semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Sunday, March 16, 2025

The Algebra of Happiness: Persamaan Kehidupan yang Sederhana tapi Bermakna

3/16/2025 05:34:00 PM 0 Comments

Kebahagiaan bukan hanya tentang apa yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menjalani hidup. Inilah inti dari The Algebra of Happiness, buku yang ditulis oleh Scott Galloway—seorang profesor bisnis yang dikenal karena cara berpikirnya yang tajam dan realistis. Dalam buku ini, Galloway merangkum pengalaman hidupnya dan memberikan formula sederhana untuk menjalani hidup yang lebih bahagia, sukses, dan bermakna.


Buku ini bukan sekadar teori, tetapi refleksi dari perjalanan pribadi Galloway—tentang cinta, karier, keluarga, dan arti kesuksesan yang sebenarnya. Ia menyajikan perspektif unik tentang bagaimana kita bisa mencapai kebahagiaan dengan pendekatan yang lebih logis dan praktis.



1. Uang Memang Penting, tapi Bukan Segalanya

Galloway tidak munafik—dia mengakui bahwa uang bisa membeli kebebasan dan kenyamanan. Namun, dia juga menekankan bahwa setelah titik tertentu, kekayaan tidak lagi berkorelasi dengan kebahagiaan.

  • Fokuslah pada stabilitas finansial, bukan sekadar kekayaan berlimpah.
  • Jangan terjebak dalam gaya hidup yang membuat kita terus mengejar materi tanpa akhir.
  • Investasikan pada pengalaman, bukan hanya barang. Kenangan lebih berharga daripada benda-benda mewah.

2. Karier: Pilih Jalan yang Memberi Kepuasan, Bukan Hanya Gaji Besar

Banyak orang terjebak dalam pekerjaan yang membayar tinggi tetapi membuat mereka merasa kosong. Galloway menyarankan:

  • Pilih pekerjaan yang memberi kita kesempatan untuk berkembang dan merasa dihargai.
  • Jika ingin sukses, bersiaplah bekerja lebih keras di usia muda. Ini adalah fase di mana energi dan waktu kita masih melimpah.
  • Jangan takut mengambil risiko, tapi tetap realistis dalam menimbang keputusan.

3. Hubungan: Investasi yang Tak Ternilai

Salah satu poin terkuat dalam buku ini adalah tentang hubungan manusia. Galloway percaya bahwa kesuksesan dan kebahagiaan sejati datang dari hubungan yang kita bangun dengan orang-orang di sekitar kita.

  • Habiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman-teman. Di akhir hidup, mereka adalah yang paling berarti.
  • Pilih pasangan yang tidak hanya menarik secara fisik, tetapi juga memiliki nilai-nilai yang selaras dengan kita.
  • Jangan terlalu sibuk mengejar kesuksesan sampai lupa bahwa kebahagiaan sejati datang dari kebersamaan.

4. Kesehatan: Aset Terbesar yang Sering Diabaikan

Tak peduli seberapa sukses kita, semuanya tidak berarti tanpa kesehatan. Oleh karena itu:

  • Berolahraga secara teratur dan jaga pola makan.
  • Kurangi stres dengan cara yang sehat, seperti meditasi atau olahraga, bukan dengan konsumsi berlebihan.
  • Tidur cukup. Kurang tidur bisa mengurangi produktivitas dan membuat kita lebih cepat stres.

5. Kebahagiaan Itu Persamaan, Bukan Keajaiban

Galloway mengibaratkan kebahagiaan sebagai aljabar—ada variabel yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak.

  • Variabel yang bisa kita kontrol: usaha, disiplin, sikap positif, kesehatan, dan hubungan yang kita jaga.
  • Variabel yang tidak bisa kita kontrol: keberuntungan, latar belakang keluarga, dan kejadian tak terduga dalam hidup.

Kuncinya adalah fokus pada hal-hal yang bisa kita ubah dan menerima apa yang di luar kendali kita.


Kontemplasi: Bagaimana Persamaan Kebahagiaan Saya?

Setelah membaca konsep-konsep ini, coba tanyakan pada diri sendiri:

  1. Apakah saya terlalu fokus mengejar uang tanpa memperhatikan hubungan dan kesehatan saya?
  2. Apakah saya menjalani karier yang saya nikmati atau hanya sekadar bertahan demi gaji?
  3. Apa yang bisa saya lakukan untuk lebih menghargai hidup saya sekarang?

Kesimpulan: Kebahagiaan Bukan Tujuan, tapi Proses

The Algebra of Happiness mengajarkan kita bahwa kebahagiaan bukan sesuatu yang datang secara ajaib, tetapi hasil dari bagaimana kita mengatur hidup kita. Tidak ada rumus pasti, tetapi dengan menyeimbangkan karier, hubungan, kesehatan, dan pola pikir, kita bisa menemukan jalan menuju kehidupan yang lebih memuaskan.


Pada akhirnya, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang kita temukan di luar sana—tetapi sesuatu yang kita ciptakan sendiri setiap hari.


Dari semua pelajaran dalam buku ini, mana yang paling relevan dengan kehidupan kamu saat ini?

This Is Me Letting You Go: Seni Melepaskan dan Merelakan

3/16/2025 10:25:00 AM 0 Comments

Kehilangan adalah bagian dari hidup, tetapi merelakan sesuatu atau seseorang yang pernah kita cintai bukanlah hal yang mudah. This Is Me Letting You Go karya Heidi Priebe adalah buku yang menggali bagaimana kita menghadapi perpisahan, mengatasi rasa sakit, dan akhirnya menemukan kedamaian dalam melepaskan.


Buku ini bukan hanya tentang putus cinta, tetapi juga tentang semua bentuk kehilangan—persahabatan yang retak, impian yang tak tercapai, atau masa lalu yang sulit dilepaskan. Dengan gaya tulisan yang puitis dan penuh refleksi, Priebe membantu kita memahami bahwa melepaskan bukan berarti melupakan, tetapi menerima bahwa sesuatu telah berubah dan tidak bisa kembali seperti dulu.


Mengapa Melepaskan Itu Sulit?

  1. Kita Terikat pada Kenangan
    Setiap hubungan, setiap mimpi, setiap masa lalu membawa cerita yang melekat dalam diri kita. Melepaskan berarti menerima bahwa cerita itu telah berakhir, dan itu menakutkan.

  2. Kita Takut Kosong dan Sendiri
    Sering kali, kita bertahan bukan karena masih mencintai, tetapi karena takut menghadapi ruang kosong yang ditinggalkan oleh orang atau harapan yang telah pergi.

  3. Kita Berharap Segalanya Bisa Berjalan Seperti Dulu
    Ada bagian dari diri kita yang terus berharap bahwa jika kita cukup berusaha, sesuatu bisa diperbaiki. Tapi, tidak semua hal bisa kembali seperti semula, dan itulah kenyataannya.

