Follow Us

Wednesday, July 31, 2019

Jalan-Jalan ke Devoyage Bogor

7/31/2019 01:44:00 PM 0 Comments
Pada hari minggu tanggal 28 Juli 2019 lalu saya bikin acara perpisahan dengan teman saya ke Bogor. Bukan perpisahan sih tapi jalan-jalan sebelum saya balik ke kampung. Ketemu lagi entah kapan. :)



Rencana cuma ke Bogor. Sewaktu sampai di Stasiun Bogor dia bilang ingin ke Devoyage. Saya sendiri malah belum pernah dengar. Ternyata jauh ke sana. Macet pula. Panas. Kami naik ojek online tarifnya 23 ribu berangkat (dipotong voucher jadi 13 ribu). Setelah sampai sana masih harus bayar tiket masuk 40 ribu karena weekend (weekdays 30 ribu). Tidak boleh bawa makan minum pula.

Begitu masuk ternyata tempatnya tidak luas. Hanya spot foto-foto saja. Cocoklah untuk anak-anak atau abege. Ya, sebelum ke Eropa aslinya, ke replikanya dulu. Hehe. :)

Cihuy! Ada yang lagi mendayung berdua. So sweet. Tarik maanggg...






Ramai loh pengunjungnya. Jangan salah. Tua muda hadir. Apalagi hari gini tua muda hobi selfie. Ya kan? Tapi panasnya itu yang bikin saya tidak betah berlama-lama. Bogor panas banget ya. 







Saya yang berencana makan siang di dalam pun urung. Akhirnya saya hanya beli es krim durian seharga 20 ribu lalu duduk sebentar menghabiskan es krim. Selepas sholat zuhur, jalan sebentar lalu pulang ke stasiun. Kami pun makan di stasiun. :)

All pictures credit Reana.

Sunday, July 28, 2019

Saat Ketemu Lagi Teman Masa Muda - Inilah yang Terjadi!

7/28/2019 08:06:00 AM 0 Comments


Yuk simak cerita saya bersama teman-teman saya awal januari 2019 silam. Kami bertemu karena mereka bertandang ke rumah saya begitu tahu saya pulang kampung. Saya senang sekali mereka datang, sungguh tidak menyangka. Oya, mereka semua hadir ke reuni alumni SMP akhir desember lalu sementara saya tidak bisa hadir karena saya masih di Jakarta dan baru pulang awal januari. Mereka datang ke rumah saya begitu tahu saya pulang. That's so sweet! :)

A
Lulus SMK, merantau ke Malaysia. Pulang kemudian menikah. Saya sempat menghadiri pesta pernikahannya walau tidak mendapat undangan. Saat itu, saya sedang pulang kampung. Saya diajak sahabat saya untuk hadir. Kemudian dia sempat bertandang ke rumah saya sekali beberapa tahun kemudian. Dan kemarin tiba-tiba dia whatsapp saya. Dia pun datang ke rumah saya silaturahmi. Dia pun bercerita bahwa pernikahannya yang saya hadiri dulu kala gagal. Namun dia langsung mendapat gantinya. Bayangkan saja tidak sampai setahun dia menikah lagi. Setahun menikah dua kali. Saya pun bertanya apa rahasianya. Hehe. Kok bisa begitu cepatnya. Maksud saya kok bisa langsung klik begitu kenal lelaki baru. Dia sudah dikaruniai seorang anak perempuan dari pernikahannya yang kedua yang saat ini sudah sekolah SD. Pekerjaan teman saya ini adalah sebagai ibu rumah tangga.

B
Sudah mempunyai dua orang anak. Satu anak sudah masuk SMP dan satu lagi baru berusia 3,5 tahun. Teman saya ini datang menyusul A ke rumah saya. Sejak dulu memang sudah tinggi besar. Saat ini makin subur. Alhamdulillah. Pertanda hidup bahagia ya kan? Hehe. Teman saya ini juga seorang ibu rumah tangga. Sebelumnya pernah berjualan makanan namun berhenti karena mempunyai anak kecil. Saat ini hanya mengurus rumah dan sambilan tanam-menanam sayuran di kebun serta beternak ikan untuk mengisi waktu luang. Dulu saya sempat SMP SMA bareng dia. Bahkan dari SD saya sudah tahu dia karena kami satu desa. Dan dia sering menjadi perwakilan sekolahnya untuk kompetisi-kompetisi pelajaran antar sekolah. Jadi saya dulu sering ketemu dia saat kompetisi walau saya tidak pernah mengobrol. Hanya sekedar tahu.

