semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

August 2025 - Reana

Follow Us

Saturday, August 16, 2025

Jade Dynasty Review

8/16/2025 04:14:00 PM 0 Comments
Cerita Awal Nonton Versi Live Action Movie

Sengaja banget saya nulis ini hari ini. Gegara lagi demam donghua Jade Dynasty. Saat ini sudah masuk season 3 episode 12. Saya jatuh cinta gegara scene emosional antara Zhang XiaoFan dan Lu XueQi. Sebenarnya awalnya saya nontoh versi filmnya dulu yang diperankan Xiao Zhan. Film ini nongol di beranda youtube saya, saya lupa tahun berapa. Lalu saya coba nonton karena yang main adalah salah satu aktor favorit saya Xiao Zhan. Berarti saya nonton ini setelah boomingnya The Untamed. Dan ternyata seru banget kisahnya. Lucu menghibur. Sumpah ini Xiao Zhan menggemaskan banget berperan sebagai Zhang XiaoFan yang polos-polos bodoh gimana gitu ya. Menghayati banget. Pokoknya ga mengecewakan. Keren banget aktingnya. Jempol. Bikin ketawalah tingkahnya yang lucu yang sering jadi korban teman lainnya.



Kecewa oh Kecewa

Walau ceritanya seru, tapi kisah berakhir dengan tidak menyenangkan. Alias saya tidak setuju XiaoFan pergi dengan Biyao. Entah kenapa saya tidak suka karakter Biyao. Saya lebih suka dengan Xueqi. Apalagi Xueqi diperankan oleh Li Qin yang memang sangat cantik dan pantas sekali berperan sebagai Xueqi. Ini adalah murni pandangan saya sebagai penonton awam yang tidak pernah membaca novelnya. Bahkan ketika menonton ini saya tidak tahu kalau Jade Dynasty diangkat dari novel. Saya merasa aneh kenapa justru Xiaofan pergi dengan Biyao? Kenapa dia memilih Biyao bukan Xueqi? Kenapa Biyao yang menjadi pemeran utama wanita? Kenapa bukan Xueqi? Menurut saya Xueqi lebih pantas menjadi pemeran utama wanita. Menurut saya pesonanya Xueqi yang diperankan Li Qin lebih bersinar ketimbang Biyao. Entah karena Li Qin atau karena memang karakternya di sana yang kuat. Li Qin mengalahkan pesona pemeran utama wanita bernama Biyao. 

Kira-kira begitulah pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala saya. Saya pun sempat searching apakah endingnya dengan Biyao. Yang saya dapat waktu itu bahwa di novelnya memang Xiaofan memilih bersama Biyao. Saya pun kecewa berat sebagai penonton. Kemudian saya tahu ada donghua alias animenya di wetv. Saya berlangganan wetv kala itu. Tapi saya tidak tertarik nonton karena memang sudah kecewa dengan ending live action filmnya. 

Keisengan yang Berbuah Manis

Lama berselang belum lama ini saya coba bertanya ke chatgpt. Iseng banget ya. Hehe. Saya bertanya kenapa pemeran utama wanitanya bukan yang saya harapkan misal kenapa Biyao kok bukan Xueqi, padahal Xueqi lebih cocok menurut saya. Li qin cocok dan keren banget memerankan karakternya. Lalu Battle through The Heaven juga sama. Kenapa bukan sosok Li Qin yang jadi pemeran utama wanita? Padahal chemistrynya kuat sekali dan sweet banget menurut saya. Ini kebetulan dua-duanya Li Qin yang main ya. Mungkin memang Li Qin totalitas banget kalau berperan. Lalu chatgpt pun menjawab kalau aku tidak sendirian merasa demikian. Hehehe.

Ya sudahlah sampai di situ ya. Lalu belakangan ini saya lagi mulai nonton lagi drama-drama kolosal China. Muncul Jade Dynasty donghua di beranda youtube saya. Ada short yang bilang Xiaofan berakhir dengan Xueqi. Dan boom! Excited dong saya. Eh ini beneran? Huaaa happy banget. Penasaran dong saya. Akhirnya saya nontonlah donghuanya. Hihi.

