semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Sunday, March 16, 2025

When Bad Things Happen to Good People

3/16/2025 07:14:00 AM 0 Comments

Dalam hidup, kita sering bertanya: Mengapa hal buruk terjadi pada orang baik? Pertanyaan ini bukan hanya sekadar refleksi intelektual, tetapi juga jeritan hati yang lahir dari penderitaan nyata. Rabbi Harold S. Kushner, dalam bukunya When Bad Things Happen to Good People, mengajak kita untuk menyelami pertanyaan ini dengan jujur, bukan dengan jawaban klise, tetapi dengan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan, keadilan, dan keberadaan Tuhan.



Ketika Hidup Tak Berjalan Sesuai Harapan

Hidup tidak selalu adil. Orang baik bisa terkena musibah, sementara mereka yang tidak peduli pada nilai-nilai moral bisa hidup dengan nyaman. Hal ini memunculkan perasaan tidak adil yang sulit diterima. Kita ingin percaya bahwa kehidupan bekerja seperti matematika yang presisi—di mana kebaikan selalu dibalas dengan kebahagiaan, dan kejahatan selalu mendapat hukuman. Namun, realitas sering berkata lain.


Di saat-saat seperti ini, kita tergoda untuk mencari penyebab:

  • Apakah ini hukuman atas kesalahan yang tidak kita sadari?
  • Apakah Tuhan sedang menguji kesabaran kita?
  • Apakah kita kurang berdoa, kurang bersyukur, atau kurang beriman?

Namun, seperti yang diungkapkan Kushner, tidak semua penderitaan adalah bagian dari rencana Tuhan. Ada hal-hal yang terjadi karena hukum alam, karena keputusan manusia, atau karena dunia ini memang tidak sempurna.

Tuhan dan Penderitaan: Bukan Penyebab, tetapi Sumber Kekuatan

Salah satu wawasan terbesar dari buku ini adalah cara kita memahami peran Tuhan dalam penderitaan. Banyak orang berpikir bahwa jika Tuhan Mahakuasa, maka segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak-Nya. Namun, Kushner menawarkan perspektif lain: Tuhan bukanlah penyebab penderitaan, melainkan kekuatan yang membantu kita menghadapinya. Tuhan hadir bukan sebagai sosok yang mendatangkan cobaan untuk menguji kita, melainkan sebagai tempat kita menemukan ketenangan, keberanian, dan harapan. Dalam kesedihan, kita tidak sendirian. Tuhan tidak selalu mencegah badai datang, tetapi Dia berjalan bersama kita melewati badai itu.

Menemukan Makna dalam Penderitaan

Banyak dari kita pernah mengalami kehilangan, kegagalan, atau penderitaan yang terasa tak tertahankan. Saat menghadapi itu, kita dihadapkan pada dua pilihan: larut dalam kepahitan atau mencari makna di dalamnya. Kushner mengajarkan bahwa meskipun kita tidak bisa selalu mengendalikan apa yang terjadi dalam hidup, kita bisa memilih bagaimana meresponsnya. Orang-orang yang mampu menerima kenyataan dan tetap mencari makna dalam hidup cenderung lebih kuat dalam menghadapi kesulitan. Di sinilah letak keajaiban kehidupan—bukan pada janji bahwa kita akan selalu bahagia, tetapi pada keyakinan bahwa kita bisa menemukan cahaya bahkan di kegelapan.

Kontemplasi: Bagaimana Kita Menjalani Hidup?

Setelah membaca buku ini, kita diajak untuk bertanya kepada diri sendiri:

  • Apakah saya mengukur hidup dengan konsep keadilan yang mutlak, atau dengan penerimaan yang penuh kedamaian?
  • Saat saya menghadapi kesulitan, apakah saya lebih sering menyalahkan keadaan, atau mencari kekuatan untuk menghadapinya?
  • Dalam penderitaan, apakah saya masih bisa menemukan makna, sekecil apa pun itu?

Penderitaan adalah bagian dari kehidupan, tetapi bukan akhir dari segalanya. Ada cinta, ada harapan, dan ada keindahan yang bisa ditemukan bahkan di tengah kesedihan.

Kesimpulan: Hidup dengan Hati yang Penuh Harapan

When Bad Things Happen to Good People bukan hanya sebuah buku, tetapi juga ajakan untuk menjalani hidup dengan lebih lapang. Kita mungkin tidak bisa mencegah hal buruk terjadi, tetapi kita bisa memilih bagaimana menjalaninya.


Mungkin keadilan dunia ini tidak selalu seperti yang kita harapkan, tetapi selama kita bisa menemukan makna, berbagi kebaikan, dan tetap berharap, maka kita telah menang dalam cara yang lebih dalam—bukan sebagai manusia yang bebas dari penderitaan, tetapi sebagai manusia yang tetap kuat meskipun diterpa badai.

Berbeda Sudut Pandang: Mengapa Kita Tidak Selalu Sepaham?

3/16/2025 07:12:00 AM 0 Comments

Have you ever argued with a friend or family member about something, and each of you felt you were right? When you think about it, it could be that both of you are right, just looking at it from different perspectives.


What is Point of View? 

Perspective is like a lens through which we see the world. Each person has their own "glasses" formed from their experiences, background, education, and values. Therefore, one event can be interpreted in different ways by different people.



Examples of Differences in Point of View

Heavy rain
  1. A farmer who is planting rice will be grateful because the rain can fertilize his plants.
  2. A motorcyclist who was in a hurry was annoyed because the rain was hindering his journey.
  3. A small child is actually happy because he can play in the rain.


Strict vs. Fierce Boss

  1. Employees who like discipline will see a firm boss as a professional leader.
  2. A relaxed employee may feel that the boss is too strict and rigid.
  3. While other employees may see him as a fair and responsible figure.


Why Should We Respect Different Points of View? 

Because differences are natural. If everyone thought the same, the world would be boring! Respecting other people's points of view can also make us wiser, more open, and less easily provoked. Sometimes, trying to see things from another perspective can help us find better solutions.


How to Deal with Differences in Viewpoints

  1. Listen first, don't jump to conclusions. Sometimes, we jump to conclusions too quickly without understanding the other person's point of view.

  2. Don't force your opinion. Everyone has their own way of thinking, and forcing something can actually cause conflict.

  3. Learn from differences. Sometimes, a different perspective can provide new insights that we hadn't thought of before.

  4. Keep it cool. Don't agree? No problem! The important thing is to respect each other.


In the end, differences in perspective are not something to be debated endlessly. In fact, by understanding and appreciating other people's ways of thinking, we can live more peacefully and harmoniously. Come on, learn to be more open and see the world from various sides! 😊


Dulu saya punya teman ngobrol yang selalu punya sudut pandang berbeda dengan saya. Tapi saya tidak pernah  berdebat atau kesal dengannya karena tidak sepaham. Justru saya betah berteman dengannya dan kami awet awet saja berteman sekian lama. Anehnya, seringkali saya selalu melihat dari sudut pandang positif dan dia sebaliknya sudut pandang negatif. Tapi hal itu justru memperkaya wawasan sih. Saya jadi tahu sudut pandang yang lain dan saya tidak menyalahkannya karena sudut pandang dia benar juga. Kita saling menerima. 