Melepaskan Bukan Berarti Mengabaikan

Heidi Priebe menekankan bahwa melepaskan bukan berarti kita harus membenci atau menghapus kenangan. Justru, melepaskan adalah tindakan menerima bahwa sesuatu telah berlalu, tanpa berusaha mengubah atau menghidupkannya kembali.

  • Menghargai yang Pernah Ada
    Kita bisa berterima kasih atas kenangan dan pelajaran yang diberikan oleh seseorang atau sesuatu yang pernah hadir dalam hidup kita, tanpa harus terus menggenggamnya erat.

  • Mengakui Rasa Sakit Tanpa Takut Menghadapinya
    Tidak apa-apa merasa sakit. Tidak apa-apa menangis. Proses melepaskan tidak instan, dan menerima rasa sakit adalah bagian dari penyembuhan.

  • Menyadari Bahwa Hidup Terus Berjalan
    Dunia tidak berhenti meski kita kehilangan sesuatu. Akan ada hal baru, orang baru, kesempatan baru yang mungkin belum bisa kita lihat sekarang.

Kontemplasi: Apa yang Harus Saya Lepaskan?

Setelah membaca buku ini, tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah saya masih terjebak dalam sesuatu yang seharusnya sudah saya lepaskan?
  • Apa yang saya takutkan dari melepaskan?
  • Bagaimana saya bisa mulai menerima kenyataan dan melangkah maju?

Kesimpulan: Melepaskan Adalah Cinta yang Dewasa

Melepaskan bukan tanda kelemahan, melainkan bukti kedewasaan. Ini adalah cara kita menghargai masa lalu tanpa membiarkannya menghantui masa depan. This Is Me Letting You Go adalah surat perpisahan yang mengajarkan kita bahwa kita bisa berduka atas kehilangan, namun tetap melanjutkan hidup dengan hati yang lebih lapang.


Karena pada akhirnya, melepaskan bukan berarti kehilangan—tetapi menemukan kembali diri kita sendiri.

You're Not Enough (And That's Okay): Menerima Keterbatasan dan Menemukan Makna Sejati

3/16/2025 10:25:00 AM 0 Comments

Di era yang dipenuhi dengan pesan motivasi seperti "You are enough," "Love yourself," dan "You can do anything," buku You're Not Enough (And That's Okay) karya Allie Beth Stuckey hadir dengan perspektif yang berbeda. Ia menantang budaya self-love berlebihan yang sering kali membuat kita terjebak dalam ekspektasi tak realistis. Stuckey menyoroti bagaimana keyakinan bahwa kita sudah cukup dalam segala hal sebenarnya bisa berujung pada kekecewaan, tekanan, dan kelelahan mental.



Mitos "Kamu Sudah Cukup" dan Realitas Hidup

Kita sering diajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri sendiri, bahwa kita hanya perlu mencintai diri sendiri agar merasa cukup. Namun, apakah benar demikian? Jika benar, mengapa banyak orang yang sudah memiliki segalanya—kesuksesan, pengakuan, dan pencapaian—tetap merasa hampa?

Stuckey berpendapat bahwa we are not enough, bukan karena kita tidak berharga, tetapi karena manusia memang terbatas. Kita tidak selalu bisa memenuhi semua ekspektasi, tidak selalu bisa membahagiakan diri sendiri, dan tidak selalu punya jawaban atas semua persoalan hidup.

Alih-alih terus berusaha membuktikan bahwa kita cukup, ia mengajak kita untuk menerima keterbatasan kita dan menemukan makna sejati di luar diri kita.

Mengapa Kita Tidak Pernah Cukup?

  1. Kita Memiliki Batasan
    Manusia diciptakan dengan keterbatasan—baik fisik, emosional, maupun mental. Kita tidak bisa selalu kuat, selalu positif, atau selalu memiliki kendali atas keadaan.

  2. Dunia Tidak Berputar di Sekitar Kita
    Budaya self-love ekstrem mengajarkan bahwa kebahagiaan tergantung sepenuhnya pada bagaimana kita memandang diri sendiri. Namun, kenyataannya, kita tidak hidup dalam ruang hampa. Hubungan, komunitas, dan nilai yang lebih besar dari diri kita justru memberi arti pada hidup.

  3. Mengandalkan Diri Sendiri Bisa Melelahkan
    Jika kebahagiaan hanya bergantung pada diri sendiri, kita akan terus merasa harus memperbaiki diri, mengejar kesempurnaan, dan berusaha keras untuk tetap “cukup.” Ini bisa menjadi tekanan yang melelahkan.

Menerima Keterbatasan dan Menemukan Makna Sejati

Jika kita tidak cukup, lalu apa yang bisa kita lakukan? Stuckey mengajak kita untuk mengalihkan fokus dari diri sendiri ke sesuatu yang lebih besar. Dalam konteksnya, ia berbicara tentang kepercayaan kepada Tuhan, tetapi prinsip ini bisa diterapkan secara luas—kita bisa menemukan makna dalam hubungan, komunitas, dan nilai-nilai yang kita pegang.

  • Alihkan Fokus dari Diri Sendiri
    Alih-alih selalu bertanya, "Bagaimana saya bisa lebih mencintai diri sendiri?" coba tanyakan, "Bagaimana saya bisa lebih melayani dan mencintai orang lain?" Kadang, kebahagiaan justru datang ketika kita keluar dari lingkaran pemikiran yang hanya berpusat pada diri sendiri.
  • Terima Kelemahan, Tapi Jangan Menyerah
    Mengakui bahwa kita tidak cukup bukan berarti kita menyerah atau tidak berharga. Justru, dengan menerima keterbatasan, kita bisa lebih jujur dalam menjalani hidup dan mencari bantuan saat membutuhkannya.
  • Temukan Makna yang Lebih Besar
    Kebahagiaan sejati tidak selalu berasal dari pencapaian pribadi, tetapi dari koneksi dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita—baik itu iman, keluarga, komunitas, atau nilai-nilai yang kita anut.

Kontemplasi: Hidup Bukan Tentang Membuktikan Diri

Setelah membaca buku ini, kita bisa bertanya kepada diri sendiri:

  • Apakah saya terlalu keras pada diri sendiri untuk selalu menjadi "cukup"?
  • Apakah saya mencari kebahagiaan dalam pencapaian yang tidak pernah berujung?
  • Apa yang bisa saya lakukan untuk hidup lebih bermakna, tanpa terobsesi menjadi sempurna?

Kesimpulan: Tidak Cukup, Tapi Tetap Berharga

You're Not Enough (And That's Okay) bukan buku yang ingin menjatuhkan semangat, tetapi justru membebaskan kita dari tekanan untuk menjadi cukup dalam segala hal. Kita tidak harus selalu kuat, selalu berhasil, atau selalu punya jawaban. Dan itu tidak apa-apa.