Terpesona Kegantengan Tokoh Utama dan Emotional Scene Versi Donghua

Donghuanya ini keren banget grafisnya. Apalagi Xiaofan mulai di season 2 ya ampun gantengnya ga ketulungan. Keren banget visualnya. Padahal tadinya karakter donghua yang paling ganteng menurut saya adalah Jing Xuan di The Island of Siliang (sudah pernah saya bahas donghuanya di blog ini). Ternyata ini Xiaofan begitu dewasa jadi ganteng banget. Tampilan baju warna gelap mix warna merah dengan rambut dikepang simpel tapi ganteng banget. Ya allah bisa seganteng ini padahal cuma anime. Bajunya pun keren banget sesuai karakternya yang dingin dan sedih. Ditambah scene di sana kalau pas ketemu Xueqi itu jadi emosional banget. Terutama pas adegan jatuh tiduran di rumput Xiaofan memandang Xueqi di sebelahnya lalu adegan pas ketemu lagi saat Xueqi confession dan terakhir scene saat Xiaofan datang menemui Xueqi ngajak dia pergi itu emosional banget. Scene dibuat slow motion dengan banckground yang fantasy dreamy banget seperti bunga berguguran atau kunang-kunang. Baju berjuntai-juntai tertiup angin. Gerakan kaki slow motion... Tangan menggenggam erat... Jalan bersama tapi berjauhan seolah ada jarak tapi hati sebenarnya dekat. Ya ampun... Pinter banget ngeshoot scene-nya. Jempol banget bikin penonton kayak aku bisa ngerasain banget emosinya. Sampai aku ulang-ulang saking indahnya dan emosional menusuk hatiku. 

Kalau scene 2 orang yang saling mencintai dan keduanya bukan tipe yang ugal-ugalan dalam mengekspresikan perasaan itu jadinya ya begini. Sad banget. Yang nonton jadi termehek-mehek. Hehe.

Coba kalau yang ekspresif begitu pasti tidak akan jadi seindah ini. Ini pandangan saya sebagai seorang yang memang tidak ekspresif hehe. Ngena banget ini di saya.

Makanya saya jadi penasaran kelanjutannya. Apalagi di scene terakhir yang saya nonton Xueqi berpikir kalau Xiaofan sudah mati. Emosional sih ini scene-nya. Penasaran gimana reaksinya kalau Xueqi ketemu Xiaofan yang ternyata masih hidup hehe.


Biyao vs Xueqi, Pilih Mana?

Di season 2 dan 3 donghua, Xueqi lumayan jadi punya highight scene ketimbang di season 1 yang memang kalah scene dengan Biyao. Sengaja yang bikin donghua ini bikin penonton berpikir Xiaofan lebih cocok dengan Biyao. Saya pun merasanya Xiaofan suka dengan Biyao kalau nonton donghuanya ya di season 1. Makanya surprise kan ketika Xiaofan ternyata suka dengan Xueqi. Dan ternyata di novel aslinya Xiaofan memang sukanya dengan Xueqi. Dia hanya balas budi dengan Biyao. Tapi ya kalau lihat di donghuanya itu loh dia rela mati demi menghidupkan Biyao bahkan sampai 10 tahun usahanya. 

Bahkan dia frustasi berat setelah gagal menghidupkan Biyao. Ini kalau bukan cinta apa namanya ya? Masa iya cuma balas budi doang. Ga terima banget deh saya si MC kayak gini. Dia mengabaikan FMC. Tadinya sebelum saya tahu Xiaofan suka dengan Xueqi, saya pikir Xiaofan selalu bersama Biyao. Rupanya Biyao koma 10 tahun. Tapi Xiaofan loh selalu bersama wanita cantik. Kala itu saya nonton Xiaofan barengan sama Xiaobai. Saya tidak tahu itu Xiaobai saya pikir itu Biyao ketika dewasa. Karena saya nonton langsung season 3, saya skip dulu season 1-2 karena penasaran. Makanya saya pikir Xiaofan selalu bersama Biyao dan dia cinta Biyao. Ternyata setelah saya nonton season 1-2 tidak demikian. Hah menguras emosi.