Jadi, Sobat, jangan keburu marah, kesal, ngomel-ngomel kalau orang lain tak sepaham denganmu. Terima, telaah dulu, pahami... dan jadilah seorang yang bijak dalam menyikapi sesuatu hal. 

Cheers!

Kamu Tak Ada Pilihan Selain Menjadi Orang Baik

3/16/2025 02:21:00 AM 0 Comments

Dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada pilihan. Namun, jika ada satu hal yang seharusnya tidak bisa dinegosiasikan, itu adalah menjadi orang baik. Mengapa? Karena kebaikan bukan hanya tentang bagaimana kita dipandang orang lain, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan damai, bermakna, dan penuh makna.




1. Dunia Butuh Lebih Banyak Orang Baik

Dunia ini sudah cukup penuh dengan ketidakadilan, kebencian, dan kepentingan pribadi. Jika kita menambahnya dengan sikap egois atau tidak peduli, kita hanya akan memperburuk keadaan. Kebaikan sekecil apa pun, seperti tersenyum kepada orang lain, membantu tanpa diminta, atau berkata dengan sopan, bisa memberikan dampak yang besar.


2. Kebaikan Akan Kembali Kepadamu

Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Mungkin kita pernah merasa dikecewakan oleh orang lain meskipun kita sudah berbuat baik. Tapi percayalah, semesta selalu punya cara untuk mengembalikan kebaikan yang kita lakukan, meski lewat cara yang tidak kita sangka. Orang yang baik akan selalu menemukan jalan. Saat satu pintu tertutup, akan ada pintu lain yang terbuka. Orang-orang baik akan bertemu dengan orang baik lainnya, membangun lingkungan yang positif, dan menjalani hidup dengan lebih tenang.


3. Kebaikan Tidak Membuatmu Lemah, Justru Sebaliknya

Beberapa orang berpikir bahwa menjadi baik berarti lemah atau mudah dimanfaatkan. Padahal, justru sebaliknya. Dibutuhkan keberanian besar untuk tetap berbuat baik di dunia yang kadang tidak adil. Memilih untuk tidak membalas kebencian dengan kebencian adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan. Menjadi baik bukan berarti membiarkan diri diperlakukan semena-mena. Kamu tetap bisa tegas, tetap bisa berkata tidak, dan tetap bisa menjaga batasan. Tapi di balik semua itu, tetaplah seseorang yang membawa kedamaian, bukan kebencian.


4. Hidupmu Akan Lebih Damai

Coba pikirkan, apakah lebih mudah hidup dengan hati yang dipenuhi dendam atau dengan hati yang penuh kebaikan? Orang yang hidup dengan niat baik akan tidur lebih nyenyak, merasa lebih tenang, dan tidak terbebani oleh kebencian atau penyesalan. Ketika kita memilih untuk menjadi orang baik, kita bukan hanya membuat hidup orang lain lebih baik, tetapi juga menciptakan kedamaian dalam diri sendiri.


Jadi, Tak Ada Pilihan Selain Menjadi Orang Baik

Bukan karena ingin dipuji. Bukan karena ingin terlihat sempurna. Tetapi karena menjadi baik adalah satu-satunya pilihan yang akan membuat hidup kita lebih berarti. Kebaikan mungkin tidak selalu langsung berbuah manis. Kadang kita merasa kecewa, kadang kita merasa tidak dihargai. Tapi pada akhirnya, orang baik akan selalu menemukan jalannya.


Jadi, teruslah menjadi orang baik, meskipun dunia tidak selalu baik padamu.

Ketika Semesta Mendukung: Percaya pada Proses dan Keajaiban Hidup

3/16/2025 02:21:00 AM 0 Comments

Have you ever felt like everything in life is hard? Like the world is against you, despite your best efforts? 


If so, it might be time to take a step back and trust that the universe always has a way of supporting us—it just doesn’t always come in the way we expect.




1. The Universe Works in Its Own Way

Sometimes, what we want doesn't really come right away. We work hard, pray, and hope, but the results are still not visible. However, that doesn't mean the universe doesn't support us. It could be that the universe is preparing something better, something that is more in line with our life journey. 


For example, someone who fails a job interview might feel disappointed. But who would have thought that the failure would actually open up an opportunity for a better job somewhere else? That’s how the universe works—giving us what we really need, not just what we want.


2. Miracles Happen When We Don't Give Up

Many successful people have failed many times before finally achieving their dreams. People like JK Rowling were rejected many times before Harry Potter became a global phenomenon. Steve Jobs was fired from his own company before he came back and turned Apple into a tech giant.


What sets them apart? They don't give up. They believe that the universe has a bigger plan. As long as we keep trying and don't stop halfway, the universe will open the right door at the right time.


3. Universal Signs that We Often Ignore

Sometimes, the universe gives us clues, but we are too busy complaining to notice. Maybe someone gives us a suggestion that seems trivial, but can actually lead us down a better path. Or maybe there is a small opportunity that comes when we feel hopeless. When we start to open ourselves up and be more aware of our surroundings, we will see that the universe is always giving us signs that we are headed in the right direction.


4. Believe, be grateful, and keep moving forward

The key to all of this is trust and gratitude. When we trust that everything happens for a reason, we are less likely to give up. When we are grateful for the little things, it is easier to see the miracles that happen in our lives. So, whatever you are struggling with right now, remember that the universe is supporting you. Don’t give up just because you haven’t seen the results yet. Keep going, trust the process, and let the universe work its way out.


Because in the end, everything will be beautiful in time.

Jangan Mengurus Hidup Orang Lain, Uruslah Hidupmu Sendiri

3/16/2025 02:19:00 AM 0 Comments

In life, we are often tempted to interfere in other people's affairs. We feel the need to give our opinions on their life choices, comment on their decisions, or even compare ourselves to them. Without realizing it, we spend so much time paying attention to other people's lives that we forget to focus on ourselves.


However, if we think more deeply, do we really have that much time to take care of other people?




1. Life is short, don't waste time on unnecessary things.

Everyone only has 24 hours in a day. Imagine if we spend most of that time talking about other people's lives, commenting on their mistakes, or even feeling jealous of their success. Isn't that just wasting time that we could be using to improve ourselves?


Instead of being busy comparing our lives with others, it is better to use that time to learn new skills, improve bad habits, or achieve the goals we dream of.


2. Focus on Yourself Brings Happiness

Have you ever felt tired because you think too much about what other people are doing? It could be because you haven't really focused on your own happiness.


When we care too much about other people's lives, we tend to compare ourselves, feel inadequate, or even jealous of their achievements. In fact, everyone has their own path. All we need to do is focus on the best version of ourselves.