C
Bisa dibilang kami tidak pernah mengobrol sewaktu saya sekolah bareng di SMP. Sewaktu saya masuk SMP saya masih ingat loh kalau dia itu adalah teman TK saya. Saya ingat dengan wajahnya dan juga namanya. Padahal kami tidak pernah ketemu begitu selesai TK hingga akhirnya sekolah bareng di SMP. Nah, tetiba dia bertandang ke rumah saya (ortu saya) bareng A dan B awal januari 2019 lalu. Kami mengobrol dan anehnya saya tidak ingat kalau kami sekelas sewaktu kelas 2 SMP. Ya Allah kok saya bisa lupa ya. Saat kami ketemu itu dia menjadi ibu rumah tangga.

D
Nah, D menyusul ke rumah saya juga. Kami tentu sudah kenal dari SMP. Dia juga sudah beberapa kali main ke rumah saya. Saya juga sudah pernah ke rumahnya dulu kala. Saat kami ketemu kemarin itu dia sudah menikah tentunya dan mempunyai satu orang anak. Pekerjaan dia adalah sebagai ibu rumah tangga.

Kalau saya tidak salah ingat, hampir semuanya bersuamikan supir. Yang satu orang lagi petani kalau tidak salah. Ada yang setiap hari suaminya pulang dan ada yang tidak bagi yang supir (jarak jauh). Selain pekerjaan suami yang mirip, mereka mempunyai kesamaan yaitu sebagai ibu rumah tangga.

Ketika mengobrol dengan mereka, saya tentu merasa bahagia karena sudah lama tidak bertemu. Mereka juga saya lihat sudah bahagia dengan kehidupan mereka masing-masing. Ada yang memang dulunya menikah cepat ada pula yang tidak. Tapi intinya mereka semua sudah mempunyai kehidupan yang sempurna sebagai seorang istri dan ibu. Mereka semua datang ke rumah saya membawa anak masing-masing loh. :)

Yang menjadi perenungan saya adalah mereka termasuk yang beruntung sebagai seorang istri karena ada suami yang menafkahi mereka. Mereka tak perlu bekerja namun sudah ada yang rela banting tulang demi mereka. Kenapa saya bilang beruntung? Betapa tidak! Di luar sana banyak wanita-wanita tidak beruntung dalam kehidupan rumah tangganya. Ada yang harus menjadi tulang punggung karena suami tak bertanggung jawab, ada pula yang harus bekerja agar ekonomi keluarga terangkat (membantu suami) sampai ke luar negeri menjadi asisten rumah tangga. Perjuangan tidak mudah kan bagi istri-istri yang mengalami hal demikian.

Teman saya A,C,D tetap bisa menikmati media sosial meski tinggal di desa. Akses internet butuh biaya kan? Hanya B yang tidak mempunyai media sosial. Saya menghargai pilihan B. Menurut saya, pilihan B cukup bagus untuk keutuhan rumah tangga. Kita tahu sendiri hari gini siapa yang bisa lepas dari internet kan? Dan media sosial bisa menjadi salah satu pemicu keretakan rumah tangga jika terlena.

Kenapa teman-teman saya itu bisa hanya mengandalkan suami alias menjadi ibu rumah tangga saja? Kesimpulan yang bisa saya tangkap adalah karena mereka harus bisa merasa "cukup" dengan berapapun besaran penghasilan suami. Apalagi hidup di desa tentu tidaklah seperti di kota yang banyak godaannya. Di desa masih ada kecenderungan hidup sederhana. Apalagi dengan memasak sendiri di rumah. Di desa juga tidak ada tempat makan yang wah seperti di mall. Jadi hidup bisa lebih hemat.

