semangat menebar kebaikan lewat tulisan — merangkai kata menebar cahaya — menulis dengan hati, menginspirasi tanpa henti

Reana

Follow Us

Monday, May 18, 2020

Tips Menghilangkan Noda Darah Haid/Menstrusi Membandel

5/18/2020 11:08:00 AM 0 Comments
Halo Sobat! Selamat bertemu kembali di bulan ramadan. Selamat menjalankan ibadah puasa ya. Semoga puasanya lancar semuanya.

Kali ini saya mau berbagi tips menghilangkan noda darah haid/menstruasi di kain khususnya sprei. Ini berdasarkan pengalaman pribadi. Rasanya gatal kalau tidak berbagi. 


Sebagai kaum perempuan, datang bulan/haid/menstruasi memang sudah menjadi agenda rutinan tiap bulan. Dan tentunya setiap bulan kita tak terhindar dari yang namanya cuci-mencuci bekas noda darah di kain/pakaian seperti pakaian dalam, celana/rok dan juga sprei. Kesal? 

Untuk kamu yang keluar banyak darah saat haid, kemungkinan besar pakaian atau kain terkena noda darah sangatlah besar. Masih suka tembus? Wah, saya banget ini. Makanya kali ini saya mau berbagi tips menghilangkan noda darah di sprei akibat tembus sewaktu tidur malam hari ataupun karena terlalu lama tiduran/duduk di tempat tidur.

Kalau noda darah masih segar alias belum lama, masih mudah membersihkannya. Cukup dengan mengucek dengan sabun mandi atau deterjen cair juga bisa. Nah, kalau nodanya sudah mengering akan lebih sulit dibersihkan. Mungkin kamu tidak menyadari kalau ada noda di sprei karena warna spreinya gelap. Bisa juga kamu tidak sempat mencuci karena sibuk atau pun yang paling mungkin terjadi karena malas sehingga kamu membiarkan sprei kotor diam berhari-hari tak langsung dicuci. :)

Ok, bagaimana cara membersihkannya?

1. Rendam cucian dengan deterjen
2. Coba dicek apakah noda luntur. Jika langsung dikucek bisa bersih atau tidak. Nah, kalau saya sih tidak saya kucek karena sudah kelihatan akan sulit hilang.
3. Jika masih ada noda yang sulit dibersihkan, coba oles deterjen cair. Sepengalaman saya, detergen cair yang dipakai langsung untuk mengucek noda lebih cepat bersih. Saya menggunakan Rinso Cair. Ini bukan iklan ya. Sikat-sikat noda sampai bersih.
4. Jika masih ada sisa noda juga setelah pemakaian deterjen cair, gunakan cairan anti noda seperti Vanish. Ini bukan promo juga ya. Siram Vanish ke kain yang ada nodanya. Biarkan beberapa menit. Nah, kalau saya cukup 1-2 menit saja. Kain yang disiram Vanish langsung ada kelihatan putih-putih semacam busa halus di tempat noda. Lalu sikat di bagian noda. Taraaaaaa! Bersih!
5. Bilas sampai bersih.

Tidak malu-maluin lah kalau spreinya bersih ya. Rasanya tidak sedap dipandang kalau banyak pulau alias bekas noda darah. :)

Selamat mencoba!



Wednesday, April 15, 2020

Totok di Banned? Begini Cara Install di Android!

4/15/2020 07:02:00 PM 11 Comments
Halo Sobat! Kamu tahu Totok? Kamu pengguna Totok? Buat kamu yang belum tahu, Totok adalah aplikasi chatting, voice dan video call semacam skype. Di negara tertentu yang mana tidak pakai skype (mungkin diblok di negaranya), bisa pakai Totok sebagai pengganti.

Nah, sebenarnya saya pakai Totok ini buat voice call saja. Totok mendeteksi nomor handphone seperti halnya whatsapp jadi kamu tidak perlu membuat username. Di Totok juga tidak bisa melihat last view kapan seseorang login jadi lebih privasi alias tidak bisa stalking.

Saya belum lama sih pakai Totok. Baru 3 bulan saya pakai sampai saat ini. Sekitar 2 bulan setelah pemakaian kok muncul notifikasi dari google playstore bahwa totok is harmful app. Google play menyarankan untuk uninstall. Saat itu saya masih belum unsinstall. Walau ada peringatan tersebut, totok masih tetap bisa dipakai seperti biasa.

Sekitar 2 minggu yang lalu, saya memutuskan untuk uninstall. Baru beberapa hari uninstall, saya coba ingin install lagi. Saya cari di playstore tidak ketemu. Yang ada adalah guide totok. Sepertinya sudah dihapus dari playstore. Waduh, bagaimana donk? Saya tidak bisa telponan lagi donk.

Okelah, setelah cari-cari informasi, akhirnya saya bisa install lagi. Bagaimana caranya? Yuk simak!

1. Buka website https://totok.ai
2. Download app sesuai pilihan yang ada, untuk android, apple atau yang lainnya. Klik saja. Untuk android, silahkan klik free download at official channel.

3. Setelah terdownload, install app. Dalam proses install, nanti muncul notifikasi, klik setting di hp untuk allow app tersebut diinstall.
4. Selesai.

Setelah itu, app totok bisa dibuka lagi dan histori sebelumnya tidak terhapus. Bisa lagi deh pakai totok dan tidak lagi dapat notifikasi bahwa totok is harmful dari google playstore. Selamat mencoba!


Monday, April 6, 2020

Perpanjangan SIM di Kala Pandemi Corona

4/06/2020 02:42:00 PM 0 Comments
Halo sobat! Beberapa waktu lalu saya melakukan perpanjangan SIM. Memang sudah sejak lama saya antisipasi untuk perpanjangan SIM tapi selalu tertunda. Pada awalnya saya cari info dulu apakah bisa membuat SIM di wilayah tidak sesuai alamat KTP. Rupanya bisa sobat.

