Follow Us

Wednesday, September 22, 2021

Pikiran vs hati

Hati oh hati..

Ketika kamu jatuh cinta, kamu merasakan hati berdenyut, berdebar kencang atau berjingkrak-jingkrak kegirangan... Ketika kamu ditolak, hatimu hancur alias patah hati.

Kamu disebut tidak berperasaan alias tidak berhati atau berhati dingin ketika kamu tidak menunjukkan perhatian atau cinta ...

Dan kamu disebut berhati besar ketika kamu memberikan perhatianmu kepada orang lain.

Kamu "memasukkan sesuatu ke hati" atau "berbicara dari hati ke hati" tentang masalah yang sangat pribadi.

Kamu mencintai seseorang "dari lubuk hati."

Tetapi kamu disebut setengah hati tentang sesuatu, ketika kamu tidak terlibat secara emosi.

Kamu merasakan hatimu sebagai pusat perasaanmu, seperti yang terlihat pada hari kasih sayang ketika hati yang dipenuhi cinta berlimpah.

Kamu tahu ini secara naluriah, karena kamu selalu secara fisik menunjuk ke hati ketika kamu mengatakan "aku" atau ingin mengungkapkan perasaanmu yang lebih dalam.

Hati laksana raja. Dan pikiran laksana penasehat raja. Apa pun yang akan dilakukan raja, penasehat raja selalu memberikan nasehat terbaiknya agar sang raja tidak salah langkah dalam mengambil keputusan yang berakibat merugikan. Seringkali yang hendak dilakukan raja tidaklah masuk akal bagi si penasehat raja. Namun tatkala hal tersebut adalah suatu kebenaran, maka sang raja akan merasakan kebahagiaan tak terkira.


Kalau mengikuti kata hati seharusnya jadi bahagia. Betul tidak? Karena kalau hati itu melakukan sesuatu tak ada batasan. Hati itu free spirit. Dan bahkan hati itu kalau saya bilang ga punya malu. Beda dengan pikiran. Kalau pikiran itu terbatas. Pikiran itu mengumpulkan informasi-informasi lalu menyaring mana yang baik mana yang nggak. Mana yang merugikan mana yang nggak. 

Kalau pikiran itu lebih ke penasehat. Jadi kalau hati ingin berbuat apa, kemudian pikiran itu menasehati terlebih dahulu berdasarkan fakta abcde, data abcde. Mana yang baik mana yang nggak, bakal merugikan nggak nih yang ingin dilakukan oleh hati. Nah, ada kalanya memang baik mengikuti kata hati, namun ada kalanya juga baik mengikuti logika atau pikiran. Tapi kalau sudah menyangkut masalah cinta, biasanya kalau mengikuti kata hati akan bahagia walau mungkin secara logika tak bisa dimengerti begitu ya.

Kalau kita lebih memenangkan logika tentang masalah cinta ya hati yang akan terluka. Tapi kalau untuk urusan lain, kalau ikut logika kan logika berusaha tidak merugikan sifatnya, jadi akan tidak dirugikan. 

Kalau hati ini kan free spirit ya tidak punya malu jadi ketika hati menginginkan sesuatu jadi nekat begitu, ada perasaan nekat aja gitu. Tapi kemudian logika masih menyaring-nyaring. Masa mau melakukan abcd sih memalukan aja gitu ya. Kalau hati mau nekat, pikiran bilang, "Jangan...jangan... kalau kamu nekat nanti kamu begini...begini..." Saya rasakan betul Sobat, pertentangan hati dan logika. Jadi seringkali saya waduh seperti ada perdebatan gitu ya kalau hati saya maunya apa lalu logika saya berkata apa gitu kan. Ditimbang-timbang dulu apa baik buruknya. Dan kalau bikin keputusan jadi ga bisa spontan ya karena itu tadi logika saya itu begitu ketat.

Tapi memang ada kalanya saya ikut kata hati aja deh karena kalau ikut kata hati bisa plong gitu semacam tak ada beban. Kalau mengikuti kata hati gitu enak aja. Tapi kalau kata hati ga diikuti ada kayak kepikiran. Kalau kita berusaha menunda apa kata hati mungkin kita bisa menunda dalam jangka waktu satu dua hari tapi itu akan selalu teringat gitu dan akan terbawa. Jadi nantinya kalau ada kesempatan kita akan berusaha mewujudkan.

Bagaimana dengan kalian Sobat? Apakah kalian memilih hati atau logika? Atau kalian bisa seimbang antara hati dan logika? Atau kalian tipe yang lebih dominan hati atau lebih dominan logika?

Ada saya baca-baca di sebuah artikel, misal kalian mengikuti kata hati dalam hal pekerjaan, kalian akan lebih bahagia karena kalian mengikuti passion. Tapi kalau mengikuti logika dalam hal pekerjaan, misalkan kalian kerja di perusahaan A kalian mendapat penghasilan lebih besar. Tapi kalau bekerja mengikuti kata hati kalian akan mendapat penghasilan lebih kecil, tidak ada jaminan, masa depan tidak cerah, dll. Hmm, jika kalian mengikuti kata hati kalian akan bahagia tapi penghasilan kecil. Sementara kalau mengikuti logika, penghasilan besar tapi tidak bahagia. Pilih mana? Dilema kan ya?

OK. Saya cukupkan sampai di sini ya teman-teman, sampai jumpa!

Cheers!


Reference:
http://www.oprah.com/spirit/listen-to-your-heart-not-your-head/all#ixzz6XvMia0Ov




No comments:

Post a Comment

leave your comment here!