3. Everyone has the right to their own life

How often do we feel that other people are making the “wrong” decisions simply because they are different from the way we live our lives?


The fact is, everyone has the right to determine their own path in life. We don't always know what they're going through, why they make certain decisions, or what they really feel. Rather than judging or interfering in their affairs, it's better for us to learn to appreciate the differences.


4. Positive Energy Will Bring a Better Life

People who are too busy taking care of other people's lives are often filled with negative energy—whether it's envy, hatred, or the desire to prove themselves better. On the other hand, people who focus on themselves tend to have positive energy because they learn more, grow, and enjoy life without the burden of comparing themselves to others. 


Just imagine, if all the energy we use to take care of other people's lives was diverted to improving ourselves, how many good things could we achieve?


Take Care of Your Life, Leave Others with Their Choices

We can't control other people's lives, but we can control how we live our own lives. When we stop caring about other people's business and start focusing on ourselves, we will find more real peace, happiness, and progress. So, from now on, stop caring too much about other people's lives. Focus on yourself, because only you can determine the direction of your life.


What do you think? Have you ever felt happier after stopping comparing yourself to others?

Saturday, March 15, 2025

Silver Lining: Harapan di Balik Setiap Kesulitan

3/15/2025 05:31:00 AM 0 Comments

Pernahkah kamu mengalami hari yang terasa begitu berat, seolah-olah semuanya berjalan tidak sesuai rencana? Saat hujan turun di tengah perjalanan penting, saat proyek yang sudah dikerjakan dengan susah payah gagal, atau saat rencana besar tiba-tiba hancur begitu saja? Dalam momen-momen seperti itu, mudah bagi kita untuk merasa putus asa. Namun, ada satu konsep yang bisa membantu kita melihat kehidupan dengan cara berbeda: silver lining.




Apa Itu Silver Lining?

Istilah silver lining berasal dari ungkapan “Every cloud has a silver lining”, yang berarti bahwa di balik setiap awan gelap (masalah), selalu ada sisi terang (harapan). Dengan kata lain, tidak peduli seberapa buruk situasi yang kita hadapi, selalu ada sesuatu yang bisa dipelajari atau disyukuri.


1. Kesulitan Adalah Guru Terbaik

Banyak orang sukses tidak mencapai posisi mereka dengan mudah. Justru, mereka menghadapi banyak kegagalan sebelum akhirnya menemukan jalannya. Thomas Edison, misalnya, gagal ribuan kali sebelum menemukan bola lampu yang berfungsi. Namun, ia tidak menganggap kegagalannya sebagai keburukan, melainkan sebagai bagian dari proses belajar. Begitu juga dalam hidup, ketika kita menghadapi tantangan, kita sebenarnya sedang diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.


2. Tidak Semua Hal Buruk Benar-Benar Buruk

Kadang, apa yang kita anggap sebagai musibah justru bisa membawa sesuatu yang lebih baik. Mungkin kamu pernah gagal dalam wawancara kerja di perusahaan impian, tetapi beberapa bulan kemudian, kamu mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik. Atau mungkin kamu pernah mengalami putus cinta yang menyakitkan, tetapi dari situ kamu menemukan seseorang yang lebih tepat untukmu. Kita mungkin tidak bisa langsung melihat silver lining dalam setiap situasi, tetapi jika kita bersabar dan tetap berpikir positif, kita akan menyadari bahwa segala sesuatu terjadi untuk alasan yang baik.


3. Belajar Melihat dari Sudut Pandang Berbeda

Ketika menghadapi masalah, kita sering terjebak dalam pikiran negatif dan lupa bahwa ada hal lain yang bisa kita syukuri. Misalnya, kehilangan pekerjaan memang menyakitkan, tetapi mungkin itu adalah kesempatan untuk mengejar passion yang selama ini terabaikan. Atau jika kita mengalami kegagalan dalam suatu proyek, mungkin itu adalah cara semesta memberi tahu kita bahwa ada jalan lain yang lebih baik. Mengubah sudut pandang bukan berarti mengabaikan rasa sakit atau kesedihan, tetapi tentang bagaimana kita memilih untuk meresponsnya.


4. Harapan Itu Selalu Ada

Ketika hujan turun, kita bisa melihatnya sebagai penghalang atau sebagai penyegar. Ketika badai datang, kita bisa memilih untuk bersembunyi atau bersiap menghadapi langit cerah setelahnya. Hidup memang penuh dengan ketidakpastian, tetapi satu hal yang pasti: tidak ada badai yang berlangsung selamanya. Setiap kesulitan pasti akan berlalu, dan di ujungnya selalu ada kesempatan baru. Yang perlu kita lakukan adalah tetap percaya bahwa harapan itu ada.


Temukan Cahaya di Balik Awan Gelap

Dalam hidup, kita tidak bisa menghindari masalah, tetapi kita bisa memilih bagaimana cara menghadapinya. Silver lining mengajarkan kita bahwa tidak ada kejadian yang benar-benar buruk; selalu ada pelajaran, peluang, atau harapan yang tersembunyi di dalamnya.


Jadi, saat menghadapi masa sulit, tanyakan pada diri sendiri: Apa silver lining yang bisa aku temukan dari ini? Karena siapa tahu, di balik awan gelap hari ini, ada matahari cerah yang menunggu besok.


Bagaimana denganmu? Apa pengalaman paling sulit yang akhirnya membawamu pada sesuatu yang lebih baik?

Usaha Tidak Mengkhianati Hasil: Ketika Kerja Keras Membawa Perubahan

3/15/2025 05:21:00 AM 0 Comments

Dalam hidup, sering kali kita dihadapkan pada tantangan yang membuat kita merasa lelah dan ingin menyerah. Mungkin kita sudah belajar mati-matian, tetapi tetap gagal dalam ujian. Mungkin kita sudah bekerja keras, tetapi belum juga mendapat pengakuan. Di saat seperti itu, muncul keraguan: Benarkah usaha tidak mengkhianati hasil?


Jawabannya, ya—usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Namun, hasil tidak selalu datang dalam bentuk yang kita harapkan dan dalam waktu yang kita inginkan.



1. Hasil Tidak Datang dalam Sekejap

Banyak orang mengira bahwa keberhasilan adalah sesuatu yang bisa diraih dengan cepat. Padahal, di balik setiap pencapaian besar, selalu ada kerja keras dan proses panjang yang tidak terlihat. Seorang atlet tidak langsung menjadi juara dalam semalam. Seorang penulis tidak langsung menghasilkan buku bestseller dari tulisan pertamanya. Begitu pula dalam hidup, usaha yang kita lakukan hari ini mungkin belum menunjukkan hasil sekarang, tetapi itu bukan berarti sia-sia. Setiap langkah kecil yang kita ambil akan mengarah pada hasil besar di masa depan.


