Follow Us

Tuesday, October 8, 2019

Induk Kucing pun Stres Kehilangan Anaknya

Jumat, 4 Oktober 2019
Sepulang kerja, saya mandi lalu duduk di atas tempat tidur. Saya pun asyik berinternet ria selama satu jam mendekati magrib tanpa saya sadari. Tiba-tiba terdengar suara kucing dari bawah ranjang. Saya pun kaget kok ada suara kucing. Dari mana dia masuk? Selama satu jam saya di kamar sama sekali tidak terdengar suara.

Lalu saya lihat kolong ranjang ternyata benar ada kucing yang sedang menyusui anaknya di dalam kardus di kolong ranjang. Saya benar-benar tidak habis pikir bagaimana caranya dia bawa anaknya kesitu. Karena saya jarang buka pintu. Apa dia menyelonong masuk sambil membawa anaknya satu per satu ketika saya sedang membuka pintu dan saya kemudian pergi menjemur pakaian?


Atau mungkin lewat jendela ya. Untuk ukuran badannya mungkin bisa masuk. Masalahnya, menurut saya kardus itu tingginya sama dengan ranjang lebih pendek sedikit sehingga bisa masuk kolong. Masih heran saya bagaimana dia masuk kesitu dan kapan.

OK. Saya tarik kardus ke luar ranjang. Si induk kucing hanya diam saja. Saya lihat hanya ada dua ekor anaknya yang sedang menyusu. Saya merasa aneh kan kalau saya sekamar dengan makhluk lain, jadilah saya pindahkan kardus itu ke luar kamar, persis di depan kamar dekat meja TV. Saya biarkan si kucing di sana.

Saya berpikir, kalau di kamar saya bakal sulit si kucing keluar karena pintu saya jarang dibuka. Saya kan seringnya berada di kantor. Tapi memang, di bawah kolong ranjang saya tampak aman dari musuh karena tertutup tempatnya dengan sprei. 

Syukurnya saya lihat si kucing tidak beranak di kardus itu karena saya tidak melihat ada bekas darah. Mungkin dia baru saja memindahkan anaknya kesitu. 

Tak lama kemudian, saya cek kardus sewaktu saya akan ke luar kamar, eh ternyata sudah ada 3 ekor anak kucing. Lucu-lucu warnanya beda semua. Setiap kali saya ke luar kamar saya selalu mengecek kardus itu. Jika anaknya tidak sedang menyusu, mereka sedang tidur tanpa ada induknya. Anak-anaknya belum bisa melek jadi mereka masih berumur beberapa hari perkiraan saya.

Sabtu, 5 Oktober 2019
Beberapa kali sehari saya tengok kardus dan si kucing masih di situ. Saya sejujurnya senang melihat kucing dan anak-anaknya yang sedang menyusu. Lucu-lucu. Si induk kucing sendiri memang cantik.

Minggu, 6 Oktober 2019
Saya sedang duduk di kamar, tiba-tiba saya dengar suara seperti dari kardus. Saya pikir si induk kucing datang mau menyusui anaknya. Lalu saya buka pintu, eh ternyata kucing hitam lari tunggang langgang. Posisi kardus sudah miring terbalik. Saya dekati kardus itu. Innalillahi. Dua ekor anak kucing tergeletak tumpang tindih di luar kardus dengan luka di leher bersimbah darah. Satu lagi saya lihat pun sudah mati tergeletak di dalam kardus dengan kondisi yang sama mengenaskan. Sedih sekali saya rasanya melihat pemandangan ini. Sungguh brutal. Sungguh menyesal saya telat buka pintu. Jika tidak, mungkin masih tertolong. 

Saya menyesal raasanya memindahkan kardus itu ke luar kamar. Tadinya saya berpikir aman di situ. Tidak menyangka akan ada kejadian seperti itu. Saya jadi meraasa bersalah. 

Waktu itu, saya biarkan saja posisi si kucing sedemikian rupa tanpa saya sentuh sedikitpun. Biarlah nanti induknya datang dan melihat sendiri. Tapi rupanya kok tidak datang-datang sudah sekian lama waktu berlalu. Karena tidak tahan melihat darah bercecer, akhirnya saya bersihkan darah di lantai dengan tisu dan si anak-anak kucing saya masukkan ke dalam kardus.

Tak terbayang bagaimana raasanya induk kucing saat tahu anaknya sudah mati. Sedih...

Tak hanya manusia yang bisa bersedih, induk kucing pun bersedih dan stres saat kehilangan anaknya

Benar. Induk kucing kemudian datang. Dia mengeong-ngeong dan mengendus-endus lokasi kejadian di mana si anak awalnya tergeletak. Lantai, kardus, bahkan kaki meja TV diendusnya. Yah, sudah kena tangan saya pula itu si anak kucing. Akhirnya dia memindahkan anaknya yang sudah mati ke lantai bawah. Mau dipindah ke mana ya kira-kira? Padahal kan itu sudah mati. Saya pikir bakal ditinggal di kardus begitu saja. Karena awalnya saya berpikir saya akan membuangnya ke luar rumah. Wah, sedih. Si kucing membawa anaknya satu per satu dengan mulutnya.

Setelah kejadian itu, si kucing seringkali kembali mendatangi dan mengendus kardus. Jika posisi kardus berdiri, maka saat saya ke luar kamar posisi kardus sudah miring terjatuh setelah didatangi si kucing. Si kucing mengeong-ngeong dengan nada yang sangat memilukan setiap kali dia datang. Ya Allah... sedihnya... Dari sini saya tahu betapa seekor induk kucing pun bersedih dan stres saat kehilangan anaknya. Tidak hanya manusia yang bersedih saat kehilangan tapi kucing juga bisa. 

Sampai hari ini saya menulis kisah ini, si kucing masih saja mendatangi kardus. Awalnya saya akan membuang kardus ini karena ada bekas darah anak-anaknya yang menempel di kertas yang saya letakkan di dalam kardus. Tapi belum jadi. Dengan dibuangnya kardus ini mungkin si kucing bisa move on ya. 

Belum apa-apa memang sudah ada dua ekor kucing yang datang ke depan kamar saya. Sepertinya dua ekor kucing itu naksir kucing betina tadi. Yang satu adalah kucing hitam yang membunuh si anak kucing. Satu lagi saya baru lihat sih sepertinya kucing lain.

Saya baca-baca artikel, penyebab kucing jantan membunuh anak kucing ada banyak alasannya. Tapi dari sekian banyak alasan yang paling masuk akal dari kejadian ini adalah karena si kucing jantan ingin kawin dengan si induk kucing. Induk kucing yang sedang menyusui akan fokus dengan anaknya dan tidak mau kawin. Nah, satu-satunya cara ampuh untuk membuat si induk kucing mau kawin ya dengan membunuh si anak-anaknya. Duh, kejam sekali dunia perhewanan. Tapi memang begitulah hukum alam. Makanya tak heran jika induk kucing selalu memindah-mindahkan anaknya yang baru lahir, sama halnya seperti singa.

Jadi bersyukur terlahir sebagai manusia. Iya ga sih? :)



No comments:

Post a Comment

leave your comment here!