Menerima bahwa kita tidak cukup bukan berarti kita gagal—itu justru langkah awal untuk hidup lebih autentik, lebih terhubung dengan orang lain, dan lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar bermakna.

When Bad Things Happen to Good People

3/16/2025 07:14:00 AM 0 Comments

Dalam hidup, kita sering bertanya: Mengapa hal buruk terjadi pada orang baik? Pertanyaan ini bukan hanya sekadar refleksi intelektual, tetapi juga jeritan hati yang lahir dari penderitaan nyata. Rabbi Harold S. Kushner, dalam bukunya When Bad Things Happen to Good People, mengajak kita untuk menyelami pertanyaan ini dengan jujur, bukan dengan jawaban klise, tetapi dengan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan, keadilan, dan keberadaan Tuhan.



Ketika Hidup Tak Berjalan Sesuai Harapan

Hidup tidak selalu adil. Orang baik bisa terkena musibah, sementara mereka yang tidak peduli pada nilai-nilai moral bisa hidup dengan nyaman. Hal ini memunculkan perasaan tidak adil yang sulit diterima. Kita ingin percaya bahwa kehidupan bekerja seperti matematika yang presisi—di mana kebaikan selalu dibalas dengan kebahagiaan, dan kejahatan selalu mendapat hukuman. Namun, realitas sering berkata lain.


Di saat-saat seperti ini, kita tergoda untuk mencari penyebab:

  • Apakah ini hukuman atas kesalahan yang tidak kita sadari?
  • Apakah Tuhan sedang menguji kesabaran kita?
  • Apakah kita kurang berdoa, kurang bersyukur, atau kurang beriman?

Namun, seperti yang diungkapkan Kushner, tidak semua penderitaan adalah bagian dari rencana Tuhan. Ada hal-hal yang terjadi karena hukum alam, karena keputusan manusia, atau karena dunia ini memang tidak sempurna.

Tuhan dan Penderitaan: Bukan Penyebab, tetapi Sumber Kekuatan

Salah satu wawasan terbesar dari buku ini adalah cara kita memahami peran Tuhan dalam penderitaan. Banyak orang berpikir bahwa jika Tuhan Mahakuasa, maka segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak-Nya. Namun, Kushner menawarkan perspektif lain: Tuhan bukanlah penyebab penderitaan, melainkan kekuatan yang membantu kita menghadapinya. Tuhan hadir bukan sebagai sosok yang mendatangkan cobaan untuk menguji kita, melainkan sebagai tempat kita menemukan ketenangan, keberanian, dan harapan. Dalam kesedihan, kita tidak sendirian. Tuhan tidak selalu mencegah badai datang, tetapi Dia berjalan bersama kita melewati badai itu.

Menemukan Makna dalam Penderitaan

Banyak dari kita pernah mengalami kehilangan, kegagalan, atau penderitaan yang terasa tak tertahankan. Saat menghadapi itu, kita dihadapkan pada dua pilihan: larut dalam kepahitan atau mencari makna di dalamnya. Kushner mengajarkan bahwa meskipun kita tidak bisa selalu mengendalikan apa yang terjadi dalam hidup, kita bisa memilih bagaimana meresponsnya. Orang-orang yang mampu menerima kenyataan dan tetap mencari makna dalam hidup cenderung lebih kuat dalam menghadapi kesulitan. Di sinilah letak keajaiban kehidupan—bukan pada janji bahwa kita akan selalu bahagia, tetapi pada keyakinan bahwa kita bisa menemukan cahaya bahkan di kegelapan.

Kontemplasi: Bagaimana Kita Menjalani Hidup?

Setelah membaca buku ini, kita diajak untuk bertanya kepada diri sendiri:

  • Apakah saya mengukur hidup dengan konsep keadilan yang mutlak, atau dengan penerimaan yang penuh kedamaian?
  • Saat saya menghadapi kesulitan, apakah saya lebih sering menyalahkan keadaan, atau mencari kekuatan untuk menghadapinya?
  • Dalam penderitaan, apakah saya masih bisa menemukan makna, sekecil apa pun itu?

Penderitaan adalah bagian dari kehidupan, tetapi bukan akhir dari segalanya. Ada cinta, ada harapan, dan ada keindahan yang bisa ditemukan bahkan di tengah kesedihan.

Kesimpulan: Hidup dengan Hati yang Penuh Harapan

When Bad Things Happen to Good People bukan hanya sebuah buku, tetapi juga ajakan untuk menjalani hidup dengan lebih lapang. Kita mungkin tidak bisa mencegah hal buruk terjadi, tetapi kita bisa memilih bagaimana menjalaninya.


Mungkin keadilan dunia ini tidak selalu seperti yang kita harapkan, tetapi selama kita bisa menemukan makna, berbagi kebaikan, dan tetap berharap, maka kita telah menang dalam cara yang lebih dalam—bukan sebagai manusia yang bebas dari penderitaan, tetapi sebagai manusia yang tetap kuat meskipun diterpa badai.

Berbeda Sudut Pandang: Mengapa Kita Tidak Selalu Sepaham?

3/16/2025 07:12:00 AM 0 Comments

Have you ever argued with a friend or family member about something, and each of you felt you were right? When you think about it, it could be that both of you are right, just looking at it from different perspectives.


What is Point of View? 

Perspective is like a lens through which we see the world. Each person has their own "glasses" formed from their experiences, background, education, and values. Therefore, one event can be interpreted in different ways by different people.



Examples of Differences in Point of View

Heavy rain
  1. A farmer who is planting rice will be grateful because the rain can fertilize his plants.
  2. A motorcyclist who was in a hurry was annoyed because the rain was hindering his journey.
  3. A small child is actually happy because he can play in the rain.


Strict vs. Fierce Boss

  1. Employees who like discipline will see a firm boss as a professional leader.
  2. A relaxed employee may feel that the boss is too strict and rigid.
  3. While other employees may see him as a fair and responsible figure.


Why Should We Respect Different Points of View? 

Because differences are natural. If everyone thought the same, the world would be boring! Respecting other people's points of view can also make us wiser, more open, and less easily provoked. Sometimes, trying to see things from another perspective can help us find better solutions.


How to Deal with Differences in Viewpoints

  1. Listen first, don't jump to conclusions. Sometimes, we jump to conclusions too quickly without understanding the other person's point of view.