Untunglah season 3 ini Xiaofan sesuai novelnya terlihat ada rasa dengan Xueqi. Walaupun dia dingin banget setidaknya dia pernah ngajak Xueqi pergi yang menunjukkan dia suka dengan Xueqi. Meski harus menelan pil pahit saat Xueqi bertanya lalu bagaimana dengan Biyao? Lalu Xiaofan mundur teratur. Duh kesel banget saya pengen saya tonjok hehe. Mewek deh scene ini nyesek banget. 

Tapi saya merasa kalau Xueqi logis banget bertanya demikian. Kalau saya jadi Xueqi pun akan bertanya hal yang sama. Good job author!

Scene lain yang ngenes itu saat Xueqi confession lalu cut ties. Duh nyesek banget. Dua-duanya nyesek. Mungkin Xiaofan ga nyangka kalau Xueqi ada feeling? Entahlah ya. Tapi selama 10 tahun dia mengabaikan Xueqi. Dia hanya peduli dengan Biyao. Dia menutup hati pada Xueqi. Setelah Biyao gagal dihidupkan dan dia kayak orang gila baru dia ingat Xueqi. Hmm...

Pengen marah sama Xiaofan deh hehe

Sebenarnya saya paham sih. Xiaofan dan Xueqi itu hidupnya bersebrangan secara prinsip. Pasti tidak mudah untuk bisa bersama harus ada yang ngalah ikut ke salah satu sekte. Tapi mereka bertahan di sekte masing-masing dengan alasan masing-masing. Jadi sebenarnya mereka berdua itu menderita dalam hati. Saling menyukai tapi tidak bisa bersama. Ditambah mereka bukan tipe ekspresif jadi ya hanya menyukai diam-diam terpendam dalam hati. Ibarat kata tidak ada harapan masa depan untuk bersama.

Nah ini beda cerita dengan Biyao. Biyao itu ada di sektenya sendiri. Dia ada di zona nyaman dia. Jadi dengan Xiaofan masuk ke sektenya ya dia aman-aman saja. Kan dia tidak perlu pindah ke sekte lain yang berseberangan. Kalaupun harus pindah misal ke sekte Qingyun ikut Xiaofan ya ga mau dong. Sebenarnya ini sama seperti yang dialami Xueqi. Kalau harus pindah ke sekte Xiaofan ya ga maulah. Kan sekte Qingyun adalah sekte putih. Masa pindah ke sekte gelap. Prinsip hidup sudah ga sejalan. Kalau diibaratkan di dunia nyata ya mana maulah disuruh ikut aliran hitam kalau dia sudah di tumbuh dari kecil di aliran putih. Logikanya Xueqi masih jalan. Masa iya demi orang yang dicintai rela berpindah ke aliran gelap? Kan ini ga sesuai prinsip hidupnya lagi dong. Mencintai ya mencintai tapi ya tidak ugal-ugalan akal sehatnya ga jalan. Ibarat kata disuruh terjun ke jurang juga dilakoni. Nggak begitu juga kali kan. 

Lagian kalau ada yang bilang harusnya dia pilih yang rela berkorban untuknya seperti Biyao yang rela berkorban nyawa. Helooooo memangnya cinta diukur dari rela berkorban atau nggaknya ya? Korban nyawa lagi ini konteksnya. Kok sempit banget ya mikirnya. Kalau ini sih cinta buta namanya. Lagipula kalau dari segi pengorbanan ya kurang apa Xueqi berkorban? Dia pernah terjun jurang juga menyelamatkan Xiaofan. Cuma bedanya Xueqi ini ga mati. Gegara ga mati jadi kurang berkorban di mata penggemar Biyao. Dia juga membela Xiaofan saat dituduh aliran gelap yang dipelajari.

Harusnya Xiaofan Pilih Siapa?

