Kepemimpinan Tanpa Amarah: Mungkinkah?
Tentu saja, masa lalu seseorang, terutama pengalaman di masa kecil, bisa sangat memengaruhi bagaimana mereka mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain, termasuk dalam kepemimpinan. Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh tekanan, sering dimarahi, atau tidak mendapatkan contoh pengelolaan emosi yang baik mungkin akan membawa pola itu ke kehidupan dewasanya.
Namun, bukan berarti mereka tidak bisa berubah. Kesadaran akan pola tersebut dan kemauan untuk belajar mengendalikan emosi dapat membantu seseorang menjadi pemimpin yang lebih baik. Pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa menginspirasi, membimbing, dan memberikan arahan dengan bijaksana, bukan yang memimpin dengan ketakutan.
Saya percaya, kepemimpinan bukan hanya soal mengatur orang lain, tetapi juga bagaimana seseorang bisa mengelola dirinya sendiri. Jika seorang pemimpin tidak mampu mengelola emosinya, bagaimana dia bisa mengelola tim dengan baik? Justru pemimpin yang bisa menahan diri dan bersikap bijak dalam menghadapi masalah akan lebih dihormati dan dicontoh oleh bawahannya.
Jadi, jika kita suatu saat menjadi pemimpin, penting untuk bertanya pada diri sendiri: "Apakah saya ingin dihormati karena kebijaksanaan saya atau hanya ditakuti karena amarah saya?" Jawaban dari pertanyaan itu bisa menentukan bagaimana kita ingin dipandang dan dikenang oleh orang-orang di sekitar kita.
Bagaimana menurutmu? Apakah pernah mengalami pemimpin yang emosinya tidak stabil atau justru sebaliknya, pemimpin yang benar-benar mengayomi? 😊


