  2. Don't force your opinion. Everyone has their own way of thinking, and forcing something can actually cause conflict.

  3. Learn from differences. Sometimes, a different perspective can provide new insights that we hadn't thought of before.

  4. Keep it cool. Don't agree? No problem! The important thing is to respect each other.


In the end, differences in perspective are not something to be debated endlessly. In fact, by understanding and appreciating other people's ways of thinking, we can live more peacefully and harmoniously. Come on, learn to be more open and see the world from various sides! 😊


Dulu saya punya teman ngobrol yang selalu punya sudut pandang berbeda dengan saya. Tapi saya tidak pernah  berdebat atau kesal dengannya karena tidak sepaham. Justru saya betah berteman dengannya dan kami awet awet saja berteman sekian lama. Anehnya, seringkali saya selalu melihat dari sudut pandang positif dan dia sebaliknya sudut pandang negatif. Tapi hal itu justru memperkaya wawasan sih. Saya jadi tahu sudut pandang yang lain dan saya tidak menyalahkannya karena sudut pandang dia benar juga. Kita saling menerima. 


Jadi, Sobat, jangan keburu marah, kesal, ngomel-ngomel kalau orang lain tak sepaham denganmu. Terima, telaah dulu, pahami... dan jadilah seorang yang bijak dalam menyikapi sesuatu hal. 

Cheers!

Kamu Tak Ada Pilihan Selain Menjadi Orang Baik

3/16/2025 02:21:00 AM 0 Comments

Dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada pilihan. Namun, jika ada satu hal yang seharusnya tidak bisa dinegosiasikan, itu adalah menjadi orang baik. Mengapa? Karena kebaikan bukan hanya tentang bagaimana kita dipandang orang lain, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan damai, bermakna, dan penuh makna.




1. Dunia Butuh Lebih Banyak Orang Baik

Dunia ini sudah cukup penuh dengan ketidakadilan, kebencian, dan kepentingan pribadi. Jika kita menambahnya dengan sikap egois atau tidak peduli, kita hanya akan memperburuk keadaan. Kebaikan sekecil apa pun, seperti tersenyum kepada orang lain, membantu tanpa diminta, atau berkata dengan sopan, bisa memberikan dampak yang besar.


2. Kebaikan Akan Kembali Kepadamu

Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Mungkin kita pernah merasa dikecewakan oleh orang lain meskipun kita sudah berbuat baik. Tapi percayalah, semesta selalu punya cara untuk mengembalikan kebaikan yang kita lakukan, meski lewat cara yang tidak kita sangka. Orang yang baik akan selalu menemukan jalan. Saat satu pintu tertutup, akan ada pintu lain yang terbuka. Orang-orang baik akan bertemu dengan orang baik lainnya, membangun lingkungan yang positif, dan menjalani hidup dengan lebih tenang.


3. Kebaikan Tidak Membuatmu Lemah, Justru Sebaliknya

Beberapa orang berpikir bahwa menjadi baik berarti lemah atau mudah dimanfaatkan. Padahal, justru sebaliknya. Dibutuhkan keberanian besar untuk tetap berbuat baik di dunia yang kadang tidak adil. Memilih untuk tidak membalas kebencian dengan kebencian adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan. Menjadi baik bukan berarti membiarkan diri diperlakukan semena-mena. Kamu tetap bisa tegas, tetap bisa berkata tidak, dan tetap bisa menjaga batasan. Tapi di balik semua itu, tetaplah seseorang yang membawa kedamaian, bukan kebencian.


4. Hidupmu Akan Lebih Damai

Coba pikirkan, apakah lebih mudah hidup dengan hati yang dipenuhi dendam atau dengan hati yang penuh kebaikan? Orang yang hidup dengan niat baik akan tidur lebih nyenyak, merasa lebih tenang, dan tidak terbebani oleh kebencian atau penyesalan. Ketika kita memilih untuk menjadi orang baik, kita bukan hanya membuat hidup orang lain lebih baik, tetapi juga menciptakan kedamaian dalam diri sendiri.


Jadi, Tak Ada Pilihan Selain Menjadi Orang Baik

Bukan karena ingin dipuji. Bukan karena ingin terlihat sempurna. Tetapi karena menjadi baik adalah satu-satunya pilihan yang akan membuat hidup kita lebih berarti. Kebaikan mungkin tidak selalu langsung berbuah manis. Kadang kita merasa kecewa, kadang kita merasa tidak dihargai. Tapi pada akhirnya, orang baik akan selalu menemukan jalannya.


Jadi, teruslah menjadi orang baik, meskipun dunia tidak selalu baik padamu.

Ketika Semesta Mendukung: Percaya pada Proses dan Keajaiban Hidup

3/16/2025 02:21:00 AM 0 Comments

Have you ever felt like everything in life is hard? Like the world is against you, despite your best efforts? 


If so, it might be time to take a step back and trust that the universe always has a way of supporting us—it just doesn’t always come in the way we expect.




1. The Universe Works in Its Own Way

Sometimes, what we want doesn't really come right away. We work hard, pray, and hope, but the results are still not visible. However, that doesn't mean the universe doesn't support us. It could be that the universe is preparing something better, something that is more in line with our life journey. 


For example, someone who fails a job interview might feel disappointed. But who would have thought that the failure would actually open up an opportunity for a better job somewhere else? That’s how the universe works—giving us what we really need, not just what we want.


2. Miracles Happen When We Don't Give Up

Many successful people have failed many times before finally achieving their dreams. People like JK Rowling were rejected many times before Harry Potter became a global phenomenon. Steve Jobs was fired from his own company before he came back and turned Apple into a tech giant.


What sets them apart? They don't give up. They believe that the universe has a bigger plan. As long as we keep trying and don't stop halfway, the universe will open the right door at the right time.


3. Universal Signs that We Often Ignore

Sometimes, the universe gives us clues, but we are too busy complaining to notice. Maybe someone gives us a suggestion that seems trivial, but can actually lead us down a better path. Or maybe there is a small opportunity that comes when we feel hopeless. When we start to open ourselves up and be more aware of our surroundings, we will see that the universe is always giving us signs that we are headed in the right direction.


4. Believe, be grateful, and keep moving forward

The key to all of this is trust and gratitude. When we trust that everything happens for a reason, we are less likely to give up. When we are grateful for the little things, it is easier to see the miracles that happen in our lives. So, whatever you are struggling with right now, remember that the universe is supporting you. Don’t give up just because you haven’t seen the results yet. Keep going, trust the process, and let the universe work its way out.


Because in the end, everything will be beautiful in time.

Jangan Mengurus Hidup Orang Lain, Uruslah Hidupmu Sendiri

3/16/2025 02:19:00 AM 0 Comments

In life, we are often tempted to interfere in other people's affairs. We feel the need to give our opinions on their life choices, comment on their decisions, or even compare ourselves to them. Without realizing it, we spend so much time paying attention to other people's lives that we forget to focus on ourselves.


However, if we think more deeply, do we really have that much time to take care of other people?




1. Life is short, don't waste time on unnecessary things.

Everyone only has 24 hours in a day. Imagine if we spend most of that time talking about other people's lives, commenting on their mistakes, or even feeling jealous of their success. Isn't that just wasting time that we could be using to improve ourselves?


Instead of being busy comparing our lives with others, it is better to use that time to learn new skills, improve bad habits, or achieve the goals we dream of.