Kalau ada yang bilang Xiaofan sudah seharusnya bersama wanita yang menerimanya apa adanya yaitu Biyao. Lah, di mana letak Xueqi tidak menerima Xiaofan apa adanya? Dia yang membela Xiaofan ketika dituduh belajar aliran gelap. Dia juga yang selalu mengajak Xiaofan kembali ke sekte putih. Ini adalah bentuk perhatian loh mengajak seseorang yang dicintai kembali ke jalan yang benar. Dia juga tetap menganggap Xiaofan adalah Xiaofan walau dia sudah berubah nama menjadi Gui Li. Dia merasa Xiaofan masih orang yang sama. Ini bukti kalau dia merasa tidak ada yang berubah dari Xiaofan. Gui Li tetaplah Xiaofan yang dia kenal.

Sementara Biyao, gimana Biyao ga menerima Xiaofan wong Xiaofan masuk ke sektenya yang notabene jadinya mereka sealiran. Ya no worries ga ada hambatan. Ga ada masalah dong. Ga ada dinamika. Sementara Xueqi harus menerima Xiaofan yang sudah tidak sealiran. Ini ada dinamikanya. Kamu kira mudah untuk tetap bertahan mencintai sosok yang sudah tidak sealiran? Mana 10 tahun lagi lamanya. Mana sering ketemu jadi musuh. Mau ngebunuh juga ga bisa wong ada feeling. 

Biyao ini loh dia dari aliran gelap dan mengajak-ajak Xiaofan ikut alirannya. Coba apa bagusnya? Hanya karena dia ceria dan menarik karakternya lalu rela mati untuk Xiaofan lalu dianggap yang paling pantas bersama Xiaofan. Dianggap Biyao yang paling setia. Hmm... aku ga sejalan dengan pemikiran ini. Ga masuk di aku. Hehe.

Sementara Xueqi yang tetap teguh dengan pendiriannya di aliran putih dianggap tidak pantas bersama Xiaofan. Dianggap kurang berkorban. Mungkin juga kurang setia? Padahal kurang setia apa dia ya selama 10 tahun lebih ga berpaling ke pria lain. Bahkan dia menolak lamaran pria lain. Padahal dia sendiri sudah cut ties dengan Xiaofan. Dia juga selalu mengajak Xiaofan kembali. Tapi Xiaofan selalu bilang tidak akan bisa kembali. Lalu kurang baik apa Xueqi? Dia juga bilang dia rela mati loh demi Xiaofan. Jadi bukan hanya Biyao yang rela berkorban. Cuma bedanya mati atau nggak. Itu saja.    

Kira-kira ini jalan pikiran kenapa saya pilih Xueqi. Memang karakter Xueqi ini dingin di luar. Tapi dia hangat di dalam. Beda dengan karakkter Biyao yang meledak-ledak ekspresif, agresif, dan menggoda. Tipe kayak Xiaofan jadi mudah akrab dengannya. Beda dengan Xueqi yang kesannya unapproachable. Sudahlah dia cantik banyak yang suka lalu ilmu kultivasinya juga tinggi. 

Biasanya sih memang benih cintanya dulu yang sudah ada ya. Nanti pas ada kesempatan baru diungkapkan.

Apa yang Menarik dari Jade Dynasty?

Yang bikin menarik di Jade Dynasty ini ya kalau saya itu tadi kisah romansanya. Karena saya penggemar romansa yang dibalut dengan kisah wuxia. Jadi tidak hanya perang-perang saja melawan musuh. Ada selingan romansanya. Dan di Jade Dynasty ini kita bisa melihat perkembangan karakter pemeran utama. Dan pemeran utama itu tidak harus selalu yang ada di aliran putih. Tidak selalu prince charming. Ini mirip The Untamed yang mana Wei Wuxian beralih ke aliran gelap. Dan hal ini yang membuat ceritanya jadi menarik. 
             
Keren banget sih ini karena ada romansanya juga jadi komplit banget ceritanya. Sampai ada kubu Biyao dan kubu Xueqi. Kubu Biyao yang tidak terima Biyao mati dan Xiaofan memilih Xueqi. Kalau Biyao hidup lalu bagaimana kisahnya? Apakah Xiaofan memilih bersama Biyao selamanya? Yang saya baca-baca sih nggak juga kata pengarangnya ga ada bedanya Xiaofan akan tetap bersama Xueqi.