Saya datang langsung ke Polres. Kala itu bertepatan dengan kedatangan saya ke Polres menemani bos. Sekalian deh saya tanya. Saat itu saya diminta cek SIM lama saya. Wah, pas saya tidak bawa dompet pula. Tapi akhirnya saya bisa cek juga kok karena ada file scannya. Nah, rupanya setelah dicek, nama yang tertera di sistem bukan nama saya. Lah, nama siapa? Kok bisa? Namanya MUSAFIR. Entahlah saya juga tidak mengerti kenapa begitu. Heran juga.


Nah, kala itu kata pak polisi kalau saya tidak bisa perpanjangan tapi harus buat baru dengan catatan data yang lama dihapus. Wah, mesti buat baru ya. Berapa biayanya?

Okelah, tiba waktunya saya harus ke Polres untuk membuat SIM C. Sebelumnya selalu ragu mau datang. Dalam hati bertanya-tanya pelayanan SIM buka atau tidak ya karena kan bertepatan dengan instruksi WFH (work from home).  Polresnya sendiri selalu saya lewati setiap kali akan ke kantor. Tapi saya tidak pernah jadi belok ke arah sana. 

Akhirnya saya memantapkan diri kala itu hari jumat untuk berangkat ke Polres. Eh, sudah dekat ke Polres tiba-tiba hujan, lumayan basah sebagian baju saya. Waduh tidak enak kalau langsung ke Polres kan. Saya juga merasa tidak membawa cukup uang takutnya kurang, niat hati mau mampir atm. Tadinya sudah mampir atm tapi parkir penuh dan penuh orang juga jadinya lewat terus. Akhirnya saya lurus saja ke kantor kondisi kehujanan. Niat hati, sepulang dari kantor, saya mau ke Polres. Dan ternyata di tengah jalan hujan deras. Ya sudah akhirnya saya lurus pulang saja.

Nah, besok seninnya baru saya ke Polres lagi. Alhamdulillah cuaca cerah. Tiba di Polres saya ketemu pak polisi yang sama yang waktu itu mengecek SIM saya. Saya pun sudah membawa persediaan uang yang cukup. Di sana saya diminta KIR dulu ke dokter yang ada di Polres juga dengan membawa fotokopi KTP. Biaya KIR yang dikenakan sebesar 50 ribu rupiah.

Lalu saya cek SIM lama. Saya disuruh isi formulir awalnya tapi setelah SIM lama dicek di sistem, saya tidak perlu mengisi apa-apa. Kata pak polisi saya bisa perpanjangan. Lah kok? Ya sudah alhamdulillah.

Setelah itu sidik jari kedua tangan dan ambil foto. Barulah saya disuruh ke loket untuk membayar sebesar 120 ribu rupiah tunai. SIM baru saya pun langsung jadi. Lega... langsung pulang... hihi :)

Alhamdulillah lebih hemat. Tadinya saya perkirakan sekitar 350 ribu rupiah melayang kalau membuat SIM baru. 
Ngomong-ngomong, saya barusan mengecek tarif SIM di sebuah situs, SIM C cuma 100 ribu loh. Kalau 120 ribu itu SIM A. Lah, saya kan buat SIM C kok kena tarif SIM A. Waduh...
Sobat, kalau mau mengecek situsnya, silahkan link di bawah ya!

link tarif SIM 

Thursday, April 2, 2020

Jalan-Jalan ke Yogyakarta, Magelang, Malang dan Bromo

4/02/2020 02:55:00 PM 0 Comments
Wah, lagi musim corona (covid-19) kok malah bahas jalan-jalan. Tenang! Jalan-jalannya sudah dilakukan jauh hari sebelum corona merebak yaitu liburan penghujung tahun 2019 lalu. Waktu itu di negara kita belum heboh corona. Sudah lama rasanya saya tidak posting. Bahkan kisah jalan-jalan ini baru sekarang sempat saya tulis dan posting. Semoga tidak mengurangi makna. Semoga selalu ada manfaat yang dipetik.


Saya merencanakan jalan-jalan ini sebulan sebelum hari H. Tadinya tidak berniat jalan-jalan. Mau pulang kampung saja tapi entah mengapa akhirnya saya memutuskan jalan-jalan dulu baru setelahnya pulang kampung. Rencana sudah matang, surat cuti sudah didapat, hotel, kereta, pesawat sudah dibooking semuanya dan dibayar kecuali hotel yang bisa dibayar di tempat, saya pun merasa sedih karena tiba-tiba ada kabar saya harus menghadiri pelantikan di tanggal saya cuti. Wow! Tega sekali rasanya di akhir tahun begitu padahal saya tinggal berangkat saja di hari jumat malam. Kepastian kabar di hari kamis atau jumat.

Tiket pesawat keberangkatan saya hangus. Tiket pulang masih bisa reschedule. Tiket kereta? Ini yang sulit. Untuk bisa refund atau reschedule tiket kereta harus datang langsung ke Gambir. Sementara saya di luar pulau Jawa. Meski saya tetap harus menelan rugi, tapi masih bersyukur juga bisa reschedule dengan menambah biaya lagi. Dan saya harus meminta tolong keponakan saya (yang akan jalan-jalan dengan saya) yang ada di Jawa untuk ke Gambir. Ribet? Iya. Kenapa tidak bisa online?

Intinya, saya harus mengatur kembali semua jadwal dari awal. Di kala waktu sudah mepet begitu, hotel sudah mahal apalagi akhir tahun, tiket kereta, pesawat juga sama. Tapi ya sudahlah mungkin memang harus begitu jalannya. Saya tidak kuasa mengatur hidup saya. Saya hanya bisa berencana dan berusaha. Rugi ya sudahlah rugi tak mengapa tak perlu disesali. Uang bisa dicari lagi. 

Pada mulanya saya hanya berencana jalan-jalan ke Jogja selama 6 hari. Tapi gegara perubahan jadwal tersebut, saya jadinya jalan ke jogja, malang dan bromo selama 9 hari. Ada sekitar 30-an tempat kami kunjungi. Hehe.

Ke mana saja?

Hari 0: Perjalanan dari daerah ke Jakarta 

Dari bandara Soetta saya langsung naik damri ke Gambir. Tiba di Gambir saya makan dulu sampai jadwal kereta datang. Kereta yang kami naiki adalah Bima dengan harga normal saat itu berkisar 540 ribu untuk tujuan Jogja.

