Follow Us

Saturday, September 18, 2021

Haruskah Judgmental?


Menurut kamus Cambridge, judgmental adalah
tending to form opinions too quicklyesp. when disapproving of someone or something

Hal tersebut bisa diartikan sebagai menilai seseorang terlalu cepat saat kita tidak setuju terhadap seseorang atau sesuatu. Dalam bahasa Indonesia mungkin lebih enaknya dikatakan sebagai menghakimi. Bagaimana Sobat, apakah kamu pernah merasa terhakimi?

Kita hidup dalam lingkungan yang judgmental. Sudah menjadi pemandangan yang biasa. Mungkin sedari kecil pun kita sudah mengalami.

Gill Hasson dalam bukunya yang berjudul Kindness menyebutkan 4 keadaan dimana kamu semestinya menyadari bahwa kamu tengah menjadi seorang yang judgmental atau sedang menghakimi orang lain, di antaranya:

  • Jika keadaan atau tindakan seseorang membuat kamu merasa kesal, tidak sabar, kecewa, atau bahkan marah kepadanya, maka saat itu kamu sedang menghakimi atau judgmental terhadap orang tersebut.
  • Jika kamu berpikir bahwa seseorang harus mengubah caranya (bisa cara berpikir, bertindak) maka kamu sedang menghakimi/judgmental.
  • Jika kamu meremehkan penderitaan seseorang maka kamu sedang menghakimi/judgmental.
  • Jika kamu berbicara meremehkan tentang seseorang maka kamu sedang menghakimi/judgmental

Saya pernah mendapati seseorang tidak setuju dengan tindakan atau pola pikir temannya yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan pola pikirnya. Saya contohkan tentang mengasuh anak. Katakanlah A memilih untuk mengasuh anaknya yang masih kecil dan berhenti dari pekerjaannya. Padahal keadaan ekonominya kekurangan. Suami tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Melihat keadaan A, B tidak setuju. Jika B menjadi A, dia akan memilih untuk bekerja membantu suami. Anak bisa diasuh asisten rumah tangga. Dari perbedaan pendapat ini saja B menjadi mengeluarkan pernyataan yang kurang pantas atau menyudutkan atau menganggap bodoh seolah B yang paling benar. Padahal kita tidak tahu bagaimana kondisi A yang sebenarnya.



Kita hanya melihat kondisi seseorang dari luar saja yang ditampakkan. Dalamnya kita mana tahu. Kita hanya melihat satu sisi tapi seolah kita tahu keseluruhan sehingga kita dengan seenaknya men-judge orang lain. Apakah kita tahu keseluruhan yang dialami seseorang? Dari 24 jam sehari mungkin tidak sampai 1 jam yang kita ketahui tentang seseorang. Tapi kenapa dengan mudahnya kita menghakimi seseorang? Memangnya siapa kita? Kita bukan malaikat yang mengikutinya setiap saat. Kita bukan Tuhan yang mengawasinya setiap saat.

Kondisi kita tidak bisa disamakan dengan orang lain. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk sama sepemikiran dengan kita. Apa yang cocok dengan kita belum tentu cocok untuk orang lain. Apa yang dilalui seseorang tidak sama dengan yang kita lalui mulai dari keluarga, lingkungan tempat bertumbuh, pendidikan, dll. Semua itu membentuk pola hidup seseorang seperti apa yang dijalani seseorang saat ini. Pantaskah kita judgmental terhadap orang lain?

Judgmental bisa berdampak pada seseorang seperti merasa tidak diterima oleh orang lain atau lingkungan. Perasaan tertolak tentu tidaklah nyaman. Setiap individu perlu eksistensi diri. Penerimaan oleh lingkungan akan membantu seseorang untuk bertumbuh menjadi lebih baik.

OK sobat sampai di sini dulu ya. Next time kita sambung lagi.

Cheers!

No comments:

Post a Comment

leave your comment here!