Follow Us

Friday, June 3, 2022

Maaf, Tidak Sefrekuensi!

Hai sobat! Kalian pasti punya teman akrab kan ya? Kalian merasa tidak sih kalau kalian itu cocok-cocokan saat berteman dengan seseorang? Kalau iya, berarti kita sama. Kalian ada tidak perasaan yang bilang, "Aku cocok nih sama dia. Aku nyaman sama dia."

Saat kenalan dengan orang baru kalian langsung merasa klik. Tapi ada juga yang tidak. Seperti ada penolakan dari dalam diri kalian. Kalian tidak merasa nyaman.

Saya mengalami seperti itu sobat. Saya ini tipe yang sedikit teman akrab tapi awet dan setia. Saya sama sekali bukan tipe yang banyak teman tapi sebenarnya tidak ada yang akrab. Ada kan ya yang begitu?



Saya tipe yang cukup dengan satu dua teman akrab tapi kami selalu bersama. Ke mana-mana bareng. Karena pada dasarnya saya itu senang ada teman alias kalau bepergian senang ada teman minimal satu orang agar ada teman ngobrol, agar tidak mati gaya. Tapi tidak menutup kemungkinan jika terpaksa harus sendirian ya bisa juga sendirian. Tipe yang tidak tergantung. 

Jika orang lain (bukan teman akrab) tidak mau jalan sama saya ya tidak memaksa. Mungkin dia tidak nyaman dengan saya. Mungkin dia lebih enjoy sendiri ketimbang dengan saya. Begitu pula sebaliknya. Santai saja... Tak usah diambil pusing.

Dalam pertemanan ini saya merasa betul ada yang namanya kecocokan. Mungkin kalau bisa divisualisasikan ada energi tertentu misal punya saya warna biru. Lalu ketemu orang baru yang juga biru lalu kita klop. Lalu ketemu yang warna merah tidak klop (benturan energi). 

Ya sudah tidak bisa dipaksa untuk bersama. Dengan sendirinya akan berpisah kok. Pertemanan ini seperti seleksi alam.

Saya yakini yang tetap stay dengan saya ya dia yang sama seperti saya. Dia yang sefrekuensi dengan saya. Kalau tidak sefrekuensi, saya yakin tidak akan menyatu. Pasti akan pergi dengan sendirinya.

Tanpa disadari saya menarik orang-orang yang sefrekuensi dengan saya. Orang yang bisa akrab dengan saya adalah orang-orang yang tidak jauh beda dengan saya bisa secara pemikiran, sifat, kegemaran, dan lain-lain. Saya merasa teman akrab saya adalah orang-orang yang baik. Tentu baik secara kasat mata ya. 

Kalau kebaikan yang disembunyikan, tentu saya tidak tahu. Hanya Allah yang tahu. Makanya kita tidak boleh menghina, merendahkan dsb terhadap orang lain ataupun merasa lebih baik dari orang lain karena kita tidak pernah tahu ada seberapa banyak kebaikan yang dia sembunyikan. 

Mana tahu kalau ternyata kita bukan apa-apanya dibanding dia. Mana tahu kalau orang yang tidak kita sukai di dunia tapi dicintai di langit. Sementara kita?

Sebelumnya saya pernah cerita kalau 2 orng teman karib saya meninggal dunia. Mereka meninggal di usia muda. Saya katakan kalau mereka orang baik di masa hidupnya. Sebagai teman saya bisa merasakan kalau mereka orang baik. Bukankah ada yang bilang kalau orang baik meninggalnya cepat? Mungkin memang ada benarnya. Satu orang meninggal di hari jumat. Dan satu lagi di hari sabtu. Mungkin amal kebaikannya sudah cukup sehingga mereka pun harus kembali ke asalnya. Hanya Allah yang tahu.

Saya merasa hanya orang-orang tertentu yang bisa cocok (akrab) dengan saya. Mungkin karena tidak sefrekuensi tadi makanya tidak cocok? Jangankan cocok, mengobrol pun hanya orang tertentu yang mau mengobrol dengan saya. Bukan saya merasa diri saya eksklusif ya sobat tapi ini nyata apa adanya. Makanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya bisa menuliskan posting ini. Adakah kalian yang juga mengalami hal yang sama seperti saya? Jika iya, tenang saja ya sobat kamu tidak sendirian. Ada saya hehe.

Saya sih tidak mengambil pusing dengan keadaan ini. Saya juga tidak bisa memaksa diri saya menjadi orang lain agar saya disukai banyak orang. Toh sudah default saya begini saya terima diri saya. Walau saya berbaur dengan orang yang berbeda 180 derajat saya tetap tidak terwarnai alias saya tetap begini. Berdamai saja dengan diri sendiri. 

Cheers!

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!