2. Tidak Semua Hasil Sesuai Ekspektasi

Ketika kita berbicara tentang usaha dan hasil, sering kali kita menganggap bahwa hasil harus sesuai dengan apa yang kita inginkan. Padahal, hidup tidak selalu berjalan lurus. Ada kalanya kita mendapatkan sesuatu yang berbeda dari yang kita harapkan, tetapi bukan berarti itu buruk. Misalnya, seseorang yang bercita-cita menjadi dokter mungkin gagal dalam seleksi kedokteran, tetapi akhirnya menemukan passion di bidang lain yang justru membawanya pada kesuksesan. Atau seorang pebisnis yang mengalami kegagalan, tetapi dari kegagalan itu, ia belajar dan membangun usaha yang lebih besar.


3. Hasil Adalah Cerminan dari Konsistensi

Banyak orang menyerah di tengah jalan karena merasa usaha mereka sia-sia. Padahal, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh seberapa keras kita bekerja, tetapi juga oleh seberapa konsisten kita melakukannya. Bayangkan jika seorang petani menanam benih, tetapi karena tidak melihat hasil dalam beberapa hari, ia berhenti menyiramnya. Tentu saja tanamannya tidak akan tumbuh. Sama halnya dalam kehidupan, usaha yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun kecil, akan membawa hasil yang besar.


4. Ada Faktor di Luar Usaha, Tetapi Bukan Alasan untuk Menyerah

Kita harus menerima kenyataan bahwa selain usaha, ada faktor lain yang mempengaruhi hasil, seperti takdir, kesempatan, atau keadaan di luar kendali kita. Namun, bukan berarti kita hanya pasrah dan berhenti berusaha. Usaha tetap menjadi faktor utama dalam menentukan ke mana arah hidup kita.

Jika suatu usaha belum membuahkan hasil, mungkin itu hanya masalah waktu atau cara yang perlu diperbaiki. Yang terpenting, jangan berhenti sebelum benar-benar sampai pada tujuan.


Teruslah Berusaha, Hasil Akan Menyusul

Usaha tidak pernah mengkhianati hasil, selama kita terus bergerak dan belajar dari setiap kegagalan. Mungkin hasilnya tidak datang sekarang, mungkin bentuknya tidak seperti yang kita harapkan, tetapi satu hal yang pasti: setiap usaha akan membentuk diri kita menjadi lebih baik.


Jadi, ketika merasa ingin menyerah, ingatlah: usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tidak akan pernah sia-sia. Teruslah berusaha, karena hasil akan datang pada waktunya.


Apa pengalamanmu tentang usaha yang akhirnya membuahkan hasil?

Apes Tidak Ada dalam Kalender: Hidup Bukan Sekadar Keberuntungan

3/15/2025 05:05:00 AM 0 Comments

Pernahkah kamu merasa hari ini benar-benar sial? Bangun kesiangan, ketinggalan transportasi, kerjaan berantakan, lalu ditambah hujan deras tanpa membawa payung. Rasanya seperti semesta sedang menguji kesabaran kita. Tapi tunggu dulu, benarkah hari ini memang hari sial? Atau mungkin kita hanya melihatnya dari sudut pandang yang salah?



Seperti kata Miss Yuni (youtuber yang belakangan sering saya tonton channelnya), "Apes tidak ada dalam kalender." Sebuah kalimat sederhana, tapi penuh makna. Kita sering menganggap hari buruk sebagai takdir yang tidak bisa dihindari, padahal sebenarnya hidup ini bukan soal keberuntungan semata.


1. Apes Itu Soal Sudut Pandang

Apa yang kita anggap sebagai "hari apes" bisa jadi hanya perspektif kita saja. Misalnya, jika kita melihat hujan sebagai musibah karena lupa membawa payung, kita akan merasa sial. Tapi bagi petani yang menanti hujan untuk tanamannya, itu adalah berkah. Sama seperti kegagalan dan tantangan dalam hidup, semua tergantung dari cara kita melihatnya. Kita bisa menganggapnya sebagai kemalangan, atau sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang.


2. Keberuntungan Itu Dibentuk, Bukan Ditunggu

Banyak orang percaya bahwa nasib seseorang ditentukan oleh keberuntungan. Tapi kalau diperhatikan, orang-orang yang sukses bukan karena mereka selalu beruntung, melainkan karena mereka terus berusaha dan tidak menyerah saat menghadapi kesulitan. Misalnya, seorang atlet yang berhasil memenangkan kejuaraan bukan hanya karena "hari baik," tapi karena latihan keras yang ia lakukan selama bertahun-tahun. Seorang pebisnis sukses bukan karena kebetulan, melainkan karena ketekunan dan strategi yang ia jalankan.


Jadi, kalau merasa hari ini "apes," coba pikirkan: sudahkah kita melakukan yang terbaik? Atau kita hanya menyalahkan keadaan?


3. Tidak Ada Hari Sial, Hanya Hari yang Penuh Pelajaran

Setiap kejadian dalam hidup, baik atau buruk, selalu membawa pelajaran. Mungkin hari ini kita mengalami kegagalan, tapi siapa tahu, justru dari situ kita belajar sesuatu yang akan membuat kita lebih baik di masa depan. Misalnya, jika hari ini kita terlambat ke kantor karena bangun kesiangan, kita bisa memilih untuk mengeluh dan menyalahkan alarm, atau kita bisa belajar untuk tidur lebih awal dan mengatur ulang jadwal pagi kita.

Hidup adalah tentang bagaimana kita merespons kejadian, bukan tentang apakah kita "sial" atau "beruntung."


Hidup Adalah Pilihan, Bukan Sekadar Nasib

Pada akhirnya, "apes" hanya ada di pikiran kita. Jika kita melihat setiap kejadian sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan sebagai takdir yang tak bisa diubah, maka kita akan menjadi pribadi yang lebih tangguh.


Jadi, kalau besok ada hal yang tidak berjalan sesuai rencana, ingat kata-kata Miss Yuni: "Apes tidak ada dalam kalender." Yang ada hanyalah kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih baik.


Namun, tak bisa dimungkiri bahwa apes bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, tanpa pernah bisa diduga sebelumnya. Kita bisa saja sudah merencanakan segalanya dengan matang, tetapi tetap saja ada hal-hal di luar kendali yang tiba-tiba terjadi. Seorang pebisnis bisa mengalami kerugian mendadak, seorang atlet bisa cedera sebelum pertandingan besar, atau seseorang bisa terkena musibah di saat yang paling tak terduga. Semua itu menunjukkan bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari manusia, yaitu kuasa Tuhan. Hanya Dia yang tahu rencana terbaik bagi setiap hamba-Nya. Kadang, sesuatu yang kita anggap sebagai kesialan justru bagian dari jalan yang telah Tuhan tetapkan agar kita belajar, bertumbuh, atau bahkan terhindar dari hal yang lebih buruk. Sebab, manusia boleh berencana, tetapi pada akhirnya, Tuhanlah yang menentukan.


