Follow Us

Tuesday, June 7, 2022

Mengejar Mimpi

Kemarin saya bertemu seorang teman. Sebenarnya sudah lama saya kenal nama tapi hanya sebatas tahu nama saja. Kami belum pernah ketemu (atau mungkin pernah dalam suatu acara hanya saja saya tidak ngeh). Sampai suatu ketika kami berdua pun bertemu. Ini pun karena keadaan. Karena memang hanya kami berdua yang hendak menghadap atasan sebelum akhirnya pindah bersama. 

Awalnya saya yang kontak dia supaya kami bisa sama-sama menghadap atasan. Biar tidak sendiri-sendiri. Sekalian pamitan ke pegawai-pegawai yang lain. 

Dari sinilah saya mendapat teman baru. Orang yang tadinya hanya kenal nama sekarang di tempat kerja baru menjadi teman. Kemarin dia datang ke ruangan saya. Sebenarnya agendanya itu saya mau kasih kado ke dia karena istrinya baru dua minggu yang lalu lahiran. Tapi rupanya dia mau sekalian konsultasi ke saya. Ceilee emangnya saya konsultan apa ya. Hehe


Tak boleh besar kepala.. saya bukan siapa-siapa. Hanya orang biasa yang mau berbagi pengalaman dan pemikiran. Baiklah saya dengarkan ceritanya. Rupanya dia berniat ingin mengikuti seleksi beasiswa S2 karena sedang dibuka pendaftaran. Sebagai orang yang sudah lebih dulu mendapat beasiswa, saya pun berbagi pengalaman dengannya. 

Saya melihat dia begitu antusias untuk bisa ikut tahun ini walau sebenarnya peluang dikabulkan atasan itu kecil mengingat belum genap 2 tahun di tempat kerja baru. Tapi dia mau berusaha dulu menghadap ke atasan. Masalah diterima atau ditolak urusan belakangan. Pada awalnya dia sudah berkecil hati untuk bisa lanjut S2, namun tak ada yang tahu jika ke depan peraturan akan S2 berubah. Batasan umur sudah dirubah menjadi lebih longgar. Sehingga teman saya ini merasa ada angin segar. Kalau saya sebagai teman menyemangati saja. Saya ikut senang kalau teman saya maju.

Tapi sebenarnya dia galau karena belum ada sertifikat toefl. Dia belum ada persiapan sama sekali. Nah, saya sarankan dia untuk mengambil tes prediction online dulu jika mendesak. Soalnya kalau ambil ITP langsung ga worth it menurut saya. Selain biayanya mahal (terakhir cek 585 ribu di UI), dia belum ada persiapan. Sama saja membuang uang nantinya. Dia cerita belum pernah tes sama sekali sebelumnya.

Dia minta rekomendasi buku toefl ke saya. Saya sarankan dia beli bukunya Longman karya Deborah Philips. Tapi pada akhirnya, dia pinjam buku saya hehe. Saking semangatnya dia ambil ke kos saya sepulang kerja. Padahal saya tawari besok bisa saya bawakan ke kantor. Tapi dia bersikukuh mau ambil sore itu juga. Semangatnya luar biasa. 

Sore itu juga dia ingin mampir ke UI mau menanyakan soal les toefl. Saya memang menyarankan dia untuk ambil les saja jika nanti ditolak ikut tahun ini. Jadi dia punya waktu panjang untuk persiapan tes toefl dan juga persiapan tes TPA.

Pagi ini saya mendapat kabar dari dia kalau dia ditolak ikut seleksi tahun ini dengan alasan belum genap 2 tahun. Ya sudah tidak apa-apa ambil hikmah positifnya. Dia punya waktu belajar lebih luang sampai pendaftaran tahun depan.

Sepengalaman saya, toefl dan tpa itu memang harus dipersiapkan dari jauh hari. Jika mau skor meningkat harus belajar. Saya beberapa kali ikut tes toefl tanpa persiapan, skor sama saja dengan sebelum-sebelumnya. Begitu saya belajar, skor pun naik. TPA pun harus dipersiapkan dengan baik. Apalagi TPA ini jenis soalnya ada banyak. Kita harus menguasai jenis-jenis soalnya supaya siap bertempur. Pengalaman saya ikut tes TPA sudah pernah saya share di posting sebelumnya. 

Yang saya garis bawahi dari cerita di atas adalah semangat. Bagaimana kita harus semangat mengejar mimpi. Walau terkadang ada batu terjal yang harus dilewati, kita tidak pernah tahu kapan dan di mana kemenangan itu akan menyinggahi kita. Mungkin di percobaan pertama kedua belum berhasil, tapi di percobaan ke sekian kali barulah berhasil. Mungkin di tempat yang lama masih gagal. Tapi siapa tahu di tempat baru akan berhasil. Jika dulu sulit, mana tahu saat ini mudah. 

Intinya jika sudah rejeki maka Allah pasti beri. Dan Allah memberikan yang terbaik menurut-Nya dari segi waktu, tempat, dan termasuk jurusan serta jenis beasiswanya. Allah yang lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya di masa depan. Hanya saja kita manusia yang seringkali terburu-buru. Karena waktu yang belum tepat menurut Allah itulah makanya banyak halangan rintangan. Istilahnya belum rejeki. Tapi dari situ ada pelajaran berharga bagaimana kita belajar ikhlas. Dan kita harus tetap semangat. Jangan berputus asa. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Serahkan keputusan akhirnya pada Allah taala. Tetap positif menghadapi hidup ini ya sobat!

Sampai jumpa di posting berikutnya! 

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!