seharga 10 TL (Turkish Lira) sekitar 30 ribu rupiah. Tapi segar sekali dan asli dari perasan beberapa buah jeruk/delima bulat. Duh, kangen ini...

7. Jeruk sunkist/delima melimpah ruah di mana-mana. Di jalan-jalan banyak tumbuhan ini. 

8. Orang Turki yang saya temui ramah-ramah, tidak kasar. Apalagi penjaga tokonya, semua ramah... Dan mereka mayoritas bisa bahasa Indonesia dasar khusus tempat-tempat yang kami kunjungi. Jadi tak usah khawatir kalau belanja di sana dan kamu tak bisa bahasa Inggris.

9. Selain Indonesia, banyak turis dari Malaysia, China, Korea dan Jepang..

10. Kalau mau tukar uang Lira sebaiknya di Turki saja dan jangan tukar di bandara. Di bandara sudah ada pajak jadi Lira yang kamu dapatkan lebih sedikit. Tukar saja di luar bandara atau dengan bantuan Tour guide-nya. Saat saya ke sana, 1 USD dihargai sekitar 2800-an 

100 USD = 520 TL -- lewat Tour guide (recommended)
100 USD = 506 TL -- di bandara Turki

Tukar di Indonesia 1 TL = 3100-3400 rupiah. Dan jarang ada Lira di money changer Indonesia. Tukar saja uang kamu dalam USD atau euro.

Berapa uang saku saya? Saat itu saya membawa 456 TL dari Indonesia (1 TL=3150) untuk belanja dan 250 USD. Dolar untuk berjaga-jaga naik balon udara yang saya perkirakan 200-250 USD. Mau tukar USD lagi tapi tidak jadi, akhirnya uang dalam bentuk rupiah sekitar 2 jutaan saya bawa. Perkiraan total uang saku yang saya bawa 7 jutaan.

Benar saja harga balon udara di Pamukkale 200 USD dan Cappadocia 230 USD. Tapi berhubung balon tidak terbang, diganti jeep safari 100 USD. Ada tawaran malam Turki atau malam sufi senilai 60 USD. Jadi, kamu bisa perkirakan berapa uang yang harus dibawa kalau ke sana ikut travel agent seperti saya. Sebaiknya bawa USD yang banyak. Di sana gampang tinggal ditukar. 

11. Masakan Turki mungkin tak sesuai lidah orang Indonesia. Para peserta bilang hambar. Dan kebanyakan disediakan roti yang kering keras itu loh. Kalau selera Indonesia kan roti yang empuk. Nasi yang disediakan juga bukan nasi putih tapi nasi mentega. Di Turki tidak ada nasi putih kecuali di rumah makan Indonesia yang ada di sana. Silahkan bawa sambal, kecap, pop mie atau apa pun yang kamu suka.

Kalau saya pribadi sih tidak ribet ya. Apa yang ada, saya makan asal halal. Yang penting bisa untuk mengisi hak tubuh, untuk energi. Lain orang kan lain pendapat ya. Maklum.

12. Tour guide cerita kalau di Turki memegang budaya menikah satu istri. Kalau ternyata bercerai, si suami tetap bertanggung jawab menafkahi mantan istri sampai si mantan istri menikah lagi. Apakah kamu berminat mendapat pria Turki?

13. Gemas sekali deh rasanya saat melihat anak-anak kecil/bayi orang Turki. Lucunya ya Allah...

14. Ke Turki cukup pakai e-visa ya. Jangan lupa di print. 

15. Tour guide bilang, 99% penduduk Turki beragama islam tapi ya banyak juga yang islam KTP. Mirip-mirip Indonesia ya. :)

16. Pernak-pernik suvenir banyak di sana lucu-lucu.

Sekian sekelumit kisah dari saya. Ke mana lagi ya destinasi selanjutnya? Wishlist saya banyak sih (duh, jalan-jalan melulu maunya - bangkrut bandar). Tapi kok saya ingin umroh (lagi) ya.

Bismillah, semoga ada cerita perjalanan-perjalanan selanjutnya yang akan saya posting di sini... Aamiin.

Jalan-Jalan ke Turki (Tulip Festival - Spring) Day 5-6

7/24/2019 09:52:00 PM 0 Comments


Lanjut cerita hari 5-6...

Underground City
Kami berkunjung ke Underground City Cardak. Tempatnya ini seperti gua lebih tepatnya. Pada jaman dahulu sebagai tempat tinggal. Bahkan di dalamnya ada gerejanya. Ada pintunya juga besar untuk mengantisipasi kalau ada hewan buas masuk. Waktu itu tidak sempat ambil foto waktu di dalam.

Keluar gua, mencari spot untuk foto

Jeep Safari
Berhubung balon terbang tidak terbang karena cuaca tidak memungkinkan (yah sedih...), jadwal diganti dengan jeep safari. Jika balon terbang membayar seharga 250 USD, makan jeep safari cukup 100 USD. Lebih hemat ya? Iya tapi pasti beda pengalamannya. Satu jeep cukup untuk 4 penumpang.  Bukan jeep sih dapatnya tapi mobil biasa, ya tak apalah. Saya semobil dengan Mbak Atin dari Semarang, Ibu Endang dari Bandung, dan Ibu Sri Rejeki dari Bandung. Alhamdulillah asyik bareng Mbak dan Ibu! Terima kasih. :)




Seru juga sih jeep safari ini. Dan jadinya kami bisa sampai ke lokasi tempat selfie di sana yang background-nya seperti rumah burung. Cuaca dingin sekali saat di sini pagi hari. Subhanallah.

Ini background untuk foto yang instagrammable di sini.

Selfie di tempat bentuk love itu loh  instragammable! 



Toko Keramik
Di toko keramik yang kami kunjungi ini, koleksinya membuat berdecak kagum. Cantik-cantik sekali. Harganya memang mahal tapi memang sesuai karena buatan tangan dan menyala dalam gelap. Wuih.



Selamat datang!

Pasabag Valley
Di Pasabag Valley ini kamu bakal melihat pemandangan bebatuan jamur raksasa. Entah bebatuan atau bukit atau apalah namanya. Di lokasi ini cantik untuk berfoto. Saya mencoba es krim Turki di sini. Padahal cuaca dingin. Enak loh. Hihi. Duh, jadi pengen lagi. :)



Goreme Open Air Museum
Tempat terakhir yang dikunjungi di hari keenam adalah Goreme Open Air Museum. Tidak ada setengah peserta yang ikut ke sini loh karena memang tidak wajib ikut, bagi yang mau saja. Rugi deh kalau tidak ikut (menurut saya loh ya sudah jauh-jauh ribuan kilometer ke Turki hihi). Kalau dilihat sih tiketnya mahal. :D




Memang tempatnya mirip-mirip yang sebelumnya di Cappadocia yang seperti rumah burung begitu tapi bedalah ya. Di situ saya beli bookmark Cappadocia, magnet kulkas dan dompet (tempat pensil) Cappadocia dengan harga lebih murah.

Selain ke tempat-tempat di atas, kami juga ke Ortahisar, Panorama, dan Uchisar.

Minum sendiri sambil menunggu peserta lain selesai belanja :)

Nih, coba jus delima segar bikin ketagihan ya Allah pengen lagi. Tanpa es juga sudah dingin sekali pas musim semi di bulan April. Delima murah meriah di sana. Jeruk juga sama murahnya. Satu cup begitu dibandrol 10 lira (sekitar Rp. 30.000). Tapi asli diperes dari beberapa buah segar. Yummy! Mau lagi donk... :)

Lanjut di posting berikutnya ya!

Pictures credit to Reana!