Bagaimana denganmu? Apa pengalaman "apes" yang ternyata membawa pelajaran berharga dalam hidupmu?




Hidup Itu Pilihan: Menentukan Arah dan Bertanggung Jawab atas Keputusan

3/15/2025 04:54:00 AM 0 Comments

Hidup selalu menghadapkan kita pada berbagai pilihan, mulai dari hal kecil seperti memilih menu sarapan hingga keputusan besar yang menentukan masa depan. Setiap pilihan yang kita buat membawa konsekuensinya sendiri, baik yang langsung terasa maupun yang baru tampak di kemudian hari. Karena itu, memahami bahwa hidup adalah serangkaian pilihan bisa membantu kita menjalani hidup dengan lebih sadar dan bertanggung jawab.




1. Pilihan Ada di Tangan Kita

Sering kali kita merasa terjebak dalam keadaan tertentu dan berpikir bahwa kita tidak punya pilihan. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, kita sebenarnya selalu memiliki opsi, meskipun beberapa mungkin terasa sulit atau tidak ideal. Misalnya, saat merasa tidak bahagia dengan pekerjaan, kita bisa memilih untuk bertahan sambil mencari solusi, mencari pekerjaan lain, atau bahkan memulai bisnis sendiri. Pilihan-pilihan ini mungkin tidak mudah, tetapi tetap ada.


2. Konsekuensi dari Setiap Keputusan

Setiap keputusan yang kita ambil akan membawa konsekuensi. Tidak ada pilihan yang sepenuhnya bebas dari risiko atau pengorbanan. Kadang, kita harus mengorbankan kenyamanan demi sesuatu yang lebih baik dalam jangka panjang. Misalnya, seseorang yang memilih untuk melanjutkan studi mungkin harus mengorbankan waktu bersantai dan kestabilan finansial sementara demi memperoleh masa depan yang lebih baik. Sebaliknya, mereka yang memilih langsung bekerja bisa mendapatkan penghasilan lebih cepat, tetapi mungkin menghadapi keterbatasan dalam karier ke depannya.


3. Jangan Biarkan Orang Lain Memilih untuk Kita

Tekanan sosial dan ekspektasi dari keluarga atau lingkungan sering kali membuat kita merasa harus mengikuti pilihan yang bukan benar-benar keinginan kita. Namun, jika kita terus hidup dengan pilihan orang lain, kebahagiaan sejati akan sulit dicapai. Memilih sesuai dengan apa yang benar-benar kita inginkan memang tidak selalu mudah. Bisa jadi ada penolakan, keraguan, atau ketakutan akan kegagalan. Namun, pada akhirnya, kita sendiri yang harus menjalani hidup ini, bukan orang lain.


4. Berani Bertanggung Jawab

Ketika telah membuat keputusan, penting untuk bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Menyalahkan keadaan atau orang lain hanya akan membuat kita merasa tidak berdaya. Sebaliknya, dengan menerima konsekuensi dan belajar dari kesalahan, kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Misalnya, jika kita gagal dalam suatu proyek, menyalahkan keadaan atau rekan kerja tidak akan mengubah apa pun. Tetapi jika kita mengevaluasi apa yang bisa diperbaiki, kita dapat tumbuh dan meningkatkan peluang sukses di masa depan.


5. Pilihan Hari Ini Menentukan Masa Depan

Sering kali, kita tidak langsung melihat dampak dari pilihan yang kita buat. Namun, pilihan kecil yang konsisten akan membentuk jalan hidup kita. Misalnya, memilih untuk membaca buku setiap hari mungkin tidak terasa besar dalam jangka pendek, tetapi dalam beberapa tahun ke depan, kita akan memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan mereka yang tidak melakukannya. Begitu juga dengan kebiasaan lain, seperti menjaga kesehatan, mengelola keuangan, atau membangun hubungan yang sehat. Semua itu adalah hasil dari pilihan-pilihan kecil yang kita buat setiap hari.


Kesimpulan

Hidup adalah tentang memilih, dan setiap pilihan membawa konsekuensi. Kita mungkin tidak bisa mengontrol segala hal yang terjadi, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita merespons dan mengambil keputusan. Jadi, buatlah pilihan dengan sadar, jangan takut mengambil risiko, dan bertanggung jawablah atas setiap keputusan yang diambil. Pada akhirnya, hidup yang kita jalani adalah hasil dari pilihan yang kita buat.

Apa pilihan besar yang pernah kamu ambil dalam hidup? Bagaimana dampaknya bagi perjalananmu saat ini?

Friday, March 14, 2025

Signs: Secret of the Universe

3/14/2025 08:51:00 PM 0 Comments

Buku Signs: Secret of the Universe adalah karya yang mengupas tentang tanda-tanda yang diberikan alam semesta kepada kita dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini mengajak pembaca untuk lebih peka terhadap berbagai simbol, kejadian, dan kebetulan yang sering kali dianggap biasa, padahal bisa jadi merupakan pesan tersembunyi.




Memahami Tanda dari Alam Semesta

Apakah kamu pernah mengalami kejadian yang terasa seperti lebih dari sekadar kebetulan? Misalnya, kamu sedang memikirkan seseorang, lalu tiba-tiba orang itu menghubungi kamu? Atau mungkin kamu melihat angka yang sama berulang kali dan merasa seakan ada sesuatu yang ingin disampaikan kepadamu? Buku Signs: Secret of the Universe mengajarkan bahwa tanda-tanda semacam itu adalah cara alam semesta berkomunikasi dengan kita.


Cara Alam Semesta Memberikan Tanda

  1. Melalui Pola Angka Banyak orang percaya bahwa angka tertentu memiliki makna spiritual, seperti angka malaikat (angel numbers) yang sering muncul dalam kehidupan kita, seperti 11:11, 222, atau 333. Buku ini menjelaskan bagaimana pola angka ini bisa menjadi petunjuk tentang jalan hidup kita.

  2. Mimpi dan Intuisi Mimpi sering kali menjadi medium komunikasi dari alam semesta. Jika suatu simbol atau peristiwa muncul berulang kali dalam mimpi, bisa jadi itu adalah pesan yang perlu kamu perhatikan.

  3. Pertemuan Tak Terduga Kadang-kadang, orang yang kita temui secara tiba-tiba atau kebetulan memiliki peran penting dalam perjalanan hidup kita. Buku ini mengajarkan bagaimana menyadari makna dari pertemuan-pertemuan tersebut.

  4. Pesan dari Alam Alam juga sering memberikan tanda, seperti munculnya hewan tertentu dalam hidup kita, perubahan cuaca yang tiba-tiba, atau bahkan suara-suara alam yang terasa memiliki arti tertentu.