Kalau Biyao hidup lagi sih mungkin ceritanya akan complicated cinta segitiga. Tapi bisa jadi juga ya sudah Xiaofan sama Biyao saja. Lah ngapain ngejar Xueqi kalau Biyao hidup. Apa masih butuh Xueqi? Toh selama ini obsesinya menghidupkan Biyao sudah kayak apa. Dia sama sekali tidak melihat Xueqi. Terlalu dingin dengan Xueqi.      
        
Untungnya Xueqi juga ga pernah maksa dia untuk suka dengannya. Apalagi mengejar-ngejar. Ga ada tuh dia. Dia rela memendam hingga 10 tahun lebih karena dia tahu Xiaofan bersama Biyao. Tahu diri banget dia. 
                    
Xiaofannya yang tidak tahu diri. Hehe. Mengabaikan orang setulus Xueqi. Giliran Biyao mati baru dia nongol dan ingat sama Xueqi. Mungkin Xiaofan ini tipe yang harus diberi pelajaran dulu baru dia bergerak. Setelah kehilangan satu baru merasa butuh yang lain. Alamak... Tapi itulah namanya cerita ya. Kalau Biyao tidak dimatikan nanti tidak ada alasan Xiaofan mengejar Xueqi. Tidak ada juga yang membawa Xiaofan kembali ke sekte putih. Tidak ada perkembangan karakter untuk kembali ke jalan yang benar.

Jadi kesal sama Xiaofan karena mengabaikan Xueqi selama bersama Biyao. Kalau suka sama Xueqi selama 10 tahun kenapa ga ada tanda-tanda di donghuanya. Masa tega sampai Xueqinya yang confess setelah 10 tahun saking ga bisa melupakan Xiaofan yang selalu bersama Biyao. Walau ternyata Biyaonya koma sih. Dan saat Xueqi confess itu juga Xiaofan ga ada bilang apa-apa. One side love banget seolah-olah padahal nyatanya Xiaofan juga suka. Haduhhh. Yang nonton jadi bingung. Walau dia terobsesi menghidupkan Biyao masa iya dia suppress perasaan dia sendiri ke orang yang dicintai bahkan ketika si wanitanya sendiri yang confess sebegitunya. Malah dia rela mati demi menghidupkan Biyao. Lah dia ga memikirkan Xueqi gimana kalau dia sampai mati? What the hell...

Pada Akhirnya, Aku Setuju Kalau...

Walau tahu Xiaofan demikian, saya tetap setuju mereka akhirnya bersama. Walau bagaimanapun mereka saling mencintai dan sudah terlalu lama juga memendam jadi biarlah mereka bahagia bersama pada akhirnya. Toh Xiaofan tidak ada berbuat macam-macam dengan wanita lain. 

Haha saya terlalu banyak emosi ini untuk ditumpahkan jadi panjang banget posting saya kali ini. Ok, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di posting berikutnya. Kalau kamu juga suka Jade Dynasty boleh komen-komen ya. :)
 
Oya ini ada versi dramanya berjudul Legend of Chusen yang diperankan Li Yifeng, Zhao Liying dan Yang Zhi. Yang penasaran silahkan ditonton.

Saya berharap ada film season 2 nya yang Xiaofan kembali pada Xueqi. Tetap Xiao Zhan ya pemerannya hehe. Sudah cocok banget jadi Xiaofan. Xueqi juga tetap Li Qin. Kalau untuk drama series bagus juga kalau dibuat remakenya dengan aktor yang mendekati animenya. Tapi dengan catatan sama dengan novelnya. Jangan bias ke Biyao dan menghilangkan scene Xueqi lalu diberikan ke Biyao.
        

Saturday, August 9, 2025

35. Mengapa Luka Lama Masih Menyisakan Rasa?

8/09/2025 07:05:00 PM 0 Comments



35. Mengapa Luka Lama Masih Menyisakan Rasa?


Pernahkah kamu merasa baik-baik saja, lalu tiba-tiba dihantam oleh kenangan yang sudah bertahun-tahun lalu? Mengapa luka yang lama masih terasa seolah baru kemarin?