2. Focus on Yourself Brings Happiness

Have you ever felt tired because you think too much about what other people are doing? It could be because you haven't really focused on your own happiness.


When we care too much about other people's lives, we tend to compare ourselves, feel inadequate, or even jealous of their achievements. In fact, everyone has their own path. All we need to do is focus on the best version of ourselves.


3. Everyone has the right to their own life

How often do we feel that other people are making the “wrong” decisions simply because they are different from the way we live our lives?


The fact is, everyone has the right to determine their own path in life. We don't always know what they're going through, why they make certain decisions, or what they really feel. Rather than judging or interfering in their affairs, it's better for us to learn to appreciate the differences.


4. Positive Energy Will Bring a Better Life

People who are too busy taking care of other people's lives are often filled with negative energy—whether it's envy, hatred, or the desire to prove themselves better. On the other hand, people who focus on themselves tend to have positive energy because they learn more, grow, and enjoy life without the burden of comparing themselves to others. 


Just imagine, if all the energy we use to take care of other people's lives was diverted to improving ourselves, how many good things could we achieve?


Take Care of Your Life, Leave Others with Their Choices

We can't control other people's lives, but we can control how we live our own lives. When we stop caring about other people's business and start focusing on ourselves, we will find more real peace, happiness, and progress. So, from now on, stop caring too much about other people's lives. Focus on yourself, because only you can determine the direction of your life.


What do you think? Have you ever felt happier after stopping comparing yourself to others?

Saturday, March 15, 2025

Silver Lining: Harapan di Balik Setiap Kesulitan

3/15/2025 05:31:00 AM 0 Comments

Pernahkah kamu mengalami hari yang terasa begitu berat, seolah-olah semuanya berjalan tidak sesuai rencana? Saat hujan turun di tengah perjalanan penting, saat proyek yang sudah dikerjakan dengan susah payah gagal, atau saat rencana besar tiba-tiba hancur begitu saja? Dalam momen-momen seperti itu, mudah bagi kita untuk merasa putus asa. Namun, ada satu konsep yang bisa membantu kita melihat kehidupan dengan cara berbeda: silver lining.




Apa Itu Silver Lining?

Istilah silver lining berasal dari ungkapan “Every cloud has a silver lining”, yang berarti bahwa di balik setiap awan gelap (masalah), selalu ada sisi terang (harapan). Dengan kata lain, tidak peduli seberapa buruk situasi yang kita hadapi, selalu ada sesuatu yang bisa dipelajari atau disyukuri.


1. Kesulitan Adalah Guru Terbaik

Banyak orang sukses tidak mencapai posisi mereka dengan mudah. Justru, mereka menghadapi banyak kegagalan sebelum akhirnya menemukan jalannya. Thomas Edison, misalnya, gagal ribuan kali sebelum menemukan bola lampu yang berfungsi. Namun, ia tidak menganggap kegagalannya sebagai keburukan, melainkan sebagai bagian dari proses belajar. Begitu juga dalam hidup, ketika kita menghadapi tantangan, kita sebenarnya sedang diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.


2. Tidak Semua Hal Buruk Benar-Benar Buruk

Kadang, apa yang kita anggap sebagai musibah justru bisa membawa sesuatu yang lebih baik. Mungkin kamu pernah gagal dalam wawancara kerja di perusahaan impian, tetapi beberapa bulan kemudian, kamu mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik. Atau mungkin kamu pernah mengalami putus cinta yang menyakitkan, tetapi dari situ kamu menemukan seseorang yang lebih tepat untukmu. Kita mungkin tidak bisa langsung melihat silver lining dalam setiap situasi, tetapi jika kita bersabar dan tetap berpikir positif, kita akan menyadari bahwa segala sesuatu terjadi untuk alasan yang baik.


3. Belajar Melihat dari Sudut Pandang Berbeda

Ketika menghadapi masalah, kita sering terjebak dalam pikiran negatif dan lupa bahwa ada hal lain yang bisa kita syukuri. Misalnya, kehilangan pekerjaan memang menyakitkan, tetapi mungkin itu adalah kesempatan untuk mengejar passion yang selama ini terabaikan. Atau jika kita mengalami kegagalan dalam suatu proyek, mungkin itu adalah cara semesta memberi tahu kita bahwa ada jalan lain yang lebih baik. Mengubah sudut pandang bukan berarti mengabaikan rasa sakit atau kesedihan, tetapi tentang bagaimana kita memilih untuk meresponsnya.


4. Harapan Itu Selalu Ada

Ketika hujan turun, kita bisa melihatnya sebagai penghalang atau sebagai penyegar. Ketika badai datang, kita bisa memilih untuk bersembunyi atau bersiap menghadapi langit cerah setelahnya. Hidup memang penuh dengan ketidakpastian, tetapi satu hal yang pasti: tidak ada badai yang berlangsung selamanya. Setiap kesulitan pasti akan berlalu, dan di ujungnya selalu ada kesempatan baru. Yang perlu kita lakukan adalah tetap percaya bahwa harapan itu ada.


Temukan Cahaya di Balik Awan Gelap

Dalam hidup, kita tidak bisa menghindari masalah, tetapi kita bisa memilih bagaimana cara menghadapinya. Silver lining mengajarkan kita bahwa tidak ada kejadian yang benar-benar buruk; selalu ada pelajaran, peluang, atau harapan yang tersembunyi di dalamnya.


Jadi, saat menghadapi masa sulit, tanyakan pada diri sendiri: Apa silver lining yang bisa aku temukan dari ini? Karena siapa tahu, di balik awan gelap hari ini, ada matahari cerah yang menunggu besok.


Bagaimana denganmu? Apa pengalaman paling sulit yang akhirnya membawamu pada sesuatu yang lebih baik?

Usaha Tidak Mengkhianati Hasil: Ketika Kerja Keras Membawa Perubahan

3/15/2025 05:21:00 AM 0 Comments

Dalam hidup, sering kali kita dihadapkan pada tantangan yang membuat kita merasa lelah dan ingin menyerah. Mungkin kita sudah belajar mati-matian, tetapi tetap gagal dalam ujian. Mungkin kita sudah bekerja keras, tetapi belum juga mendapat pengakuan. Di saat seperti itu, muncul keraguan: Benarkah usaha tidak mengkhianati hasil?


Jawabannya, ya—usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Namun, hasil tidak selalu datang dalam bentuk yang kita harapkan dan dalam waktu yang kita inginkan.



1. Hasil Tidak Datang dalam Sekejap

Banyak orang mengira bahwa keberhasilan adalah sesuatu yang bisa diraih dengan cepat. Padahal, di balik setiap pencapaian besar, selalu ada kerja keras dan proses panjang yang tidak terlihat. Seorang atlet tidak langsung menjadi juara dalam semalam. Seorang penulis tidak langsung menghasilkan buku bestseller dari tulisan pertamanya. Begitu pula dalam hidup, usaha yang kita lakukan hari ini mungkin belum menunjukkan hasil sekarang, tetapi itu bukan berarti sia-sia. Setiap langkah kecil yang kita ambil akan mengarah pada hasil besar di masa depan.