Mengasah Kepekaan terhadap Tanda-tanda

Salah satu inti dari buku ini adalah bagaimana kita bisa lebih peka terhadap tanda-tanda tersebut. Beberapa langkah yang disarankan meliputi:

  1. Merenung dan memperhatikan kejadian yang terasa berbeda atau berulang
  2. Menuliskan pola-pola yang muncul dalam kehidupan sehari-hari
  3. Mengembangkan intuisi dan belajar mendengarkan suara hati
  4. Membuka pikiran dan hati terhadap kemungkinan bahwa segala sesuatu terjadi karena alasan tertentu


Kesimpulan

Buku Signs: Secret of the Universe adalah panduan menarik bagi siapa pun yang ingin memahami hubungan antara manusia dan alam semesta. Dengan membuka diri terhadap tanda-tanda yang ada di sekitar kita, kita bisa menemukan petunjuk yang membantu dalam perjalanan hidup. Jadi, sudah siap untuk mulai membaca tanda-tanda yang dikirimkan oleh alam semesta?

Menulis Itu Amal Jariyah

3/14/2025 08:29:00 PM 0 Comments

Sobat, pernah kepikiran nggak kalau menulis itu bisa jadi amal jariyah? Mungkin banyak yang mikir kalau amal jariyah itu cuma sebatas bangun masjid, wakaf tanah, atau menyumbang buku di perpustakaan. Padahal, menulis juga bisa jadi salah satu cara untuk terus mengalirkan kebaikan, lho!


Coba bayangkan, kamu menulis sesuatu yang bermanfaat—entah itu artikel motivasi, tips kehidupan, atau sekadar pengalaman hidup yang bisa jadi inspirasi orang lain. Selama tulisan itu masih dibaca, diambil manfaatnya, dan diteruskan ke orang lain, maka pahalanya akan terus mengalir meskipun kamu sudah nggak ada di dunia ini. Keren, kan?



Kenapa Menulis Itu Bisa Jadi Amal Jariyah?

  1. Ilmu yang Bermanfaat

    Rasulullah SAW bersabda, "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh." (HR. Muslim). Nah, menulis yang memberikan ilmu dan manfaat itu masuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat.

  2. Bisa Diteruskan ke Banyak Orang

    Tulisan yang baik itu seperti benih yang ditanam. Sekali ditanam, ia bisa tumbuh dan menyebar ke mana-mana. Misalnya, kamu menulis tentang cara bersikap sabar dalam menghadapi masalah. Orang yang membacanya bisa mendapat inspirasi dan membagikannya ke orang lain. Efeknya bisa panjang banget!

  3. Meninggalkan Jejak Positif

    Dunia ini nggak selamanya milik kita, tapi jejak yang kita tinggalkan bisa bertahan lama. Bayangkan kalau tulisan kita bisa terus menginspirasi orang, bahkan setelah bertahun-tahun. Tulisan yang baik akan selalu menemukan pembacanya, dan siapa tahu, bisa mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik.


Gimana Caranya Biar Tulisan Kita Jadi Amal Jariyah?

  • Tulis Sesuatu yang Bermanfaat
    Jangan cuma menulis yang viral atau sekadar ikut tren. Coba buat tulisan yang bisa memberi dampak positif. Bisa tentang motivasi, agama, pendidikan, atau pengalaman hidup yang menginspirasi.

  • Sebarkan dengan Niat yang Baik
    Jangan takut tulisanmu nggak dibaca. Selama niatnya baik, pasti ada yang mendapatkan manfaat darinya. Bisa lewat blog, media sosial, atau bahkan buku fisik.

  • Jangan Berhenti Menulis
    Semakin banyak tulisan yang kamu buat, semakin besar peluangnya untuk menjadi manfaat bagi orang lain. Jangan minder kalau merasa tulisanmu belum sempurna. Yang penting terus berbagi kebaikan!

Jadi, kalau kamu suka menulis, teruslah menulis! Siapa tahu, tulisan kamu adalah salah satu jalan yang membuat pahala terus mengalir, bahkan setelah kamu tiada. Menulis itu bukan cuma soal menuangkan pikiran, tapi juga bisa jadi warisan yang nggak ternilai harganya. Yuk, kita jadikan menulis sebagai ladang amal jariyah! 😊




Kepo atau Ngurusin Orang Lain?

3/14/2025 08:16:00 PM 0 Comments

Siapa yang suka kepo hayo ngaku! Kalau dengar berita terus ga kepo rasanya gatal. Adakah Sobat yang demikian?


Di jaman teknologi modern ini memang mudah sekali ngepoin (kepo) orang lain. Tinggal stalking media sosialnya. Biasanya kalau orangnya rajin update ada banyak info yang bisa diperoleh.


Menurut KBBI, kepo adalah rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain.


Nah Sobat, bahkan kepo yang merupakan bahasa gaul ini sudah masuk KBBI. Di sini saya tidak akan membahas tentang asal-usul kata kepo dari mana ya. Yang ingin saya soroti di sini adalah perilaku kepo atau ngurusin orang lain.



Di kantor, saya termasuk orang yang tidak update berita atau pergosipan seputar kantor. Saya memang tidak gaul saya akui. Saya penyendiri. :D


Sementara yang lain asyik ngobrolin siapa yang deket sama siapa, siapa yang baru resign, atau siapa yang kena semprot bos, saya biasanya cuma duduk tenang sambil ngetik atau minum kopi. Kalau ada yang tiba-tiba nyolek dan bilang, "Eh, lo tau nggak sih kemarin si A begini..." saya cuma bisa nyengir, "Oh ya? Baru denger nih."


Bukan berarti saya nggak peduli sama sekitar, tapi saya memang nggak punya energi buat ngurusin hidup orang lain. Saya pikir, tiap orang punya masalah sendiri-sendiri, dan saya lebih suka fokus ke urusan saya sendiri.


Tapi bukan berarti kepo itu selalu buruk, ya. Ada juga kepo yang positif. Misalnya, kepo soal peluang kerja yang lebih baik, kepo tentang cara meningkatkan skill, atau kepo soal teknologi baru yang bisa bikin kerja lebih efisien. Kalau kepo yang model begini, saya malah mendukung.


Jadi, kepo itu baik atau buruk? Menurut saya, tergantung kepo-nya ke arah mana. Kalau sekadar kepo buat gosipin orang tanpa manfaat, ya mending waktunya dipakai buat hal lain yang lebih berguna. Tapi kalau kepo yang bisa bikin kita berkembang, kenapa nggak?


Nah, Sobat, gimana? Termasuk tim kepo positif atau kepo buat gosip? 😆



Tipe-Tipe Bos yang Bikin Kantor Jadi Drama Series

3/14/2025 08:04:00 PM 0 Comments

Saya Mengalami Beberapa Kepemimpinan

Dalam dunia kerja, kita tidak cuma ketemu sama berbagai jenis rekan kerja, tapi juga beragam tipe pemimpin. Ada yang santai kayak angin sepoi-sepoi, ada yang keras kayak batu, dan ada juga yang penuh kejutan kayak bom waktu. Dari sekian banyak pengalaman, saya mau cerita tentang beberapa tipe pemimpin yang paling berkesan. Siapa tahu kamu juga pernah ketemu yang kayak gini!