Saya sendiri merasakan ketika hidup di kota, pergi ke mall ketika akhir pekan hanya untuk sekedar refreshing atau membeli makan cukup menjadi hiburan. Kita tahu sendiri jika makan di mall minimal merogoh kocek 50 ribu rupiah. Belum lagi jajan yang lain atau menonton misal. Boros!

Pada intinya, bersyukur dengan kehidupan masing-masing menjadi kunci untuk tetap bertahan dalam keadaan. Salah satu teman saya berkata mungkin hanya dia yang sanggup diberi kehidupan seperti yang dia jalani sehingga Allah berikan kehidupan itu padanya. Dia hanya di rumah tidak pergi kemana-mana.

Tentu saya yang mendengar cerita mereka mau tak mau jadi membandingkan dengan kehidupan saya. Jika saya berkata jujur, tentu saya banyak ketertinggalan dibanding mereka. Namun juga ada hal-hal yang saya peroleh tapi mereka tidak. Itulah plus minus kehidupan. Mungkin mereka beruntung di satu hal tertentu, saya tidak. Tapi saya mendapatkan keberuntungan di sisi yang lain yang mereka tidak dapatkan.

Mereka sudah settle dengan kehidupannya (meski saya tidak tahu seberapa settle-nya kehidupan mereka) sementara saya belum. Mereka menetap sementara saya masih nomaden. Saya berpindah-pindah dari berbagai lokasi, saya bepergian kesana kemari, mungkin mereka tidak mengalami itu. Susah senang yang saya alami mereka tidak mengalami begitu pula sebaliknya.

Salah satu dari mereka ada yang bertanya apa saya tidak ingin menikah. :)

What a question, dear!

Tentu dengan nada guyon. Dan saya tentu tidak marah. :D

Terima kasih sudah perhatian. Doakan saja ya teman-temanku yang baik hatinya. :)


Wednesday, July 24, 2019

Jalan-Jalan ke Turki (Tulip Festival - Spring) Day 7-9 plus Komentar Penulis

7/24/2019 10:22:00 PM 0 Comments


Menuju detik-detik kepulangan yaitu perjalanan ke Ankara dan Istanbul kemudian tiba di Jakarta.

Mausoleum Attaturk
Hari Terakhir kami tiba di Ankara kemudian menuju Mausoleum Attaturk. Kami diperbolehkan masuk untuk foto di dalam satu per satu. Ada penjaganya loh. Diatur dan mengantri yang mau foto di dalam. Di dalam cuma replika sih bukan kuburan asli.


Nah, itu dia replika kuburannya.

Di sinilah kami ketemu banyak penduduk lokal tepatnya anak-anak sekolah. Ramai sekali pas kami datang sampai toilet ditutup. Hehe kata tour guide memang begitu kalau ada anak-anak sekolah berkunjung. Jadi kami tidak mengantri toilet di situ. Senang loh ketemu anak-anak sekolah di situ. Tak ada yang jelek ya Allah... Ramah pula anak-anak itu. Mungkin kami terlihat beda ya bagi mereka.


Salt Lake
Mampir ke Danau Garam sembari pulang ke Istanbul. Foto-foto dan belanja penghabisan. Serius! Di sinilah saya habiskan sisa lira saya. Soalnya kalau dibawa pulang akan sulit dijual apalagi kalau receh kan tidak laku biasanya.



Komentar tentang Turki

1. Negaranya cantik sekali saat musim semi. Ketika saya melewati jalan-jalannya pemandangan kebanyakan perbukitan. Jalan raya di Turki tidak rata alias perbukitan tapi pertamanannya bagus sekali. Banyak bebungaan yang tumbuh di pinggiran jalan. Sakura juga ada loh di sini.


2. Tidak macet seperti di Indonesia. Ada sebenarnya macet di waktu tertentu tapi tidak separah Indonesia. 

3. Tidak polusi. Cocok untuk berjalan kaki.

4. Pemandangannya cantik tidak hanya alamnya tapi juga manusianya. :)

5. Toilet bersih. Semua ada air untuk tempat-tempat yang kami singgahi. Musholla juga tersedia di tempat-tempat kami singgah. Jadi tak perlu khawatir kalau jalan-jalan ke sana.