Hari 1: Jeep Merapi, Museum Merapi, Batu Alien, Museum Ulen Sentalu, The World Landmark

Tiba di Stasiun Yogya tengah malam. Kami dijemput sebelum shubuh. Si bapak sopir telat menjemput kami. Dari sini kami langsung diantar naik jeep. Kami hanya berdua satu jeep. Perjalanan dengan jeep ini tujuannya mau melihat sunrise di Merapi. Masih dapat sunrise-nya dan kami berfoto-foto. Bagus sekali foto silhuette sewaktu sunrise.


Sebelumnya tidak pernah kepikiran untuk jeep trail ke Merapi. Tapi kalau diingat-ingat, teman sekamar saya dulu waktu jalan-jalan ke Turki pernah sharing foto dia jeep trail ke merapi. Apa ada pengaruhnya dengan ini? Mungkin secara tidak sadar terekam di alam bawah sadar.

Selesai jeep trail, kami diantar ke Museum Merapi dan Batu Alien. Setelah itu barulah diantar ke tempat pak sopir menunggu kami. Lalu kami sarapan dan lanjut lagi ke Ulen Sentalu. Ulen Sentalu adalah museum pribadi ternyata. Di dalamnya ada peninggalan kerajaan Yogya dan juga batik dari berbagai motif.

Selesai dari sini baru kami ke The World Landmark. Di sini cukup foto-foto saja. Tapi sayangnya kala itu hujan sehingga harus menunggu lumayan sampai hujan reda.

Spot foto yang diarahkan guide di Ullen Sentalu

Batu Alien

Lelah seharian jalan-jalan, selanjutnya kami mampir makan di Warung Klotok yang terkenal itu. Sumpah, saya tidak tahu kalau Warung Klotok itu terkenal sampai saya benar-benar mampir ke sana karena memang sudah ada di itinerary. Subhanallah ya begitu tiba di sana ramai sekali. Memang pas jadwal makan siang sih ya. Cari tempat duduk susah saking penuhnya. Mau ambil telor dan tempe goreng saja antrinya panjang. Padahal menu di sini biasa saja loh menu rumahan biasa. Entah apa yang membuatnya bisa seramai itu. Kalau saya lihat di dindingnya ada beberapa testimoni dari berbagai artis seperti Najwa Shihab. Oya, kalau kamu makan di sini dan tidak membayar, sepertinya tidak akan ketahuan. Menu apa saja yang saya coba? Hanya sayur lodeh (sayur lainnya habis), telor dan tempe goreng dan juga pisang goreng. Pesan pisang 2 porsi untuk dua orang eh ternyata 1 porsinya isi dua. Hehe. Alamat tidak sanggup menghabiskan dan dibawa pulang ke hotel. :D

Hari 2: Prambanan, Candi Sewu, Ratu Boko, Gumuk Pasir Parangkusumo, Seribu Batu Songgo Langit, Pinus Mangunan, Pinus Pengger

Saya sudah pernah ke Prambanan, tapi karena keponakan saya belum pernah, jadinya saya ke sana lagi untuk kedua kalinya. Sekalian saya ambil paket yang ke Ratu Boko. Awal saya sampai Prambanan, loket yang melayani tiket kombo masih tutup. Ya sudah saya cari sarapan dulu di sekitar situ.

Setelah puas foto-foto di Prambanan, saya ambil paket keliling ke 3 candi yang berhenti di Candi Sewu. Setelah itu baru antri ke Ratu Boko. Ternyata memang benar Ratu Boko itu biasa saja. Awalnya kami tidak disarankan ke sana oleh sekuriti hotel tempat kami menginap. Tapi karena belum pernah ke sana, ya sudah coba saja daripada penasaran.

Selanjutnya kami ke tempat wisata lainnya yaitu pinus-pinusan. Sebelumnya ke pantai Gumuk Pasir Parangkusumo dulu. Nah, pas cuaca panas terik, kami ke taman bunga matahari dulu buat foto-foto. Pas sedang mekar soalnya. Setelah itu barulah kami ke hutan pinus. Sumpah, lelah sekali rasanya saat tiba di pinus-pinusan seperti Seribu Batu Songgo Langit, Pinus Mangunan dan Pinus Pengger. Lokasinya kan di atas semua dan kalau kita jalan kaki itu menanjak karena perbukitan. Rencana mau melihat sunset di Pinus Pengger jadi batal. Kami memilih pulang saja dan mampir makan malam dulu di Bukit Bintang.

Hari 3: Punthuk Setumbu, Borobudur

Di sini kami melihat sunrise. Jadi, pukul 3.30 wib kami sudah sampai di Punthuk Setumbu, Klaten. Kami menunggu sampai 5.30 baru keluar itu matahari. Ramai juga loh di sini ternyata ada juga wisatawan asing. Walau lokasinya tak cukup cantik sih untuk melihat sunrise tapi lumayanlah. Oya, butuh perjuangan buat sampai di sini. Kami harus jalan kaki jauh ke atas. Lelah? Iya. Apalagi tak terbiasa jalan kaki. Sebelum subuh masih gelap itu kami berdua jalan ke sana. Pengunjung masih sepi. Setelah kami naik baru banyak berdatangan.

Tiba di Borobudur yang terletak di Magelang ini masih pagi. Tapi cukup lelah juga naik ke atas karena sudah panas. Berhubung sudah sampai sana harus sampai atas dong ya. Masih sanggup kok untungnya. Ramai sekali pengunjung di sana.

Selesai Borobudur, kami lanjut ke stasiun Jogja. Tapi karena kami bingung mencari tempat sholat di luar stasiun, akhirnya kami ke Galeria Mall hanya untuk sholat, makan dan ganti baju. Selanjutnya ke stasiun Jogja dan berangkat ke Malang naik kereta ekonomi. Ya Allah, baru kali ini naik kereta ekonomi dan pegalnya tidak ketulungan karena kursinya 90 derajat. Memang kenyamanan itu mahal.