1. Mau Selalu Nomor Satu 🚀

Pernah tidak sih punya bos yang maunya selalu jadi pusat perhatian? Pokoknya dia tidak mau ada yang lebih bersinar dari dia. Segala pencapaian tim? Ya, itu berkat dia. Ide bagus dari bawahan? Dia yang bakal dapat pujian. Pokoknya dia yang harus jadi nomor satu. Kalau ada orang lain yang lebih menonjol, langsung deh ada drama. Kadang saya mikir, ini bos apa influencer sih? 😆


Tipe pemimpin kayak gini bikin kita harus ekstra hati-hati. Mau kasih ide? Harus dibungkus rapi biar dia tetap merasa superior. Mau berprestasi? Jangan terlalu mencolok, nanti malah kena mental attack. Intinya, harus pintar-pintar membaca situasi.

2. Diam Menghanyutkan, Tiba-tiba Dapat "Surat Cinta" 📩

Tipe ini awalnya kelihatan adem, kalem, tidak banyak omong. Tapi, jangan salah! Justru yang diam-diam kayak gini yang kadang bikin deg-degan. Soalnya, kita tidak tahu dia lagi mikirin apa. Terlihat santai, tapi ternyata mengawasi setiap gerak-gerik kita. Pas kita sudah merasa aman, tiba-tiba… BOOM! Dapat surat cinta alias surat peringatan atau teguran tanpa aba-aba. 😭


Pernah ada kejadian, teman kerja saya santai-santai saja, merasa kerjaannya oke. Eh, suatu hari dia dipanggil ke ruangan bos dan dikasih evaluasi panjang lebar soal kinerjanya. Padahal dia pikir semuanya aman-aman saja. Dari situ saya belajar, kalau punya bos tipe diam tapi menghanyutkan ini, lebih baik sering-sering komunikasi. Jangan sampai kita kena jebakan batman karena tidak tahu apa yang dia pikirkan.

3. Meledak di Depan 💥

Nah, kalau tipe yang satu ini sih tidak usah ditanya. Orangnya ekspresif banget, gampang marah, dan kalau ngamuk, bisa didengar satu lantai. Paling sering marah di depan semua orang, tidak peduli kalau itu bikin malu bawahannya. Pengen rasanya kasih dia mic sekalian, biar semua orang makin jelas dengar ceramahnya. 🤯


Yang bikin repot, orang kayak gini biasanya emosinya tidak stabil. Kadang baik banget, besoknya bisa ngamuk-ngamuk. Rasanya kayak lagi pacaran sama pasangan moody, tapi ini di dunia kerja. Strategi menghadapi bos model begini? Ya, harus banyak sabar, tahan mental, dan sebisa mungkin hindari kesalahan. Tapi jujur, kerja di bawah kepemimpinan kayak gini bikin capek hati.

4. Santai yang Penting Kerjaan Selesai 😎

Ini tipe bos yang asyik banget! Tidak terlalu menekan, tidak terlalu santai juga. Yang penting kerjaan selesai, target tercapai, dan tim tetap happy. Dia percaya sama timnya dan tidak suka drama. Paling suka bilang, "Udah, yang penting beres aja ya!"


Punya pemimpin kayak gini bikin kerja lebih nyaman karena tidak ada tekanan berlebihan. Tapi kalau timnya kurang disiplin, bisa-bisa malah pada leha-leha dan kerja jadi molor. Jadi tetap butuh keseimbangan antara santai dan tetap profesional.

5. Terima Beres 🎁

Nah, kalau yang ini kebalikannya! Kerjaan semua dilempar ke bawahan, dia tinggal terima hasil akhirnya. Pokoknya kalau ada masalah, bawahan yang pusing, tapi kalau sukses, dia yang dapat pujian. Kadang merasa kayak kerja sendiri, bukan kerja sama bos.


Bos model begini bisa bikin bawahan stres karena tanggung jawabnya berat banget, tapi kalau kita tipe yang mandiri dan suka tantangan, mungkin masih bisa bertahan. Tapi tetap saja, pemimpin yang baik itu harus mau turun tangan juga, bukan cuma duduk manis nunggu hasil.

Kesimpulan 🎯

Dari semua tipe pemimpin yang pernah saya temui, satu hal yang saya pelajari: tidak ada yang sempurna. Setiap pemimpin pasti punya kelebihan dan kekurangan. Yang terpenting, kita harus bisa beradaptasi, tahu kapan harus maju dan kapan harus menahan diri. Dan kalau suatu saat kita jadi pemimpin, semoga kita bisa belajar dari pengalaman ini dan tidak bikin bawahan stres! 😆


Jadi, dari tipe-tipe pemimpin di atas, mana yang paling relate sama pengalaman kamu? Atau kamu punya cerita lain? Yuk, share di kolom komentar! 👇😃


Kepemimpinan Tanpa Amarah: Mungkinkah?

3/14/2025 07:45:00 PM 0 Comments
Sayang dibuang.
Mengendap di draf sejak 22 Juli 2022.

Halo Sobat, apa kabar?

Kali ini saya akan membahas mengenai pemimpin. Setiap diri kita pada dasarnya adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Setuju ya? Lalu bagaimana saat kalian menjadi pemimpin bagi yang lain?

Berhubung saya adalah pegawai, maka saya mengalami yang namanya dipimpin oleh atasan. Sudah beberapa kali mengalami pergantian pemimpin. Pemimpin pria maupun wanita sudah saya alami. Apakah ada perbedaan antara keduanya?

Tentu saja. Dan tiap pemimpin ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari yang emosional, yang selalu ingin jadi nomor satu sampai yang santai sudah pernah saya alami. Dari yang meledak di depan hingga yang halus caranya dengan memanggil personal sudah saya alami. Dari yang moody, yang tidak suka marah sudah saya alami. Macam-macam pokoknya tabiat pemimpin.



Yang diceritakan kok negatif semua, apa tidak ada positifnya? Tentu ada. Contohnya, pemimpin yang mendorong pegawai untuk lanjut kuliah, tidak menghalangi pegawai yang ingin pindah, dll. 

Bagi saya, tidak suka marah-marah itu sudah suatu hal baik loh. Karena marah-marah itu energinya negatif. Menurut saya, marah-marah pertanda emosi yang tidak stabil. Kurang pengendalian emosinya. Emang ada orang yang suka dimarah? Tidak ada kan? Apalagi di usia dewasa. Hello... kita bukan lagi anak kecil. Mungkin anak kecil hanya bisa menangis jika dimarahi. Sementara kita? 

Luka itu akan terus ada walau mungkin sudah memaafkan. Pasti tidak akan pernah sama lagi rasanya. 