6. Jeruk sunkist dan delima melimpah. Godaan berat ini untuk saya pecinta buah masam. Satu cangkir kecil jus jeruk/delima seharga 10 TL (Turkish Lira) sekitar 30 ribu rupiah. Tapi segar sekali dan asli dari perasan beberapa buah jeruk/delima bulat. Duh, kangen ini...

7. Jeruk sunkist/delima melimpah ruah di mana-mana. Di jalan-jalan banyak tumbuhan ini. 

8. Orang Turki yang saya temui ramah-ramah, tidak kasar. Apalagi penjaga tokonya, semua ramah... Dan mereka mayoritas bisa bahasa Indonesia dasar khusus tempat-tempat yang kami kunjungi. Jadi tak usah khawatir kalau belanja di sana dan kamu tak bisa bahasa Inggris.

9. Selain Indonesia, banyak turis dari Malaysia, China, Korea dan Jepang..

10. Kalau mau tukar uang Lira sebaiknya di Turki saja dan jangan tukar di bandara. Di bandara sudah ada pajak jadi Lira yang kamu dapatkan lebih sedikit. Tukar saja di luar bandara atau dengan bantuan Tour guide-nya. Saat saya ke sana, 1 USD dihargai sekitar 2800-an 

100 USD = 520 TL -- lewat Tour guide (recommended)
100 USD = 506 TL -- di bandara Turki

Tukar di Indonesia 1 TL = 3100-3400 rupiah. Dan jarang ada Lira di money changer Indonesia. Tukar saja uang kamu dalam USD atau euro.

Berapa uang saku saya? Saat itu saya membawa 456 TL dari Indonesia (1 TL=3150) untuk belanja dan 250 USD. Dolar untuk berjaga-jaga naik balon udara yang saya perkirakan 200-250 USD. Mau tukar USD lagi tapi tidak jadi, akhirnya uang dalam bentuk rupiah sekitar 2 jutaan saya bawa. Perkiraan total uang saku yang saya bawa 7 jutaan.

Benar saja harga balon udara di Pamukkale 200 USD dan Cappadocia 230 USD. Tapi berhubung balon tidak terbang, diganti jeep safari 100 USD. Ada tawaran malam Turki atau malam sufi senilai 60 USD. Jadi, kamu bisa perkirakan berapa uang yang harus dibawa kalau ke sana ikut travel agent seperti saya. Sebaiknya bawa USD yang banyak. Di sana gampang tinggal ditukar. 

11. Masakan Turki mungkin tak sesuai lidah orang Indonesia. Para peserta bilang hambar. Dan kebanyakan disediakan roti yang kering keras itu loh. Kalau selera Indonesia kan roti yang empuk. Nasi yang disediakan juga bukan nasi putih tapi nasi mentega. Di Turki tidak ada nasi putih kecuali di rumah makan Indonesia yang ada di sana. Silahkan bawa sambal, kecap, pop mie atau apa pun yang kamu suka.

Kalau saya pribadi sih tidak ribet ya. Apa yang ada, saya makan asal halal. Yang penting bisa untuk mengisi hak tubuh, untuk energi. Lain orang kan lain pendapat ya. Maklum.

12. Tour guide cerita kalau di Turki memegang budaya menikah satu istri. Kalau ternyata bercerai, si suami tetap bertanggung jawab menafkahi mantan istri sampai si mantan istri menikah lagi. Apakah kamu berminat mendapat pria Turki?

13. Gemas sekali deh rasanya saat melihat anak-anak kecil/bayi orang Turki. Lucunya ya Allah...

14. Ke Turki cukup pakai e-visa ya. Jangan lupa di print. 

15. Tour guide bilang, 99% penduduk Turki beragama islam tapi ya banyak juga yang islam KTP. Mirip-mirip Indonesia ya. :)

16. Pernak-pernik suvenir banyak di sana lucu-lucu.

Sekian sekelumit kisah dari saya. Ke mana lagi ya destinasi selanjutnya? Wishlist saya banyak sih (duh, jalan-jalan melulu maunya - bangkrut bandar). Tapi kok saya ingin umroh (lagi) ya.