2. Tidak Semua Hasil Sesuai Ekspektasi

Ketika kita berbicara tentang usaha dan hasil, sering kali kita menganggap bahwa hasil harus sesuai dengan apa yang kita inginkan. Padahal, hidup tidak selalu berjalan lurus. Ada kalanya kita mendapatkan sesuatu yang berbeda dari yang kita harapkan, tetapi bukan berarti itu buruk. Misalnya, seseorang yang bercita-cita menjadi dokter mungkin gagal dalam seleksi kedokteran, tetapi akhirnya menemukan passion di bidang lain yang justru membawanya pada kesuksesan. Atau seorang pebisnis yang mengalami kegagalan, tetapi dari kegagalan itu, ia belajar dan membangun usaha yang lebih besar.


3. Hasil Adalah Cerminan dari Konsistensi

Banyak orang menyerah di tengah jalan karena merasa usaha mereka sia-sia. Padahal, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh seberapa keras kita bekerja, tetapi juga oleh seberapa konsisten kita melakukannya. Bayangkan jika seorang petani menanam benih, tetapi karena tidak melihat hasil dalam beberapa hari, ia berhenti menyiramnya. Tentu saja tanamannya tidak akan tumbuh. Sama halnya dalam kehidupan, usaha yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun kecil, akan membawa hasil yang besar.


4. Ada Faktor di Luar Usaha, Tetapi Bukan Alasan untuk Menyerah

Kita harus menerima kenyataan bahwa selain usaha, ada faktor lain yang mempengaruhi hasil, seperti takdir, kesempatan, atau keadaan di luar kendali kita. Namun, bukan berarti kita hanya pasrah dan berhenti berusaha. Usaha tetap menjadi faktor utama dalam menentukan ke mana arah hidup kita.

Jika suatu usaha belum membuahkan hasil, mungkin itu hanya masalah waktu atau cara yang perlu diperbaiki. Yang terpenting, jangan berhenti sebelum benar-benar sampai pada tujuan.


Teruslah Berusaha, Hasil Akan Menyusul

Usaha tidak pernah mengkhianati hasil, selama kita terus bergerak dan belajar dari setiap kegagalan. Mungkin hasilnya tidak datang sekarang, mungkin bentuknya tidak seperti yang kita harapkan, tetapi satu hal yang pasti: setiap usaha akan membentuk diri kita menjadi lebih baik.


Jadi, ketika merasa ingin menyerah, ingatlah: usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tidak akan pernah sia-sia. Teruslah berusaha, karena hasil akan datang pada waktunya.


Apa pengalamanmu tentang usaha yang akhirnya membuahkan hasil?

Apes Tidak Ada dalam Kalender: Hidup Bukan Sekadar Keberuntungan

3/15/2025 05:05:00 AM 0 Comments

Pernahkah kamu merasa hari ini benar-benar sial? Bangun kesiangan, ketinggalan transportasi, kerjaan berantakan, lalu ditambah hujan deras tanpa membawa payung. Rasanya seperti semesta sedang menguji kesabaran kita. Tapi tunggu dulu, benarkah hari ini memang hari sial? Atau mungkin kita hanya melihatnya dari sudut pandang yang salah?



Seperti kata Miss Yuni (youtuber yang belakangan sering saya tonton channelnya), "Apes tidak ada dalam kalender." Sebuah kalimat sederhana, tapi penuh makna. Kita sering menganggap hari buruk sebagai takdir yang tidak bisa dihindari, padahal sebenarnya hidup ini bukan soal keberuntungan semata.


1. Apes Itu Soal Sudut Pandang

Apa yang kita anggap sebagai "hari apes" bisa jadi hanya perspektif kita saja. Misalnya, jika kita melihat hujan sebagai musibah karena lupa membawa payung, kita akan merasa sial. Tapi bagi petani yang menanti hujan untuk tanamannya, itu adalah berkah. Sama seperti kegagalan dan tantangan dalam hidup, semua tergantung dari cara kita melihatnya. Kita bisa menganggapnya sebagai kemalangan, atau sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang.


2. Keberuntungan Itu Dibentuk, Bukan Ditunggu

Banyak orang percaya bahwa nasib seseorang ditentukan oleh keberuntungan. Tapi kalau diperhatikan, orang-orang yang sukses bukan karena mereka selalu beruntung, melainkan karena mereka terus berusaha dan tidak menyerah saat menghadapi kesulitan. Misalnya, seorang atlet yang berhasil memenangkan kejuaraan bukan hanya karena "hari baik," tapi karena latihan keras yang ia lakukan selama bertahun-tahun. Seorang pebisnis sukses bukan karena kebetulan, melainkan karena ketekunan dan strategi yang ia jalankan.


Jadi, kalau merasa hari ini "apes," coba pikirkan: sudahkah kita melakukan yang terbaik? Atau kita hanya menyalahkan keadaan?


3. Tidak Ada Hari Sial, Hanya Hari yang Penuh Pelajaran

Setiap kejadian dalam hidup, baik atau buruk, selalu membawa pelajaran. Mungkin hari ini kita mengalami kegagalan, tapi siapa tahu, justru dari situ kita belajar sesuatu yang akan membuat kita lebih baik di masa depan. Misalnya, jika hari ini kita terlambat ke kantor karena bangun kesiangan, kita bisa memilih untuk mengeluh dan menyalahkan alarm, atau kita bisa belajar untuk tidur lebih awal dan mengatur ulang jadwal pagi kita.

Hidup adalah tentang bagaimana kita merespons kejadian, bukan tentang apakah kita "sial" atau "beruntung."


Hidup Adalah Pilihan, Bukan Sekadar Nasib

Pada akhirnya, "apes" hanya ada di pikiran kita. Jika kita melihat setiap kejadian sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan sebagai takdir yang tak bisa diubah, maka kita akan menjadi pribadi yang lebih tangguh.


Jadi, kalau besok ada hal yang tidak berjalan sesuai rencana, ingat kata-kata Miss Yuni: "Apes tidak ada dalam kalender." Yang ada hanyalah kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih baik.


Namun, tak bisa dimungkiri bahwa apes bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, tanpa pernah bisa diduga sebelumnya. Kita bisa saja sudah merencanakan segalanya dengan matang, tetapi tetap saja ada hal-hal di luar kendali yang tiba-tiba terjadi. Seorang pebisnis bisa mengalami kerugian mendadak, seorang atlet bisa cedera sebelum pertandingan besar, atau seseorang bisa terkena musibah di saat yang paling tak terduga. Semua itu menunjukkan bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari manusia, yaitu kuasa Tuhan. Hanya Dia yang tahu rencana terbaik bagi setiap hamba-Nya. Kadang, sesuatu yang kita anggap sebagai kesialan justru bagian dari jalan yang telah Tuhan tetapkan agar kita belajar, bertumbuh, atau bahkan terhindar dari hal yang lebih buruk. Sebab, manusia boleh berencana, tetapi pada akhirnya, Tuhanlah yang menentukan.