Waktu memang bisa menyembuhkan banyak hal, tapi tidak semua luka hilang tanpa bekas. Ada luka-luka yang tetap tinggal—bukan karena kita lemah atau gagal move on—melainkan karena luka itu menyentuh bagian terdalam dari diri kita. Luka lama seringkali berhubungan dengan identitas, harga diri, cinta pertama, atau harapan besar yang tak jadi kenyataan. Maka wajar jika jejaknya masih ada.

"Beberapa luka tidak ingin disembuhkan; mereka hanya ingin dikenali."
— Yasmin Mogahed


Kita cenderung menekan atau mengabaikan rasa sakit dari masa lalu, berharap waktu akan menghapusnya. Tapi nyatanya, luka yang tidak diberi ruang untuk sembuh dengan utuh justru mencari celah untuk muncul kembali. Ia bisa muncul lewat mimpi, lewat percakapan sederhana, lewat lagu yang tidak sengaja terdengar di kafe. Dan setiap kali itu terjadi, kita diingatkan bahwa rasa itu belum benar-benar pergi.

"Luka adalah bukti bahwa kita pernah mencintai begitu dalam hingga meninggalkan jejak."
— Nayyirah Waheed


Luka lama menyisakan rasa karena ia menyimpan cerita yang belum selesai. Kadang, kita tidak hanya terluka karena apa yang terjadi, tapi karena kita tak pernah diberi kesempatan untuk mengerti mengapa itu terjadi. Kita memendam tanya, kecewa, bahkan kemarahan yang tidak pernah tersampaikan. Luka-luka itu menjadi pintu-pintu yang belum kita buka, dan setiap kali kita menyentuhnya, rasa lama itu kembali hidup.

"Bukan waktu yang menyembuhkan luka, melainkan bagaimana kita berdamai dengan cerita di balik luka itu."
— Anonim


Rasa yang tersisa adalah bentuk dari keterikatan emosional yang belum selesai. Kita bisa menyibukkan diri, membuat jadwal padat, tertawa di hadapan orang lain, tapi hati tetap tahu mana luka yang belum selesai diceritakan. Dan semakin kita menolak mendengarkannya, semakin kuat ia mengetuk dari dalam. Bukan untuk menyakiti kita, tapi untuk diakui bahwa: "aku ada."


Luka yang menyisakan rasa tidak harus selalu dilihat sebagai kelemahan. Kadang, justru dari luka-luka itu kita belajar tentang batas, tentang harapan yang patah, tentang diri yang pernah kehilangan, dan tentang bagaimana bertahan saat dunia terasa runtuh. Luka bisa menjadi tempat kembali untuk memahami: kenapa kita menjadi seperti sekarang ini.


Dan mungkin, luka lama tetap terasa karena ada versi diri kita di masa lalu yang masih menunggu untuk dipeluk—bukan dihakimi, bukan dilupakan, hanya dipeluk.


Pertanyaan reflektif untukmu hari ini:

  • Luka apa yang masih menyisakan rasa dalam dirimu?
  • Jika kamu duduk bersama luka itu hari ini, apa yang ingin kamu katakan padanya? Dan apa yang ingin ia sampaikan padamu?


Lanjut ke posting berikutnya...


Berikan hanya yang terbaik untuk orang lain

8/09/2025 05:13:00 PM 0 Comments
Halo Sobat...
Saya tergelitik sekali untuk menulis ini. Ini berdasarkan pengalaman pribadi yang begitu mengganggu pikiran saya. Sebenarnya hanya hal kecil sih tapi punya pesan moral yang dalam. Hehe

Ok langsung saja ya sobat. Ini cerita terinspirasi kejadian beberapa hari lalu tepatnya selasa 24 juni 2025. Di pagi hari ketika saya datang ke kantor saya ditawari buah salak oleh teman saya. Saya lihat itu ada 2 buah salak dan 1 jeruk berwarna kurning yang mirip mandarin tapi lebih besar saya tidak tahu namanya. 