Hari 4: Taman Bunga Selecta dan Museum Angkut

Sebelum subuh, kami tiba di Malang. Kami langsung ke guest house yang sudah dipesan. Istirahat dulu sebentar dan bersih-bersih. Walau badan lelah, tapi semangat tidak padam. Kami putuskan untuk ke Taman Bunga Selecta di Batu. Jauh kan perjalanannya. Mana macet ternyata jadinya lama sampainya. Di Selecta kami lumayan lama. Dari mencoba wahana, makan bakso, leker, es krim, sampai akhirnya kami sudahi saja karena harus ke tujuan selanjutnya yaitu Museum Angkut. 

Penampakan Selecta dari atas. Kami naik wahana itu.

Dari Selecta, kami naik angkot. Ternyata mahal juga tiket masuknya loh 100 ribu per orang. Tapi rupanya luas juga museumnya dan ok punya. Kami juga naik perahu di bawah. Mau coba makan malam sekalian tapi tidak jadi karena mengejar waktu kembali ke Malang. Susah cari taksi online, akhirnya kami tanya ke tukang sate transport apa ke Malang. Kami diberitahu untuk naik bus. Nah, pas sekali lewat di depan kami. Kami buru-buru naik dan sate yang kami pesan tidak jadi dibeli. Maaf sekali ya mang... Tahukah kalian berapa ongkosnya? Lima ribu rupiah saja. Glek...

Hari 5: Bromo

Kawah Bromo

Sekitar jam 12 malam kami sudah dijemput menuju ke Bromo. Di perjalanan cukup dingin suhu sekitar 16 derajat. Lokasinya cantik untuk foto karena kawah berkabutnya itu loh. Di Bromonya tak ada tempat sholat dan toilet. Lumayan jauh kalau mau ke sana harus naik ojek. Mana ramai sekali pula di sana kala itu. Sambil menunggu rombongan pulang, kami makan pisang goreng panas dulu.

Tiba di stasiun malang tengah hari. Akhirnya saya putuskan untuk ke masjid jamik dulu untuk sholat baru kemudian kembali ke jogja.

Ramainya pengunjung Bromo untuk melihat sunrise. Sampai sulit ambil foto.

                                   

Hari 6: Kalibiru, Pule Payung, Air Terjun Kedung Pedut, Malioboro

Sampai Jogja lagi, kami ke hotel untuk istirahat. Selanjutnya kami ke Kalibiru, Pule Payung dan Air Terjun Kedung Pedut. Kalibiru dan Pule Payung itu sebelahan. Tipe wisatanya juga sama. Spot fotonya juga hampir sama. Saya mencoba beberapa foto seperti naik sepeda layang dll. Pulangnya kami mampir ke tempat beli oleh-oleh dulu Bakpia Pathok. Barulah setelahnya kami mampir Malioboro melihat suasana malam.

Hari 7: Pulang kampung
Saatnya kami pulang kampung. Kami menuju Bandara Adi Sucipto pagi hari.

Selesai perjalanan kami. Ada suka dukanya. Disyukuri saja semuanya. Alhamdulillah bisa menikmati hidup. Semua jadwal kami atur sendiri. Segala resiko kami juga tanggung sendiri. Manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan. Karena ada Dia yang lebih berkuasa atas hidup kita.

Semoga bisa jalan-jalan lagi di kemudian hari ke tempat yang lebih seru dan menyenangkan. Aamiin.

All pictures credit to Reana. 


Tuesday, March 31, 2020

Sensus Penduduk Online Pertama di Indonesia

3/31/2020 01:23:00 PM 0 Comments
Sobat, lama tak bersua. Saya kembali hadir dengan membawa tema sensus penduduk. Tahukah kalian bahwa sensus penduduk online telah dibuka pada tanggal 15 februari sampai dengan 31 maret 2020. Kesempatan masih terbuka bagi kalian yang belum mengisi. Jangan khawatir, dikarenakan isu pandemi covid19, ada perpanjangan waktu pengisian hingga 29 mei 2020.


Caranya?

1. Siapkan kartu keluarga (KK)
2. Siapkan buku nikah bagi yang sudah menikah
3. Buka sensus.bps.go.id bisa lewat google chrome baik di handphone maupun laptop/pc

Log in
Jika halaman sudah terbuka kamu bisa log in dengan nomor induk kepegawaian (NIK) dan KK

Buat password
Buat password sebanyak 6-15 digit huruf, angka maupun alphanumeric

Masuk halaman pengisian. Isilah sesuai keterangan per anggota keluarga.

Setelah data dikirim, silahkan unduh bukti.

Sobat, pastikan kamu tercatat ya!

#mencatatIndonesia



Thursday, November 21, 2019

Jalan-Jalan ke Palembang, Kunjungi 5 Tempat Wajib ini, Yuk!

11/21/2019 05:35:00 PM 0 Comments
Saya ke Palembang gegara ikutan konferensi. Menyelam sekalian minum airlah ya. Selain ikut konferensi sekalian jalan-jalan. Yuhuuu! Sebenarnya saya sudah pernah ke Palembang, tapi cuma transit di bandaranya. Kira-kira, apa saja sih tempat wisata di Palembang? Kalau kamu googling bakal ketemu banyak rekomendasi tempat wisata untuk dikunjungi. Tapi berhubung waktu saya di sana terbatas, jadi saya hanya mengunjungi beberapa tempat yang lokasinya masih terjangkau alias tidak jauh dan tidak sulit dijangkau.

Jembatan Ampera

Ke mana saja? Simak ulasan berikut ini!

1. Masjid Agung Sultan Mahmud Badarrudin II
Masjid Agung ini sepertinya adalah masjid kebanggaan wong Palembang. Saya ke sana saat itu menjelang magrib. Sengaja sekali mengambil momen itu untuk berjamaah sholat magrib. Saat itu saya masuk dari pintu yang di depannya ada air mancur. Ketika saya menuju ke dalam masjid, sudah ada penjaga di depan yang menawari menyimpan sepatu di tempat khusus penitipan. Saya pun ditunjukkan tempat wudhu ada di sebelah kanan dari pintu.


Jamaah tidak terlalu ramai ya untuk perempuan. Cuaca di Palembang kan setipe ya dengan sumatera lainnya seperti Lampung dan Bengkulu (masih sumbagsel) yang relatif panas. Jadi, saya merasakan gerah sekali di dalam masjid ketika sholat. Pendingin yang tersedia adalah kipas angin. Dan kipas tersebut tidak menjangkau tempat saya bersujud jadi terasa panas.