Bagaimana denganmu? Apa pengalaman "apes" yang ternyata membawa pelajaran berharga dalam hidupmu?




Hidup Itu Pilihan: Menentukan Arah dan Bertanggung Jawab atas Keputusan

3/15/2025 04:54:00 AM 0 Comments

Hidup selalu menghadapkan kita pada berbagai pilihan, mulai dari hal kecil seperti memilih menu sarapan hingga keputusan besar yang menentukan masa depan. Setiap pilihan yang kita buat membawa konsekuensinya sendiri, baik yang langsung terasa maupun yang baru tampak di kemudian hari. Karena itu, memahami bahwa hidup adalah serangkaian pilihan bisa membantu kita menjalani hidup dengan lebih sadar dan bertanggung jawab.




1. Pilihan Ada di Tangan Kita

Sering kali kita merasa terjebak dalam keadaan tertentu dan berpikir bahwa kita tidak punya pilihan. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, kita sebenarnya selalu memiliki opsi, meskipun beberapa mungkin terasa sulit atau tidak ideal. Misalnya, saat merasa tidak bahagia dengan pekerjaan, kita bisa memilih untuk bertahan sambil mencari solusi, mencari pekerjaan lain, atau bahkan memulai bisnis sendiri. Pilihan-pilihan ini mungkin tidak mudah, tetapi tetap ada.


2. Konsekuensi dari Setiap Keputusan

Setiap keputusan yang kita ambil akan membawa konsekuensi. Tidak ada pilihan yang sepenuhnya bebas dari risiko atau pengorbanan. Kadang, kita harus mengorbankan kenyamanan demi sesuatu yang lebih baik dalam jangka panjang. Misalnya, seseorang yang memilih untuk melanjutkan studi mungkin harus mengorbankan waktu bersantai dan kestabilan finansial sementara demi memperoleh masa depan yang lebih baik. Sebaliknya, mereka yang memilih langsung bekerja bisa mendapatkan penghasilan lebih cepat, tetapi mungkin menghadapi keterbatasan dalam karier ke depannya.


3. Jangan Biarkan Orang Lain Memilih untuk Kita

Tekanan sosial dan ekspektasi dari keluarga atau lingkungan sering kali membuat kita merasa harus mengikuti pilihan yang bukan benar-benar keinginan kita. Namun, jika kita terus hidup dengan pilihan orang lain, kebahagiaan sejati akan sulit dicapai. Memilih sesuai dengan apa yang benar-benar kita inginkan memang tidak selalu mudah. Bisa jadi ada penolakan, keraguan, atau ketakutan akan kegagalan. Namun, pada akhirnya, kita sendiri yang harus menjalani hidup ini, bukan orang lain.


4. Berani Bertanggung Jawab

Ketika telah membuat keputusan, penting untuk bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Menyalahkan keadaan atau orang lain hanya akan membuat kita merasa tidak berdaya. Sebaliknya, dengan menerima konsekuensi dan belajar dari kesalahan, kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Misalnya, jika kita gagal dalam suatu proyek, menyalahkan keadaan atau rekan kerja tidak akan mengubah apa pun. Tetapi jika kita mengevaluasi apa yang bisa diperbaiki, kita dapat tumbuh dan meningkatkan peluang sukses di masa depan.


5. Pilihan Hari Ini Menentukan Masa Depan

Sering kali, kita tidak langsung melihat dampak dari pilihan yang kita buat. Namun, pilihan kecil yang konsisten akan membentuk jalan hidup kita. Misalnya, memilih untuk membaca buku setiap hari mungkin tidak terasa besar dalam jangka pendek, tetapi dalam beberapa tahun ke depan, kita akan memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan mereka yang tidak melakukannya. Begitu juga dengan kebiasaan lain, seperti menjaga kesehatan, mengelola keuangan, atau membangun hubungan yang sehat. Semua itu adalah hasil dari pilihan-pilihan kecil yang kita buat setiap hari.


Kesimpulan

Hidup adalah tentang memilih, dan setiap pilihan membawa konsekuensi. Kita mungkin tidak bisa mengontrol segala hal yang terjadi, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita merespons dan mengambil keputusan. Jadi, buatlah pilihan dengan sadar, jangan takut mengambil risiko, dan bertanggung jawablah atas setiap keputusan yang diambil. Pada akhirnya, hidup yang kita jalani adalah hasil dari pilihan yang kita buat.

Apa pilihan besar yang pernah kamu ambil dalam hidup? Bagaimana dampaknya bagi perjalananmu saat ini?

Friday, March 14, 2025

Signs: Secret of the Universe

3/14/2025 08:51:00 PM 0 Comments

Buku Signs: Secret of the Universe adalah karya yang mengupas tentang tanda-tanda yang diberikan alam semesta kepada kita dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini mengajak pembaca untuk lebih peka terhadap berbagai simbol, kejadian, dan kebetulan yang sering kali dianggap biasa, padahal bisa jadi merupakan pesan tersembunyi.




Memahami Tanda dari Alam Semesta

Apakah kamu pernah mengalami kejadian yang terasa seperti lebih dari sekadar kebetulan? Misalnya, kamu sedang memikirkan seseorang, lalu tiba-tiba orang itu menghubungi kamu? Atau mungkin kamu melihat angka yang sama berulang kali dan merasa seakan ada sesuatu yang ingin disampaikan kepadamu? Buku Signs: Secret of the Universe mengajarkan bahwa tanda-tanda semacam itu adalah cara alam semesta berkomunikasi dengan kita.


Cara Alam Semesta Memberikan Tanda

  1. Melalui Pola Angka Banyak orang percaya bahwa angka tertentu memiliki makna spiritual, seperti angka malaikat (angel numbers) yang sering muncul dalam kehidupan kita, seperti 11:11, 222, atau 333. Buku ini menjelaskan bagaimana pola angka ini bisa menjadi petunjuk tentang jalan hidup kita.

  2. Mimpi dan Intuisi Mimpi sering kali menjadi medium komunikasi dari alam semesta. Jika suatu simbol atau peristiwa muncul berulang kali dalam mimpi, bisa jadi itu adalah pesan yang perlu kamu perhatikan.

  3. Pertemuan Tak Terduga Kadang-kadang, orang yang kita temui secara tiba-tiba atau kebetulan memiliki peran penting dalam perjalanan hidup kita. Buku ini mengajarkan bagaimana menyadari makna dari pertemuan-pertemuan tersebut.