Ketika ditawari saya ingin menolak. Tapi saya merasa tidak enak. Dan untuk menjaga perasaannya saya ambil dan ucapkan terima kasih. Saya geletakkan di atas meja. Saya tidak langsung mengupasnya. Tak lama kemudian saya lihat teman sebelah kiri saya mengupas salak. Dalam hati saya oh ternyata dia juga dikasih. Hehe.

Lalu apa yang saya duga pun terjadi. Karena saya lihat teman saya mengupas, maka saya pun mengupas. Pas ini momennya batin saya. Lalu teman saya bilang wah busuk. Bisa dimakan ga ya. Sambil terus mengupas dan berusaha menyelamatkan bagian bawah yang bisa dimakan. Saya sedang mengupas punya saya dan seperti dugaan saya salak saya pun busuk bagian atasnya. 

Saya bilang ke teman saya yang memberi, wah busuk. maaf ya mbak ga saya makan. Saya buang ya mbak. Lalu saya bilang ke teman saya yang masih berusaha mengupas, ga usah dimakan kalau busuk buang aja. Kata teman saya, iya ya nanti ada yang bergerak gerak. Lalu dia buang. Teman saya yang memberi bilang, maaf ya mbak. Ini dikasih teman. Saya bilang, iya mbak udah kering udah lama ya kayaknya. 

Nah dari cerita ini saya ingin bilang bahwa dari awal saya melihat penampakan buah itu sudah kelihatan sekali tidak layak untuk dimakan apalagi diberi ke orang lain. Sudah bisa ditebak kalau buah itu busuk. Lalu kenapa masih ditawarkan ke orang lain? Apa karena ketidaktahuan? Lalu kenapa salak yang buruk yang ditawarkan bukan jeruknya yang masih bagus? Dari awal menerima saya merasa terhina sekali tapi tidak saya ucapkan. Saya takut menyindir atau menyakiti perasaannya. Lalu saya tetap menerima buah yang buruk itu. Penolakan saya adalah dengan mengupas dan menunjukkan bahwa buah itu busuk. Saya ingin penolakan lebih elegan tanpa menyakitinya secara langsung.

Untuk saya yang terbiasa membeli buah segar memang tahu mana buah yang masih segar dan tidak. Cuma saya tidak habis pikir kenapa tega sekali menawarkan sesuatu yang sudah busuk? Mungkin itu sisa yang tidak dimakan yang tidak disuka lalu dibawa ke kantor dan ditawarkan ke orang lain. 

Kalau saya memilih untuk tidak diberikan ke orang lain daripada orang yang menerima melihat buah busuk diberikan kepadanya. Itu suatu penghinaan bagi saya. Mungkin saya berlebihan? Mungkin saja. Tapi inilah saya. Oleh karena itu saya pun tidak mau memberi barang buruk ke orang lain. Karena saya tidak mau membuat orang lain terhina seperti yang saya rasakan.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya. Pernah juga dulu saya traveling ke Turki. Ada emak emak memberi saya buah apel. Saya tahu itu buah apel yang dia ambil dari hotel. Mungkin tidak habis dia makan. Dari 2 buah yang satu dikasih ke saya yang buahnya lebih jelek. Saya hanya membatin. Buah itu saya terima. Saya bilang terima kasih. 

Sepertinya memang beda mindset dengan saya ya. 

Dari kisah ini saya ingin mengajak pembaca untuk memberikan hanya yang baik untuk orang lain. Seringkali seseorang memberikan sesuatu yang dia sudah tidak mau ke orang lain. Entah karena kebanyakan, jelek, bosan, dan sebagainya. Sebenarnya bukan hal yang salah menggunakan alasan-alasan di atas untuk memberikan sesuatu ke orang lain. Bagaimanapun jatuhnya tetap sedekah ya dalam islam. Tapi alangkah baiknya memberikan yang baik. Jangan karena sudah tahu tidak bagus lalu kita berikan ke orang lain karena sendiri saja tidak mau. Jangan sampai orang yang diberi merasa terhina.