2. Museum Sultan Mahmud Badarrudin II
Ketika saya datang, museum ini sepi alias tidak banyak pengunjung. Di dalam ada beberapa anak sekolah yang sedang ada tugas sekolah sepertinya. Begitu saya naik ke atas, ada seorang petugas pria. Beliau bilang, masuk dulu, bayar belakangan ketika pulang. Berapa yang harus dibayar? Lima ribu rupiah saja. Murah kan? Dan itu tidak pakai tiket bukti masuk loh. :D



Seorang tourist guide sekitar umur 70-an tahun sedang menjelaskan sesuatu kepada seorang anak sekolah. Saya yang baru masuk, ikut nimbrung hihi. Bahkan beliau memberi saya wejangan agar cepat dapat jodoh (oops nasib single :))

Beliau juga menasehati saya agar meninggalkan pengetahuan jangan meninggalkan harta. 

contoh prasasti

Di dalam ada berbagai prasasti dan juga peninggalan kerajaan Sriwijaya. Museum ini tidak besar dan tampak tua alias tidak terurus. Di dalam juga tidak ber-AC. Tapi lumayanlah buat kamu yang ingin melihat-lihat tentang sejarah sriwijaya.

Usai dari museum, saya jalan ke sebelah museum ada foodcourt. Saya makan siang di sana. Awalnya mau makan pindang baung tapi kata penjualnya lebih mahal karena besar. Ya sudah akhirnya saya makan pindang patin. Sebenarnya pindang bukan makanan baru buat saya yang memang lahir dan besar di lampung dan bekerja di Bengkulu, tapi tak apa, coba yang dari Palembang bagaimana rasanya.

3. Taman Purbakala Sriwijaya
Waktu itu saya putuskan cepat untuk ke Taman Purbakala Sriwijaya saat saya makan di sebelah museum. Saya pilih ke sini karena di situ ada museum sejarah Sriwijaya dan ada spot foto yang lumayan juga. Begitu tiba di sana, saya harus membayar tiket masuk 5 ribu rupiah. Ya Allah... murahnya. Museumnya lebih luas dari museum Sultan Mahmud Badarrudin II. Ruangannya juga ber-AC. Koleksinya lebih banyak tentunya. Hanya saja lokasinya agak jauh dari pusat kota sekitar 10 km dari museum Sultan Mahmud.





Taman Purbakala ini luas sebenarnya hanya saja saya tidak sempat berkeliling untuk berfoto. Saya berjalan ke depan mengambil foto kapal Cheng Ho. Di sekitaran situ banyak orang jualan.



4. Benteng Kuto Besak (BKB)
Sepertinya Benteng Kuto Besak ini tempat wajib kamu yang berkunjung ke Palembang ya. BKB sudah seperti tempat berkumpulnya orang Palembang. Kalau mau ke sini baiknya saat sore hari menuju malam karena kamu bakal bisa melihat pemandangan jembatan ampera di malam hari berhias lampu.



Di sini juga banyak orang jualan ketika sore hari. Ada juga orang jualan di perahu-perahu terapung. Bisa dibilang mirip Floating Market Lembang. Ramai orang berkumpul di sini. Cocok untuk menikmati sore hari.




5. Masjid Cheng Ho
Saya bela-bela ke Masjid Cheng Ho menuju waktu magrib jadi saya sholat magrib di sana. Lokasinya agak jauh dari pusat kota sekitar 10 km. Masih bisa dijangkau gojek kok tenang saja, hanya saja agak lebih mahal ya apalagi pas sore menjelang magrib.



Masjid Cheng Ho ini tidak besar tapi desainnya cantik. Dalamnya juga ber-AC. Toilet wanita tersedia dan bersih. Tempat wudhu mirip di Saudi ya ada tempat duduknya. Ada penjaga sandalnya juga. Waktu itu jamaah sholat magrib lumayan banyak.


Pelajaran Kehidupan

Biarpun perjalanan saya bisa dibilang cukup singkat, namun tetap saja ada pelajaran kehidupan yang Allah kasih ke saya. Pasti Allah ingin saya belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan bijak dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Apa sajakah itu?

1. Saya belum pernah ke Palembang dari kabupaten tempat saya tinggal saat ini. Jadi, saya tanya sana-sini kepada orang yang sudah pernah ke sana soal transport. Dan pada gilirannya saya berangkat, saya sudah dipesankan travel dari kos saya oleh seorang rekan kantor saya. Bahkan beliau datang ke kos saya sore hari sebelum keberangkatan saya esok harinya untuk memberikan nomor hp sopir travelnya bahkan beliau meminta si sopir sekalian memesankan busnya. Baik sekali ya beliau. Bahkan keesokan paginya saat saya sedang menunggu travel yang tidak kunjung datang (saya jadi cemas karena mengejar bus), rekan kantor tadi menelpon saya mengatakan bahwa sopir travel sudah dekat kos saya dan mengucapkan selamat jalan semoga selamat sampai tujuan. Sekali lagi, baik kan ya? Kalian setuju? Bagi saya, rekan kantor ini memang orang yang baik, tak peduli apa pandangan orang lain terhadapnya, bagi saya beliau baik. Terima kasihku teruntuknya. Semoga Allah membalas kebaikannya.

2. Ternyata di travel, saya sendirian. Tak ada penumpang lain. Perjalanan ditempuh sekitar 1,5 jam. Travel ini jangan dikira travel layaknya avanza innova begitu ya. Travel ini armadanya mobil carry jaman dulu yang sudah tidak bagus kondisinya. Sampai pool bus, benar saja saya diantar sampai sana dan dipesankan langsung. Hehe padahal saya juga bisa ya pesan sendiri.

