Saya mau cerita pengalaman ke dokter gigi. Hayo siapa yang belum pernah ke dokter gigi? Pemeriksaan kesehatan gigi memang penting ya. Jangan tunggu sampai sakit dulu baru ke dokter gigi.
Bagaimanapun juga gigi itu salah satu bagian tubuh yang sangat penting. Betapa tidak? Setiap hari kita makan menggunakan gigi. Bisa hitung berapa kali sehari gigi mengunyah layaknya mesin?
Pada awalnya ada teman yang mengajak ke dokter gigi tapi kala itu saya belum tergerak. Tak lama kemudian saya merasa ada yang tak beres di mulut sebelah kiri. Senut-senut. Waduh padahal rasa senut-senut ini pernah saya rasakan waktu kecil dulu. Oh tidak kalau sampai sakit gigi. Karena saya jadi sulit makan. Ngomong juga jadi irit. Padahal saat itu saya harus bertemu petugas. Pastilah ada namanya makan bersama dan harus ngomong. Saya cek ternyata gusi bawah bengkak terdesak karang. Untuk penanganan sementara saya minum paracetamol dan syukurnya rasa senut-senut hilang.
Tapi saya pikir tidak boleh dibiarkan. Saya harus ke dokter gigi. Berhubung dalam waktu dekat itu ternyata saya dimutasi ke kabupaten lain, yah belum sempat ke dokter. Tahu sendiri ribetnya mau pindahan kan? Jauh pula.
Tiba di tempat baru, saya tanya di mana dokter gigi ke rekan kantor. Eh kemarin staf saya bilang kalau dia dari dokter gigi.
"Mau apa?" tanya saya.
"Cabut gigi", katanya.
"Kapan? Ikut donk"
"Besok senin malam abis magrib. Nanti kujemput."
Horeee. Asyik ada teman. Haha.
Begitu tiba di tempat praktek, ada sekitar 3 pasien menunggu. Satu pasien lumayan lama. Suara alat praktek si dokter terdengar kencang dari ruang tunggu. Kami pun segera mendaftar.
Giliran teman saya masuk duluan eh kok cepat sekali sudah keluar. Hmm ternyata disuruh makan dulu sama si dokternya takutnya tidak kuat pas dicabut. Jadilah saya disuruh masuk.
Untuk saya yang baru pertama kali membersihkan karang gigi, rasanya wow banget deh. Ngilu. Ya Allah, berasa sedang disiksa. Padahal sih ya masih bisa ditahan. Tapi entah kenapa seperti ada penyiksaan fisik. Dan saya langsung kebayang gimana sakitnya disiksa di neraka. Ini mah belum apa-apanya kali. Serem ah. Lebay ya hihi. :)
Mungkin ada 5 kali lebih saya harus kumur-kumur. Dan setiap berkumur selalu berdarah. Ketika dibersihkan dengan alatnya itu saya sering merasa tegang dengan sendirinya. Tidak rileks. Mata memejam atau menyipit. Si dokter menyuruh rileks. Yah gimana mau rileks, ngilu begitu. Reaksi spontan itu.
Setelah selesai dokter bilang supaya saya kontrol gusi 3 bulan lagi, tepatnya desember. Beliau ingin melihat apakah gusi sudah sembuh. Satu setengah jam setelah dibersihkan saya baru boleh makan. Selama 3 hari tidak boleh minum berwarna. Disarankan minum es.
Terakhir adalah pembayaran. Saya harus merogoh uang senilai 250 ribu rupiah untuk malam itu. Mahal? Iya banget buat saya. Perawatan kesehatan memang mahal. Syukurnya perawatan gigi disarankan cek ke dokter 6 bulan sekali. Bisa nabung dulu. ☺
Yang saya sesali, kenapa tidak dari dulu saya buat agenda untuk rutin periksa gigi. Soalnya saya ingin gigi tetap utuh sampai tua. Banyak kan masih muda yang giginya sudah pada tanggal? Padahal gigi ini aset kita di masa tua nanti.
No comments:
Post a Comment
leave your comment here!