  4. Pesan dari Alam Alam juga sering memberikan tanda, seperti munculnya hewan tertentu dalam hidup kita, perubahan cuaca yang tiba-tiba, atau bahkan suara-suara alam yang terasa memiliki arti tertentu.


Mengasah Kepekaan terhadap Tanda-tanda

Salah satu inti dari buku ini adalah bagaimana kita bisa lebih peka terhadap tanda-tanda tersebut. Beberapa langkah yang disarankan meliputi:

  1. Merenung dan memperhatikan kejadian yang terasa berbeda atau berulang
  2. Menuliskan pola-pola yang muncul dalam kehidupan sehari-hari
  3. Mengembangkan intuisi dan belajar mendengarkan suara hati
  4. Membuka pikiran dan hati terhadap kemungkinan bahwa segala sesuatu terjadi karena alasan tertentu


Kesimpulan

Buku Signs: Secret of the Universe adalah panduan menarik bagi siapa pun yang ingin memahami hubungan antara manusia dan alam semesta. Dengan membuka diri terhadap tanda-tanda yang ada di sekitar kita, kita bisa menemukan petunjuk yang membantu dalam perjalanan hidup. Jadi, sudah siap untuk mulai membaca tanda-tanda yang dikirimkan oleh alam semesta?

Menulis Itu Amal Jariyah

3/14/2025 08:29:00 PM 0 Comments

Sobat, pernah kepikiran nggak kalau menulis itu bisa jadi amal jariyah? Mungkin banyak yang mikir kalau amal jariyah itu cuma sebatas bangun masjid, wakaf tanah, atau menyumbang buku di perpustakaan. Padahal, menulis juga bisa jadi salah satu cara untuk terus mengalirkan kebaikan, lho!


Coba bayangkan, kamu menulis sesuatu yang bermanfaat—entah itu artikel motivasi, tips kehidupan, atau sekadar pengalaman hidup yang bisa jadi inspirasi orang lain. Selama tulisan itu masih dibaca, diambil manfaatnya, dan diteruskan ke orang lain, maka pahalanya akan terus mengalir meskipun kamu sudah nggak ada di dunia ini. Keren, kan?



Kenapa Menulis Itu Bisa Jadi Amal Jariyah?

  1. Ilmu yang Bermanfaat

    Rasulullah SAW bersabda, "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh." (HR. Muslim). Nah, menulis yang memberikan ilmu dan manfaat itu masuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat.

  2. Bisa Diteruskan ke Banyak Orang

    Tulisan yang baik itu seperti benih yang ditanam. Sekali ditanam, ia bisa tumbuh dan menyebar ke mana-mana. Misalnya, kamu menulis tentang cara bersikap sabar dalam menghadapi masalah. Orang yang membacanya bisa mendapat inspirasi dan membagikannya ke orang lain. Efeknya bisa panjang banget!

  3. Meninggalkan Jejak Positif

    Dunia ini nggak selamanya milik kita, tapi jejak yang kita tinggalkan bisa bertahan lama. Bayangkan kalau tulisan kita bisa terus menginspirasi orang, bahkan setelah bertahun-tahun. Tulisan yang baik akan selalu menemukan pembacanya, dan siapa tahu, bisa mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik.


Gimana Caranya Biar Tulisan Kita Jadi Amal Jariyah?

  • Tulis Sesuatu yang Bermanfaat
    Jangan cuma menulis yang viral atau sekadar ikut tren. Coba buat tulisan yang bisa memberi dampak positif. Bisa tentang motivasi, agama, pendidikan, atau pengalaman hidup yang menginspirasi.

  • Sebarkan dengan Niat yang Baik
    Jangan takut tulisanmu nggak dibaca. Selama niatnya baik, pasti ada yang mendapatkan manfaat darinya. Bisa lewat blog, media sosial, atau bahkan buku fisik.

  • Jangan Berhenti Menulis
    Semakin banyak tulisan yang kamu buat, semakin besar peluangnya untuk menjadi manfaat bagi orang lain. Jangan minder kalau merasa tulisanmu belum sempurna. Yang penting terus berbagi kebaikan!

Jadi, kalau kamu suka menulis, teruslah menulis! Siapa tahu, tulisan kamu adalah salah satu jalan yang membuat pahala terus mengalir, bahkan setelah kamu tiada. Menulis itu bukan cuma soal menuangkan pikiran, tapi juga bisa jadi warisan yang nggak ternilai harganya. Yuk, kita jadikan menulis sebagai ladang amal jariyah! 😊




Kepo atau Ngurusin Orang Lain?

3/14/2025 08:16:00 PM 0 Comments

Siapa yang suka kepo hayo ngaku! Kalau dengar berita terus ga kepo rasanya gatal. Adakah Sobat yang demikian?


Di jaman teknologi modern ini memang mudah sekali ngepoin (kepo) orang lain. Tinggal stalking media sosialnya. Biasanya kalau orangnya rajin update ada banyak info yang bisa diperoleh.


Menurut KBBI, kepo adalah rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain.


Nah Sobat, bahkan kepo yang merupakan bahasa gaul ini sudah masuk KBBI. Di sini saya tidak akan membahas tentang asal-usul kata kepo dari mana ya. Yang ingin saya soroti di sini adalah perilaku kepo atau ngurusin orang lain.



Di kantor, saya termasuk orang yang tidak update berita atau pergosipan seputar kantor. Saya memang tidak gaul saya akui. Saya penyendiri. :D


Sementara yang lain asyik ngobrolin siapa yang deket sama siapa, siapa yang baru resign, atau siapa yang kena semprot bos, saya biasanya cuma duduk tenang sambil ngetik atau minum kopi. Kalau ada yang tiba-tiba nyolek dan bilang, "Eh, lo tau nggak sih kemarin si A begini..." saya cuma bisa nyengir, "Oh ya? Baru denger nih."


Bukan berarti saya nggak peduli sama sekitar, tapi saya memang nggak punya energi buat ngurusin hidup orang lain. Saya pikir, tiap orang punya masalah sendiri-sendiri, dan saya lebih suka fokus ke urusan saya sendiri.


Tapi bukan berarti kepo itu selalu buruk, ya. Ada juga kepo yang positif. Misalnya, kepo soal peluang kerja yang lebih baik, kepo tentang cara meningkatkan skill, atau kepo soal teknologi baru yang bisa bikin kerja lebih efisien. Kalau kepo yang model begini, saya malah mendukung.


Jadi, kepo itu baik atau buruk? Menurut saya, tergantung kepo-nya ke arah mana. Kalau sekadar kepo buat gosipin orang tanpa manfaat, ya mending waktunya dipakai buat hal lain yang lebih berguna. Tapi kalau kepo yang bisa bikin kita berkembang, kenapa nggak?


Nah, Sobat, gimana? Termasuk tim kepo positif atau kepo buat gosip? 😆