3. Begitu naik bus, loh ternyata bukan bus AC ya. Saya tanya rekan saya via whatsapp ternyata memang tidak ada AC. Hmm, pantaslah murah. Hehe. Kebayang tidak nyamannya perjalanan berjam-jam naik bus non-AC. Padahal saya memilih bus ketimbang travel supaya saya lebih nyaman perjalanan jauh tidak mabuk. Tapi ternyata di luar ekspektasi. 11 jam saya tempuh di bus tersebut sampai Palembang. Kebayang kan gerah panas dsb? Kursi sempit, tidak nyaman busa kursinya. Hehe. Biarpun tahu menderita begitu, pulangnya saya tetap memilih bus yang sama. Berpanas-panasan di bus pun saya jalani saja sama seperti penumpang yang lain. Dari sini saya sadar betapa saya adalah rakyat jelata. :)

Biasanya saya selalu memilih transport yang nyaman apalagi perjalanan jauh. Tapi kali ini keadaan yang awalnya mengharuskan saya menaiki bus ekonomi non AC yang memang sebenarnya menurut saya sudah tidak layak untuk perjalanan jauh sehingga saya pun mencoba untuk menikmati ketidaknyamanan ini. Walau sepanjang perjalanan bunyi musik dangdutan mengiringi perjalanan kami begitu kencangnya, faktanya saya tetap bisa tertidur. Walau panas berkeringat, duduk tidak nyaman, saya tetap bisa tidur. Toh di antara para penumpang sekalian tak ada satupun yang mengeluh ini itu. Bapak sopir yang tiap hari menyopir juga tak ada mengeluh. Jadi, intinya adalah menjalani dan menikmati. Toh segala penderitaan itu hanyalah sebuah cerita ketika kita sudah selesai menjalaninya. Toh semua penderitaan itu hanya sebentar saja ketika kita menjalaninya. Semua akan berlalu. Dan ketika semua penderitaan itu telah berlalu, semua terasa enteng. Tak ada yang sulit asal kita ikhlas. :)

4. Saya bertemu pemandu wisata museum yang mengatakan agar saya meninggalkan pengetahuan jangan meninggalkan harta karena harta akan habis. Beliau juga menasehati saya agar cepat dapat jodoh. Beliau memberikan saya saya tips cepat dapat jodoh. Mau tahu? Beliau menyarankan agar puasa senin kamis 4 kali senin dan kamis dalam sebulan kemudian setelah itu bersedekah jajan ke anak-anak kecil tak perlu mahal cukup seribu rupiah per anak sejumlah 40 anak sambil dibacakan sholawat setiap kali memberi ke tiap anak. Apabila sebulan pertama masih belum mendapat jodoh, coba lagi bulan berikutnya berpuasa senin kamin 4x masing-masing dalam sebulan lalu sedekah lagi.

5. Ketika saya menunggu gojek di masjid Chengho, ada seorang laki-laki iseng menurut saya. Iseng bagaimana? Dia duduk di pelataran masjid sambil merokok. Di depannya ada sebuah motor. Sepertinya sih miliknya. Saya berdiri menunggu gojek tak jauh darinya. Beberapa waktu saya berdiri, laki-laki itu bertanya ke saya, apa nama masjid itu. Iseng tidak sih? Dalam hati saya sudah tidak nyaman untuk meladeni pertanyaannya tapi saya jawab. Kalau tidak dijawab nanti dibilang sombong kan. Lalu dia bilang chengho yang dari budha ke islam atau bagaimana saya tidak begitu menangkap pertanyaan lanjutan darinya. Saya jawab tidak tahu atau mungkin saya lupa. Lalu dia bilang lagi kalau saya islam turunan. Tapi kala itu saya tidak begitu ngeh kalau dia mengatai saya. Lalu saya jawab, "Mungkin." Saya tidak nyaman dengannya dan jawaban saya menyudahi perkataannya yang menusuk itu. Sombong sekalilah orang tersebut menurut saya. Mengetes? Merasa paling benar paling baik? Tak ada kerjaan. Sadarkah kamu bahwa apa yang kamu lakukan mungkin tak kamu sadari bisa menyakiti orang lain. Dan menyakiti orang lain bisa menghalangimu masuk surga. Halo kita orang asing loh ya tak saling kenal. Tapi apa yang kamu ucapkan dengan mulutmu sekian detik itu bisa menyakiti orang lain akibat keisenganmu. Hati-hatilah menjaga mulutmu.

6. Ini soal rejeki. Kali ini saya tidak bisa cerita detail tapi di sini saya menyadari betapa rejeki sudah diatur. Akan lebih enak ketika kita mengikhlaskan 'itulah rejeki saya'. Walau saya sempat merasa sebentar, wah saya bagaikan anak tiri (hihi lebay), tapi itu adalah pembelajaran luar biasa buat saya. Menyukuri apa yang Allah telah berikan akan terasa lebih adem lebih indah ketimbang merasa negatif ini itu. Normal ya sempat merasa negatif ini itu tapi ya hanya sebentar saja. Cepat ambil hikmahnya. Cepat ambil sisi positifnya apa yang kita dapat.

7. Terakhir adalah soal menepati janji. Entah kenapa ya saya seringkali di PHP orang lain. Posisi di PHP itu rasanya tidak enak, sangat tidak enak. Sobat, kamu jangan suka PHP ya! Posisikan dirimu ketika kamu berada di posisi korban PHP. Mau?

Pelajaran kehidupan ini memang tak terduga datangnya. Setiap kali bepergian jauh selalu saja ada pelajaran yang saya peroleh. Mungkin memang saya harus sering-sering piknik ya biar semakin menjadi pribadi yang matang. :D

Ok. Sekian cerita dari saya. Jalan-jalan ke mana lagi ya selanjutnya? Tunggu ya sobat!

Pengalaman Conference Paper SICONIAN #1 di Palembang

11/21/2019 09:05:00 AM 0 Comments
Konferensi SICONIAN alias Sriwijaya International Conference of Information Technology and its Application di Hotel Beston Palembang tanggal 16 November 2019 adalah konferensi kedua saya setelah CITSM 2018 lalu di Danau Toba. Awal mula saya mengikuti konferensi ini adalah rekomendasi dari dosen pembimbing saya dulu. Beliau meminta saya memasukkan paper saya ke SICONIAN. Saat itu ada perpanjangan waktu alias deadline memasukkan paper.