Bismillah, semoga ada cerita perjalanan-perjalanan selanjutnya yang akan saya posting di sini... Aamiin.

Jalan-Jalan ke Turki (Tulip Festival - Spring) Day 5-6

7/24/2019 09:52:00 PM 0 Comments


Lanjut cerita hari 5-6...

Underground City
Kami berkunjung ke Underground City Cardak. Tempatnya ini seperti gua lebih tepatnya. Pada jaman dahulu sebagai tempat tinggal. Bahkan di dalamnya ada gerejanya. Ada pintunya juga besar untuk mengantisipasi kalau ada hewan buas masuk. Waktu itu tidak sempat ambil foto waktu di dalam.

Keluar gua, mencari spot untuk foto

Jeep Safari
Berhubung balon terbang tidak terbang karena cuaca tidak memungkinkan (yah sedih...), jadwal diganti dengan jeep safari. Jika balon terbang membayar seharga 250 USD, makan jeep safari cukup 100 USD. Lebih hemat ya? Iya tapi pasti beda pengalamannya. Satu jeep cukup untuk 4 penumpang.  Bukan jeep sih dapatnya tapi mobil biasa, ya tak apalah. Saya semobil dengan Mbak Atin dari Semarang, Ibu Endang dari Bandung, dan Ibu Sri Rejeki dari Bandung. Alhamdulillah asyik bareng Mbak dan Ibu! Terima kasih. :)




Seru juga sih jeep safari ini. Dan jadinya kami bisa sampai ke lokasi tempat selfie di sana yang background-nya seperti rumah burung. Cuaca dingin sekali saat di sini pagi hari. Subhanallah.

Ini background untuk foto yang instagrammable di sini.

Selfie di tempat bentuk love itu loh  instragammable! 



Toko Keramik
Di toko keramik yang kami kunjungi ini, koleksinya membuat berdecak kagum. Cantik-cantik sekali. Harganya memang mahal tapi memang sesuai karena buatan tangan dan menyala dalam gelap. Wuih.



Selamat datang!

Pasabag Valley
Di Pasabag Valley ini kamu bakal melihat pemandangan bebatuan jamur raksasa. Entah bebatuan atau bukit atau apalah namanya. Di lokasi ini cantik untuk berfoto. Saya mencoba es krim Turki di sini. Padahal cuaca dingin. Enak loh. Hihi. Duh, jadi pengen lagi. :)



Goreme Open Air Museum
Tempat terakhir yang dikunjungi di hari keenam adalah Goreme Open Air Museum. Tidak ada setengah peserta yang ikut ke sini loh karena memang tidak wajib ikut, bagi yang mau saja. Rugi deh kalau tidak ikut (menurut saya loh ya sudah jauh-jauh ribuan kilometer ke Turki hihi). Kalau dilihat sih tiketnya mahal. :D




Memang tempatnya mirip-mirip yang sebelumnya di Cappadocia yang seperti rumah burung begitu tapi bedalah ya. Di situ saya beli bookmark Cappadocia, magnet kulkas dan dompet (tempat pensil) Cappadocia dengan harga lebih murah.

Selain ke tempat-tempat di atas, kami juga ke Ortahisar, Panorama, dan Uchisar.

Minum sendiri sambil menunggu peserta lain selesai belanja :)

Nih, coba jus delima segar bikin ketagihan ya Allah pengen lagi. Tanpa es juga sudah dingin sekali pas musim semi di bulan April. Delima murah meriah di sana. Jeruk juga sama murahnya. Satu cup begitu dibandrol 10 lira (sekitar Rp. 30.000). Tapi asli diperes dari beberapa buah segar. Yummy! Mau lagi donk... :)

Lanjut di posting berikutnya ya!

Pictures credit to Reana!

Monday, July 22, 2019

Jalan-Jalan ke Turki (Tulip Festival - Spring) Day 3-4

7/22/2019 12:02:00 PM 0 Comments
Lanjut hari 3-4 ya...
Berikut adalah perjalanan saya berikutnya.

Tampak luar. Sederhana. Saya jadi ingat di Saudi. Bentuknya mirip dari luar. Masjid ini ramai loh pengunjungnya. Pintu masuknya memang kecil.