Bukan maksud kita dendam atau tidak melepaskan masa lalu. Tapi luka itu memang membekas. Pengalaman buruk itu terekam di memori kita. 

Terus terang saya tidak suka dengan segala macam tindakan yang menimbulkan luka. Pasti tidak hanya saya. Ya kan? Saya percaya ada jalan/cara lain yang lebih bijak ketimbang meluapkan emosi dengan kemarahan. Mungkin dengan marah setelahnya akan merasa lega. Tapi apakah pernah dipikirkan efek untuk orang yang dimarahi?

Menurut saya orang yang meluapkan emosi kepada orang lain untuk membuat dirinya sendiri lega adalah orang yang egois. Dia hanya memikirkan kelegaannya sendiri, dirinya sendiri. Bagaimana dengan orang lain? Pernahkah dia pikirkan? Dia mau kita yang selalu mengerti dia dengan berkata, "Kamu tahu kan aku begini". Lalu kita disuruh memaklumi setiap dia emosi? Apa dia memahami kita kalau kita tidak suka dimarahi? Dia hanya mau dipahami tapi tidak mau memahami orang lain. Sangat tidak adil bukan?

Jika kita berbuat salah, sewajarnya kita diberitahu akan kesalahan kita dengan cara yang santun. Semua orang pasti menyukai kebaikan. Apalagi jika orang berpendidikan sudah selayaknya untuk bertindak santun. Apa yang terjadi jika begitu mudah emosi sebagai pemimpin? Bawahan taat bukan karena respek melainkan karena rasa takut. Bisa jadi justru baik di depan saja tapi mengomel di belakang. 

Apakah orang yang emosinya tidak stabil tersebut ada histori di masa lalu yaitu di masa kecilnya? 

Tentu saja, masa lalu seseorang, terutama pengalaman di masa kecil, bisa sangat memengaruhi bagaimana mereka mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain, termasuk dalam kepemimpinan. Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh tekanan, sering dimarahi, atau tidak mendapatkan contoh pengelolaan emosi yang baik mungkin akan membawa pola itu ke kehidupan dewasanya.


Namun, bukan berarti mereka tidak bisa berubah. Kesadaran akan pola tersebut dan kemauan untuk belajar mengendalikan emosi dapat membantu seseorang menjadi pemimpin yang lebih baik. Pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa menginspirasi, membimbing, dan memberikan arahan dengan bijaksana, bukan yang memimpin dengan ketakutan.


Saya percaya, kepemimpinan bukan hanya soal mengatur orang lain, tetapi juga bagaimana seseorang bisa mengelola dirinya sendiri. Jika seorang pemimpin tidak mampu mengelola emosinya, bagaimana dia bisa mengelola tim dengan baik? Justru pemimpin yang bisa menahan diri dan bersikap bijak dalam menghadapi masalah akan lebih dihormati dan dicontoh oleh bawahannya.


Jadi, jika kita suatu saat menjadi pemimpin, penting untuk bertanya pada diri sendiri: "Apakah saya ingin dihormati karena kebijaksanaan saya atau hanya ditakuti karena amarah saya?" Jawaban dari pertanyaan itu bisa menentukan bagaimana kita ingin dipandang dan dikenang oleh orang-orang di sekitar kita.


Bagaimana menurutmu? Apakah pernah mengalami pemimpin yang emosinya tidak stabil atau justru sebaliknya, pemimpin yang benar-benar mengayomi? 😊




 

Kenapa Selalu Datang Kembali Setelah Pergi?

3/14/2025 07:36:00 PM 0 Comments
Saya mengamati fenomena kepergian seseorang yang kemudian tak jarang kembali lagi di lain waktu. Ini bukan pergi secara fisik ya tapi tapi pergi dari sebuah hubungan. Tak satu dua kali seseorang menghubungi saya kembali setelah sekian waktu berlalu. Dan di saat itu perasaan sudah tak lagi sama. Tak jarang bahkan hilang sama sekali. Hello saya sudah move on!



Ke mana dia ketika kita menantinya? Ketika masih ada secercah harapan di hati. Dia pergi. Kita pun menangis sendirian. Lalu bersusah payah kita mengatasi rasa perih. Kita pun kembali berbahagia dan menjalani hidup tanpanya. Namun kemudian dia kembali tanpa angin tanpa hujan. 

Pernahkah dia berpikir tentang betapa kita menderita dalam ketidakhadirannya? Apakah dia mengira kita akan selalu berada di tempat yang sama seperti saat dia meninggalkan kita? Kenyataannya, waktu tidak berhenti hanya karena seseorang pergi. Perasaan berubah. Luka sembuh. Dan terkadang, saat mereka kembali, mereka tidak lebih dari sekadar orang asing yang mengetuk pintu yang sudah tidak lagi menjadi milik mereka.


Mungkin bagi mereka, pergi adalah hal yang mudah karena mereka percaya bahwa mereka bisa kembali kapan saja. Tetapi yang mereka tidak sadari adalah bahwa versi diri kita yang mereka tinggalkan tidak lagi ada. Kita bukan lagi orang yang sama seperti dulu. Kita telah tumbuh, kita telah sembuh, dan kita telah belajar untuk berdiri sendiri.


Jadi, ketika mereka kembali dengan harapan dapat melanjutkan dari tempat yang mereka tinggalkan, mereka mungkin akan mendapati bahwa tempat itu sudah tidak ada lagi. Karena cinta bukanlah permainan yang bisa dijeda dan dilanjutkan sesuka hati. Ada hal-hal yang, sekali hilang, tidak akan pernah kembali. Dan itulah konsekuensi dari pergi tanpa menoleh ke belakang.


Dan yang lebih menyakitkan, beberapa dari mereka tidak kembali karena cinta. Mereka kembali karena penasaran. Mereka ingin tahu apakah kita masih ada di sana, masih merindukan mereka, masih menunggu. Mereka datang bukan dengan permintaan maaf atau niat untuk memperbaiki segalanya. Mereka datang hanya untuk memastikan apakah pintu itu masih terbuka, apakah mereka masih memiliki kuasa atas hati kita.


Namun, mereka tidak menyadari bahwa kita tidak lagi berdiri di tempat yang sama. Kita telah melangkah maju, selangkah demi selangkah, meskipun itu menyakitkan. Kita telah menciptakan kebahagiaan baru, belajar pelajaran baru, dan merangkul masa depan di mana mereka bukan lagi pusat dunia kita.


Dan ketika mereka mengetuk, yang mereka temukan bukanlah pelukan yang terbuka, tetapi keheningan. Bukan karena kita dendam, bukan karena kita ingin membalas, tetapi karena kita telah belajar untuk memilih diri kita sendiri. Untuk melindungi hati kita dari mereka yang hanya menganggapnya sebagai tempat persinggahan sementara, bukan rumah.


Pergi adalah pilihan mereka. Move on adalah pilihan kita. Dan kali ini, pintu itu tetap tertutup.