Foto bareng sesama UI

Sebelumnya saya sudah menulis draft dalam format ieee tapi ternyata beliau menyarankan memasukkan paper ke SICONIAN yang formatnya adalah satu kolom bukan 2 kolom seperti ieee. Akhirnya, setelah saya mulai kerja lagi di kantor, saya buat draft sesuai permintaan SICONIAN. Tapi, setelah sekian waktu berlalu, rupanya mau mengedit draft itu beratnya tidak ketulungan. Subhanallah saya harus berjuang mengalahkan rasa malas yang tidak patut dicontoh.

Sampai tiba hari deadline, saya baru mengedit dan memasukkan paper saya. Tapi sungguh tak disangka, paper saya 'fail' alias gagal submit. Ya Allah... awalnya karena kelebihan 1 halaman. Okelah saya edit dulu halamannya karena masih ada waktu. Lalu saya submit lagi, eh fail lagi juga. Masalahnya adalah ada font yang tidak bisa dibaca atau ter-convert dengan baik. Padahal pdf saya tak ada masalah pikir saya. Saya berpikir mungkin di aplikasi converter-nya. Saya coba ganti yang lain eh ternyata sama juga gagal submit. Saya pun akhirnya pasrah karena waktu submit sudah habis. :)


Kala itu saya berencana untuk kirim email permintaan maaf ke dosen saya karena gagal submit keesokan harinya. Hehe. Tapi rupanya hal itu tak jadi saya lalukan sampai beberapa hari. Ketika saya buka email kantor, saya mendapat email dari SICONIAN yang menyatakan saya menjadi author sebuah paper yang rupanya adalah paper kami dulu, teman saya meng-upload paper kelompok kami dulu sewaktu kuliah. Loh kok teman saya ternyata ikutan juga. Baiklah saya cek ke halaman upload paper dari teman saya itu. Di sana saya bisa lihat status paper aktif dan manuscript-nya ada. Dan yang heran, sumpah ya tidak menyangka, ternyata status paper pribadi saya juga aktif dan ada manuscript-nya! Padahal kan gagal upload ya sebelumnya. Kok bisa? Ya Allah, mungkin masih rejeki ya... Setelah itu saya masukkan dua dosen saya sebagai author di situ.

Tiba giliran pengumuman, paper kelompok kami mendapat notifikasi terlebih dahulu bahwa paper diterima. Untuk paper kami ini selanjutnya teman saya yang presentasi dan mendapat dana dari kantornya. Syukurlah. Nah, paper saya baru pengumuman diterima tanggal 7 november 2019 dan revisi final tanggal 10 november. Mepet ya? Awalnya ada revisi banyak sih sebelum akhirnya diterima. 

Begitu diterima, saya bingung ini konferensi jadi tanggal 16 atau tidak? Notifikasi pembayaran tidak ada, jadwal dsb juga belum muncul sampai h-1. Tapi saya mengobrol dengan teman saya yang submit paper kami, kata dia jadi tanggal itu. Dia bilang, MC acara itu teman sekelas kami dulu, dia sudah konfirmasi ke dia. :)

Saya berangkat hari jumat menuju Palembang. Tiba di hotel pukul 21.00. Lelah sekali rasanya. Mana saya belum membuat slide. Akhirnya pagi hari setelah sholat shubuh saya kejar target membuat slide yang apa adanya sekali. Benar-benar parah deh saya ini ya. Peringatan keras, jangan ditiru! :D

Giliran presentasi adalah hari sabtu tanggal 16 november 2019 setelah zuhur. Saya mendapat giliran di ruang 1 (damar 1) nomor urut 9. Saya sempat salah masuk ruang gegara di web ditulis pinus 1 lah kok pas hari h jadi damar 1. Sebelumnya saya di whatsapp dosen saya disuruh menitipkan bukti bayar saya ke teman yang ikut konferensi juga. Saya diberi 2 nama. Waduh, saya tidak kenal keduanya lagi. Yang mana orangnya? Setelah saya cek, ternyata mereka satu kelas presentasi dengan saya. Berhubung mereka gilirannya lebih duluan, jadi saya harus menunggu mereka biar tahu mereka yang mana. Eh, tapi pas sudah di ruangan, ternyata mereka duduk di belakang saya. Kebetulan? Tak ada kebetulan di dunia ini kan ya. Eh, kok bisa tahu mereka di belakang saya? Itu loh gegara pas saya tengok ke belakang kok saya melihat tulisan UI di laptop di belakang saya. Jadilah saya sapa mereka dan mereka welcome. Ternyata mereka anak bimbingan dosen saya. Dan ternyatanya lagi, yang satu orang satu kampung sama saya alias sesama dari Lampung. Dunia sempit ya. Kebetulan? :)


Saat presentasi ini, kesannya tidak begitu formal. Bahkan moderator mengijinkan presentasi berbahasa Indonesia. Mungkin karena masih pertama kalinya konferensi ini diadakan ya. Pesertanya juga masih muda-muda. Kalau CITSM dulu banyak dosen-dosen yang sudah senior yang jadi peserta. Kalau kemarin itu yang sekelas dengan saya ada 3 orang yang presentasi berbahasa Indonesia.


Selesai presentasi, kami menerima piagam presenter. Kok tidak ada piagam author ya? CITSM dulu ada piagam dobel presenter dan author. Setelah itu saya foto-foto bareng peserta sesama UI ada 6 orang termasuk saya. Salah satunya ada yang paper-nya jadi best paper. Keren ya. Selamat buat para pemenang best paper!

Tuesday, November 12, 2019

Jalan-Jalan ke Bandung, Kunjungi 5 Tempat Ini ,Yuk!

11/12/2019 02:59:00 PM 0 Comments
Sebelum memutuskan jalan ke Bandung, saya sudah punya agenda lain (agenda tambahan) tetapi batal. Ya sudah tak mengapa. Saya tetap berangkat ke Jakarta dengan niat melakukan agenda utama. Dan akhirnya diputuskan jalan ke Bandung selain agenda utama.