Grand Mosque
Jadwal semula adalah ke Green Mosque dan Green Tomb selain ke Grand Mosque tentunya. Tapi dikarenakan jadwal padat yang harus mengejar waktu tiba di tujuan berikutnya keesokan harinya makanya dilewati alias tidak jadi ke Green Mosque dan Green Tomb atas kesepakatan bersama antara Tour Guide dan peserta. Memang perjalanan untuk dicapai keesokan harinya cukup jauh ya berjam-jam.
Tampak dalam (di belakang itu mimbarnya)

Tempat sholat wanita

Langit cerah ya? Iya tapi dingin...

Di Grand Mosque, kami hanya sebentar. Bagi peserta yang belum sholat zuhur bisa sholat di situ. Berhubung saya sudah sholat di restoran saat makan siang jadi saya tetap masuk (sayang sudah ke situ masa tidak masuk?) dan ambil tahiyatul masjid. Foto-foto sebentar saja di dalam lalu ke luar. Entah kenapa saya selalu suka mengunjungi masjid di tempat-tempat yang saya kunjungi seperti ini apalagi di negara berbeda. Ada keinginan mengunjungi setiap masjid di negara yang saya kunjungi ingin tahu seperti apa arsitekturnya (pasti berbeda dengan di negara kita kan?), dalamnya seperti apa (biasanya sih sama ya hamparan karpet) tapi kan desain interiornya berbeda. Ada suasana adem saat masuk masjid. Apakah kamu merasakan hal yang sama?

Ephesus
Hari keempat kami ke Ephesus. Ephesus ini berupa reruntuhan bangunan pada masa jaman dulu kala. Duh, lupa masa pemerintahan siapa. Tapi puing-puingnya masih ada hingga kini dan menjadi situs sejarah. Di bagian belakang masih berdiri perpustakaan Ephesus. Biarpun tinggal puing-puing tapi tetap cantik loh buat foto-foto. Malah kelihatan natural. Di bangunan yang tersisa masih ada gambar dewa-dewi mereka terpahat. Di sini ada fotografer yang suka mengambil foto kita terus dijual. Tahu kan ya? Di tempat wisata banyak yang begitu. Tapi memang hasil jepretannya bagus sih dan saya ambil dua foto saya hihi. Kalau ibu-ibu yang bareng saya sampai 9 foto! Wow! Saya akui, saya yang lebih muda kalah eksis. ^_^

Ini loh Ephesus library yang jadi situs bersejarah dan keajaiban dunia

Ini kondisi saat awal masuk ke kawasan Ephesus. Kelihatan kan reruntuhannya?

Ini juga saat mau berjalan menuju ke perpustakaannya. Masih baru masuk dari pintu awal.

Sakura! Tak perlu ke Jepang untuk melihat sakura mekar  ^_^

Hierapolis
Hierapolis ini luas tempatnya. Cotton Castle ada di dalamnya. Bangunannya masih ada yang berdiri ada juga yang sudah runtuh. Berhubung sampai di sini sudah sore, jadi tidak lama-lama. 




Cotton Castle
Di Cotton Castle ini saya lumayan ambil banyak foto. Oh ya, saat itu kondisinya tidak secantik yang ada di foto-foto internet ya yang berwarna biru dan putih menggiurkan. Saya penasaran itu asli atau buatan ya bentukannya, tapi sepertinya buatan. Saya juga melihat keran air di sana. Tapi memang airnya ada yang asli mengalir dari mata air kali entahlah. Soalnya airnya memang ada yang panas atau hangat lebih tepatnya sementara yang dari undakan turunnya tidak panas. Ingat! Tak boleh pakai alas kaki saat turun ke Cotton Castle. Kaki terasa aneh ya kalau tidak biasa tanpa alas kaki karena batuan kapurnya kan ada yang kasar-kasar begitu kalau diinjak. Hati-hati licin! Awas jatuh! Kalau saya sih nyebur ya (baca: kaki saja). Jalan agak jauh lalu mencoba airnya seperti apa hehe.


Ini bebatuan kapurnya.

Lanjut posting berikutnya ya...

All pictures credit Reana.