Persiapan hanya seminggu sebelum keberangkatan. Untuk tiket kereta masih ada dari Senen ke Bandung untuk hari sabtu tapi ya yang jadwal pagi sudah habis. Jadilah saya pergi dengan kereta Parahiyangan pukul 9.40 dan turun di Stasiun Bandung. Harga tiket 110 ribu rupiah. Sayang sekali kereta pulang untuk hari minggu malam sudah habis jadi saya putuskan untuk naik travel Baraya. Harga tiket Baraya 88 ribu rupiah. Pool di daerah Pasteur. Kalau di Jakarta berhentinya pilih yang di Cikini (Menteng Huis).

Ok. Setiba di Bandung, kami lanjut ke Cipaganti Inn menaruh barang lalu lanjut jalan kaki ke Ciwalk (Cihampelas Walk). Niat hati mau makan sambil menghabiskan waktu malam. Waktu itu sempat hujan sewaktu saya makan di Tong Dji. Porsi besar makan di sini. Kami pilih ini karena stand makanan lain ya sama saja dengan yang kami temui di Jakarta. Ciwalk sendiri suasananya enak buat duduk-duduk santai. Apalagi cuaca dingin-dingin seperti musim semi.

Ketika pulang malam hari menuju penginapan kami pun jalan kaki saja. Dan suasananya seram sih kata saya karena jalanan sepi orang jalan kaki, kalau kendaraan sih banyak ya. Jalan juga gelap. Lalu banyak pohon-pohon gede di sepanjang jalan.

Jalan kaki di situ lebih nyaman sih ketimbang di Jakarta yang polusi dan panas tapi ya saya lebih senang yang banyak orang lalu lalang. Berasa ada kehidupan begitu. Hehe.

Untuk keesokan harinya, begini itinerary yang saya kunjungi.

1. Tangkuban Perahu
Sekitar pukul 7.30 saya berangkat menuju Tangkuban Perahu. Kalau bicara Tangkuban Perahu jadi ingat legenda Sangkuriang ya, cerita masa kecil dulu sewaktu masih SD ada di buku cetak Bahasa Indonesia. 





Berhubung hari itu weekend, jadi tiket masuk lebih mahal. Kalau tidak salah sekitar 30 ribu per orang. Biaya masuk mobil dan parkir beda lagi. Kami berdua masuk plus mobil dan sopir habis 130 ribu. Wah, di luar perkiraan kami nih.

Di sana ada apa? Ada kawah. Pemandangan yang bisa dilihat ya kawah itu. Kawahnya masih berasap. Di sana ada juga yang menyewakan kuda. Kalau membawa anak-anak kecil, pasti mereka suka.

Di sini saya hanya sebentar. Cukup foto-foto beberapa kali jepret trus makan jagung bakar, pulang.

2. Orchid Forest
Yang disuguhkan Orchid Forest ini adalah pemandangan hutan pinus. Ya, hutan pinus! Lokasinya luas. Kalau masuk ke dalam-dalam nanti sampai di ujung pintu keluar, disediakan shuttle bus gratis untuk pulang menuju parkiran.







Lumayan lelah saya berjalan kaki di sini karena naik turun dan juga panjang. Di dalam masih ada tempat yang kalau kita masuk harus bayar lagi seperti wood bridge dan castle. Oya tiket masuk 30 ribu per orang di awal. Seperti sebelumnya, kami berdua plus sopir, mobil, dan parkir kena cas 120 ribu. Bilangnya sih 115 ribu tapi kok 5 ribu tidak dikembalikan.

Ketika saya masuk ke dalam, saya cari orchid-nya mana ya. Oh ternyata di dalam. Tidak luas sih tapi di situ disediakan tempat untuk foto. Ada antriannya juga loh. Yang mengambilkan foto petugas yang ada di dalam. Kita tinggal memberikan handphone.

3. Kebun Bunga Begonia
Kami putuskan ke Kebun Bunga Begonia setelah makan siang. Tiket masuk 20 ribu per orang. Kebun bunga ini tidak begitu luas tapi cukup instagrammable loh ya bagi pecinta foto. Bunganya warna-warni dan ada tempat duduk cantik buat foto di situ.






4. Floating Market
Floating Market Lembang ini cukup luas juga. Lumayanlah buat jalan-jalan. Ada danau di tengah lokasi. Ada orang-orang berjualan di pinggiran danau dan ada penyewaan perahu. Yang tak kalah seru ada penyewaan kostum Jepang dan Korea juga loh. Saya lihat ada pasangan yang pakai kostum Jepang lalu naik perahu sambil selfie, waduh lucu banget deh liatnya. Kesan jadulnya dapat. Hihi. Berasa Jepang jaman dulu. Tak perlu ke Jepangnya beneran buat foto doank. Tiket masuk kami berdua 60 ribu. 








Di Floating Market ini, tiket masuk kita bisa ditukar dengan free drink. Pilihannya ada kopi, lemon tea dan orange. Lumayan kan. Saya jalan-jalan keliling mencari di manalah tempat menukar minuman. Hihi. Saya mau mencoba beli makanan kecil sambil duduk-duduk di situ tapi tidak jadi karena memang sudah kenyang sih. Akhirnya minum doank. Kalau mau beli makanan di sini harus tukar koin dulu ya ada kok tempat penukaran koinnya.

5. Farm House
Farm House menjadi titik terakhir saya jalan karena memang yang paling dekat rutenya dan juga sudah sore ya. Kami harus mengejar travel ke Jakarta. Farm House tidak luas lokasinya. Tiket masuk sekitar 60 ribu berdua. Di sini ada peternakan kambing. Duh kambingnya lucu putih-putih bersih. Ketika baru masuk, tiket masuk bisa kita tukar free milk loh. Pilihannya ada rasa pisang, strawberry, coklat, dan original. Kalau saya pilih rasa pisang. Lumayan loh gelasnya besar. Segar deh mana hujan pula. :D




Di sini kamu bisa coba kostum belanda loh. Bayar 75 ribu saja sejam. Kalau saya sih tidak mencoba ya. :D

Kalau mau foto, ada juga tempat semacam gembok cinta di Korea gitu loh. Hihi. Kamu wajib foto di situ kalau memang ke situ. Tak perlu ke Korea ada gembok cinta versi Indonesia.

Ok, sekian review dari saya. Semoga bermanfaat buat kamu yang ingin jalan-jalan. Ke mana lagi ya trip selanjutnya? Tunggu ya! :)